Anda di halaman 1dari 21

PENGERTIAN SAINS DAN FILSAFAT SAINS

Disusun Oleh :
Kelompok 1

1. UMAYATUL QUMAIROH (17210102025)


2. RUMIATI (170210102029)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA-PENDIDIKAN MIPA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2017
PENGERTIAN SAINS DAN FILSAFAT SAINS

A. PENGERTIAN SAINS

Kata sains berasal dari bahasa latin ” scientia ” yang berarti


pengetahuan. Memandang dan mengamati keberadaan (eksistensi) alam
ini sebagai suatu objek. Berdasarkan Webster New Collegiate
Dictionary definisi dari sains adalah pengetahuan yang diperoleh
melalui pembelajaran dan pembuktian atau pengetahuan yang
melingkupi suatu kebenaran umum dari hukum – hukum alam yang
terjadi misalnya didapatkan dan dibuktikan melalui metode ilmiah.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, sains berarti


1. ilmu teratur (sistematis) yang dapat diuji kebenarannya;
2. ilmu yang berdasarkan kebenaran atau kenyataan semata (fisika, kimia
dan biologi).

Sains pada prinsipnya merupakan suatu usaha untuk


mengorganisasikan dan mensistematisasikan common sense, suatu
pengetahuan yang berasal dari pengalaman dan pengamatan dalam
kehidupan sehari-hari dan dilanjutkan dengan suatu pemikiran secara
cermat dan teliti dengan menggunakan berbagai metode yang biasa
dilakukan dalam penelitian ilmiah (observasi, eksperimen, survey, studi
kasus dan lain-lain).

Istilah common sense sering dianalogikan dengan good sense,


karena seseorang dapat menerima dengan baik. Jadi, kaitannya dengan
sains, sains beranjak dari common sense, dari peristiwa sehari-hari
yang dialami manusia namun terus dilanjutkan dengan suatu pemikiran
yang logis dan teruji.

Sains merupakan suatu metode berpikir secara


objektif.Tujuannya menggambarkan dan memberi makana pada dunia
yang faktual.

Sains adalah gambaran yang lengkap dan konsisten tentang


berbagai fakta pengalaman dalam suatu hubungan yang mungkin paling
sederhana (simple possible terms). Sains dalam hal ini merujuk kepada
sebuah sistem untuk mendapatkan pengetahuan yang dengan
menggunakan pengamatan dan eksperimen untuk menggambarkan dan
menjelaskan fenomena – fenomena yang terjadi di alam .

Bahasa yang lebih sederhana, sains adalah cara ilmu


pengetahuan yang didapatkan dengan menggunakan metode tertentu. 

Sains dengan definisi diatas seringkali disebut dengan sains


murni, untuk membedakannya dengan sains terapan, yang merupakan
aplikasi sains yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan manusia.
ilmu sains biasanya diklasifikasikan menjadi dua yaitu :
1. Natural sains atau Ilmu pengetahuan Alam
2. Sosial sains atau ilmu pengetahuan sosial
Berikut ini adalah contoh dari begitu banyak pembagian bidang –
bidang sains, khususnya natural sains atau IPA:
1) Biologi (Biology) : Anatomi,biofisika,genetika, Ekologi, Fisiologi,
taksonomi, virulogi, zoologi, dll
2) Kimia (Chemistry) : Kimia Analitik, Elektrokimia, Kimia organik,
kimia anorganik, ilmu material, kimia polimer, thermokimia
3) Fisika (Physics) : Astronomi, fisika nuklir, kinetika, dinamika,
fisika material, optik, mekanika quantum, thermodinamika
4) Ilmu Bumi (Earth Science) : Ilmu lingkungan, geodesi, geologi,
hydrologi, meteorologi, paleontologi, oceanografi.

1. Karakteristik Sains
Sejarah membuktikan bahwa dengan metode sains telah
membawa manusia pada kemajuan dalam pengetahuan. Beberapa
ilmuan mengemukakan ciri-ciri sains sebagai berikut .
1. Randall dan Buchker
1) Hasil sains bersifat akumulatif dan merupakan milik
bersama,artinya hasil sains yang lalu dapat digunakan
untuk penyelidikan hal yang baru, dan tidak memonopoli.
Setiap orang dapat memanfaatkan hasil penemuan orang
lain.
2) Hasil sains kebenarannya tidak mutlak dan bisa terjadi
kekeliruan karena yang menyeidikinya adalah manusia.
3) Sains bersifat objektif ,artinya prosedur kerja atau cara
penggunaan metode sains tidak tergantung kepada siapa
yang menggunakan, tidak tekrgantung pada pemahaman
secara pribadi. 

2. Ralph Ross dan Ernest Van den Haag


1) bersifat rasional (hasil dari proses berpikir dengan
menggunakan rasio atau akal),
2) bersifat empiris (pengalaman oleh panca indra),
3) bersifat umum (hasil sains bisa digunakan oleh semua orang
tanpa terkecuali),
4) bersifat akumulatif (hasil sains dapat dipergunakan untuk
dijadikan objek penelitian berikutnya)

2. Ruang Lingkup Sains


Konsepsi siswa tentang sains sangat dipengaruhi oleh
pandangan guru tentang sains. Secara sederhana sains dapat berarti
sebagai tubuh pengetahuan (body of knowledge) yang muncul dari
pengelompokkan secara sistematis dari berbagai penemuan ilmiah
sejak zaman dahulu, atau biasa disebut sains sebagai produk. Produk
yang dimaksud adalah fakta-fakta, prinsip-prinsip, model-model,
hukum-hukum alam, dan berbagai teori yang membentuk semesta
pengetahuan ilmiah.

Sains juga bisa berarti suatu metode khusus untuk


memecahkan masalah, atau biasa disebut sains sebagai proses. Sains
sebagai proses ini sudah terbukti ampuh memecahkan masalah ilmiah
yang juga membuat sains terus berkembang dan merevisi berbagai
pengetahuan yang sudah ada.

Selain itu sains juga bisa berarti suatu penemuan baru atau hal
baru yang dapat digunakan setelah kita menyelesaikan permasalahan
teknisnya, yang biasa disebut sebagai teknologi. Teknologi
merupakan suatu sifat nyata dari aplikasi sains, suatu konsekuensi
logis dari sains yang mempunyai kekuatan untuk melakukan sesuatu.
Sehingga biasanya salah satu definisi popular tentang sains termasuk
juga teknologi di dalamnya.
Sejarah perkembangan sains menunjukkan bahwa sains
berasal dari penggabungan dua tradisi tua, yaitu tradisi pemikiran
filsafat yang dimulai oleh bangsa Yunani kuno serta tradisi keahlian
atau keterampilan tangan yang berkembang di awal peradaban
manusia yang telah ada jauh sebelum tradisi pertama lahir. Filsafat
memberikan sumbangan berbagai konsep dan ide terhadap sains
sedangkan keahlian tangan memberinya berbagai alat untuk
pengamatan alam. Sains modern bisa lahir dari perumusan metode
ilmiah yang disumbangkan Rene Descartes yang menyodorkan logika
rasional dan deduksi serta oleh Francis Bacon yang menekankan
pentingnya eksperimen dan observasi.

Sumbangan konsep dan ide dalam sains terbukti telah banyak


mengubah pandangan manusia terhadap alam sekitarnya. Contoh yang
paling terkenal adalah teori relativitas dari Albert Einstein. Teori
relativitas umum ini misalnya telah mengubah pandangan orang
secara drastis akan sifat kepastian waktu serta sifat massa yang
dianggap tetap. Disamping kekuatan konsep dan ide, melalui
keampuhan alat dan telitinya pengamatan, kegiatan sains juga terbukti
menjadi pemicu berbagai revolusi ilmiah. Pengamatan bintang-
bintang oleh Edwin Hubble melalui teleskop di Gunung Wilson pada
tahun 1920-an misalnya, membawa beberapa implikasi seperti adanya
galaksi lain selain Bimasakti dan adanya penciptaan alam semesta
secara ilmiah dengan makin populernya teori ledakan besar (Big
Bang).
Teori-teori dalam sains terus berkembang dengan pesatnya.
Suatu teori adalah suatu konstruksi yang biasanya dibuat secara logis
dan matematis yang bertujuan untuk menjelaskan fakta ilmiah tentang
alam sebagaimana adanya. Suatu teori yang baik harus mempunyai
syarat lain selain dapat menjelaskan, yaitu dapat memberikan adanya
prediksi; contohnya dengan pertanyaan: Bila saya melakukan hal ini
apa yang terjadi? sebagai contoh, teori kuno yang menyatakan alam
ini terdiri dari empat unsur yaitu tanah, udara, api dan air memenuhi
syarat dapat menjelaskan komposisi alam, namun gagal bila mencoba
memperkirakan dari mana semua unsur itu berasal dan bagaimana
interaksinya dalam mahluk hidup.

Namun terkadang teori juga tidak bisa berbuat banyak karena


konsekuensinya terlalu rumit bahkan untuk sekedar diramalkan.
Untuk mengatasi hal ini para ilmuwan mengembangkan apa yang
disebut dengan model. Model merupakan penyederhanaan dari suatu
teori yang menjelaskan alam semesta misalnya secara lebih mudah
akan satu aspek tertentu, namun menghilangkan aspek lainnya.
Perkembangan teori atom memberikan kita contoh nyata tentang
tentatifnya suatu teori dalam ilmu pengetahuan. Mengapa hal ini bisa
terjadi? Hal ini disebabkan karena teori-teori atau hukum-hukum alam
dalam sains adalah suatu generalisasi atau ekstrapolasi dari
pengamatan, dan bukan pengamatan itu sendiri. Sedangkan
pengamatan itu sendiri selalu tidak akurat atau tidak menjelaskan
semua aspek yang seharusnya diamati. Apa yang dijelaskan dengan
model atom Thomson contohnya, hanya berdasar pengamatan dari
percobaan sinar katoda saja; model ini direvisi oleh Rutherford
setelah dia membuktikan keberadaan inti. Sehingga unsur
ketidakpastian dan kerelatifan menjadi hal yang penting dalam ilmu
pengetahuan modern yang membuatnya terus berkembang.

3. Kelebihan Dan Kekurangan Sains

a. Kelebihan sains yaitu:


1. Sains telah memberikan banyak sumbangannya bagi
umat manusia, misalnya dalam perkembangan sains dan
teknologi kedokteran, sains dan teknologi komunikasi
dan informasi.
2. Dengan sains dan teknologi memungkinkan manusia
dapat bergerak atau bertindak dengan cermat dan tepat,
efektif dan efisien karena sains dan teknologi merupakan
hasil kerja pengalaman, observasi, eksperimen dan
verifikasi.

b. Kelemahan sains yaitu:


1. Sains bersifat objektif, menyampingkan penilaian yang
bersifat subjektif. Sains menyampingkan tujuan hidup,
sehingga dengan demikian sains dan teknologi tidak
bisa dijadikan pembimbing bagi manusia dalam
menjalani hidup ini.
2. Sains membutuhkan pendamping dalam operasinya.
Menurut Albert Einstein, "Sains tanpa agama lumpuh,
dan agama tanpa sains adalah buta (Science without
religion is lame, religion without sains is blind)".

B. FILSAFAT SAINS
Filsafat didefinisikan sebagai "kebijaksanaan" . Kata filsafat
atau philosophy, berasal dari bahasa Yunani yaitu Sophia yang berarti
kebijaksanaan dan Philein yang berarti mencintai. Jadi, filsafat adalah
semata-mata mencintai kebijaksanaan.

Filsafat sains adalah bidang sains yang mempelajari dasar-dasar


filsafat, asumsi dan implikasi dari sains, yang termasuk di dalamnya
antara lain sains alam dan sains sosial.

1. Pengertian Filsafat Menurut Para Ahli

1) Robert Ackerman Filsafat sains dalam suatu segi adalah suatu


tinjauan kritis tentang pendapat-pendapat ilmiah dewasa ini dengan
perbandingan terhadap kriteria-kriteria yang dikembangkan dari
pendapat-pendapat demikian itu, tetapi filsafat sains jelas bukan
suatu kemandirian cabang sains dari praktek ilmiah secara aktual.
2) Lewis White Beck Filsafat sains membahas dan mengevaluasi
metode-metode pemikiran ilmiah serta mencoba menemukan dan
pentingnya upaya ilmiah sebagai suatu keseluruhan
3) Cornelius Benjamin Cabang pengetahuan filsafati yang merupakan
telaah sistematis mengenai sains, khususnya metode-metodenya,
konsep-konsepnya dan praanggapan-praanggapan, serta letaknya
dalam kerangka umum cabang-cabang pengetahuan intelektual.
4) Michael V. Berry Penelaahan tentang logika interen dari teori-teori
ilmiah dan hubungan-hubungan antara percobaan dan teori, yakni
tentang metode ilmiah.
5) May Brodbeck Analisis yang netral secara etis dan filsafati,
pelukisan dan penjelasan mengenai landasan – landasan sains.
6) Peter Caws Filsafat sains merupakan suatu bagian filsafat, yang
mencoba berbuat bagi sains apa yang filsafat seumumnya
melakukan pada seluruh pengalaman manusia. Filsafat melakukan
dua macam hal : di satu pihak, ini membangun teori-teori tentang
manusia dan alam semesta, dan menyajikannya sebagai landasan-
landasan bagi keyakinan dan tindakan; di lain pihak, filsafat
memeriksa secara kritis segala hal yang dapat disajikan sebagai
suatu landasan bagi keyakinan atau tindakan, termasuk teori-
teorinya sendiri, dengan harapan pada penghapusan ketakajegan dan
kesalahan.
Dari sekian pembagian ilmu dan pembahasan yang
membicarakan filsafat, agaknya ada satu hal yang mendapat porsi
lebih utama dari yang lainnya, dan yang satu hal ini dinamai dengan
berbagai macam nama yang maksudnya tetap sama yaitu , filsafat
tinggi (’ulya), filsafat utama (aula), ilmu tertinggi ( a’la), ilmu
universal (kulli), teologi (Ilahiyah), dan filsafat metafisika.

Ketika perhatian para filsuf kuno tentang filsafat ini lebih


tercurah pada masalah filsafat tinggi, maka akhirnya kita bisa
melihat arti filsafat menurut para filsuf kuno yang terbagi menjadi
dua, pertama adalah arti yang umum ; yaitu berbagai ilmu
pengetahuan yang rasional dan yang kedua adalah arti khusus,
yaitu : ilmu yang berhubungan dengan ketuhanan (Ilahiyah) atau
filsafat tinggi yang nota benenya adalah pecahan dari filsafat teoritis.
Sedangkan menurut terminologi muslimin, filsafat adalah nama bagi
seluruh ilmu rasional dan bukan nama dari satu ilmu tertentu.

2. Objek Materi Filsafat


1) Masalah Tuhan, yang sama sekali diluar atau diatas jangkauan ilmu
pengetahuan biasa.
2) Masalah alam, yang belum atau tidak bisa dijawab dengan ilmu
pengetahuan biasa.
3) Masalah manusia

3. Objek Formal Filsafat


Mencari keterangan sedalam-dalamnya sampai ke akar persoalan.

4. Sikap manusia terhadap filsafat


1) Terbayang sesuatu yang ruwet dan sulit
2) Perbuatan yang tidak berguna
3) Filsafat berbahaya, tidak boleh dan dosa.
4) Filsafat adalah belajar,tempat melatih akal untuk berpikir.

5. Kegunaan Filsafat
1) Pedoman dalam kenyataan kehidupan sehari-hari.
2) Melalui filsafat (salah satunya) tingkah lakunya akan lebih bernilai
3) Kehidupan dan penghidupan ke arah yang negatif akan dapat
dihindari dan dikurangi.

6. Filsafat Dan Sains

Pada zaman ini, di barat filsafat khususnya metafisika dianggap


bukanlah sebagai sains. Sebagaimana yang dikatakan August Comte,
bahwa filsafat dalam bentuk metafisika adalah fase kedua dalam
perkembangan manusia, setelah agama yang disebut sebagai fase
pertamanya.Adapun yang disebut dengan fase ketiga atau fase yang
paling modern dalam perkembangan manusia adalah sains yang bersifat
positivistik ( yang dapat dilihat oleh indra lahir manusia ).

Dan karena sains merupakan perkembangan terakhir fase ketiga


maka manusia modern harus meninggalkan fase-fase sebelumnya yang
dianggap sudah kuno seperti fase agama, teologis dan metafisika
filosofis jika ingin tetap bisa dikatakan sebagai manusia modern.

Berbeda dengan apa yang terjadi dibarat, dalam tradisi ilmiah


Islam filsafat tetap dipertahankan hingga kini dalam posisi ilmiahnya
yang tinggi sebagai sumber atau basis bagi ilmu-ilmu umum yang biasa
kita sebut sebagai sains, yakni cabang-cabang ilmu yang berkaitan
dengan dunia empiris, dunia fisik.

Dalam tradisi Islam, Filsafat adalah induk dari semua ilmu yang
menelaah ilmu rasional (aqliyyah) seperti metafisika, fisika dan
matematika. Adapun sains dalam tradisi ilmiah Islam adalah termasuk
kedalam kelompok ilmu rasional dibawah ilmu-ilmu fisik, sehingga
mau tidak mau sains harus tetap menginduk kepada filsafat, khususnya
kepada metafisika filsafat. Alih-alih sains dikatakan terlepas dari
filsafat sebagaimana yang disinyalir oleh August Comte, filsafat justru
dipandang sebagai induk dari sains.

Selain sebagai basis metafisik ilmu (sains), filsafat juga bisa


dijadikan sebagai basis moral bagi ilmu dengan alasan bahwa tujuan
menuntut ilmu dari sudut aksiologis adalah untuk memperoleh
kebahagiaan bagi siapa saja yang menuntutnya.
Filsafat, khususnya Metafisika adalah ilmu yang mempelajari
sebab pertama atau Tuhan, yang menempati derajat tertinggi dari objek
ilmu. Oleh karena itu sudah semestinyalah jika metafisika dijadikan
basis etis peneletian ilmiah karena ilmu ini akan memberikan
kebahagiaan kepada siapa saja yang mengkajinya.

7. Perbedaan filsafat dan sains


Sains atau science dalam bahasa inggris, berasal dari bahasa latin
scientia yang berarti “mengetahui” merujuk ke metodologi sistematik
yang bertujuan menggali informasi akurat mengenai fakta dan berusaha
memodelkannya. Dari model tersebut manusia berusaha memprediksi
apa yang akan terjadi di masa yang akan datang. Tentu saja prediksi
yang dibuat harus dapat diandalkan, kuantitatif, dan konkrit.

Perbedaan yang paling mendasar antara filsafat dan sains adalah


cara mengambil kesimpulan. Filsafat berusaha mencari kebenaran atas
suatu hipotesa hanya dengan kekuatan berfikir. Sains bertumpu pada
data-data yang telah diambil dan diverifikasi. Oleh karena itu keluaran
yang dihasilkan juga berbeda tipe. Teori-teori keluaran filsafat bersifat
Kualitatif dan Subjektif. Sedangkan sains menghasilkan output yang
Kuantitatif dan Objektif.
Terdapat perbedaan yang hakiki antara filsafat dan sains,
diantaranya:
a. Sains bersifat analisis dan hanya menggarap salah satu pengetahuan
sebagai objek formalnya. Filsafat bersifat synopsis, artinya melihat
segala sesuatu dengan menekankan secara keseluruhan, karena
keseluruhan mempunyai sifat tersendiri yang tidak ada pada bagian-
bagiannya.
b. Sains bersifat deskriptif tentang objeknya agar dapat menentukan fakta-
fakta, netral dalam arti tidak memihak pada etik tertentu.Filsafat tidak
hanya menggambarkan sesuatu melainkan membantu manusia untuk
mengambil putusan-putusan tentang tujuan, nilai-nilai dan tentang apa-
apa yang harus diperbuat manusia. Filsafat tidak netral karena, faktor
subjektif memegang peranan yang penting dalam filsafat.

c. Sains mengawali kerjanya dengan bertolak dan suatu asumsi yang tidak
perlu diuji, sudah diakui dan diyakini kebenarannya. Filsafat bisa
merenungkan kembali asumsi-asumsi yang telah ada untuk diuji ulang
kebenarannya. Jadi, filsafat dapat meragukan setiap asumsi yang ada,
dimana oleh sains telah diakui kebenarannya.

d. Sains menggunakan eksperimentasi terkontrol sebagai metode yang


khas. Verfikasi terhadap teori dilakukan dengan cara menguji dalam
praktek berdasarkan metode sains yang empiris.Selain menggunakan
teori, filsafat dapat juga menggunakan hasil sains, dilakukan dengan
menggunakan akal pikiran yang didasarkan pada pengalaman insani.

Jadi, sains berhubungan dan mempersoalkan fakta-fakta yang


faktual, diperoleh dengan menggunakan eksperimen, observasi dan
verifikasi, hanya berhubungan dengan sebagian aspek kehidupan di
dunia ini. Sedangkan filsafat mencoba menghubungkan dengan
keseluruhan pengalaman, untuk memperoleh suatu pandangan yang
lebih komprehensif dan bermakna tentang sesuatu.
Secara umum manusia berpikir induktif, yaitu dari hal khusus
ke umum, dan relatif membuat asumsi-asumsi yang mendukung
hipotesanya. Data bersifat kebalikannya, yaitu membatasi ruang
cakupan teori dan mengerucutkan hipotesa sehingga menjadi teorema
yang khusus. Karenanya filsafat juga menghasilkan teori-teori yang
Umum dan Eksperimental, sedangkan keluaran sains bersifat Spesial
dan Empiris.

Walaupun berbeda, filsafat dan sains tetap memiliki sifat-sifat


ilmu yaitu temporal, sistematis, rasional, kritis, dan logis. Temporal
artinya bersifat sementara, teori apapun di dunia ini jika ada teori
pengganti yang lebih baik atau lebih global akan ditinggalkan.
Sistematis, rasional, kritis, dan logis adalah cara manusia berpikir.
Keempat sifat itu adalah setting default otak manusia. Bila satu saja
ditinggalkan, teori yang dihasilkan tidak akan bertahan.

Bagaimanapun juga ada beberapa hal yang tidak bisa dicover


metode sains secara indah. Disinilah metode filsafat berperan. Ilmu
sosial dan psikologi contohnya. Data yang diambil seringkali terlalu
acak untuk dapat dianalisis dengan metode ilmiah. Maka dari itu intuisi
dan pemikiran manusia yang notabene merupakan metode filsafat
banyak berperan disana.

8. Ilmu Sains dan Hubungannya dengan Filsafat

Menurut Titus (1959) dalam Uyoh Sadulloh (2012), sains


diartikan sebagai common sense yang diatur dan diorganisasikan,
mengadakan pendekatan terhadap benda-benda atau peristiwa-peristiwa
dengan menggunakan metode observasi yang teliti dan krisis. Sains
merupakan suatu metode berfikir yang bersifat  objektif, tujuannya
untuk menggambarkan dan memberi makna terhadap dunia factual.
Sains juga bersifat relative, dalam arti bahwa suatu kebenaran sains
dapat diuji kembali oleh pengalaman berikutnya kemungkinan
diperbaharui, bahkan dapat saja ditolak kalau memang hasil temuan
baru tersebut harus menolak.

Dalam perkembangan sains banyak terpengaruh dari pemikiran-


pemikiran para filsuf, seperti Leibniz yang menemukan “kalkulus
diferensial”, Whitehead dan Bartrand Russel dengan teori
matematikanya yang terkenal, Ibnu Sina seorang filsuf muslim yang
telah banyak memberikan sumbangan terhadap perkembangan ilmu
kedokteran, Ibnu Khaldun seorang filsuf muslim juga yang telah
berjasa dalam mempelopori pengembangan ilmu sejarah dan sosiologi,
mendahului Agust Comte yang oleh Barat dianggap sebagai Bapak
Sosiologi. Tidak hanya perkembangan sains yang dipengaruhi oleh
filsafat, namun perkembangan filsafat juga dipengaruhi oleh sains.
Sains membantu filsafat dalam mengembangkan sejumlah bahan-bahan
deskriptif dan factual serta esensialbagi pemikiran filsafat, sains
mengoreksi filsafat dengan jalan menghilangkan sejumlah ide-ide yang
bertentangan dengan pengetahuan ilmiah. (Uyoh Sadulloh, 2012).

Filsafat dan sains memiliki beberapa kesamaan, diantaranya


adalah 1) keduanya menunjukkan metode berfikir reflektif dalam
menghadapi fakta-fakta dunia dan hidup, 2) keduanya menunjukkan
sikap kritis dan terbuka, serta memberikan perhatian yang tidak berat
sebelah terhadap kebenarannya, 3) keduanya tertarik terhadap
pengetahuan yang terorganisasi dan tersusun secara sistematis.
9. Cabang-Cabang Ilmu Filsafat

Pengamat dan pengkaji filsafat melakukan pembagian yang


berbeda-beda mengenai cabang filsafat. Berikut ini adalah pembagian
yang dilakukan oleh para filsuf, pengamat, dan ahli filsafat (Nurani
Soyomukti, 2011):

1) Menurut Platon, filsafat dibagi menjadi tiga cabang, yaitu dialektia


( tantang ide-ide atau pengertian umum), Fisika (tentang dunia
material), dan Etika (tentang hal ikhwal baik atau buruk).
2) Aristoteles membagi filsafat menjadi empat cabang, yaitu Logika
(ilmu yang dianggap mendahului filsafat), Filsafat Teoritis (cabang ini
mencangkup ilmu fisika yang mempersoalkan dunia materi dan alam
nyata, ilmu matematika yang mempersoalkan hakikat segala sesuatu
dalam kuantitasnya, ilmu metafisika yang mempersoalkan hakikat
segala sesuatu), Filsafat Praktis (cabang ini mencangkup ilmu etika
yang mengatur kesusilaan dan kebahagiaan dalam hidup perseorangan
dan ilmu ekonomi yang mengatur kesusilaan dan kemakmuran di dalam
Negara), dan Filsafat Poetika (ilmu kesenian).
3) De Vos menggolongankan filsafat menjadi beberapa cabang, yaitu
Metafisika, Logika, Filsafat Alam, Filsafat Sejarah, Etika, Estetika, dan
Antropilogi.
4) Albuerey Castell membagi masalah-masalah filsafat menjadi enam
bagian, yaitu Teologis, Metafisika, Epistimologi, Etika, Politik, dan
Sejarah.
5) Richard H. Popkin dan Dr. Avrum Astroll membagi filsafat ke dalam
tujuh cabang ilmu, yaitu Etika, Filsafat Politik, Metafisika, Filsafat
Agama, Teori Pengetahuan, Logika, dan Filsafat Kontemporer.
6) M. J. Langeveld mengatakan bahwa filsafat adalah ilmu yang
kesatuannya terdiri atas tiga lingkungan masalah, yaitu Masalah
Keadaan (Metafisika manusia, alam, dan seterusnya), Masalah
Pengetahuan (Teori kebenaran, teori pengetahuan, dan logika), Masalah
Nilai (teori nilai etika, estetika yang bernilai berdasaarkan religi).
KESIMPULAN

Objek filsafat adalah mengambil alih berbagai hasil sains,


menambahkan pada hasil-hasil sains yang diambil alih tersebut dengan
berbagai hasil pengalaman etis dan religius umat manusia kemudian
merefleksikannya secara keseluruhan. Harapannya, dengan pengertian seperti
ini kita bisa mencari beberapa kesimpulan umum seperti sifat-sifat dasar atau
hakikat alam semesta, kedudukan dan harapan-harapan kita di alam semesta.
Zaman ini sains lebih bersufat kuantitatif daripada kualitatif. Sifat ini
mengungkapkan hubungan tentang intensitas (keterarahan) dua fenomena.
Sebagai contoh, intensitas pada arus listrik dan pada penerangan sebuah
lampu pijar. Untuk mengimbangi pada ketidakmampuhannya dalam
menjawab pertanyaan "bagaimana" yaitu dengan menampilkan kekayaannya
akan data seperti melalui pertanyaan "berapa banyak". Riset monograf dan
textbook mirip dengan menekankan pada hubungan kuantitatif yang bisa
diobservasi dan jarang pergi jauh ke dalam daerah pedalaman spekulatif
dimana pertanyaan "bagaimana" harus mendahului "berapa banyak". Usaha
mempelajari hubungan kuantitatif terlalu sering meninggalkan bukan hanya
instruktur tetapi juga waktu luang pelajar untuk lebih banyak melakukan
penyelidikan atau spekulasi seperti terhadap mekanisme hubungan
kuantutatif itu sendiri. 

Anda mungkin juga menyukai