Anda di halaman 1dari 7

Tugas Pendidikan Kewarganegaraan

Nama : Stevania Anita Senda


NIM : 1910020028
Kelas : 2A
Prodi : Akuntansi
Dosen Wali : Herly M. Oematan

1. Bagaimana sifat dan kedudukan UUD NKRI tahun 1945?


A. Kedudukan UUD 1945

Sebagai hukum dasar, UUD 1945 merupakan sumber hukum tertinggi dari keseluruhan
produk hukum di Indonesia. Produk-produk hukum seperti undang- undang, peraturan
pemerintah, atau peraturan presiden, dan lain-lainnya, bahkansetiap tindakan atau kebijakan
pemerintah harus dilandasi dan bersumber pada peraturan yang lebih tinggi, yang pada
akhirnya harus dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan UUD 1945.

Tata urutan peraturan perundang-undangan pertama kali diatur dalam Ketetapan MPRS No.
XX/MPRS/1966, yang kemudian diperbaharui dengan Ketetapan MPR No. III/MPR/2000, dan
terakhir diatur dengan Undang-undang No.10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan, dimana dalam Pasal 7 diatur mengenai jenis dan hierarki Peraturan
Perundang-undangan yaitu adalah sebagai berikut :

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945


2. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
3. Peraturan Pemerintah
4. Peraturan Presiden
5. Peraturan Daerah
6. Peraturan Daerah Provinsi dibuat oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi
bersama dengan Gubernur
7. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota dibuat oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Kabupaten/Kota bersama Bupati/Walikota
8. Peraturan Desa/peraturan yang setingkat, dibuat oleh badan perwakilan desa atau nama
lainnya bersama dengan kepala desa atau nama lainnya

Undang-Undang Dasar bukanlah satu-satunya atau keseluruhan hokum dasar, melainkan


hanya merupakan sebagian dari hukum dasar, masih ada hukum dasar yang lain, yaitu hukum
dasar yang tidak tertulis. Hukum dasar yang tidak tertulis tersebut merupakan aturan-aturan dasar
yang timbul dan terpelihara dalam praktek penyelenggaraan negara -meskipun tidak tertulis –
yaitu yang biasa dikenal dengan nama ‘Konvensi’. Konvensi merupakan aturan pelengkap atau
pengisi kekosongan hukum yang timbul dan terpelihara dalam praktek penyelenggaraan
ketatanegaaan, dimana Konvensi tidak terdapat dalam UUD 1945 dan tidak boleh bertentangan
dengan UUD 1945.

B. Sifat UUD 1945

Masyarakat dan negara Indonesia tumbuh, zaman berubah, oleh karena itu dinamika kehidupan
masyarakat dan negara tidak bisa dihentikan. Berhubungan dengan hal ini, tidak bijak jika tergesa-
gesa memberi kristalisasi, meberi bentuk (Gestaltung) kepada pikiran-pikiran yang mudah berubah.
Sifat aturan yang tertulis itu mengikat. Oleh karena itu maakin supel (elastis) sifat aturan tersebut
akan semakin baik. Jadi kita harus menjaga supaya system Undang-Undang Dasar tidak ketinggalan
jaman. Jangan sampai kita membuat Undang-undang yang mudah tidak sesuai dengan keadaan
(verouderd).
Sifat-sifat Undang-Undang Dasar 1945 adalah sebagai berikut :
a. Oleh karena sifatnya tertulis, maka rumusannya jelas, merupakan suatu hukum yang
mengikat pemerintah sebagai penyelenggara negara, maupun mengikat bagi setiap warga
negara.
b. Sebagaimana tersebut dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945, bahwa UUD 1945
bersifat singkat dan supel, memuat aturan-aturan yaitu memuat aturan-aturan pokok yang
setiap kali harus dikembangkan sesuai dengan perkembangan jaman,serta memuat hak-hak
asasi manusia.
c. Memuat norma-norma, aturan-aturan, serta ketentuan-ketentuan yang dapat dan harus
dilaksanakan secara konstitusional.
d. Undang-Undang Dasar 1945 dalam tertib hukum Indonesia,merupakan peraturan hukum
positif yang tertinggi. Disamping itu, juga sebagai alat kontrol terhadap norma-norma
hukum positif yang lebih rendah dalam hierarki tertib hukum Indonesia.
e. UUD 1945 bersifat supel (elastis). Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa masyarakat itu
terus berkembang dan dinamis. Negara Indonesia akan terus tumbuh dan berkembang
seiring dengan perubahan zaman. Oleh karena itu, bangsa Indonesia harus tetap menjaga
supaya sistem Undang-Undang Dasar tidak ketinggalan zaman.
f. Rigid. Mempunyai kedudukan dan derajat yang lebih tinggi dari peraturan perundang-
undangan yang lain, serta hanya dapat diubah dengan cara khusus dan istimewa.
2. Bagaimana hubungan Pembukaan dengan Batang Tubuh UUD 1945

Pembukaan UUD 1945 yang merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, bahkan hal
ini menjadi rangkaian kesatuan nilai dan norma yang terpadu. Batang Tubuh UUD 1945 terdiri dari
rangkaian pasal-pasal merupakan perwujudan pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam
Pembukaan UUD 1945, yang tidak lain adalah pokok pikiran : Persatuan Indonesia, Keadilan
social, Kedaulatan Rakyat berdasar atas kerakyatan dan permusyawaratan/perwakilan, dan
Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar Kemanusiaan yang adil dan beradab. Pokok-pokok
pikiran tersebut tidak lain adalah pancaran dari Pancasila yang telah mampu memberikan semangat
dan terpancang dalam perangkat UUD 1945. Semangat (Pembukaan) pada hakikatnya merupakan
suatu rangkaian kesatuan yang tak dapat dipisahkan. Kesatuan serta semangat yang demikian itulah
yang harus diketahui, dipahami, dan dihayati oleh setiap insan warga Negara Indonesia.
Hubungan Pembukaan UUD 1945 dengan Batang Tubuh UUD 1945:
1. Pembukaan UUU 1945 mempunyai kedudukan yang lebih tinggi dibandingkan dengan
batang tubuh UUD 1945, karena dalam pembukaan terdapat dasar negara yaitu Pancasila dan
menyebutkan fungsi dan tujuan bangsa Indonesia. Sedangkan pembukaan UUD 1945
mempunyai hubungan langsung dan hubungan kausalitas dengan batang tubuhnya
2. Pembukaan UUD 1945 terdiri atas empat alinea, dan setiap alinea memiliki spesifikasi jika
ditinjau berdasarkan isinya. Khususnya bagian alinea keempat, memuat dasar-dasar
fundamental Negara yaitu tujuan Negara, ketentuan Undang-undang Negara, bentuk Negara,
dan dasar filsafat Negara Pancasila. oleh karena itu alinea keempat ini memiliki hubungan “
kausal organis “ dengan pasal-pasal UUD 1945, sehingga erat hubungannya dengan isi pasal-
pasal UUD 1945.
3. Hubungan langsung pembukaan UUD 1945 dengan batang tubuhnya terletak pada alinea
empat juga. Karena ada alinea empat berisi pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam
pembukaan yang dijelmakan ke dalam pasal-pasal UUD 1945.
4. Dalam sistem tata Negara hokum Republik Indonesia, pembukaan UUD 1945 memenuhi
kedudukan sebagai pokok kaidah Negara yang fundamental, karena ditinjau dari segi
terjadinya pembukaan UUD 1945dibuat oleh para pendiri Negara (PPKI), sedangkam
ditinjau dari segi isinya pembukaan UUD 1945 memuat tujuan Negara, asas rohani
(Pancasila), asal politik Negara (Republik Berkedaulatan Rakyat), dan memuat ketentuan
yang menetakan adanya suatu Undang-undang.
3. Bagaimana dinamika pelaksanaan UUD NKRI 1945?
Dinamika dapat diartikan keseluruhan perubahan dari seluruh komponen masyarakat dari
waktu ke waktu berupa perubahan-perubahan nilai-nilai sosial, norma-norma yang berlaku di
masyarakat, pola-pola perilaku individu dan organisasi, susunan lembaga kemasyarakatan, lapisan-
lapisan maupun kelas-kelas dalam masyarakat, kekuasaan, dan wewenang. Dengan kata lain
dinamika merupakan perubahan sosial meliputi perubahan organisasi sosial, status, lembaga, dan
struktur social masyarakat.
A. Dinamika Pelaksanaan UUD 1945 Pada Masa Orde Lama
Sejak dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 juli 1959 itu maka UUD 1945 berlaku kembali di
Negara Republik Indonesia. Sekalipun UUD 1945 secara yuridis formal sebagai hukum dasar
tertulis yang berlaku di Indonesia namun realisasi ketatanegaraan Indonesia tidak melaksanakan
makna dari UUD 1945 itu sendiri. Sejak itu mulai berkuasa kekuasaan Orde Lama yang secara
ideologis banyak dipengaruhi oleh paham komunisme. Hal ini nampak adanya berbagai macam
penyimpangan ideologis yang dituangkan dalam berbagai bidang kebijaksanaan dalam negara.
Dikukuhkannya ideologi Nasakom, dipaksakannya doktrin Negara dalam keadaan revolusi.
Oleh karena revolusi adalah permanen maka Presiden sebagai Kepala Negara yang sekaligus juga
sebagai Pemimpin Besar Revolusi, diangkat menjadi Pemimpin Besar Revolusi, sehingga Presiden
masa jabatannya seumur hidup.Penyimpangan ideologis maupun konstitusional ini berakibat pada
penyimpangan-penyimpangan konstitusional lainnya sebagai berikut :
1. Demokrasi di Indonesia diarahkan menjadi demokrasi terpimpin, yang dipimpin oleh
presiden, sehingga praktis bersifat otoriter. pada sebenarnya di negara Indonesia yang
berdasarkan Pancasila berazas-kan kerakyatan,sehingga seharusnya rakyatlah sebagai
pemegang serta asal mula kekuasaan negara, demikian juga sebagaimana yang
tercantum dalam UUD 1945.
2. Oleh karena Presiden sebagai pemimpin besar revolusi maka memiliki wewenang
yang melebihi sebagaimana yang sudah di tentukan oleh Undang-Undang Dasar 1945,
yaitu mengeluarkan produk hukum yang setingkat denganUndang-Undang tanpa
melalui persetujuan DPR dalam bentuk penetapan presiden.
3. Dalam tahun 1960, karena DPR tidak dapat menyetujui rancangan pendapatan dan
Belanja Negara yang di ajukan oleh pemerintah. Kemudian presiden waktu itu
membubarkan DPR hasil pemilu 1955 dan kemudian membentuk DPR gotong royong.
Hal ini jelas- jelas sebagai pelanggaran konstitusional yaitu kekuasaan eksekutif di atas
kekuasaan legislatif.
4. Pimpinan lembaga tertinggi dan tinggi negara dijadikan menteri negara, yang berarti
sebagai pembantu presiden. Selain penyimpangan-penyimpangan tersebut masih
banyak penyimpangan-penyimpangan dalam pelaksanaan ketatanegaraan yang
seharusnya berdasarkan pada UUD 1945. Karena pelaksanaan yang inskonstitusional
itulah maka berakibat pada ketidak stabilan dalam bidang politik, ekonomi terutama
dalam bidang keamanan. Puncak dari kekuasaan Orde Lama tersebut ditandai dengan
pemberontakan G30S.PKI. dan pemberontakan tersebut dapat digagalkan oleh rakyat
Indonesia terutama oleh generasi muda. Dengan dipelopori oleh pemuda, pelajar, dan
mahasiswa rakyat Indonesia menyampaikan Tritula (Tri Tuntutan Rakyat) yang
meliputi:
a. Bubarkan PKI.
b. Bersihkan kabinet dari unsur-unsur KPI.
c. Turunkan harga/perbaikan ekonomi.

Gelombang gerakan rakyat semakin besar, sehingga presiden tidak mampu lagi
mengembalikannya ,maka keluarlah surat perintah 11 maret 1966 yang memberikan kepada Letnan
Jenderal Soeharto untuk mengambil langkah-langkah dalam mengembalikan keamanan negara.
Sejak peristiwa inilah sejarah ketatanegaraan Indonesia dikuasai oleh kekuasaan Orde Baru.

B. Dinamika Pelaksanaan UUD 1945 Pada Masa Orde Baru


Masa orde baru berada dibawah kepemimpinan Soeharto dalam misi mengembalikan
keadaan setelah pemberontakan PKI, masa orde baru juga mempelopori pembangunan nasional
sehingga sering dikenal sebagai orde pembangunan. MPRS mengeluarkan berbagai macam
keputusan penting, antara lain :
1. Tap MPRS No. XVIII/MPRS/1966 tentang kabinet Ampera yang menyatakan agar
presiden menugasi pengemban Super Semar, Jenderal Soeharto untuk segera
membentuk kabinet Ampera.
2. Tap MPRS No. XVII/MPRS/1966 yang dengan permintaan maaf, menarik kembali
pengangkatan pemimpin Besar Revolusi menjadi presiden seumur hidup. Tap MPRS
No. XX/MPRS/1966 tentang memorandum DPRGR mengenai sumber tertib hukum
republik Indonesia dan tata urutan perundang -undangan.
3. Tap MPRS No. XXII/MPRS/1966 mengenai penyederhanaan kepartaian, keormasan
dan kekaryaan.
4. Tap MPRS No. XXV/MPRS/1966 tentang pembubaran partai komunis Indonesia dan
pernyataan tentang partai tersebut sebagai partai terlarang diseluruh wilayah Indonesia,
dan larangan pada setiap kegiatan untuk menyebar luaskan atau mengembangkan
faham ajaran komunisme/Marxisme, Leninisme.
Pada saat itu bangsa Indonesia dalam keadaan yang tidak menentu baik yang menyangkut
bidang politik, ekonomi maupun keamanan. Dalam keadaan yang demikian inilah pada bulan
Februari 1967 DPRGR mengeluarkan suatu resolusi yaitu meminta MPR(S) agar mengadakan
sidang istimewa pada bulan maret 1967. Sidang istimewa tersebut mengambil suatu keputusan
sebagai berikut :
1. Presiden Soekarno tidak dapat memenuhi tanggungjawab konstitusional dan tidak
menjalankan GBHN sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945.
2. Sidang menetapkan berlakunya Tap No. XV/MPRS/1966 tentang pemilihan/
penunjukan wakil presiden dan tata cara pengangkatan pejabat presiden dan
mengangkat Jenderal Soeharto. Pengembangan Tap. No. 6 IX/MPRS/1966, sebagai
pejabat presiden berdasarkan pasal 8 Undang-Undang Dasar 1945 hingga dipilihnya
presiden oleh MPR hasil pemilihan umum.

Dalam masa orde baru ini (1967-1997) pelaksanaan UUD 1945 belum juga murni dan
konsekuen, praktis kekuasaan presiden tidak secara langsung kekuasaan lembaga tertinggi dan
tinggi negara dibawah kekuasaan presiden tetapi seluruhnya hampir dituangkan dalam mekanisme
peraturan antara lain :
1. UU no.16/1969 dan UU no.5/1975 tentang kedudukan DPR, MPR, DPRD.
2. UU no.3/1975 dan UU no.3/1985 tentang parpol dan golkar.
3. UU no.15/969 dan UU no.4/1975 tentang pemilu.

Pada masa awal kekuasaan Orde Baru berupaya untuk memperbaiki nasib bangsa dalam
berbagai bidang antara lain dalam bidang politik, ekonomi, sosial, budaya maupun keamanan. Di
bidang politik dilaksanakanlah pemilu yang dituangkan dalam Undang-Undang No.15 tahun 1969
tentang pemilu umum, Undang-Undang No.16 tentang susunan dan kedudukan majelis
permusyawaratan rakyat, dewan perwakilan rakyat dan dewan perwakilan rakyat daerah. Atas dasar
ketentuan undang-undang tersebut kemudian pemerintah Orde Baru berhasil mengadakan pemilu
pertama.
Pada awalnya bangsa Indonesia memang merasakan perubahan peningkatan nasib bangsa
dalam berbagai bidang melalui suatu program negara yang dituangkan dalam GBHN yang disebut
pelita (pembangunan lima tahun). Hal ini wajar dirasakan oleh bangsa Indonesia karena sejak tahun
1945 setelah kemerdekaan nasib bangsa Indonesia senantiasa dalam kesulitan dan
kemiskinan.Namun demikian lambat laun program-program negara buakannya diperuntukan
kepada rakyat melainkan demi kekuasaan. Mulailah ambisi kekuasaan orde baru menjalar keseluruh
sandi-sandi kehidupan ketatanegaraan Indonesia. Kekuasaan orde baru menjadi otoriter namun
seakan-akan dilaksanakan secara demokratis.
Penafsiran dan penuangan pasal-pasal Undang-Undang Dasar 1945 tidak dilaksanakan
sesuai dengan amanat sebagaimana tertuang dan terkandung dalam Undang-Undang Dasar tersebut
melainkan dimanipulasikan demi kekuasaan. Bahkan pancasila pun diperalat demi legitimasi
kekuasaan dan tindakan presiden. Hal ini terbukti dengan adanya ketetapan MPR No.II/MPR/1978.
Tentang P-4 yang dalam kenyataannya sebagai media untuk propaganda kekuasaan orde baru.
Realisasi UUD 1945 lebih banyak memberikan porsi atas kekuasaan presiden. Walaupun
sebenarnya UUD 1945 tidak mengamanatkan demikian.

C. Dinamika Pelaksanaan UUD 1945 Pada Masa Reformasi


Masa Orde Baru di bawah kepemimpinan presiden Soeharto sampai tahun 1998 membuat
pemerintahan Indonesia tidak mengamanatkan nilai-nilai demokrasi seperti yang tercantum dalam
Pancasila, bahkan juga tidak mencerminkan pelaksanaan demokrasi atas dasar norma-norma dan
pasal-pasal UUD 1945. Pemerintahan dicemari korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN). Keadaan
tersebut membuat rakyat Indonesia semakin menderita. Terutama karena adanya krisis moneter
yang melanda Indonesia yang membuat perekonomian Indonesia hancur. Hal itu menyebabkan
munculnya berbagai gerakan masyarakat yang dipelopori oleh generasi muda Indonesia terutama
mahasiswa sebagai gerakan moral yang menuntut adanya reformasi disegala bidang Negara.
Keberhasilan reformasi tersebut ditandai dengan turunnya presiden Soeharto dari jabatannya
sebagai presiden dan diganti oleh Prof. B.J Habibie pada tanggal 21 mei 1998. Kemudian bangsa
Indonesia menyadari bahwa UUD 1945 yang berlaku pada zaman orde baru masih memiliki banyak
kekurangan, sehingga perlu diadakan amandemen lagi. Berbagai macam produk peraturan
perundang-undangan yang dihasilkan dalam reformasi hukum antara lain UU. Politik Tahun 1999,
yaitu UU. No.2 tahun 1999, tentang partai politik, UU. No.3 tahun 1999, tentang pemilihan umum
dan UU. No. 4 tahun 1999 tentang susunan dan kedudukan MPR, DPR, dan DPRD; UU otonomi
daerah, yaitu meliputi UU. No.25 tahun 1999. Tentang pemerintahan daerah, UU. No.25 tahun
1999, tentang pertimbangan keuangan antar pemerintahan pusat dan daerah dan UU. No.28 tahun
1999 tentang penyelenggaraan Negara yang bersih dan bebas dari KKN. Berdasarkan reformasi
tersebut bangsa Indonesia sudah mampu melaksanakan pemilu pada tahun 1999 dan menghasilkan
MPR, DPR dan DPRD hasil aspirasi rakyat secara demokratis.

Anda mungkin juga menyukai