Sistem Komputerisasi Haji PDF
Sistem Komputerisasi Haji PDF
TERPADU
BIDANG KESEHATAN
A. Aplikasi SISKOHATKES
Tujuan dari aplikasi ini adalah membantu petugas untuk mengetahui laporan harian dan
kejadian-kejadian penting yang dialami oleh jemaah haji sehingga pelaporan dan
pemantauan jemaah haji dapat lebih cepat dan akurat. Teknologi yang digunakan untuk
pengembangan aplikasi ini, pengembang menggunakan Gammu. Gammu adalah
sekumpulan script programming yang berisi utilitas dan library untuk dapat bekerja
dengan handphone dari berbagai merk dan jenis. Mendukung berbagai macam model
tetapi fungsi dasar tetap dapat berjalan dengan baik. Dapat digunakan untuk phonebook,
pesan (SMS, MMS,dll) calender, radio serta kamera. Pada intinya aplikasi ini berlaku
pada semua tingkatan, mulai dari pusat, propinsi, kota dan Puskesmas. Menggunakan
versi gammu-1.25.0, aplikasi dapat diinstal ke server/PC yang berplatform Linux ataupun
Windows.
PENCATATAN DAN PELAPORAN MELALUI APLIKASI
SISKOHATKES
Alur Kegiatan Sistem Komputerisasi Haji Terpadu
Kesehatan
Berdasarkan atas konsep surveilans, maka alur kegiatan surveilans kesehatan haji pada
prinsipnya mengikuti siklus tidak terputus sepanjang tahun, berbagai definisi, perubahan
terhadap risk factor dan risk groups akan terus dilakukan penyesuaian mengikuti
perkembangan, begitu pula teknik analisis dan cara diseminasi akan selalu di up date
mengikuti teknologi terkini. Berikut merupakan bagan alur kegiatan Siskohatkes dalam
penyelenggaraan kesehatan haji di Indonesia.
A. Pengumpulan Data
1. Jenis Data
Awal dari kegiatan surveilans kesehatan haji adalah melakukan pengumpulan data
tentang masalah yang berhubungan dengan kesehatan. Secara garis besar data yang harus
dikumpulkan meliputi:
a. Data Rutin : adalah data yang secara berkala dikumpulkan untuk
kepentingan deteksi masalah kesehatan dan laporan eksekutif untuk
kepentingan penanggulangan masalah kesehatan haji. Data rutin terdiri
dari :
1) Data dasar (baseline data) : merupakan set data karakteristik individu
jemaah haji berdasarkandata siskohat Depag terdiri dari : nama, no porsi,
no paspor, umur/tanggal lahir, jenis kelamin, BB, TB, pendidikan,
pekerjaan, asal provinsi, asal kabupaten, gol. darah, data risti berdasarkan
hasil pemeriksaan kesehatan di puskesmas/Rumah sakit di kab/kota, hasil
pemeriksaan terakhir di embarkasi, nomor kloter, embarkasi, tanggal
berangkat, no maktab, no rumah/pondokan.
2) Data harian : data yang dikumpulkan dan dilaporkan perhari di setiap
tingkat administratif. Data harian yang dikumpulkan meliputi :
a) Embarkasi : Data risti berdasarkan hasil pemeriksaan
kesehatan di puskesmas/rumah sakit di kab/kota, data
kumulatif jumlah pemeriksaan kesehatan di embarkasi,
data waktu dan jumlah jemaah saat pemberangkatan
dan pemulangan, data rawat jalan, rawat inap dan
jemaah wafat di embarkasi/deb haji berdasarkan
provinsi dan kab/kota.
b) Kloter : Data kunjungan rawat jalan berdasarkan jenis
penyakit, bila ada jemaah di kloter meninggal dunia
dilakukan pengisian verbal otopsi dan penentuan
CoD oleh dokter kloter
c) Sektor : Jumlah populasi at risk, kondisi faktor risiko
tingkat kloter, proporsi penyakit rawat jalan dikloter
berdasarkan kunjungan harian, data individu jemaah
rawat jalan dan rawat inap di sektor.
d) Daker : Laporan harian pelayanan kesehatan kantor
daerah kerja terdiri dari :
ringkasan eksekutif sesuai standar disertai lampiran
Jumlah jemaah haji (populasi at risk) jumlah kunjungan
rawat jalan sektor, data individu rawat inap di BPHI
dan RSAS, data individu jemaah haji meninggal dan
verifikasi verbal otopsi.
e) PPIH Bidang Kesehatan Arab Saudi : Laporan harian
penyelenggaraan kesehatan haji di Arab Saudi.
f) Sekretariat Tim penyelenggaraan kesehatan haji Depkes
: Laporan harian penyelenggaraan kesehatan haji.
b. Data tidak rutin : Data yang dikumpulkan untuk kepentingan
penanggulangan cepat dan audit terhadap masalah kesehatan diberbagai
level. Data tidak rutin terdiri dari data laporan kasus dan KLB sesuai
standar pelaporan penanggulangan kasus dan KLB pada jemaah haji
Indonesia, data kematian dan pengisian form verbal otopsi, data kehamilan
dan kelahiran, data jemaah yang harus divaksinasi ulang, data jemaah
yang harus diganti lembar K3JH-nya dll.
c. Data Faktor Risiko dan Lingkungan : Data proporsi jemaah berisiko
dan kondisi lingkungan yang dikumpulkan 1 kali saja oleh petugas kloter
diberbagai etape perjalanan haji dan petugas sansur diwilayah kerjanya
masing-masing. (see. Lamp 2). Data yang dikumpulkan meliputi proporsi
usila di kloter, proporsi jemaah dengan penyakit Kronik tertentu
(Hipertensi, DM, PJK, MCI, Asma, PPOK, Obesitas/kahexia, CRF,
Kanker, Hepatitis Kronik) data jarak pondokan dll (see. Lamp ).
d. Data Kajian Epidemiologi : Data yang dikumpulkan secara sistematis
dengan melalui metoda tertentu untuk kepentingan evaluasi dan penentuan
kebijakan kesehatan haji.
6. Pelaksanaan Siskohatkes
Penjelasan berikut ini merupakan pekerjaan yang secara operasional dilakukan oleh
berbagai unsur dalam surveilans :
a. Embarkasi / Debarkasi Haji, pada saat jemaah masuk asrama haji
embarkasi/deb dilakukan rekapitulasi jumlah dan jadual pemberangkatan jemaah
lalu dilakukan pemeriksaan dokumen BKJH dan kartu ICV. Keseluruhan data
rekapitulasi jumlah dan jadual pemberangkatan, hasil pemeriksaan BKJH berupa
diagnosis dan status kelayakan, data faktor risiko dan lingkungan asrama
embarkasi/deb jemaah yang berobat ke poliklinik embarkasi/deb, data jemaah
yang dirujuk ke RS Rujukan serta data jemaah yang meninggal dunia dilakukan
pencatatan dan pengisian verbal otopsi dimasukkan ke dalam sistem.
b. Kloter
1) Data faktor risiko dan lingkungan : Laporan Assessement Kondisi awal kloter
dilaporkan kepada unit PRL KKP embarkasi/deb, sansur sektor di Madinah
dan sansur sektor di Mekkah.
2) Data harian : Laporan Harian, Kloter bertanggung jawab terhadap rekapitulasi
kunjungan di kloter (KHAKK) Lembar tersebut dilaporkan setiap hari paling
lambat pada jam 18.00 WAS kepada sansur sektor dimana kloter berada. Pada
kondisi armina terutama Arafah dan Muzdalifah laporan KHAKK diberikan
pada sansur di BPHI Mina. Data kumulatif kunjungan harian kloter dapat
dikirimkan melalui SMS.
3) Bila terjadi KLB/musibah massal petugas kloter harus melaporkan kejadian
tersebut kepada petugas sansur selambatnya 12 jam dari kasus pertama dan
langsung melakukan penanganan sementara. (KHAIn).
4) Bila terjadi kematian maka petugas kloter harus mengisi lembar otopsi verbal
dan COD ketentuan dan cara pencatatan terlampir. (KHAVA) dan
(KHACOD).
c. Sansur dan perawat daker melakukan entry terhadap jemaah Rawat Inap di
BPHI dan Rumah Sakit Arab Saudi, data kematian jemaah yang terjadi di
wilayahnya. Data Rawat inap dapat dientry melalui SMS yang templatenya
diinstall pada handphone petugas.
d. Petugas Perbekalan Farmasi melakukan entrain terhadap data pemakaian obat.
HASILKEGIATAN SURVEILANS HAJI TAHUN 2011M/1432H
Kesehatan adalah modal perjalanan ibadah haji, tanpa kondisi kesehatan yang memadai
prosesi ritual peribadatan menjadi tidak maksimal. Untuk itu, upaya pertama yang perlu
ditempuh adalah pemeriksaan kesehatan yang merupakan upaya identifikasi status
kesehatan sebagai landasan karakterisasi, prediksi dan penentuan cara eliminassi faktor
risiko kesehatan.
Pemeriksaan kesehatan di Kabupaten Boyolali tahun 2011M/1432H dilaksanakan 2 (dua)
tahap, yaitu tahap pertama di 29 puskesmas dan tahap kedua di 3 (tiga) rumah sakit
pemerintah yang telah ditunjuk sebagai rujukan. Untuk vaksinasi meningitis masih
dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali selain sebagai penanggung
jawab pemeriksaan kesehatan haji. Berikut gambaran hasil pemeriksaan kesehatan haji
Kabupaten Boyolali tahun 2011M/1432H.
Jamaah haji Kabupaten Boyolali sebanyak 745 jamaah yang tersebar di seluruh
kecamatan dan puskesmas. Dari 29 puskesmas dapat dilihat pada grafik bahwa jamaah
haji terbanyak di Puskesmas Boyolali I ada 69 jamaah dan paling sedikit di Puskesmas
Juwangi dengan 2 jamaah haji. Selanjutnya dapat dilihat pada grafik 1.
Grafik 1.
HASILKEGIATAN SURVEILANS HAJI TAHUN 2011M/1432H
Kesehatan adalah modal perjalanan ibadah haji, tanpa kondisi kesehatan yang memadai
prosesi ritual peribadatan menjadi tidak maksimal. Untuk itu, upaya pertama yang perlu
ditempuh adalah pemeriksaan kesehatan yang merupakan upaya identifikasi status
kesehatan sebagai landasan karakterisasi, prediksi dan penentuan cara eliminassi faktor
risiko kesehatan.
Pemeriksaan kesehatan di Kabupaten Boyolali tahun 2011M/1432H dilaksanakan 2 (dua)
tahap, yaitu tahap pertama di 29 puskesmas dan tahap kedua di 3 (tiga) rumah sakit
pemerintah yang telah ditunjuk sebagai rujukan. Untuk vaksinasi meningitis masih
dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali selain sebagai penanggung
jawab pemeriksaan kesehatan haji. Berikut gambaran hasil pemeriksaan kesehatan haji
Kabupaten Boyolali tahun 2011M/1432H.
Jamaah haji Kabupaten Boyolali sebanyak 745 jamaah yang tersebar di seluruh
kecamatan dan puskesmas. Dari 29 puskesmas dapat dilihat pada grafik bahwa jamaah
haji terbanyak di Puskesmas Boyolali I ada 69 jamaah dan paling sedikit di Puskesmas
Juwangi dengan 2 jamaah haji. Selanjutnya dapat dilihat pada grafik 1.
Grafik
Berdasarkan jenis kelamin proporsi jamaah pria 362 orang (49%) lebih sedikit
dibandingkan jamaah haji wanita 383 orang (51%) dan 68% adalah wanita usia subur
(WUS). Kemudian dari penyebaran jamaah haji menurut golongan umur bahwa
golongan umur 41 - 59 tahun (48%) memiliki proporsi tertinggi, disusul golongan
umur ≥ 60 tahun (41%), dan terendah golongan umur ≤ 40 tahun (11%). Dilihat dari
jenis pekerjaan bahwa jamaah haji Kabupaten Boyolali tahun 2011 26% adalah
PNS/ABRI, 17% wiraswasta/pengusaha, dan 57% pekerjaan lainnya. Selanjutnya
dapat dilihat pada grafik 2,3,4, dan 5.
Jemaah haji risiko tinggi adalah jemaah haji dengan kondisi kesehatan yang secara
epidemiologi berisiko sakit dan atau mati selama perjalanan ibadah haji. meliputi :
- Jemaah haji lanjut usia.
- Jemaah haji penderita penyakit menular tertentu yang tidak boleh terbawa keluar dari
Indonesia berdasarkan peraturan kesehatan yang berlaku.
- Jemaah haji wanita hamil.
- Jemaah haji dengan ketidakmampuan tertentu terkait penyakit kronis dan atau
penyakit tertentu lainnya.
Jemaah haji mandiri (M) adalah jemaah haji yang memiliki kemampuan mengikuti
perjalanan ibadah haji tanpa tergantung kepada bantuan alat/obat dan orang lain.
Jemaah haji observasi (O) adalah jemaah haji yang memiliki kemampuan mengikuti
perjalanan ibadah haji dengan bantuan alat dan atau obat.
Jemaah Haji Pengawasan (P) adalah jemaah haji yang memiliki kemampuan mengikuti
perjalanan ibadah haji dengan bantuan alat dan / obat dan orang lain.
Jemaah haji tunda (T) adalah jemaah haji yang kondisi kesehatannya tidak memenuhi
syarat untuk mengikuti perjalanan ibadah haji.
Dari hasil pemeriksaan tahap pertama didapatkan hasil 65,23% jamaah haji mandiri, 33,83%
observasi, dan 0,94% jamaah haji dalam kategori pengawasan. Pada pemeriksaan tahap
pertama juga ditemukan resiko tinggi sebanyak 285 jemaah dengan rincian antara lain 37%
jamaah haji adalah usila (umur > 60 th), 9,99% hypertensi, 7,4% penyakit endokrin dan juga
ditemukan risti lainnya. Selanjutnya lihat pada grafik 6 dan 7.