Tinjauan pustaka
Glaukoma
Agung Haryanto
10-2010-207
D5
Pendahuluan
Glaukoma merupakan kondisi dimana terjadi kerusakan saraf optik yang diikuti dengan
gangguan pada lapangan pandang dan biasanya disebabkan karena tekanan bola mata yang
meninggi. Selain itu penyakit sistemik seperti hipertensi, diabetes mellitus juga merupakan
faktor resiko terjadinya glaukoma selain orang-orang dengan kelainan kacamata dengan minus
tinggi, plus tinggi, migren dan riwayat penyakit glaucoma dalam keluarga dll.
Penyakit ini dapat mengenai satu atau dua mata dan dapat terjadi pada segala umur, baik
laki-laki atau perempuan. Dibanyak negara termasuk Indonesia, glaucoma merupakan penyebab
kebutaan nomor dua setelah katarak.
Alamat korespodensi :
Jln. Terusan Arjuna No.6 Jakarta Barat 11510
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Email : agung.fk16@yahoo.com
1
Anamnesis
Didalam Ilmu Kedokteran, wawancara terhadap pasien disebut anamnesis. Anamnesis
dapat langsung dilakukan terhadap pasien (auto-anamnesis) atau terhadap keluarganya
atau pengantarnya (alo-anamnesis) bila keadaan pasien tidak memungkinkan untuk
diwawancarai. Anamnesis yang baik umumnya terdiri dari identitas, keluhan utama,
riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit dalam keluarga,
riwayat pribadi, dan riwayat sosial.
Pertanyaan yang biasa ditanyakan :
1. Menanyakan keluhan utama pasien;
2. Sejak kapan terjadinya? Durasinya?
3. Apakah serangannya akut/mendadak, bertahap? apakah serangan ini yang pertama
kali atau sudah pernah sebelumnya?
4. Menanyakan apakah dirasakan ada nyeri pada kedua mata? seperti apa nyerinya?
apakah menjalar?
5. Menanyakan apakah mengalami gangguan penglihatan kabur atau menggunakan
kacamata?
6. Menanyakan apakah mengalami mata merah? riwayat trauma atau riwayat kontak
dengan orang mata merah?
7. Menanyakan apakah pernah mengalami nyeri kepala hebat, mual, muntah tanpa
diketahui penyebabnya?
8. Menanyakan apakah dirasakan adanya gatal pada kedua mata?apa ada riwayat
alergi?
9. Apakah keluar air atau kotoran dari mata? bagaimana warnanya? konsistensi?
volume? keluarnya pada saat apa?
10. Apa sebelumnya sudah pernah berobat?
11. Adakah keluhan penyerta seperti demam, mual, muntah, sakit kepala, serta nyeri
otot?
12. Menanyakan apakah adanya riwayat hipertensi, diabetes militus, penyakit
jantung, alergi, riwayat trauma, riwayat pernyakit serupa?
13. Apakah ada riwayat merokok dan minum alcohol? bagaimana kebersihan
dirinya?
2
14. Apakah ada keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan yang dialami
oleh pasien?
15. Menanyakan apakah pasien pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya?
Pemeriksaan
1. Pemeriksaan Fisik
Kita liat keadaan umum pasien baik atau buruk, lalu kesadarannya apakah
kompos mentis (sadar sepenuhnya), apatis (acuh tak acuh terhadap
lingkunganya),somnolen (keadaan mengantuk yang masih dapat pulih penuh bila
dirangsang, tetapi bila rangsang berhenti, pasien akan tertidur lagi), delirium (penurunan
kesadaran disertai kekacauan motorik, dan siklus tidur bangun yang terganggu),
sopor/stupor (keadaan mengantuk yang dalam, pasien masih dapat dibangunkan tetapi
dengan rangsangan yang kuat, rangsang nyeri, disini pasien tidak terbangun sempurna
dan tidak dapat memberikan jawaban verbal yang baik). Lalu dilakukan juga pemeriksaan
tanda-tanda vital seperti suhu, tekanan darah, nadi, dan frekuensi pernapasan.1
2. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan bilik mata depan adalah dengan cara memberikan sinar secara
oblique menuju ke arah iris. Pada mata dengan bilik mata depan yang memiliki
kedalaman normal, maka iris teriluminasi secara seragam. Hal tersebut merupakan ciri
dari sudut yang terbuka. Pada mata dengan bilik mata depan yang dangkal maka sudutnya
sebagian atau keseluruhan akan tertutup, iris menutupi iris sisi lainnya sehingga tidak
semua teriluminasi.2,3
Kedalaman sentral dan perifer dari bilik mata depat harus dievaluasi
berdasarkan ketebalan kornea. Bilik mata depan lebih kecil dari tiga kali ketebalan
kornea sentral dengan kedalaman perifer kurang dari ketebalan kornea
3
menunjukkan sudut sempit. Pemeriksaan gonioskopi dilakukan untuk memeriksa
lebih lanjut.2,3,4
2. Gonioskopi
Tes ini sebagai cara diagnostik untuk melihat langsung keadaan patologik
sudut bilik mata, juga untuk melihat hal-hal yang terdapat pada sudut bilik mata
seperti benda asing.3,4
Sudut terbuka, namun dengan deposit sel radang, eritrosit, atau pigmen pada
trabekular; menyebabkan glaukoma sudut terbuka sekunder.3
4
Pemeriksaan Tonometri Schiotz
Tonometri ini sering kali menunjukkan angka yang tidak tepat. Sebagai
contoh, kekakuan sklera yang berkurang pada pasien miopia menyebabkan
tonometri masuk lebih ke dalam. Karena alasan ini, maka tonometri ini
digantikan fungsinya dengan tonometri aplanasi.
5
Gambar 1. Pemeriksaan tonometri Schiotz. Semakin keras bola mata, semakin dangkal
indentasi dan semakin kecil pergerakan dari jarum indikator. 2
Metode ini adalah metode yang paling biasa digunakan dalam mengukur tekanan
intraokuler. Pengukuran ini memperbolehkan pemeriksa memeriksa pasien dengan posisi
duduk (Metode Goldmann), atau posisi terlentang (Metode Draeger) dalam beberapa detik
saja. Dengan metode ini, kekakuan sklera dapat mempengaruhi hasil. 2
DEFINISI GLAUKOMA
Glaukoma adalah kelainan di mana terjadinya peningkatan tekanan intraokuler dan menyebabkan
kerusakan pada nervus optikus. Hal ini menyebabkan kebutaan dalam pengaruhnya pada mata.2,3
Glaukoma primer menyatakan glaukoma yang penyebabnya bukan dari kelainan okuler
lain.
Glaukoma sekunder menyatakan glaukoma yang merupakan hasil kelainan okuler lain
atau merupakan efek samping dari penggunaan obat-obatan atau terapi lain.
KLASIFIKASI GLAUKOMA
1. Glaukoma primer
Glaukoma yang sering ditemukan adalah glaukoma sudut terbuka. Pada orang
normal jalan keluar cairan mata seimbang, sedangkan pada glaukoma sudut terbuka
terjadi pembendungan. Bila hal ini terjadi maka cairan akan tertimbun sehingga tekanan
bola mata akan meningkat. 3,4,5
Pada glaukoma sudut terbuka, cairan mata setelah melalui pupil masuk ke dalam
bilik mata depan dan tidak dapat melalui anyaman trabekulum. Keadaan ini
6
mengakibatkan tekanan bola mata naik yang akan merusak saraf optik. Patofisiologi
peningkatan tekanan intraokuler yang disebabkan oleh mekanisme sudut terbuka adalah
proses degeneratif di jalinan trabekula, termasuk pengendapan bahan ekstrasel di dalam
jalinan dan di bawah lapisan endotel kanalis Schlemm. Hal ini berbeda dengan proses
penuaan normal. Akibatnya adalah penurunan drainase aqueous humor yang
menyebabkan peningkatan tekanan intraokuler. Peningkatan tekanan intraokuler
mendahului kelainan-kelainan diskus optikus dan lapangan pandang. Terdapat hubungan
yang jelas antara besarnya tekanan intraokuler dengan keparahan penurunan penglihatan.
3,4,5
Biasanya glaukoma sudut terbuka mulai timbul keluhan pada usia 40 tahun,
walaupun bisa saja terjadi pada usia berapa saja. Penglihatan biasanya baik dan tidak
terdapat rasa sakit pada mata. Akan tetapi bila proses berjalan lanjut maka pasien akan
merasakan penglihatannya menurun. Benda yang terletak di bagian sentral masih terlihat
jelas akan tetapi yang terletak di perifer tidak terlihat sama sekali. Pada keadaan ini
lapang penglihatan secara perlahan-lahan menyempit. Bila keadaan ini berlanjut
penglihatan akan terus berkurang sehingga dapat menjadi buta sama sekali. 4
Pada glaukoma sudut terbuka primer bila telah terjadi kerusakan sel saraf maka
akan berakibat terbentuk skotoma (bercak hitam) disertai penurunan fungsi penglihatan
dan lapang pandangan. Bila telah terjadi gangguan penglihatan maka keadaan ini bersifat
menetap. Glaukoma sudut terbuka primer merupakan penyakit kronis yang tidak dapat
diobati. Hanya dapat diperlambat dengan pengobatan. Biasanya pengobatan tidak
dimengerti pasien karena pasien tidak merasa adanya kelainan pada matanya, apalagi bila
harus memakai bermacam obat seumur hidup dengan efek sampingnya. 4
Glaukoma sudut tertutup dapat terjadi apabila terbentuk iris bombe yang
menyebabkan sumbatan sudut kamera anterior oleh iris perifer. Hal ini menyumbat aliran
7
humor akueus dan tekanan intraokuler meningkat dengan cepat, menimbulkan nyeri
hebat, kemerahan, dan kekaburan penglihatan. Glaukoma sudut tertutup terjadi pada mata
yang sudah mengalami penyempitan anatomik sudut kamera anterior (dijumpai terutama
pada hipermetrop). Serangan akut biasanya terjadi pada pasien berusia tua seiring dengan
pembesaran lensa kristalina yang berkaitan dengan penuaan. Terdapat 2 tipe glaukoma
sudut tertutup yaitu : akut dan kronis.3,4,5
Berbeda dengan glaukoma sudut terbuka primer pada glaukoma sudut tertutup
akut tekanan bola mata naik dengan tiba-tiba. Pada glaukoma sudut tertutup akut terjadi
penutupan pengaliran keluar cairan mata secara mendadak. Tekanan yang mendadak ini
akan memberikan rasa sakit yang sangat, yang dapat mengakibatkan timbulnya rasa
muntah dan mual. Kepala seakan-akan dipukul dengan martil pada sisi mata yang dapat
serangan akut.
Mata menjadi merah, kornea keruh dan edema, penglihatan kabur disertai dengan
adanya halo (pelangi disekitar lampu). Biasanya glaukoma sudut tertutup akut ditemukan
dokter di ruang darurat rumah sakit.
a. Jaringan parut pada trabekula (sinekia) sehingga glaukoma lebih sukar dikontrol
b. Katarak
8
b. Akibat beberapa obat tertentu (antidepresan, influenza, antihistamin, antimuntah)
Glaukoma akut merupakan suatu keadaan darurat, di mana penglihatan tidak akan
kembali bila tekanan tidak dapat diatasi di dalam beberapa jam. Tekanan dapat
diturunkan dengan miotika dan obat (asetazolamid) yang mengurangi produksi cairan
mata. Bila tekanan bola mata telah turun maka pengobatan yang terbaik adalah tindakan
pembedahan seperti iridektomi dengan laser atau pembedahan membuang sebagian iris.
Iridektomi membuka aliran dari bilik mata belakang ke bilik mata depan. Iridektomi juga
dilakukan pada mata yang belum mengalami serangan akut. Serangan glaukoma akut
tidak selamanya berat, dapat ringan dan berulang-ulang. Pasien akan merasakan
penglihatan kabur dengan halo berwarna di sekitar lampu. Tidak ada rasa sakit ataupun
merah. Keluhan ini hilang bila pasien masuk ruang terang atau tidur karena akan terjadi
miosis yang mengakibatkan sudut bilik mata terbuka.3,4,5
Tidak semua orang dengan glaukoma tertutup akan mengalami serangan akut.
Banyak yang mengalami glaukoma sudut tertutup kronis. Pada glaukoma tertutup kronis,
iris berangsur-angsur menutupi jalan keluar tanpa gejala yang nyata. Pada keadaan ini
perlahan-lahan terbentuk jaringan parut antara iris dan jalur keluar cairan mata. Tekanan
bola mata akan naik bila terjadi gangguan jumlah cairan keluar akibat bertambahnya
jaringan parut. Dengan pengobatan pilokarpin maka serangan akut tidak akan terjadi
dengan bentuk kronis yang tetap berjalan. Pengobatan hanya menghindarkan kebutaan
yang dapat terjadi pada glaukoma.
9
Glaukoma sudut tertutup biasanya bersifat herediter. Lebih sering terdapat pada
pasien rabun dekat (hipermetropia). Pada pemeriksaan didapatkan bilik mata depan
dangkal. Makin dangkal bilik mata makin dekat hubungan iris dengan kornea tepi. Pada
gonioskopi terlihat iris menempel pada tepi kornea. Bila tekanan mata cukup tinggi iris
akan lebih terdorong ke depan sehingga makin tertutup jalan keluar cairan mata dan
akibatnya dapat menimbulkan serangan glaukoma akut. Iris terletak dekat anyaman
trabekula. 3,4,5
Glaukoma di usia muda dikenal dalam 2 bentuk, yaitu glaukoma kongenital dan
glaukoma juvenil. 3,4
a. Glaukoma Kongenital
Glaukoma kongenital atau infantil dapat tidak disertai kelainan mata lain (primer)
dan dapat bergabung dengan suatu sindrom, pasca trauma, pasca operasi, dan radang.
Glaukoma kongenital primer disebabkan oleh gagal atau pembentukan tidak normal dari
anyaman trabekulum.
Glaukoma ini biasanya berjalan sporadik. Terdapat 10% dengan pola herediter
dan diduga bersifat autosomal resesif. Prognosis buruk bila gejala telah terlihat sejak
lahir. Biasanya glaukoma kongenital mengenai anak laki. 3,4
Mata berair
Silau
10
Pengobatan atau pembedahan sangat perlu segera dilakukan.
b. Glaukoma Juvenil
2. Glaukoma sekunder
2. Cedera mata dapat mengakibatkan perdarahan ke dalam bilik mata depan (hifema)
ataupun hal lain yang menutup cairan mata keluar.
3. Uveitis, radang di dalam bola mata akan mengakibatkan perlekatan antara iris
dengan lensa (sinekia posterior) atau perlekatan antara pangkal iris dan tepi komea
goniosinekia).
11
Selain itu, dikenal juga hipertensi okuler, glaukoma tekanan-normal, serta stadium
akhir dari glaukoma yang disebut glaukoma absolut.
Glaukoma Tekanan-Normal
Sebagian kecil pasien dengan kelainan glaukomatosa pada diskus optikus atau
lapangan pandang memiliki tekanan intraokuler yang tetap di bawah 22 mm Hg. Para
pasien ini mengidap glaukoma tekanan normal atau rendah. Patogenesisnya adalah
kepekaan yang abnormal terhadap tekanan intraokuler karena kelainan vaskular atau
mekanis di kepala saraf optikus. Perdarahan diskus lebih sering dijumpai pada tekanan
normal dibandingkan pada glaukoma sudut terbuka primer dan sering menandakan
progresivitas penurunan lapangan pandang. Sebelum diagnosis glaukoma tekanan rendah
dapat ditegakkan, sejumlah entitas harus disingkirkan:
2. Variasi diurnal yang besar pada tekanan intraokuler dengan peningkatan mencolok,
biasanya pada pagi hari.
3. Kelainan postural pada tekanan intraokuler dengan peningkatan mencolok saat pasien
berbaring datar.
5. Penyebab kelainan diskus optikus dan lapangan pandang yang lain, termasuk kelainan
diskus kongenital dan atrofi didapat akibat tumor atau penyakit vaskular.
Hipertensi Okuler
12
5-10 per 1000 per tahun. Risiko meningkat seiring dengan peningkatan tekanan
intraokuler, bertambahnya usia, riwayat glaukoma dalam keluarga, miopia, diabetes
melitus, dan penyakit kardiovaskular. Risiko itu juga meningkat pada orang berkulit hitam.
Timbulnya perdarahan diskus pada pasien dengan hipertensi okuler juga mengindikasikan
peningkatan risiko terjadinya glaukoma. Pasien hipertensi okuler dianggap tersangka
mengidap glaukoma dan harus menjalani pemantauan teratur (satu sampai tiga kali
setahun) diskus optikus, tekanan intraokuler, dan lapangan pandang.4
Glaukoma Absolut
Pada glaukoma absolut kornea terlihat keruh, bilik mata dangkal, papil atrofi
dengan ekskavasi glaukomatosa, mata keras seperti batu dan dengan rasa sakit. Sering
dengan mata buta ini mengakibatkan penyumbatan pembuluh darah sehingga menimbulkan
penyulit berupa neovaskularisasi pada iris, keadaan ini memberikan rasa sakit sekali akibat
timbulnya glaukoma hemoragik.3
13
Semua peningkatan dari resistensi pada outflow pupil (blok pupil)
menyebabkan peningkatan tekanan pada bilik mata belakang; iris terdorong kearah
anterior dan menutup trabekula. Dan hal ini menyebabkan glaukoma sudut tertutup.2
14
Temuan-temuan lain adalah peningkatan mencolok TIO, bilik mata depan dangkal,
kornea berkabut, pupil terfiksasi berdilatasi sedang, dan injeksi siliar.3,4,5
DIAGNOSIS BANDING
Pada iritis akut terdapat lebih banyak fotofobia, tetapi rasa nyerinya kurang jika
dibandingkan dengan glaukoma. Tekanan intraokuler normal, pupil kecil dan kornea
tidak sembab. Flare dan sel-sel terlihat didalam bilik mata depan, dan terdapat injeksi
siliar dalam (deep ciliary injection).
15
Pada konjungtivitis akut tidak begitu nyeri atau tidak nyeri sama sekali, dan tajam
penglihatan tidak menurun. Ada kotoran mata dan konjungtiva sangat meradang, tetapi
tidak ada injeksi siliar. Reaksi pupil normal, kornea jernih dan tekanan intraokuler
normal.3,4,5
EPIDEMIOLOGI
Di Amerika Serikat, kira-kira 2.2 juta orang pada usia 40 tahun dan yang lebih tua
mengidap glaukoma, sebanyak 120,000 adalah buta disebabkan penyakit ini. Banyaknya
Orang Amerika yang terserang glaukoma diperkirakan akan meningkatkan sekitar 3.3
juta pada tahun 2020. Tiap tahun, ada lebih dari 300,000 kasus glaukoma yang baru dan
kira-kira 5400 orang-orang menderita kebutaan. Glaukoma akut (sudut tertutup)
merupakan 10-15% kasus pada orang Kaukasia. Persentase ini lebih tinggi pada orang
Asia, terutama pada orang Burma dan Vietnam di Asia Tenggara.. Glaukoma pada orang
kulit hitam, lima belas kali lebih menyebabkan kebutaan dibandingkan orang kulit
putih.4,7
PENATALAKSANAAN
1. Terapi Medikamentosa
a. Agen Osmotik
16
Gliserin, dosis efektif 1 - 1,5 gr/kg BB dalam 50% cairan. Dapat menurunkan
tekanan intraokuler dalam waktu 30-90 menit setelah pemberian, dan
dipastikan agen ini bekerja selama 5 - 6 jam. Selama penggunaannya, gliserin
dapat menyebabkan hiperglikemia dan dehidrasi. Hati-hati terhadap pasien
diabetes dan lansia dengan gagal ginjal serta penyakit kardiovaskular. Karena
agen ini sendiri dapat menyebabkan mual dan muntah.
Manitol, merupakan oral osmotik diuretik kuat yang dapat memberikan
keuntungan dan aman digunakan pada pasien diabetes karena tidak
dimetabolisme. Dosis yang dianjurkan adalah 1 - 2 gram/kgBB dalam 50%
cairan. Puncak efek hipotensif okuler terlihat dalam 1 - 3 jam dan berakhir
dalam 3-5 jam. Bila intoleransi gastrik dan mual menghalangi penggunaan
agen oral, maka manitol dapat diberikan secara intravena dalam 20% cairan
dengan dosis 2 gr/kgBB selama 30 menit. Manitol dengan berat molekul yang
tinggi, akan lebih lambat berpenetrasi pada mata sehingga lebih efektif
menurunkan tekanan intraokuler. Maksimal penurunan tekanan dijumpai
dalam 1 jam setelah pemberian manitol intravena.
Ureum intravena, merupakan agen osmotik yang dahulu sering digunakan,
mempunyai berat melekul yang rendah. Urea lebih cepat berpenetrasi pada
mata, sehingga tidak seefektif manitol dalam menurunkan tekanan
intraokuler. Karena agen ini merupakan salah satu alternatif, maka
penggunaan urea harus dengan pengawasan yang ketat untuk menghindari
komplikasi kardiovaskular.4,8
17
intravena. Asetazolamid dengan dosis inisial 2x250 mg oral, dapat diberikan
kepada pasien yang tidak mempunyai komplikasi lambung. Dosis alternatif
intravena 500 mg bolus, efektif terhadap pasien dengan gejala mual.
Penambahan dosis maksimal asetazolamid dapat diberikan setelah 4-6 jam
untuk menurunkan tekanan intraokuler yang lebih rendah. Karbonik anhidrase
inhibitor topikal dapat digunakan sebagai terapi awal pada pasien dengan gejala
mual muntah. Sekarang diketahui bahwa, karbonik anhidrase inhibitor oral
sedikit atau tidak ada sama sekali efek samping sistemik. Menurut pengalaman
penulis pemberian karbonik anhidrase inhibitor oral sangat diperlukan dalam
pengobatan gloukoma akut.4,8
c. Miotik Kuat
d. Beta Blocker
18
e. Apraklonidin
2. Bedah Laser
a. Laser Iridektomi
Indikasi
Kontra indikasi
19
Iridektomi laser tidak dapat dilakukan pada mata dengan rubeosis iridis,
karena dapat terjadi perdarahan. Resiko perdarahan juga meningkat pada pasien yang
menggunakan anti-koagulan sistemik, seperti aspirin. Argon laser lebih diutamakan
pemakaiannya dari pada Nd:YAG laser pada individu yang membutuhkan terapi laser
iridektomi. Walaupun laser iridektomi tidak membantu dalam kasus glaukoma sudut
tertutup yang bukan disebabkan oleh mekanisme blok pupil, tetapi kadang-kadang
laser iridektomi perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya blok pupil pada pasien
dengan sudut bilik mata sempit. 9
PROGNOSIS
Prognosa baik apabila glaukoma akut cepat terdeteksi dan mendapat terapi
yang sesegera mungkin.
Kesimpulan
20
pengaruhnya pada mata. Tingginya tekanan intraokuler tergantung pada besarnya produksi
aqueous humor oleh korpus siliaris dan pengaliran keluarnya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Bickley LS, Bates. Buku ajar pemeriksaan fisik dan kesehatan. Edisi ke-8. Jakarta:
EGC; 2009. Hal 333-6, 350-1, 363.
2. Lang G.K. Ophthalmology a short text book. New York : Georg Thieme Verlag;2000.
Hal. 233-278.
3. Ilyas S. Ilmu penyakit mata. Edisi ke-3. Cetakan ke-5. Jakarta : Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia;2008. Hal. 167-172.
5. Vaughan D.G, Eva R.P, Asbury T. Oftalmologi Umum. Edisi ke-17. Jakarta :
McGraw-Hill ; Penerbit buku kedokteran EGC;2008. hal. 212-229.
6. Ilyas S. Dasar teknik pemeriksaan dalam ilmu penyakit mata. Jakarta : Balai Penerbit
FKUI;2000. Hal. 117-137.
21
7. Glaucoma. American Health Assistance Foundation, National Glaucoma
Research:2009 [dikutip 25 Maret 2013]. Tersedia dari URL :
www.ahaf.org/glaucoma/about/glabout.htm.
22