Anda di halaman 1dari 21

Kekurangan Gizi buruk pada anak yang menderita marasmus

Claudia Sophia Atria


102017202
Fakultas kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jakarta, Indonesia
Jl. Arjuna Utara No.6, 11510 Jakarta Barat
Abstrak
Kekurangan Energi Protein (KEP) merupakan salah satu bentuk malnutrisi, yaitu gizi kurang dan
gizi buruk termasuk marasmus dan kwashiorkor. KEP merupakan keadaan yang di sebabkan
oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari hari atau di sebabkan oleh
gangguan penyyakit tertentu, sehingga tidak memenuhi angka kecukupan gizi. Selanjutnya,
penyakit diberikan penatalaksanaan awal gizi buruk, terapi non-medikamentosa berupa diet serta
medikamentosa secara tepat. Selain itu, perlu dilakukan intervensi keluarga untuk perubahan
perilaku sehat, intervensi komunitas dan perbaikan system pelayanan kesehatan seperti
revitalisasi posyandu.

Kata kunci: gizi buruk, malnutrisi, marasmus

Abstrack

Malnutrition Energy Protein (MEP) is a form of malnutrition, namely wasting and


severe wasting include marasmus and kwashiorkor. MEP is a condition caused by low
consumption of energy and protein ina daily diet or disorders caused by certain diseases,
so the nutritional intake was inadequate. Furthermore, given the initial management of
malnutrition, non-medical therapy such as dietand medical therapy appropriately. Moreover,
it is necessary to give family interventions for healthy behavior changes, community intervention
and improvement of the health care system such as the revitalization of posyandu.

Keywords: malnutrition, marasmus, of malnutrition


Pendahuluan

Anak usia di bawah lima tahun (balita) merupakan kelompok yang


rentan terhadap kesehatan dan gizi. Kurang Energi Protein (KEP) adalah
salah satu masalah gizi utama yang banyak dijumpai pada balita di
Indonesia. Dalam Repelita VI, pemerintah dan masyarakat berupaya
menurunkan prevalensi KEP dari 40% menjadi 30%. Namun saat ini di
Indonesia sedang dilanda krisis ekonomi yang berdampak juga pada status
gizi balita, dan diasumsi kecenderungan kasus KEP berat/gizi buruk akan
bertambah.
Selain di Indonesia, kasus gizi buruk atau penyakit yag disebabkan
oleh malnutrisi sering terjadi di negara berkembang, dimana angka
kemiskinan masih tinggi. Gizi buruk marak terjadi di daerah di Afrika dimana
terjadinya masa kekeringan yang berkepanjangan, sehingga rakyat sulit
mendapatkan makanan.
Penyakit gizi buruk merupakan jenis penyakit non infeksi yang
disebabkan oleh kekurangan satu zat gizi atau lebih secara makro.
Kwashiorkor, marasmus dan marasmic kwashiorkor ialah penyakit-penyakit
gizi buruk yang biasanya terjadi pada waktu yang lama. Anak balita (bawah
lima tahun) sehat atau kurang gizi dapat diketahui dari pertambahan berat
badannya tiap bulan sampai usia minimal 2 tahun (baduta). Apabila
pertambahan berat badan sesuai dengan pertambahan umur menurut suatu
standar organisasi kesehatan dunia, dia bergizi baik. Kalau sedikit dibawah
standar disebut bergizi kurang yang bersifat kronis. Apabila jauh dibawah
standar dikatakan bergizi buruk. Jadi istilah gizi buruk adalah salah satu
bentuk kekurangan gizi tingkat berat atau akut (Pardede, J, 2006).
Untuk KEP ringan dan sedang, gejala klinis yang ditemukan hanya anak
tampak kurus. Gejala klinis KEP berat/gizi buruk secara garis besar dapat
dibedakan sebagai marasmus, kwashiorkor atau marasmic-kwashiorkor.
Tanpa mengukur/melihat BB bila disertai edema yang bukan karena penyakit
lain adalah KEP berat/Gizi buruk tipe kwasiorkor. Dengan alasan itulah, maka dalam
makalah ini akan dibahas tentang hal – hal yang berhubungan dengan marasmus beserta
tatalaksana gizi buruk
Anamnesis

Pada anamesis di dapati sebagai berikut:

Riwayat penyakit sekarang (RPS): BB dirasakan sulit naik sejak mulai 2 bulan yang lalu.
Terlihat lebih kurus dibandingkan anak seusianya. Tidak ada demam maupun batuk lama. Riwat
kontak TB tidak ada.

Riwayat diet dan nutrisi : ASI sejak lahir-sekarang. MPASI pertama sejak 6 bulan, berupa
bubur susu dan pisang lumat. Makan hanya bubur, sayur dan tahu tempe. Tidak pernah konsumsi
daging sapi, ayam, ikan, dan protein hewani lainnya. Makan hanya 1-2x/hari, tidak konsumsi
susu formula. Sejak 3 bln yang lalu, selalu menolak makan bila disuapin, hanya ASI saja.

Riwayat penyakit dahulu (RPD): sering batuk, pilek, panas dan mencret

Riwayat penyakit keluarga (RPK): tdk ada penyakit serius

Imunisasi : imunisasi dasar tidak lengkap: Hepatitis 3x, BCG 1x, DPT 2x, Polio 3x

Riwayat tumbuh kembang: baru bias duduk dengan pegang, belum bias duduk sendiri

Riwayat sosial ekonomi: Ibu sebagai IRT dan ayah kerja serabut. Tinggal di lingkungan
kumuh. Pasien anak kedua dari 2 bersaudara.

Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik adalah pemeriksaan yang lengkap dari penderita untuk mengetahui keadaan
atau kelainan serta masalah kesehatan yang dialami oleh pasien. Pemeriksaan fisik bertujuan
untuk mengumpulkan data tentang kesehatan pasien, menambah informasi, menyangkal data
yang diperoleh dari riwayat pasien, mengidentifikasi masalah pasien, menilai perubahan status
pasien, dan mengevaluasi pelaksanaan tindakan yang telah diberikan. Pemeriksaan dilakukan
pada pasien yang baru pertama kali datang periksa dan dilakukan dengan lengkap. Pada
pemeriksaan ulangan, dilakukan yang perlu saja. Macam-macam cara pemeriksaan yaitu dengan
inspeksi (periksa pandang/observasi), palpasi (periksa raba), auskultasi (periksa dengar), dan
perkusi (periksa ketuk).
Hasil pemeriksaan fisik: tampak sangat kurus, letargi, kurang aktif, tanda dehidrasi (-), tidak
edema, terlihat seperti orgtua. TTV dalam batas normal.
BB: 6kg, PB: 75cm (BB/PP<-3). Rambut jagung berwarna merah, mudah dicabut, konjungtiva
anemis +/+. Tidak ditemukan bercak bitot, dan tdak ditemukan pembesaran KGB. Iga gambang,
perut cekung, turgor kulit kembali lambat, muscle wasting +, baggy pants +
Differential Diagnosis dan WD

Penyakit KWASHIORKOR Marasmus Marasmik-Kwashiorkor


Definisi salah satu bentuk Marasmus adalah Anak/bayi yang
malnutrisi protein MEP berat yang menderita marasmic-
berat yang
kwashiorkor mempunyai
disebabkan oleh disebabkan oleh
intake protein yang defisiensi gejala (sindroma)
inadekuat dengan makanan sumber gabungan kedua hal di
intake karbohidrat
atas. Seorang bayi yang
yang normal atau energi (kalori),
tinggi. dapat terjadi menderita marasmus lalu
bersama atau berlanjut menjadi
tanpa disertai kwashiorkor atau
defsiensi protein. sebaliknya tergantung
Bila kekurangan dari makanan/gizinya dan
sumber kalori dan sejauh mana cadangan
protein terjadi energi dari lemak dan
bersama dalam protein akan

waktu yang cukup berkurang/habis terpakai


lama maka anak
dapat berlanjut ke
dalam status
marasmik
kwashiorkor.
( Mochtar, 2001
Gejala klinis Edem wajah, rambut Wajah seperti Campuran keduanya,
merah mudah patah orangtua, baggy pants, kurus, edem
rewel, titik2 merah rusuk terlihat jelas,otot
seluruh tubuh mengecil, bayi cengeng
berubah jd coklat sering merasa lapar
hitam, kelupas (crazy
paevement
dermatosis), edem
scrotum
hepatomegaly,
pitting edema

Epidemiologi

Masalah gizi pada anak balita di Indonesia telah mengalami perbaikan. Hal ini dapat dilihat
antara lain dari penurunan prevalensi gizi buruk pada anak balita dari 5,4% tahun 2007 menjadi
4,9% pada tahun 2010. Meskipun terjadi penurunan, tetapi jumlah nominal anak gizi buruk
masih relatif besar, oleh karena itu diperlukan tenaga yang mampu mengatasi kasus gizi buruk
secara cepat, tepat dan profesional yang diikuti dengan penyiapan sarana dan prasarana yang
memadai. Untuk menyiapkan tenaga kesehatan terampil seperti yang diharapkan selain
memberikan peningkatan kapasitas juga diperlukan panduan tatalaksana gizi buruk yang akan
digunakan tenaga kesehatan dalam melakukan penanggulangan gizi buruk oleh tim asuhan gizi
(dokter, perawat, dan ahli gizi).

Etiologi

Untuk KEP ringan dan sedang, gejala klinis yang ditemukan hanya
anak tampak kurus. Gejala klinis KEP berat/gizi buruk secara garis besar
dapat dibedakan sebagai marasmus, kwashiorkor atau marasmic-
kwashiorkor. Tanpa mengukur/melihat BB bila disertai edema yang bukan
karena penyakit lain adalah KEP berat/Gizi buruk tipe kwasiorkor.
Untuk kepentingan praktis di klinik maupun di lapangan klasifikasi
Malnutrisi Energi Protein (MEP) ditetapkan dengan patokan perbandingan
berat badan terhadap umur anak sebagai berikut:
1) Berat badan 60-80% standar tanpa edema : gizi kurang (MEP ringan)
2) Berat badan 60-80% standar dengan edema : kwashiorkor (MEP berat)
3) Berat badan <60% standar tanpa edema : marasmus (MEP berat)
4) Berat badan <60% standar dengan edema : marasmik kwashiorkor
(MEP berat)
(Ngastiyah, 1997)
Kwashiorkor adalah MEP berat yang disebabkan oleh defisiensi protein.
Penyakit kwashiorkor pada umumnya terjadi pada anak dari keluarga
dengan status sosial ekonomi yang rendah karena tidak mampu
menyediakan makanan yang cukup mengandung protein hewani seperti
daging, telur, hati, susu dan sebagainya. Makanan sumber protein
sebenarnya dapat dipenuhi dari protein nabati dalam kacang-kacangan
tetapi karena kurangnya pengetahuan orang tua, anak dapat menderita
defisiensi protein.
Marasmus adalah MEP berat yang disebabkan oleh defisiensi makanan
sumber energi (kalori), dapat terjadi bersama atau tanpa disertai defsiensi
protein. Bila kekurangan sumber kalori dan protein terjadi bersama dalam
waktu yang cukup lama maka anak dapat berlanjut ke dalam status
marasmik kwashiorkor.
Penemuan kasus balita KEP dapat dimulai dari :
1. Posyandu/Pusat Pemulihan Gizi

Pada penimbangan bulanan di posyandu dapat diketahui apakah anak


balita berada pada daerah pita warna hijau, kuning, atau dibawah garis
merah (BGM).
Bila hasil penimbangan BB balita dibandingkan dengan umur di KMS
terletak pada pita kuning, dapat dilakukan perawatan di rumah , tetapi
bila anak dikategorikan dalam KEP sedang-berat/BGM, harus segera
dirujuk ke Puskesmas.
2. Puskesmas

Apabila ditemukan BB anak pada KMS berada di bawah garis merah


(BGM) segera lakukan penimbangan ulang dan kaji secara teliti. Bila KEP
Berat/Gizi buruk (BB < 60% Standard WHO-NCHS) lakukan pemeriksaan
klinis dan bila tanpa penyakit penyerta dapat dilakukan rawat inap di
puskesmas. Bila KEP berat/Gizi buruk dengan penyakit penyerta harus
dirujuk ke rumah sakit umum.

Manifestasi Klinis 

Yang terjadi pada penderita marasmus adalah keadaan yang terlihat mencolok seperti hilangnya

lemak subkutan, terutama pada wajah. Akibatnya ialah wajah si anak lonjong, berkeriput dan

tampak lebih tua (old man face). Otot-otot lemah dan atropi, bersamaan dengan hilangnya lemak

subkutan maka anggota gerak terlihat seperti kulit dengan tulang dan turgor kulit menghilang.

Torax dan tulang rusuk tampak lebih jelas. Dinding perut hipotonus dan usianya. Suhu tubuh

bisa rendah karena lapisan penahan panas hilang

 KOMPLIKASI
 Defisiensi Vitamin A
 Dermatosis
 Kecacingan
 diare kronis
 tuberculosis
10 Tatalaksana Gizi buruk

Tujuan pengobatan pada penderita marasmus adalah pemberian diet tinggi kalori dan tinggi

protein serta mencegah kekambuhan. Penderita marasmus tanpa komplikasi dapat berobat jalan

asal diberi penyuluhan mengenai pemberian makanan yang baik. Sedangkan, penderita yang

mengalami komplikasi serta dehidrasi, syok, asidosis dan lain-lain perlu mendapat perawatan di

rumah sakit. Penanganan gizi buruk pasien, umumnya terdapat 10 langkah tatalaksana gizi

buruk, yaitu mencegah dan mengatasi hipoglikemia, mencegah dan mengatasi hipotermia,

mencegah damengatasi dehidrasi, memperbaiki gangguan elektrolit, mengobati infeksi,

memperbaiki kekurangan zat gizi mikro, memberikan makanan untuk stabilisasi, memberikan
makanan untuk transisi dan rehabilitasi, stimulasi sensorik dan dukungan emosional pada

anak, dan tindak lanjut dirumah.24-25. Pengaturan diet pada gizi buruk dibagi menjadi 4

fase yaitu fase stabilisasi, transisi, rehabilitasi dan tindak lanjut. Pada fase stabilisasi,

peningkatan jumlah formula diberikan secara bertahap dengan tujuan memberikan makanan awal

supaya anak dalam kondisi stabil.

 PENCEGAHAN DAN PENGOBATAN

Pengobatan rutin yang dilakukan di rumah sakit berupa 10 langkah penting


yaitu:
1. Atasi/cegah hipoglikemia (kadar gula dalam darah rendah)
Hipoglikemia merupakan salah satu penyebab kematian pada anak
dengan KEP berat/Gizi buruk. Pada hipoglikemia, anak terlihat lemah, suhu
tubuh rendah. Jika anak sadar dan dapat menerima makanan usahakan
memberikan makanan saring/cair 2-3 jam sekali. Jika anak tidak dapat
makan (tetapi masih dapat minum) berikan air gula dengan sendok. Jika
anak mengalami gangguan kesadaran, berikan infus cairan glukosa dan
segera rujuk ke RSU kabupaten.

2. Atasi/cegah hipotermia (suhu tubuh rendah)


Hipotermia ditandai dengan suhu tubuh yang rendah dibawah 36 0 C.
Pada keadaan ini anak harus dihangatkan. Cara yang dapat dilakukan
adalah ibu atau orang dewasa lain mendekap anak di dadanya lalu
ditutupi selimut (Metode Kanguru). Perlu dijaga agar anak tetap dapat
bernafas.

Cara lain adalah dengan membungkus anak dengan selimut tebal, dan
meletakkan lampu didekatnya. Lampu tersebut tidak boleh terlalu dekat
apalagi sampai menyentuh anak. Selama masa penghangatan ini
dilakukan pengukuran suhu anak pada dubur (bukan ketiak) setiap
setengah jam sekali. Jika suhu anak sudah normal dan stabil, tetap
dibungkus dengan selimut atau pakaian rangkap agar anak tidak jatuh
kembali pada keadaan hipothermia. Tidak dibenarkan penghangatan anak
dengan menggunakan botol berisi air panas.

3. Atasi/cegah dehidrasi
Tanda klinis yang sering dijumpai pada anak penderita KEP berat/Gizi
buruk dengan dehidrasi adalah :

 Ada riwayat diare sebelumnya

 Anak sangat kehausan

 Mata cekung

 Nadi lemah

 Tangan dan kaki teraba dingin

 Anak tidak buang air kecil dalam waktu cukup lama.

Tindakan yang dapat dilakukan adalah :

 Jika anak masih menyusui, teruskan ASI dan berikan setiap setengah
jam sekali tanpa berhenti. Jika anak masih dapat minum, lakukan
tindakan rehidrasi oral dengan memberi minum anak 50 ml (3 sendok
makan) setiap 30 menit dengan sendok. Cairan rehidrasi oral khusus
untuk KEP disebut ReSoMal.
 Jika tidak ada ReSoMal untuk anak dengan KEP berat/Gizi buruk dapat
menggunakan oralit yang diencerkan 2 kali. Jika anak tidak dapat
minum, lakukankan rehidrasi intravena (infus) cairan Ringer
Laktat/Glukosa 5 % dan NaCL dengan perbandingan 1:1.

4. Koreksi gangguan keseimbangan elektrolit


Pada semua KEP berat/Gizi buruk terjadi gangguan keseimbangan
elektrolit diantaranya :

 Kelebihan natrium (Na) tubuh, walaupun kadar Na plasma rendah.


 Defisiensi kalium (K) dan magnesium (Mg)
Ketidak seimbangan elektrolit ini memicu terjadinya edema dan, untuk
pemulihan keseimbangan elektrolit diperlukan waktu paling sedikit 2
minggu.

Berikan :
- Makanan tanpa diberi garam/rendah garam.
- Untuk rehidrasi, berikan cairan oralit 1 liter yang diencerkan 2 X
(dengan penambahan 1 liter air) ditambah 4 gr KCL dan 50 gr gula
atau bila balita KEP bisa makan berikan bahan makanan yang banyak
mengandung mineral ( Zn, Cuprum, Mangan, Magnesium, Kalium)
dalam bentuk makanan lumat/lunak.
Contoh bahan makanan sumber mineral :

Sumber Zink : daging sapi, hati, makanan laut, kacang tanah, telur
ayam

Sumber Cuprum : daging, hati.

Sumber Mangan : beras, kacang tanah, kedelai.

Sumber Magnesium : kacang-kacangan, bayam.

Sumber Kalium : jus tomat, pisang, kacang2an, apel, alpukat, bayam,


daging tanpa lemak.

5. Obati/cegah infeksi
Pada KEP berat/Gizi buruk, tanda yang umumnya menunjukkan
adanya infeksi seperti demam seringkali tidak tampak, oleh karena itu
pada semua KEP berat/Gizi buruk secara rutin diberikan antibiotik
spektrum luas dengan dosis sebagai berikut :
KOTRIMOKSASOL AMOKSISILI
N
(Trimetoprim + Sulfametoksazol)
 Beri 3
 Beri 2 kali sehari selama 5 hari
kali
sehari
untuk 5
UMUR
hari
ATAU Tablet Tablet Sirup/5ml Sirup
BERAT dewasa Anak 40 mg
BADAN 80 mg 20 mg trimeto 125 mg
trimeto trimeto prim + 200 per 5 ml
prim + 400 prim + 100 mg
mg mg sulfametok
sulfametok sulfametok sazol
sazol sazol
2 sampai 4
bulan ¼ 1 2,5 ml 2,5 ml
(4 - < 6 kg)
4 sampai 12
bulan ½ 2 5 ml 5 ml
(6 - < 10 Kg)
12 bln s/d 5
thn 1 3 7,5 ml 10 ml
(10 - < 19
Kg)

Vaksinasi Campak bila anak belum diimunisasi dan umur sudah mencapai
9 bulan
Catatan :
 Mengingat pasien KEP berat/Gizi buruk umumnya juga menderita
penyakit infeksi, maka lakukan pengobatan untuk mencegah agar
infeksi tidak menjadi lebih parah. Bila tidak ada perbaikan atau terjadi
komplikasi rujuk ke Rumah Sakit Umum.
 Diare biasanya menyertai KEP berat/Gizi buruk, akan tetapi akan
berkurang dengan sendirinya pada pemberian makanan secara hati-
hati. Berikan metronidasol 7,5 mg/Kgbb setiap 8 jam selama 7 hari. Bila
diare berlanjut segera rujuk ke rumah sakit
6. Mulai pemberian makanan
Pemberian diet KEP berat/Gizi buruk dibagi dalam 3 fase, yaitu :
Fase Stabilisasi, Fase Transisi, Fase Rehabilitasi
Fase Stabilisasi ( 1-2 hari) :
Pada awal fase stabilisasi perlu pendekatan yang sangat hati-hati,
karena keadaan faali anak sangat lemah dan kapasitas homeostatik
berkurang.

Pemberian makanan harus dimulai segera setelah anak dirawat dan


dirancang sedemikian rupa sehingga energi dan protein cukup untuk
memenuhi metabolisma basal saja.

Formula khusus seperti Formula WHO 75/modifikasi/Modisco ½ yang


dianjurkan dan jadwal pemberian makanan harus disusun sedemikian rupa
agar dapat mencapai prinsip tersebut diatas dengan persyaratan diet
sebagai berikut :

- Porsi kecil, sering, rendah serat dan rendah laktosa


- Energi : 100 kkal/kg/hari
- Protein : 1-1.5 gr/kg bb/hari
- Cairan : 130 ml/kg bb/hari (jika ada edema berat 100 ml/Kg bb/hari)
- Bila anak mendapat ASI teruskan , dianjurkan memberi Formula WHO
75/pengganti/Modisco ½ dengan menggunakan cangkir/gelas, bila anak
terlalu lemah berikan dengan sendok/pipet
- Pemberian Formula WHO 75/pengganti/Modisco ½ atau pengganti dan
jadwal pemberian makanan harus disusun sesuai dengan kebutuhan
anak.
Keterangan :

 Pada anak dengan selera makan baik dan tidak edema, maka tahapan
pemberian formula bisa lebih cepat dalam waktu 2-3 hari (setiap 2 jam)
 Bila pasien tidak dapat menghabiskan Formula WHO
75/pengganti/Modisco ½ dalam sehari, maka berikan sisa formula
tersebut melalui pipa nasogastrik ( dibutuhkan ketrampilan petugas )
 Pada fase ini jangan beri makanan lebih dari 100 Kkal/Kg bb/hari
 Pada hari 3 s/d 4 frekwensi pemberian formula diturunkan menjadi
setiap jam dan pada hari ke 5 s/d 7 diturunkan lagi menjadi setiap 4 jam
 Lanjutkan pemberian makan sampai hari ke 7 (akhir minggu 1)
Pantau dan catat :

- Jumlah yang diberikan dan sisanya


- Banyaknya muntah
- Frekwensi buang air besar dan konsistensi tinja
- Berat badan (harian)
- Selama fase ini diare secara perlahan berkurang pada penderita dengan
edema , mula-mula berat badannya akan berkurang kemudian berat
badan naik

7. Fasilitasi tumbuh-kejar (“catch up growth”)


Pada fase ini meliputi 2 fase yaitu fase transisi dan fase rehabilitasi :

Fase Transisi (minggu ke 2) :

 Pemberian makanan pada fase transisi diberikan secara berlahan-lahan


untuk menghindari risiko gagal jantung, yang dapat terjadi bila anak
mengkonsumsi makanan dalam jumlah banyak secara mendadak.
 Ganti formula khusus awal (energi 75 Kkal dan protein 0.9-1.0 g per 100
ml) dengan formula khusus lanjutan (energi 100 Kkal dan protein 2.9
gram per 100 ml) dalam jangka waktu 48 jam. Modifikasi
bubur/makanan keluarga dapat digunakan asalkan dengan kandungan
energi dan protein yang sama.
 Kemudian naikkan dengan 10 ml setiap kali, sampai hanya sedikit
formula tersisa, biasanya pada saat tercapai jumlah 30 ml/kgbb/kali
pemberian (200 ml/kgbb/hari).
Pemantauan pada fase transisi:
1. frekwensi nafas

2. frekwensi denyut nadi

Bila terjadi peningkatan detak nafas > 5 kali/menit dan denyut nadi >
25 kali /menit dalam pemantauan setiap 4 jam berturutan, kurangi
volume pemberian formula. Setelah normal kembali, ulangi menaikkan
volume seperti di atas.

3. Timbang anak setiap pagi sebelum diberi makan

Setelah fase transisi dilampaui, anak diberi:

- Formula WHO 100/pengganti/Modisco 1 dengan jumlah tidak terbatas


dan sering.
- Energi : 150-220 Kkal/kg bb/hari
- Protein 4-6 gram/kg bb/hari
- Bila anak masih mendapat ASI, teruskan, tetapi juga beri formula WHO
100/Pengganti/Modisco 1, karena energi dan protein ASI tidak akan
mencukupi untuk tumbuh-kejar.
Setelah fase rehabilitasi (minggu ke 3-7) anak diberi :

- Formula WHO-F 135/pengganti/Modisco 1½ dengan jumlah tidak


terbatas dan sering
- Energi : 150-220 kkal/kgbb/hari
- Protein 4-6 g/kgbb/hari
- Bila anak masih mendapat ASI, teruskan ASI, ditambah dengan
makanan Formula ( lampiran 2 ) karena energi dan protein ASI tidak
akan mencukupi untuk tumbuh-kejar.
- Secara perlahan diperkenalkan makanan keluarga
Pemantauan fase rehabilitasi :

Kemajuan dinilai berdasarkan kecepatan pertambahan badan :

- Timbang anak setiap pagi sebelum diberi makan.


- Setiap minggu kenaikan bb dihitung.
 Baik bila kenaikan bb  50 g/Kg bb/minggu.
 Kurang bila kenaikan bb < 50 g/Kg bb/minggu, perlu re-evaluasi
menyeluruh.

TAHAPAN PEMBERIAN DIET


8.
FASE STABILISASI : FORMULA WHO 75 ATAU PENGGANTI
FASE TRANSISI : FORMULA WHO 75  FORMULA WHO
100 ATAU PENGGANTI
FASE REHABILITASI : FORMULA WHO 135 (ATAU
PENGGANTI)

MAKANAN KELUARGA

Koreksi defisiensi nutrien mikro


Semua pasien KEP berat/Gizi buruk, mengalami kurang vitamin dan
mineral. Walaupun anemia biasa terjadi, jangan tergesa-gesa
memberikan preparat besi (Fe). Tunggu sampai anak mau makan dan
berat badannya mulai naik (biasanya pada minggu ke 2). Pemberian besi
pada masa stabilisasi dapat memperburuk keadaan infeksinya.

Berikan setiap hari :

 Tambahan multivitamin lain


 Bila berat badan mulai naik berikan zat besi dalam bentuk tablet besi
folat atau sirup besi dengan dosis sebagai berikut :
Dosis Pemberian Tablet Besi Folat dan Sirup Besi :

TABLET BESI/FOLAT
UMUR  Bi
Sulfas ferosus 200 SIRUP BESI
DAN mg + 0,25 mg Asam Sulfas ferosus 150 ml la
Folat
BERAT BADAN  Berikan 3 kali
 Berikan 3 kali sehari
sehari
6 sampai 12 bulan
¼ tablet 2,5 ml (1/2 sendok teh)
(7 - < 10 Kg)
12 bulan sampai 5
½ tablet 5 ml (1 sendok teh)
tahun
anak diduga menderita kecacingan berikan Pirantel Pamoat dengan
dosis tunggal sebagai berikut :

PIRANTEL PAMOAT

Vitamin UMUR ATAU BERAT BADAN (125mg/tablet)
A (DOSIS TUNGGAL)
oral
4 bulan sampai 9 bulan (6-<8 ½ tablet
Kg)
9 bulan sampai 1 tahun (8-<10 ¾ tablet
Kg)
1 tahun sampai 3 tahun (10- 1 tablet
<14 Kg)
3 Tahun sampai 5 tahun (14- 1 ½ tablet
<19 Kg)

berikan 1 kali dengan dosis

Kapsul Vitamin Kapsul Vitamin A


Umur A
200.000 IU 100.000 IU
6 bln sampai 12 - 1 kapsul
bln
12 bln sampai 5 1 kapsul -
Thn
Dosis tambahan disesuaikan dengan baku pedoman pemberian kapsul
Vitamin A

9. Lakukan stimulasi sensorik dan dukungan emosi/mental


Pada KEP berat/gizi buruk terjadi keterlambatan perkembangan mental
dan perilaku, karenanya berikan :

- Kasih sayang
- Ciptakan lingkungan yang menyenangkan
- Lakukan terapi bermain terstruktur selama 15 – 30 menit/hari
- Rencanakan aktifitas fisik segera setelah sembuh
- Tingkatkan keterlibatan ibu (memberi makan, memandikan, bermain
dsb)

10.Siapkan dan rencanakan tindak lanjut setelah sembuh.


Bila berat badan anak sudah berada di garis warna kuning anak dapat
dirawat di rumah dan dipantau oleh tenaga kesehatan puskesmas atau
bidan di desa.

Pola pemberian makan yang baik dan stimulasi harus tetap


dilanjutkan dirumah setelah pasien dipulangkan dan ikuti pemberian
makanan seperti pada lampiran 5, dan aktifitas bermain.

Nasehatkan kepada orang tua untuk :

- Melakukan kunjungan ulang setiap minggu, periksa secara teratur di


Puskesmas
- Pelayanan di PPG (lihat bagian pelayanan PPG) untuk memperoleh PMT-
Pemulihan selama 90 hari. Ikuti nasehat pemberian makanan (lihat
lampiran 5) dan berat badan anak selalu ditimbang setiap bulan secara
teratur di posyandu/puskesmas.
- pemberian makan yang sering dengan kandungan energi dan nutrien
yang padat
- penerapan terapi bermain dengan kelompok bermain atau Posyandu
- Pemberian suntikan imunisasi sesuai jadwal
- Anjurkan pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi (200.000 SI atau
100.000 SI ) sesuai umur anak setiap Bulan Februari dan Agustus.
Dalam proses pelayanan KEP berat/Gizi buruk terdapat 3 fase yaitu fase
stabilisasi, fase transisi, dan fase rehabilitasi. Petugas kesehatan
harus trampil memilih langkah mana yang sesuai untuk setiap fase. Tata
laksana ini digunakan pada pasien Kwashiorkor, Marasmus maupun
Marasmik-Kwashiorkor.
Bagan dan Jadwal Pengobatan :

No FASE STABILISASI TRANSISI REHABILITASI

Hari ke 1-2 Hari ke 2-7 Minggu ke-2 Minggu ke 3-7

1 Hipoglikemia

2 Hipotermia

3 Dehidrasi

4 Elektrolit

5 Infeksi

6 MulaiPemberian

makanan

7 Tumbuh kejar

(Meningkatkan

Pemberian Makanan)

8 Mikronutrien Tanpa Fe dengan Fe

9 Stimulasi

10 Tindak lanjut

 TINDAKAN PENCEGAHAN
Tindakan pencegahan terhadap marasmus dapat dilaksanakan dengan baik bila penyebab
diketahui. Usaha-usaha tersebut memerlukan sarana dan prasarana kesehatan yang baik untuk
pelayanan kesehatan dan penyuluhan gizi.
1. Pemberian air susu ibu (ASI) sampai umur 2 tahun merupakan sumber energi yang paling
baik untuk bayi.
2. Ditambah dengan pemberian makanan tambahan yang bergizi pada umur 6 tahun ke atas.
3. Pencegahan penyakit infeksi, dengan meningkatkan kebersihan lingkungan dan kebersihan
perorangan.
4. Pemberian imunisasi.
5. Mengikuti program keluarga berencana untuk mencegah kehamilan terlalu kerap.
6. Penyuluhan/pendidikan gizi tentang pemberian makanan yang adekuat merupakan usaha
pencegahan jangka panjang.
Pemantauan (surveillance) yang teratur pada anak balita di daerah yang endemis kurang
gizi, dengan cara penimbangan berat badan tiap bulan.

 SYARAT DIET PENDERITA MARASMUS ENERGI TINGGI PROTEIN TINGGI


(ETPT) :
1. Energi tinggi, yaitu 40-45 kkal/kg BB.
2. Protein tinggi, yaitu 2,0-2,5 g/kg BB.
3. Lemak cukup, yaitu 10-25% dari kebutuhan energi total.
4. Karbohidrat cukup, yaitu sisa dari kebutuhan energi total.
5. Vitamin dan mineral cukup, sesuai kebutuhan normal.
6. Makanan diberikan dalam bentuk mudah dicerna.

Bahan Makanan Yang Dianjurkan dan Tidak Dianjurkan :

Bahan Makanan Dianjurkan Tidak Dianjurkan


Sumber Nasi, Roti, mie,
karbohidrat makaroni, cake,
tarcis, puding,
pastri, dodol, ubi,
gula pasir.
Sumber protein Daging sapi, ayam, Dimasak dengan
ikan, telur, susu, banyak minyak
keju, yoghurt dan atau kelapa/santan
es krim. kental.
Sumber protein Semua jenis Dimasak dengan
nabati kacang-kacangan, banyak minyak
tempe, tahu dan atau kelapa/santan
pindakas. kental
Sayuran Semua jenis Dimasak dengan
sayuran, terutama banyak minyak
jenis bayam, daun atau kelapa/santan
singkong, kacang kental.
panjang, labu
siam, dan wortel,
dengan teknik
pengolahan
direbus, dikukus
dan ditumis
Buah-buahan Semua jenis buah
segar, buah
kaleng, buah
kering dan jus
buah.
Lemak dan Minyak goreng, Santan kental
minyak mentega,
margarin, santan
encer dan salad
dressing.
Minuman Soft drink, madu, Minuman rendah
sirup, teh dan kopi energi.
encer.
Bumbu Bumbu tidak tajam Bumbu yang tajam
seperti bawang seperti cabe dan
merah, bawang merica.
putih, laos, salam
dan kecap.

Kesimpulan
Gizi buruk merupakan masalah yang serius, karena terjadi kekurangan
zat gizi penting yang manyebabkan menurunnya fungsi kerja tubuh yang
apabila didiamkan terus menerus akan mengakibatkan masalah yang lebih
rumit, bahkan dapat mengakibatkan kematian.
Marasmus, kwashiorkor, dan marasmic-kwashiorkor adalah
serangkaian penyakit yang dialami oleh bayi hingga balita karena
mengalami kekurangan protein, kekurangan energi, dan komplikasi dari
keduanya, kekurangan energi dan karbohidrat.

Dalam proses penanganannya lebih spesifik karena penderita penyakit


ini harus dirawat secara intens dan dipantau secara terus-menerus, dan
waktu yang diperlukan untuk mengobati penyakit-penyakit ini tidaklah
sebentar.

Makanan yang dikonsumsipun disarankan makanan yang tinggi energi


tinggi protein. Jika keadaan lebih memburuk, selain makanan yang tinggi
energi tinggi protein biasanya ditambahkan serum tertentu untuk memnuhi
kebutuhan gizinya atau dirawat secara intens karena memerlukan perlakuan
khusus.

Daftar Pustaka
1. DepkesRI. Petunjuk teknis tatalaksana anak gizi buruk buku I. Jakarta:
DirektoratJenderal Bina Gizi Masyarakat; 2013. 7.
2. http://lenteraimpian.wordpress.com/2010/02/24/masalah-masalah-gizi-di-indonesia-2/26
novemver 2019
3. http://www.indonesian-publichealth.com/2012/12/masalah-gizi-kurang-dan-gizi-
buruk.html/26 november 2019
4. http://networkedblogs.com/t90QG/26 novemver 2019
5. Nestle. 1999. Energi – Protein: KEP dan Pencegahannya.
6. http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/06_PenatalaksanaanBusungLaparP
adaBalita.pdf/06_PenatalaksanaanBusungLaparPadaBalita.html
7. http://id.wikipedia.org/wiki/Marasmus
8. http://www.scribd.com/doc/27332235/Marasmus-Adalah-Salah-Satu-
Bentuk-Kekurangan-Gizi

Anda mungkin juga menyukai