Abstrack
Riwayat penyakit sekarang (RPS): BB dirasakan sulit naik sejak mulai 2 bulan yang lalu.
Terlihat lebih kurus dibandingkan anak seusianya. Tidak ada demam maupun batuk lama. Riwat
kontak TB tidak ada.
Riwayat diet dan nutrisi : ASI sejak lahir-sekarang. MPASI pertama sejak 6 bulan, berupa
bubur susu dan pisang lumat. Makan hanya bubur, sayur dan tahu tempe. Tidak pernah konsumsi
daging sapi, ayam, ikan, dan protein hewani lainnya. Makan hanya 1-2x/hari, tidak konsumsi
susu formula. Sejak 3 bln yang lalu, selalu menolak makan bila disuapin, hanya ASI saja.
Riwayat penyakit dahulu (RPD): sering batuk, pilek, panas dan mencret
Imunisasi : imunisasi dasar tidak lengkap: Hepatitis 3x, BCG 1x, DPT 2x, Polio 3x
Riwayat tumbuh kembang: baru bias duduk dengan pegang, belum bias duduk sendiri
Riwayat sosial ekonomi: Ibu sebagai IRT dan ayah kerja serabut. Tinggal di lingkungan
kumuh. Pasien anak kedua dari 2 bersaudara.
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik adalah pemeriksaan yang lengkap dari penderita untuk mengetahui keadaan
atau kelainan serta masalah kesehatan yang dialami oleh pasien. Pemeriksaan fisik bertujuan
untuk mengumpulkan data tentang kesehatan pasien, menambah informasi, menyangkal data
yang diperoleh dari riwayat pasien, mengidentifikasi masalah pasien, menilai perubahan status
pasien, dan mengevaluasi pelaksanaan tindakan yang telah diberikan. Pemeriksaan dilakukan
pada pasien yang baru pertama kali datang periksa dan dilakukan dengan lengkap. Pada
pemeriksaan ulangan, dilakukan yang perlu saja. Macam-macam cara pemeriksaan yaitu dengan
inspeksi (periksa pandang/observasi), palpasi (periksa raba), auskultasi (periksa dengar), dan
perkusi (periksa ketuk).
Hasil pemeriksaan fisik: tampak sangat kurus, letargi, kurang aktif, tanda dehidrasi (-), tidak
edema, terlihat seperti orgtua. TTV dalam batas normal.
BB: 6kg, PB: 75cm (BB/PP<-3). Rambut jagung berwarna merah, mudah dicabut, konjungtiva
anemis +/+. Tidak ditemukan bercak bitot, dan tdak ditemukan pembesaran KGB. Iga gambang,
perut cekung, turgor kulit kembali lambat, muscle wasting +, baggy pants +
Differential Diagnosis dan WD
Epidemiologi
Masalah gizi pada anak balita di Indonesia telah mengalami perbaikan. Hal ini dapat dilihat
antara lain dari penurunan prevalensi gizi buruk pada anak balita dari 5,4% tahun 2007 menjadi
4,9% pada tahun 2010. Meskipun terjadi penurunan, tetapi jumlah nominal anak gizi buruk
masih relatif besar, oleh karena itu diperlukan tenaga yang mampu mengatasi kasus gizi buruk
secara cepat, tepat dan profesional yang diikuti dengan penyiapan sarana dan prasarana yang
memadai. Untuk menyiapkan tenaga kesehatan terampil seperti yang diharapkan selain
memberikan peningkatan kapasitas juga diperlukan panduan tatalaksana gizi buruk yang akan
digunakan tenaga kesehatan dalam melakukan penanggulangan gizi buruk oleh tim asuhan gizi
(dokter, perawat, dan ahli gizi).
Etiologi
Untuk KEP ringan dan sedang, gejala klinis yang ditemukan hanya
anak tampak kurus. Gejala klinis KEP berat/gizi buruk secara garis besar
dapat dibedakan sebagai marasmus, kwashiorkor atau marasmic-
kwashiorkor. Tanpa mengukur/melihat BB bila disertai edema yang bukan
karena penyakit lain adalah KEP berat/Gizi buruk tipe kwasiorkor.
Untuk kepentingan praktis di klinik maupun di lapangan klasifikasi
Malnutrisi Energi Protein (MEP) ditetapkan dengan patokan perbandingan
berat badan terhadap umur anak sebagai berikut:
1) Berat badan 60-80% standar tanpa edema : gizi kurang (MEP ringan)
2) Berat badan 60-80% standar dengan edema : kwashiorkor (MEP berat)
3) Berat badan <60% standar tanpa edema : marasmus (MEP berat)
4) Berat badan <60% standar dengan edema : marasmik kwashiorkor
(MEP berat)
(Ngastiyah, 1997)
Kwashiorkor adalah MEP berat yang disebabkan oleh defisiensi protein.
Penyakit kwashiorkor pada umumnya terjadi pada anak dari keluarga
dengan status sosial ekonomi yang rendah karena tidak mampu
menyediakan makanan yang cukup mengandung protein hewani seperti
daging, telur, hati, susu dan sebagainya. Makanan sumber protein
sebenarnya dapat dipenuhi dari protein nabati dalam kacang-kacangan
tetapi karena kurangnya pengetahuan orang tua, anak dapat menderita
defisiensi protein.
Marasmus adalah MEP berat yang disebabkan oleh defisiensi makanan
sumber energi (kalori), dapat terjadi bersama atau tanpa disertai defsiensi
protein. Bila kekurangan sumber kalori dan protein terjadi bersama dalam
waktu yang cukup lama maka anak dapat berlanjut ke dalam status
marasmik kwashiorkor.
Penemuan kasus balita KEP dapat dimulai dari :
1. Posyandu/Pusat Pemulihan Gizi
Manifestasi Klinis
Yang terjadi pada penderita marasmus adalah keadaan yang terlihat mencolok seperti hilangnya
lemak subkutan, terutama pada wajah. Akibatnya ialah wajah si anak lonjong, berkeriput dan
tampak lebih tua (old man face). Otot-otot lemah dan atropi, bersamaan dengan hilangnya lemak
subkutan maka anggota gerak terlihat seperti kulit dengan tulang dan turgor kulit menghilang.
Torax dan tulang rusuk tampak lebih jelas. Dinding perut hipotonus dan usianya. Suhu tubuh
KOMPLIKASI
Defisiensi Vitamin A
Dermatosis
Kecacingan
diare kronis
tuberculosis
10 Tatalaksana Gizi buruk
Tujuan pengobatan pada penderita marasmus adalah pemberian diet tinggi kalori dan tinggi
protein serta mencegah kekambuhan. Penderita marasmus tanpa komplikasi dapat berobat jalan
asal diberi penyuluhan mengenai pemberian makanan yang baik. Sedangkan, penderita yang
mengalami komplikasi serta dehidrasi, syok, asidosis dan lain-lain perlu mendapat perawatan di
rumah sakit. Penanganan gizi buruk pasien, umumnya terdapat 10 langkah tatalaksana gizi
buruk, yaitu mencegah dan mengatasi hipoglikemia, mencegah dan mengatasi hipotermia,
memperbaiki kekurangan zat gizi mikro, memberikan makanan untuk stabilisasi, memberikan
makanan untuk transisi dan rehabilitasi, stimulasi sensorik dan dukungan emosional pada
anak, dan tindak lanjut dirumah.24-25. Pengaturan diet pada gizi buruk dibagi menjadi 4
fase yaitu fase stabilisasi, transisi, rehabilitasi dan tindak lanjut. Pada fase stabilisasi,
peningkatan jumlah formula diberikan secara bertahap dengan tujuan memberikan makanan awal
Cara lain adalah dengan membungkus anak dengan selimut tebal, dan
meletakkan lampu didekatnya. Lampu tersebut tidak boleh terlalu dekat
apalagi sampai menyentuh anak. Selama masa penghangatan ini
dilakukan pengukuran suhu anak pada dubur (bukan ketiak) setiap
setengah jam sekali. Jika suhu anak sudah normal dan stabil, tetap
dibungkus dengan selimut atau pakaian rangkap agar anak tidak jatuh
kembali pada keadaan hipothermia. Tidak dibenarkan penghangatan anak
dengan menggunakan botol berisi air panas.
3. Atasi/cegah dehidrasi
Tanda klinis yang sering dijumpai pada anak penderita KEP berat/Gizi
buruk dengan dehidrasi adalah :
Mata cekung
Nadi lemah
Jika anak masih menyusui, teruskan ASI dan berikan setiap setengah
jam sekali tanpa berhenti. Jika anak masih dapat minum, lakukan
tindakan rehidrasi oral dengan memberi minum anak 50 ml (3 sendok
makan) setiap 30 menit dengan sendok. Cairan rehidrasi oral khusus
untuk KEP disebut ReSoMal.
Jika tidak ada ReSoMal untuk anak dengan KEP berat/Gizi buruk dapat
menggunakan oralit yang diencerkan 2 kali. Jika anak tidak dapat
minum, lakukankan rehidrasi intravena (infus) cairan Ringer
Laktat/Glukosa 5 % dan NaCL dengan perbandingan 1:1.
Berikan :
- Makanan tanpa diberi garam/rendah garam.
- Untuk rehidrasi, berikan cairan oralit 1 liter yang diencerkan 2 X
(dengan penambahan 1 liter air) ditambah 4 gr KCL dan 50 gr gula
atau bila balita KEP bisa makan berikan bahan makanan yang banyak
mengandung mineral ( Zn, Cuprum, Mangan, Magnesium, Kalium)
dalam bentuk makanan lumat/lunak.
Contoh bahan makanan sumber mineral :
Sumber Zink : daging sapi, hati, makanan laut, kacang tanah, telur
ayam
5. Obati/cegah infeksi
Pada KEP berat/Gizi buruk, tanda yang umumnya menunjukkan
adanya infeksi seperti demam seringkali tidak tampak, oleh karena itu
pada semua KEP berat/Gizi buruk secara rutin diberikan antibiotik
spektrum luas dengan dosis sebagai berikut :
KOTRIMOKSASOL AMOKSISILI
N
(Trimetoprim + Sulfametoksazol)
Beri 3
Beri 2 kali sehari selama 5 hari
kali
sehari
untuk 5
UMUR
hari
ATAU Tablet Tablet Sirup/5ml Sirup
BERAT dewasa Anak 40 mg
BADAN 80 mg 20 mg trimeto 125 mg
trimeto trimeto prim + 200 per 5 ml
prim + 400 prim + 100 mg
mg mg sulfametok
sulfametok sulfametok sazol
sazol sazol
2 sampai 4
bulan ¼ 1 2,5 ml 2,5 ml
(4 - < 6 kg)
4 sampai 12
bulan ½ 2 5 ml 5 ml
(6 - < 10 Kg)
12 bln s/d 5
thn 1 3 7,5 ml 10 ml
(10 - < 19
Kg)
Vaksinasi Campak bila anak belum diimunisasi dan umur sudah mencapai
9 bulan
Catatan :
Mengingat pasien KEP berat/Gizi buruk umumnya juga menderita
penyakit infeksi, maka lakukan pengobatan untuk mencegah agar
infeksi tidak menjadi lebih parah. Bila tidak ada perbaikan atau terjadi
komplikasi rujuk ke Rumah Sakit Umum.
Diare biasanya menyertai KEP berat/Gizi buruk, akan tetapi akan
berkurang dengan sendirinya pada pemberian makanan secara hati-
hati. Berikan metronidasol 7,5 mg/Kgbb setiap 8 jam selama 7 hari. Bila
diare berlanjut segera rujuk ke rumah sakit
6. Mulai pemberian makanan
Pemberian diet KEP berat/Gizi buruk dibagi dalam 3 fase, yaitu :
Fase Stabilisasi, Fase Transisi, Fase Rehabilitasi
Fase Stabilisasi ( 1-2 hari) :
Pada awal fase stabilisasi perlu pendekatan yang sangat hati-hati,
karena keadaan faali anak sangat lemah dan kapasitas homeostatik
berkurang.
Pada anak dengan selera makan baik dan tidak edema, maka tahapan
pemberian formula bisa lebih cepat dalam waktu 2-3 hari (setiap 2 jam)
Bila pasien tidak dapat menghabiskan Formula WHO
75/pengganti/Modisco ½ dalam sehari, maka berikan sisa formula
tersebut melalui pipa nasogastrik ( dibutuhkan ketrampilan petugas )
Pada fase ini jangan beri makanan lebih dari 100 Kkal/Kg bb/hari
Pada hari 3 s/d 4 frekwensi pemberian formula diturunkan menjadi
setiap jam dan pada hari ke 5 s/d 7 diturunkan lagi menjadi setiap 4 jam
Lanjutkan pemberian makan sampai hari ke 7 (akhir minggu 1)
Pantau dan catat :
Bila terjadi peningkatan detak nafas > 5 kali/menit dan denyut nadi >
25 kali /menit dalam pemantauan setiap 4 jam berturutan, kurangi
volume pemberian formula. Setelah normal kembali, ulangi menaikkan
volume seperti di atas.
MAKANAN KELUARGA
TABLET BESI/FOLAT
UMUR Bi
Sulfas ferosus 200 SIRUP BESI
DAN mg + 0,25 mg Asam Sulfas ferosus 150 ml la
Folat
BERAT BADAN Berikan 3 kali
Berikan 3 kali sehari
sehari
6 sampai 12 bulan
¼ tablet 2,5 ml (1/2 sendok teh)
(7 - < 10 Kg)
12 bulan sampai 5
½ tablet 5 ml (1 sendok teh)
tahun
anak diduga menderita kecacingan berikan Pirantel Pamoat dengan
dosis tunggal sebagai berikut :
PIRANTEL PAMOAT
Vitamin UMUR ATAU BERAT BADAN (125mg/tablet)
A (DOSIS TUNGGAL)
oral
4 bulan sampai 9 bulan (6-<8 ½ tablet
Kg)
9 bulan sampai 1 tahun (8-<10 ¾ tablet
Kg)
1 tahun sampai 3 tahun (10- 1 tablet
<14 Kg)
3 Tahun sampai 5 tahun (14- 1 ½ tablet
<19 Kg)
- Kasih sayang
- Ciptakan lingkungan yang menyenangkan
- Lakukan terapi bermain terstruktur selama 15 – 30 menit/hari
- Rencanakan aktifitas fisik segera setelah sembuh
- Tingkatkan keterlibatan ibu (memberi makan, memandikan, bermain
dsb)
1 Hipoglikemia
2 Hipotermia
3 Dehidrasi
4 Elektrolit
5 Infeksi
6 MulaiPemberian
makanan
7 Tumbuh kejar
(Meningkatkan
Pemberian Makanan)
9 Stimulasi
10 Tindak lanjut
TINDAKAN PENCEGAHAN
Tindakan pencegahan terhadap marasmus dapat dilaksanakan dengan baik bila penyebab
diketahui. Usaha-usaha tersebut memerlukan sarana dan prasarana kesehatan yang baik untuk
pelayanan kesehatan dan penyuluhan gizi.
1. Pemberian air susu ibu (ASI) sampai umur 2 tahun merupakan sumber energi yang paling
baik untuk bayi.
2. Ditambah dengan pemberian makanan tambahan yang bergizi pada umur 6 tahun ke atas.
3. Pencegahan penyakit infeksi, dengan meningkatkan kebersihan lingkungan dan kebersihan
perorangan.
4. Pemberian imunisasi.
5. Mengikuti program keluarga berencana untuk mencegah kehamilan terlalu kerap.
6. Penyuluhan/pendidikan gizi tentang pemberian makanan yang adekuat merupakan usaha
pencegahan jangka panjang.
Pemantauan (surveillance) yang teratur pada anak balita di daerah yang endemis kurang
gizi, dengan cara penimbangan berat badan tiap bulan.
Kesimpulan
Gizi buruk merupakan masalah yang serius, karena terjadi kekurangan
zat gizi penting yang manyebabkan menurunnya fungsi kerja tubuh yang
apabila didiamkan terus menerus akan mengakibatkan masalah yang lebih
rumit, bahkan dapat mengakibatkan kematian.
Marasmus, kwashiorkor, dan marasmic-kwashiorkor adalah
serangkaian penyakit yang dialami oleh bayi hingga balita karena
mengalami kekurangan protein, kekurangan energi, dan komplikasi dari
keduanya, kekurangan energi dan karbohidrat.
Daftar Pustaka
1. DepkesRI. Petunjuk teknis tatalaksana anak gizi buruk buku I. Jakarta:
DirektoratJenderal Bina Gizi Masyarakat; 2013. 7.
2. http://lenteraimpian.wordpress.com/2010/02/24/masalah-masalah-gizi-di-indonesia-2/26
novemver 2019
3. http://www.indonesian-publichealth.com/2012/12/masalah-gizi-kurang-dan-gizi-
buruk.html/26 november 2019
4. http://networkedblogs.com/t90QG/26 novemver 2019
5. Nestle. 1999. Energi – Protein: KEP dan Pencegahannya.
6. http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/06_PenatalaksanaanBusungLaparP
adaBalita.pdf/06_PenatalaksanaanBusungLaparPadaBalita.html
7. http://id.wikipedia.org/wiki/Marasmus
8. http://www.scribd.com/doc/27332235/Marasmus-Adalah-Salah-Satu-
Bentuk-Kekurangan-Gizi