Anda di halaman 1dari 17

1-10

1. Kabinet Pembangunan
KP 1 Kabinet Pembangunan I [1] adalah nama kabinet pemerintahan di Indonesia pada tahun 1968-
1973. Presiden pada Kabinet ini adalah Soeharto. Pelita 1 (1969-1971)
KP2 Presiden pada Kabinet ini adalah Soeharto sedangkan wakil presiden adalah Sri Sultan
Hamengkubuwono IX.
Pada masa kabinet ini, dimulailah Pelita II (1 April 1974 – 31 Maret 1979). (terjadi peristiwa
malari)
KP3 Masa pemerintahan Presiden Soeharto dengan Wakil Presiden H. Adam Malik. Kabinet ini
diumumkan secara langaung pada 29 Maret 1978 dan kemudian, dilantik secara langsung pada
31 Maret 1978. Diselenggarakan Pelita 3. Menekankan pada trilogy pembangunan
Stabilitas nasional yang dinamis, Pertumbuhan ekonomi tinggi, dan Pemerataan pembangunan
dan hasil-hasilnya

KP4 masa pemerintahan Presiden Soeharto dan Wakil Presiden Try Soetrisno dengan masa bakti
(1993-1998).

KP5 masa pemerintahan Presiden Soeharto dengan Wakil Presiden Sudharmono. Kabinet ini
dibentuk pada tahun 1988 dan berakhir pada tahun 1993.

KP6 masa pemerintahan Presiden Soeharto dan Wakil Presiden Try Soetrisno dengan masa bakti
(1993-1998).

KP7 masa pemerintahan Presiden Soeharto dan Wakil Presiden Baharuddin Jusuf Habibie yang
masa jabatannya paling singkat (16 Maret 1998-21 Mei 1998). Masa bakti kabinet ini
seharusnya berakhir pada tahun 2003, namun karena terjadi demonstrasi mahasiswa dan
kerusuhan massal 1998 akibat krisis ekonomi yang melanda Indonesia yang berujung pada
pengunduran diri Soeharto dari jabatannya pada tanggal 21 Mei 1998 dan diangkatnya B.J.
Habibie sebagai pejabat presiden dalam situasi darurat, mengakibatkan kabinet ini menjadi
demisioner. Sebagai penggantinya, pemerintahan Indonesia dilanjutkan oleh Kabinet
Reformasi Pembangunan.

2. 5 Perwakilan / Sekretaris OPEC dari Indonesi

NO Nama Dari Sampai


1 Elrich Sanger 1 Januari 1969 31 Desember 1969

2 Dr Subroto 1 Juli 1988 30 Juni 1994


3 Purnomo Yusgiantoro 1 Januari 2004 31 Desember 2004

4 Iin Arifin Takhyan 1 Januari 2004 28 Februari 2004


5 Dr. Maizar Rahman 28 Februari 2004 31 Desember 2004

3. Tahun penggabungan Parpol (1975)


Selama masa Orde Baru, pemilu berlangsung sebanyak enam kali dari 1971 hingga 1997. Pemilu 1971
diseienggarakan pada 5 Juli 1971 dengan peserta 10 partai politik dan merupakan pemilu pertama
setelah berdirinya orde baru. Pemilu ini bertujuan memilih anggota DPR serta anggota DPRD tingkat I
Propinsi dan tingkat II Kabupaten/Kota se-Indonesia. Untuk Propinsi Irian Jaya, ini rnerupakan pemilu
pertama bagi mereka setelah bergabung dengan Indonesia pada 1963. Lima besar dalam Pemilu ini
adalah Golongan Karya, Nahdlatul Ulama, Parmusi, Partai Nasional Indonesia, clan Partai Sya rikat Islam
Indonesia.
Pemilu 1977 diawali dengan fusi (penggabungan) partai-partai politik melalui UU Nomor 3 Tahun 1975
yang menghasilkan dua partai politik (Partai Persatuan Pembangunan dan Partai Demokrasi Indonesia)
dan satu Golongan Karya. Selama pemilu Orde Baru berikutnya hingga 1998, pemilu hanya diikuti oleh
tiga partai ini. Pemilu 1977 diselenggarakan secara serentak pada tanggal 2 Mei 1977 untuk memilih
anggota DPR dan DPRD tingkat I da.n II. Pemilu ini dunenangkan oleh Golongan Karya.
4. Gerakan revolusi Indonesia dari partai apa?
- Partai Nasional Indonesia (PNI) -> tahun 45-an
- Partai Komunis Indonesia (PKI) -> tahun 60-an
5. Majalah jaman colonial
a. Harian Sedio Tomo sebagai kelanjutan harian Budi Utomo terbit di Yogyakarta didirikan bulan
Julan 1920.
b. Surat Kabar Darmo Kondo diterbitkan oleh Nieu we Drukkij Tjo Tjoe Kwan di Warung Palem Solo
pada tahun 1908
c. Harian Utusan Hindia terbit di Surabaya dipimpin HOS Cokroaminoto
d. Majalah mingguan Pikiran Rakyat terbit di Bandung dipimpin Ir. Soekarno
e. Majalah berkala Daulah Rakyat dipimpin Moch. Hatta dan Sutan Syahrir
f. Majalah Kejawen diterbitkan Balai Pustaka
g. Majalah Soeara Desa diterbitkan Parindra
h. Majalah Rudjak Polo diterbitkan oleh PNI Pendidikan cabang Madiun
6. Soeharto menyerahkan kekeuasaan ke bj habibie ketika peristiwa…. Trisakti

7. Kebijakan mendikbud terkait malaria

8. Kapan pemilu ke 5?
- Pertama tahun 1955 - Keempat tahun 1982
- Kedua 5 Juli tahun 1971 - Kelima tahun 1987
- Ketiga tahun 1977 - Keenam tahun 1992
9. Kasus ideologi terbuka (pancasila)
- Suatu kegiatan/peristiwa baik pelaksanaan maupun pelanggaran terhadap nilai nilai pancasila. Contoh
musyawarah untuk mencapai mufakat
10. Perubahan social
Gllin: Pengertian perubahan sosial menurut Gillin adalah perubahan yang terjadi sebagai suatu variasi
dari cara hidup yang telah diterima karena adanya perubhan kondisi geografi, kebudayaan material,
komposisi penduduk, ideologi maupun dengan difusi atau penemuan-penemuan baru dalam
masyarakat.
Mac Iver: Menurut Mac Iver, pengertian perubahan sosial adalah perubahan-perubahan yang terjadi
dalam hubungan sosial (social relation) atau perubahan terhadap keseimbangan (ekuilibrium) hubungan
sosial.
Emile Durkheim: Pengertian perubahan sosial menurut Emile Durkheim bahwa perubahan sosial dapat
terjadi sebagai hasil faktor-faktor ekologis dan demografis, yang mengubah kehidupan masyarakat dari
kondisi tradisional yang diikat solidaritas mekanistik, ke dalam kondisi masyaakat modern yang diikat
oleh solidaritas organistik.
- CIRI CIRI PERUBAHAN SOSIAL –
a. Setiap masyarakat tidak akan berhenti berkembang
b. Perubahan yang terjadi pada lembaga kemasyarakatan tertentu akan diikuti oleh perubahan
pada lembaga-lembaga sosial lainnya
c. Perubahan sosial yang cepat, mengakibatkan disorganisasi
d. tidak dibatasi oleh bidang kebendaan atau bidang spritual karena kedua hal tersebut saling
berinteraksi dengan kuat.
- TEORI PERUBAHAN SOSIAL -
1. Teori Evolusi (Evolutionary Theory),menjelaskan perubahan sosial memiliki arah tetap dan dialami
setiap masyarakat. Arah tetap yang dimaksud adalah perubahan sosial akan terjadi bertahap, mulai dari
awal hingga akhir. Saat telah tercapainya perubahan terakhir maka tidak terjadi perubahan lagi
2. Teori Konflik (Conflict Theory) menjelaskan bahwa perubahan sosial dapat berbentuk konflik. Konflik
berasal dari pertentangan kelas antara kelompok penguasa dengan kelompok yang masyarakat tertindas
sehingga melahirkan perubahan sosial yang mengubah sistem sosial tersebut.
3. Teori Fungsionalis menjelaskan perubahan sosial merupakan suatu yang konstan dan tidak
memerlukan penjelasan. Oleh karena itu perubahan sosial bisa saja mengacaukan suatu keseimbangan
dalam masyarakat. jadi teori fungsional hanya menerima perubahan yang menguntungkan/bermanfaat
untuk masyarakat, sedangkan bagi perubahan yang tidak bermanfaat tidak akan digunakan atau
dibuang.
4. Teori Siklis/Siklus mnjelaskan perubahan sosial terjadi secara betahap dengan perubahan yang tidak
akan berhenti walau pada tahapan terakhir yang sempurna, tetapi perubahan tersebut akan kembali
keawal untuk peralihan ke tahap selanjutnya. Sehingga tergambar sebuah siklus.
- BENTUK BENTUK PERUBAHAN SOSIAL -
1. Bentuk Perubahan Sosial yang terjadi Secara Lambat dan Perubahan Sosial Secara Cepat
Perubahan sosial secara lambat/perubahan evolusi adalah memerlukan waktu yang lama tanpa dengan
perencanaan. dam bergantung kepada orang-orang yang berkuasa di masa tertentu.
Perubahan sosial cepat/perubahan revolusi, adalah memerlukan waktu yang cepat yang mengubah
dasar-dasar kehidupan masyarakat dalam waktu singkat.
2. Bentuk Perubahan Sosial yang Besar dan Perubahan Sosial Kecil
Bentuk perubahan sosial berpengaruh besar adalah perubahan dengan dampak besar bagi kehidupan
masyarakat. Contohnya perubahan sistem pemerintahan.
Bentuk perubahan sosial berpengaruh kecil adalah perubahan yang tidak berarti penting bagi struktur
sosial dalam memengaruh kehidupan masyarakat. Contohnya perubahan model pakaian yang tidak
melanggar nilai dan norma.
3. Bentuk Perubahan Sosial yang Direncanakan dan Perubahan Sosial yang tidak direncanakan
Bentuk perubahan sosial yang direncakanan adalah perubahan sosial yang melakukan persiapan yang
matang dan perencanaan. Contoh perubahan sosial yang direncanakan adalah program keluarga
berencana (KB)
Bentuk perubahan sosial yang tidak direncanakan adalah perubahan sosial yang tidak memerlukan
persiapan dan perencanaan. Contoh perubahan sosial yang tidak direncanakan adalah keluarga tiba-tia
terpaksa pindah ke lingkungan baru.
4. Bentuk Perubahan Sosial yang Dikehendaki dan Perubahan Sosial yang tidak Dikehendaki
Bentuk perubahan sosial yang dikehendaki adalah perubahan sosial yang disetujui oleh masyarakat
tersebut. Contoh perubahan sosial yang dikehendaki adalah perencanaan aturan yang disetujui dalam
rapat.
-FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PERUBAHAN SOSIAL-
1. Faktor Internal :
a. Pertumbuhan penduduk
b. Penemuan baru
c. Invensi (kombiansi baru terhadap suatu pengetahuan yang telah ada)
d. Sistem ideologi (keyakinan mengenai nilai-nilai tertentu)
2. Faktor Eksternal,
a. Lingkungan fisik (contohnya musibah atau bencana alam)
b. Peperangan
c. Pengaruh kebudayaan lain
11-20

11) Bab 1 Konstitusi Republik Indonesia Serikat ini terdiri atas enam bagian. Empat bagian pertama
merupakan bagian mengenai Bentuk Negara dan Kedaulatan, Daerah Negara, Lambang dan Bahasa
Negara serta Kewarganegaraan dan Penduduk Negara. Empat bagian pertama dalam bab 1 Konstitusi
Republik Indonesia Serikat menyatakan bahwa:
1. Negara Indonesia Serikat merupakan negara hukum yang berlandaskan demokrasi dan
berbentuk federasi (pasal 1a), yang kedaulatannya dilaksanakan oleh Pemerintah bersama-sama
dengan Dewan Perwakilan Rakyat dan Senat (pasal 1b).
2. Negara Indonesia Serikat meliputi Negara Republik Indonesia berdasarkan Perjanjian Renville,
Negara Indonesia Timur, Negara Pasundan, Distrik Federal Jakarta, Negara Jawa Timur, Negara
Madura dan Negara Sumatera Timur dan Daerah-Daerah Otonom (Jawa Tengah, Bangka,
Belitung, Riau, Kalimantan Barat (Daerah istimewa), Dajak Besar; Daerah Bandjar, Kalimantan
Tenggara, dan Kalimantan Timur) (pasal 2).
3. Bendera kebangsaan Republik Indonesia Serikat adalah bendera Sang Merah Putih (pasal 3 ayat
1), Lagu kebangsaan adalah lagu "Indonesia Raya" (pasal 3, ayat 2) dan Bahasa resmi Negara
Republik Indonesia Serikat adalah Bahasa Indonesia (pasal 4).
4. Pemerintah menetapkan meterai dan lambang negara (pasal 3 ayat 3).
5. Kewarganegaraan dan pewarganegaraan (naturalisasi) serta Penduduk diatur oleh undang-
undang federal (pasal 5, ayat 1 dan 2 dan pasal 6).
Sedangkan, bagian lima dari bab 1 Konstitusi Republik Indonesia Serikat mengatur mengenai Hak dan
Kebebasan Dasar Manusia (dengan kata lain Hak Asasi Manusia). Hal-hal yang diatur dalam bagian ini
antara lain:
1. pengakuan sebagai pribadi terhadap undang-undang (7(1)).
2. perlakuan dan perlindungan yang sama atas hukum (equality before the law) (7(2), 7(3) dan 13).
3. mendapat bantuan hukum (7(4))
4. hak membela diri (7(4))
5. perlindungan atas harta benda (8)
6. mobilitas (9)
7. larangan perbudakan dan aktivitas terkait (10)
8. memperoleh perlakuan yang layak (11)
9. penahanan dan hukuman, harus dilakukan sesuai aturan-aturan yang berlaku (12 dan 14(b))
10. praduga tak bersalah (14(a))
12) Maklumat Presiden

MP 5 Oktober 1945 pembentukan Tentara Keamanan Rakyat (TKR).


MP 3 november 1945 1. pemerintah menyukai timbulnya partai-partai politik, karena adanya
(pembentukan partai) parta-partai itulah dapat dipimpin ke jalan yang teratur segala aliran
paham yang ada dalam masyrakat,
2. pemerintah berharap supaya partai-partai itu telah tersusun, sebelumnya
dilakukan pemilihan anggota badan-badan perwakilan rakyat pada bulan
januari 1946.
MP 14 November 1945 perubahan sistem pemerintahan Indonesia dari presidensil menjadi
parlementer
MP 16 oktober 1945 1. Sebeum terbentuknya DPR dan MPR, KNIP diserahkan kekuasaan
legislative dan ikut menetapkan Garis-Garis Dasar Haluan Negara.
2. Berhubung gentingnya keadaan, pekerjaan KNIP sehari-hari dijalankan
oleh suatu Badan Pekerja yang dipilih antara mereka yang bertanggung
jawab kepada Komite Nasional Pusat.
13)Tap MPR (Yang masih berlaku)

1. MPRS Nomor XXV/MPRS/1966 (25) Pembubaran Partai Komunis Indonesia


2. MPR RI Nomor XVI/MPR/1998 (16) Politik Ekonomi Dalam Rangka Demokrasi Ekonomi

3. MPR RI Nomor V/MPR/1999 (5) Penentuan Pendapat di Timor Timur


4. MPRS RI Nomor XXIX/MPRS/1966 (29) Pengangkatan Pahlawan Ampera

5. MPR RI Nomor XI/MPR/1998 (11) Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi,
dan Nepotisme.

6. MPR RI Nomor XV/MPR/1998 (15) Penyelenggaraan Otonomi Daerah; Pengaturan, Pembagian,


dan Pemanfaatan Sumber Daya Nasional yang Berkeadilan;
serta Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah dalam Kerangka
Negara Kesatuan Republik Indonesia

7. MPR RI Nomor V/MPR/2000 (5) Pemantapan Persatuan dan Kesatuan Nasional


8. MPR RI Nomor VI/MPR/2000 (6) Pemisahan Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara
Republik Indonesia.
9. MPR RI Nomor VI/MPR/2001 (6) Etika Kehidupan Berbangsa

10. MPR RI Nomor VII/MPR/2001 (7) Visi Indonesia Masa Depan


11. MPR RI Nomor VIII/MPR/2001 (8) Rekomendasi Arah Kebijakan Pemberantasan dan Pencegahan
Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme
12. MPR RI Nomor IX/MPR/2001 (9) Pembaruan Agraria dan Pengelolaan Sumber Daya Alam

14)PRSI (renang) PRSI berdiri pada tanggal 21 Maret 1951 di Jakarta dengan ketua umum pertamanya
adalah Prof. dr. Poerwo Soedarmo.

15) gek kosong seko sumber.e

16)kewenangan membentuik uu sebelum uud diamandemen


DPR menurut UUD 1945 adalah:
a. Bersama presiden membentuk UU (Pasal 5 ayat 1 jo Pasal 20 ayat (1)) dengan kata lain bahwa DPR
berwenang untuk memberikan persetujuan RUU yang diajukan presiden disamping mengajukan sendiri
RUU tersebut. (Pasal 21 UUD 1945)
17) Perjanjian Internasional

No Berdasarkan
1. Jumlah peserta a. Perjanjian Bilateral (2)
b. Perjanjian Multilateral (2<)
2. Sifat + fungsi a. treaty contract : perjanjian yang hanya mengikat pihak-pihak yang melakukan
atau mengadakan perjanjian
b. law making treaty : perjanjian yang akibat-akibatnya menjadi dasar ketentuan
atau kaidah hukum internasional
3. isinya a. politik (ct. NATO, ANZUS, dan SEATO)
b. ekonomi (ct. Bantuan perekonomian dan perdagangan)
c. hukum (ct. Status kewarganegaraan)
d. kesehatan (ct. Karantina dan penanggulangan pada wabah penyakit)
4. Tahapan a. Bersifat Penting (dibuat melalui proses perundingan, penandatanganan, dan
Pembentukannya ratifikasi.)
b. Bersifat Sederhana (dibuat melalui tahap perundingan dan penandatanganan. )

5. Subjeknya a. Perjanjian antar banyak Negara yang merupakan sumber subjek hukum
internasional.
b. Perjanjian antar negara dan subjek hukum lainnya. Contohnya : organisasi
internasional tahta suci (vatikan) dengan organisasi MEE.
c. Perjanjian antar sesama subjek hukum internasional selain dari negara yaitu
perjanjian yang dilakukan antar organisasi-organisasi internasional lainnya.
Contohnya : ASIAN dan MEE

18) keputusan tentang perubahan UUD 1945 sah, apabila disetujui oleh sekurang-kurangnya dua pertiga
dari anggota MPR yang hadir dan memenuhi quorum -> PASAL 37 UUD 1945

19) Usul pengubahan pasal Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 diajukan oleh
sekurangkurangnya 1/3 (satu pertiga) dari jumlah anggota MPR

20) kosong seko sumber.e

21-30

21. Rumusan dasar Negara M Yamin 1) Ketuhanan Yang Maha Esa


a. Secara lisan (29 Mei 1945) 2) Kebangsaan Persatuan Indonesia
1) Peri kebangsaan 3) Rasa kemanusiaan yang adil dan beradab 
2) Peri kemanusiaan 4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah
3) Peri Ketuhanan kebijaksanaan dalam permusyawaratan
4) Peri kerakyatan perwakilan 
5) Kesejahteraan rakyat 5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat
b. Secara tertulis Indonesia

22. Rumusan dasar Negara Soepomo (31 Mei 1945)


1. Persatuan Indonesia
2. Ketuhanan Yang Maha Esa
3. Kerakyatan yang berdasarkan permusyawaratan perwakilan
4. Pemerataan keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia
5. Kemakmuran Indonesia dalam ikatan Asia Timur Raya

23. Rumusan dasar Negara Soekarno (1 Juni 1945)


1. Kebangsaan Indonesia
2. Internasionalisme atau peri kemanusiaan
3. Mufakat atau demokrasi
4. Kesejahteraan sosial
5. Ketuhanan yang berkebudayaan

24. Dwifungsi ABRI


Militer adalah suatu alat pertahanan negara sebenarnya telah mempunyai konsep yang baik
dalam perannya menjaga stabilitas Politik dan keamanan di dalam negeri, yaitu Dwi Fungsi
ABRI. Dwi Fungsi ABRI merupakan sebuah konsep dasar militer dalam menjalankan peran
sosial politik mereka di negeri ini. Dwi Fungsi ABRI yang diketahui masyarakat di luar
lingkungan ABRI adalah sebagai sebuah bentuk militerisme, campur tangan militer dalam
permasalahan politik, campur tangan militer dalam permasalahan-permasalahan negara
lainnya yang penting yang menyangkut hajat hidup orang banyak. Dwi Fungsi ABRI dilihat
sebagai sebuah intervensi militer dan legitimasi militer untuk melakukan tindak kekerasan
terhadap rakyat. Dwi Fungsi berarti masuknya militer dalam posisi-posisi/jabatan-jabatan
penting dan mengurangi jatah orang-orang sipil. Keadaan demikian membuat masyarakat
sipil/civil society mengalami  kemandekan dalam pembinaan SDM, kaderisasi dan
kepemimpinan. Sipil dianggap masih bodoh dan belum mampu memimpin atau mengelola
negara.
25. Perkembangan Bahasa melayu dan Indonesia pada zaman penjajahan belanda dan jepang
A. Belanda
Bahasa Melayu sebagai bahasa pengantar antar daerah-daerah di kepulauan Indonesia
sudah dipergunakan sejak berabad-abad lalu. Bahasa Melayu saat itu sudah digunakan
sebagai :
 Bahasa perdagangan sehingga lebih menonjol ke bidang ekonomi.
 Penyebaran agama Islam dan Kristen.
 Campur tangan Imperialis Barat dalam bidang perdagangan dan politik di Indonesia.

 Pelaksanaan pengajaran bagi penduduk pribumi dengan tujuan untuk memperoleh


tenaga administrasi. 
Akan tetapi karena tujuan pengajaran pada mulanya hanya kepentingan kolonialis dan
kapitalis, maka penguasaan bahasa Belanda lebih diutamakan di sekolah-sekolah.
Akibatnya kemudian ialah bahwa dalam pergaulan sehari-hari, seseorang merasa lebih
terhormat bila menggunakan bahasa Belanda dibandingkan dengan apabila menggunakan
bahasa Melayu.
Munculnya suatu elite Indonesia baru sebagai hasil Politik Etis, menumbuhkan
beberapa organisasi politik yang bercita-cita untuk mencapai kemajuan dari kemerdekaan
bangsa. Penyebaran dari keanggotaan partai-partai tersebut di daerah-daerah Indonesia,
memungkinkan penggunaan bahasa Melayu di samping bahasa Belanda, dan kadang-
kadang bahasa Jawa, sebagai bahasa Melayu mendapatkan identitas bahasa sebagai
bahasa nasional sebagai ungkapan nasionalisme Indoneia yang sedang tumbuh.
Kenyataannya memang kongres itu dihadiri oleh wakil-wakil pemuda dari seluruh
Indonesia.
B. Jepang
Masa pendudukan Jepang (1942-1945) Pada masa ini peran bahasa Indonesia
semakin penting karena pemerintah Jepang melarang penggunaan bahasa Belanda yang
dianggapnya sebagai bahasa musuh Penguasa Jepang terpaksa mengangkat bahasa
Indonesia sebagai bahasa resmi dalam administrasi pemerintahan dan bahasa pengantar di
lembaga pendidikan, karena bahasa Jepang sendiri belum banyak dimengerti oleh bangsa
Indonesia. Untuk mengatasi berbagai kesulitan, akhirnya Kantor Pengajaran Balatentara
Jepang mendirikan Komisi Bahasa Indonesia.
Tahun 1945, tepatnya 18 Agustus bahasa Indonesia diangkat sebagai bahasa
negara, sesuai dengan bunyi UUD 45, Bab XV, Pasal 36: Bahasa Negara ialah Bahasa
Indonesia.
Tanggal 19 Maret 1947 diresmikan pemakaian Ejaan Republik sebagai
penyempurnaan ejaan sebelumnya Ejaan ini kemudian lebih dikenal dengan sebutan
Ejaan Soewandi.

26. Pasal tentang DPA yang dihapus (Bab IV, pasal berapa?)
Bab IV pasal 16 tetang Dewan Pertimbangan Agung (DPA) dihapus. Diubah
menjadi :  Presiden membentuk suatu dewan pertimbangan yang bertugas memberikan
nasihat dan pertimbangan kepada Presiden, yang selanjutnya diatur dalam Undang-
undang

27. Salah satu dasar hukum UUD 1945 (???)

28. Kabinet Pelita (Sinau LKS Sejarah Indonesia, semester 1. Sing gampang)

29. Nama usuluan soekarno pada 1 juni (bukan pancasila)


Berikut kutipan pidato Bung Karno pada tanggal 1 Juni 1945:
"Dasar negara, yakni dasar untuk di atasnya didirikan Indonesia Merdeka, haruslah kokoh
kuat sehingga tak mudah digoyahkan. Bahwa dasar negara itu hendaknya jiwa, pikiran-
pikiran yang sedalam-dalamnya, hasrat yang sedalam-dalamnya untuk di atasnya didirikan
gedung Indonesia Merdeka yang kekal dan abadi. Dasar negara Indonesia hendaknya
mencerminkan kepribadian Indonesia dengan sifat-sifat yang mutlak keindonesiaannya dan
sekalian itu dapat pula mempersatukan seluruh bangsa Indonesia yang terdiri atas berbagai
suku, aliran, dan golongan penduduk,"
"Dasar negara yang saya usulkan. Lima bilangannya. Inilah Panca Dharma? Bukan!
Nama Panca Dharma tidak tepat di sini. Dharma berarti kewajiban, sedang kita
membicarakan dasar. Namanya bukan Panca Dharma, tetapi saya menamakan ini dengan
petunjuk seorang teman kita ahli bahasa (Muhammad Yamin) namanya Pancasila. Sila
artinya asas atau dasar dan di atas kelima dasar itulah kita mendirikan negara Indonesia
kekal dan abadi,"

30. Demokrasi Liberal (1950-1959) (Sinau LKS Sejarah Indonesia, semester 1. Sing gampang.
Kabinet Natsir-Djuanda, kebijakan ekonomi sak kanca”ne)
Opo bukak iki
https://history1978.wordpress.com/2013/03/26/indonesia-masa-demokrasi-liberal-1950-1959/

31-40

31. Penerapan Pancasila


a. Pengertian Nilai Dasar : Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan dan Keadilan Sosial
b. Pengertian nilai instrumental penjabaran nilai dasar dalam bentuk UUD 1945 dan peraturan
Perundang-undangan lainnya
c. Pengertian nilai praxis adalah nilai yang dilaksanakan dalam kehidupan nyata sehari-hari baik
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Nilai Dasar Nilai Instrumental Nilai Praxis


Sila ke-empat : Kerakyatan yang UUD 1945 hasil Amandemen Menggunakan hak pilih dalam
dipimpin oleh hikmat      Pasal 6 pemilu Presiden dan Wakil Presiden
kebijaksanaan dalam      Pasal 6 ayat (1)
permusyawaratan dan      Pasal 6 ayat (2)
perwakilan (demokrasi)       UU No. 12 Tahun 2003
      UU No. 23 Tahun 2003
      UU No. 31 Tahun 2003

32. Pada saat pengesahan UUD 45 yang menjalankan fungsi legislatife = KOMITE NASIONAL INDONESIA
PUSAT (KNIP)
33. Makna sumpah pemuda.
 mendorong persatuan dan kesatuan pemuda indonesia.
 masa depan indonesia berada ditangan para pemuda indonesia.
 menyelesaikan masalah dengan cara musyawarah mufakat.
 pelopor kemerdekan bangsa indonesia.
ISI Teks Sumpah Pemuda
1. kami putra dan putri indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia.
2. kami putra dan putri indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.
3. kami putra dan putri indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.

34. Kabinet Parlementer


NasirSukiWilLiBurADja
(Natsir, Sukiman, Wilopo,Ali 1, Burhanudin H, Ali 2, Djuanda )

1. Kabinet Natsir (6 September 1950 – 21 Maret 1951)

Kabinet Natsir adalah kabinet koalisi yang berintikan Partai Masyumi dengan Perdana Menteri
Muhammad Natsir.Tokoh pendukung kabinet ini adalah Sultan Hamengkubuwono IX, Mr. Assaat, Ir.
Djuanda, dan Prof. Sumitro Joyohadikusumo.

Program kerja Kabinet Natsir sebagai berikut :

1. Meningkatkan keamanan dan ketertiban.


2. Menguatkan konsolidasi, penyempurnaan susunan pemerintahan.
3. Penyempurnaan angkatan perang.
4. Memusatkan perhatian pada ekonomi rakyat sebagai fondasi ekonomi sosial.
Kabinet Natsir mulai goyah sejak kegagalan dalam perundingan dengan Belanda mengenai Irian
Barat.Kabinet ini jatuh setelah Hadikusuma dari PNI mengajukan mosi tidak percaya menyangkut
pencabutan PP No. 39/1950 tentang DPRS dan DPRDS.Akhirnya pada tanggal 21 Maret 1951, Natsir
mengembalikan mandatnya kepada Presiden Soekarno.

2. Kabinet Sukiman (27 April 1951 – 3 April 1952)

Kabinet Sukiman merupakan koalisi antara PNI dan Masyumi dengan Perdana Menterinya Sukiman
Wiryosanjoyo. Program kerja Kabinet Sukiman sebagai berikut :

1. Penerapan tindakan tegas untuk menjaga keamanan dan ketertiban.


2. Memperjuangkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat dengan memperbarui hukum agrarian
untuk kesejahteraan rakyat.
3. Mempersiapkan segala usaha untuk pemilu.
4. Memperjuangkan Irian Barat dalam wilayah Indonesia.

Kabinet Sukiman tidak mampu bertahan lama karena banyak hal yang ditentang oleh parlemen
termasuk dari Masyumi dan PNI.Penyebab utama jatuhnya Kabinet Sukiman adalah pertukaran nota
antara Menlu Subarjo dengan Duta Besar Amerika, Merle Cochran.

Nota tersebut berisi tentang pemberian bantuan ekonomi dan militer dari pemerintah Amerika kepada
pemerintah Indonesia berdasarkan ikatan Mutual Security Act (MSA).Kabinet ini dianggap telah
menyelewengkan Indonesia dari politik luar negeri bebas aktif.Kabinet Sukiman jatuh setelah PNI dan
Masyumi menarik dukungannya.

3. Kabinet Wilopo (3 April 1952 – 3 Juni 1953)

Kabinet Wilopo disebut juga zaken kabinet, karena terdiri atas para pakar di bidangnya. Kabinet Wilopo
dipimpin oleh Mr. Wilopo dengan program kerjanya sebagai berikut :

1. Mempersiapkan dan menyelenggarakan kemakmuran, pendidikan dan keamanan rakyat.


2. Berusaha menyelesaikan masalah Irian Barat, memperbaiki hubungan dengan Belanda dan
konsisten menjalankan politik luar negeri yang bebas aktif.

Tantangan yang dihadapi Kabinet Wilopo selain kondisi ekonomi yang kritis juga munculnya gerakan
separatisme di sejumlah daerah.Ujian terberat Kabinet ini adalah “Peristiwa 17 Oktober 1952” dan
“Peristiwa Tanjung Morawa”.

Peristiwa 17 Oktober 1952 adalah gerakan sejumlah perwira angkatan darat menekan Presiden
Soekarno agar membubarkan kabinet.Sedangkan Peristiwa Tanjung Morawa di Sumatera Utara
merupakan bentrokan antara aparat kepolisian dan para petani liar.

Peristiwa ini mendapatkan sorotan tajam, baik dari pers maupun dari parlemen.Sidik Kertapati dari
Serikat Tani Indonesia (Sakti) mengajukan mosi tidak percaya terhadap Kabinet Wilopo.Dan pada tanggal
2 Juni 1953 Wilopo mengembalikan mandatnya kepada Presiden Soekarno.

4. Kabinet Ali Sastroamijoyo I (31 Juli 1953 – 12 Agustus 1955)

Kabinet Ali Sastroamijoyo I dipimpin oleh Mr. Ali Sastroamijoyo dan merupakan koalisi antara PNI dan
NU. Program kerjanya sebagai berikut :

1. Mempersiapkan penyelenggaraan pemilu yang rencananya diadakan pada pertengahan tahun


1955.
2. Mengatasi gangguan keamanan dan pemberontakan di daerah.
3. Melaksanakan politik luar negeri yang bebas aktif dan turut berperan dalam menciptakan
perdamaian dunia.

Kabinet ini berhasil menyelenggarakan konferensi Asia-Afrika pada tahun.1955.Sedangkan masalah yang
dihadapi adalah masalah TNI-AD sebagai kelanjutan dari Peristiwa 17 Oktober 1952.

Mayor Jenderal Bambang Sugeng, Kepala Staf AD mengajukan permohonan berhenti dan disetujui
kabinet.Sebagai gantinya ditunjuk Kolonel Bambang Utoyo. Pimpinan baru tersebut ditolak oleh para
Panglima AD karena proses pengangkatannya dianggap tidak menghiraukan norma-norma yang berlaku
dalam lingkungan TNI-AD.

Masalah lain yang dihadapi Kabinet Ali Sastroamijoyo adalah pada tanggal 20 Juli 1955 NU memutuskan
untuk menarik kembali menteri-menterinya yang kemudian diikuti oleh partai-partai lain. Keretakan
dalam kabinet ini memaksa Ali Sastroamijoyo mengembalikan mandatnya kepada Presiden.

5. Kabinet Burhannudian Harahap (12 Agustus 1955 – 3 Maret 1956

Kabinet ini dipimpin oleh Burhannudian Harahap dengan program kerjanya sebagai berikut :

1. Memerintahkan polisi militer untuk menangkap Mr. Djody Gondokusumo atas dasar kasusu
korupsi di Departemen Kehakiman.
2. Melaksanakan pemilu secara baik, maksimal dan secepat mungkin.
3. Mengangkat kembali A.H. Nasution sebagai KSAD pada tanggal 28 Oktober 1955.

Prestasi yang terlihat pada Kabinet Burhannudian Harahap adalah penyelenggaraan pemilu yang
demokartis.Pada tahun 1955 perjuangan diplomasi Irian Barat yaitu dengan pembubaran Uni Indonesia-
Belanda.Kabinet Burhannudian Harahap jatuh setelah tidak mendapatkan dukungan dalam pemilu 1955.

6. Kabinet Ali Sastroamijoyo II (20 Maret 1956 – 4 Maret 19570

Kabinet ini dipimpin oleh Ali Satroamijoyo yang merupakan koalisi tiga partai, yaitu PNI, Masyumi dan
NU. Program Kabinet ini disebut rencana pembangunan lima tahun yang memuat program-program
jangka panjang sebagai berikut :

1. Perjuangan pengembalian Irian Barat.


2. Pembentukan daerah-daerah otonom dan mempercepat terbentuknya anggota-anggota DPRD.
3. Mengusahakan perbaikan nasib buruh dan pegawai.
4. Menyehatkan perimbangan keuangan negara.
5. Mewujudkan perubahan ekonomi kolonial menjadi ekonomi nasional berdasarkan kepentingan
rakyat.

Masalah yang dihadapi kabinet Ali Satroamijoyo II adalah pergolakan di daerah yang semakin menguat,
seperti pembentukan dewan militer di Sumatera dan Sulawesi.Dalam kabinet sendiri timbul perpecahan
antara Masyumi dan PNI.

Masyumi menghendaki agar Ali Satroamijoyo menyerahkan mandatnya sesuai dengan tuntutan daerah,
tetapi dari PNI berpendapat bahwa mengembalikan mandat berarti meninggalkan asas demokrasi dan
parlementer.Posisi Kabinet Ali melemah setelah pada bulan Januari 1957 Masyumi menarik menteri-
menterinya dari kabinet. Akhirnya pada tanggal 14 Maret 1957, Ali terpaksa menyerahkan mandatnya
kepada presiden

7. Kabinet Karya atau Kabinet Djuanda (9 April 1957 – 5 Juli 1959)

Kabinet Karya atau Djuanda dipimpin oleh Djuanda dengan 3 orang wakilnya, yaitu Mr. Hardi, Idham
Chalid dan dr. Leimena. Tugas kabinet ini adalah menghadapi pergolakan di daerah, perjuangan
mengembalikan Irian Barat, dan menghadapi keadaan ekonomi dan keuangan yang buruk.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, Kabinet Djuanda menyusun program yang disebut
Pancakarya.Oleh karena itu, Kabinet Djuanda disebut sebagai Kabinet Karya. Berikut program-program
Pancakarya :

1. Membentuk Dewan Nasional.


2. Normalisasi keadaan Republik.
3. Melancarkan pelaksanaan pembatalan KMB.
4. Perjuangan Irian Barat.
5. Mempergiat pembangunan.

Pada tanggal 14 September 1957 diadakan Musyawarah Nasional (Munas) untuk meredakan pergolakan
di daerah.Munas berlangsung di gedung Proklamasi, Jalan Pegangsaan Timur 56 yang dihadiri tokoh-
tokoh dari pusat dan daerah.
Masalah yang dibahas dalam Munas seperti masalah pembangunan nasional dan daerah, pembangunan
angkatan perang, dan pembangunan wilayah RI.Kemudian Munas dilanjutkan dengan Musyawarah
Nasional Pembangunan (Munap) pada bulan November 1957.

35. Penunjukan menteri oleh preside ada di UUD RIS pada pasal

Pada pasal 118 ayat (2) ditegaskan bahwa 'Menteri-menteri bertanggung jawab atas seluruh
kebijaksanaan pemerintah baik bersama sama untuk seluruhnya maupun masing-masing untu dirinya
sendiri'.Dengan demikian, yang melaksanakan & bertanggung jawab terhadap tugas tugas pemerintahan
adalah menteri-menteri. Dalam sistem ini, kepala pemerintahan dijabat oleh Perdana Menteri, dengan
sistem pemerintahan parlementer, dimana pemerintah bertanggung jawab terhadap parlemen (DPR)

36. hapalin pasal2 yang sering keluar?

37. Tanggal amandemen uud 45

38. pasal2 yang diamandemen

Pertama (9 pasal) Pasal 5, 7, 9, 13, 14, 15, 17, 20, dan pasal 21
Kedua (5 Bab dan 25 pasal ) a. Bab IXA, X, XA, XII, dan XV.

b. Pasal 18, 18A, 18B, 19, 20, 20A, 22A, 22B, 25E, 26, 27, 28A, 28B,
28C, 28D, 28E, 28F, 28G, 28H, 28I, 28J, 30, 36A, 36B, dan pasal 36C.
Ketiga (3 Bab dan 22 Pasal ) a. Bab VIIA, VIIB, dan VIIIA.

b. Pasal 1, 3, 6, 6A, 7A, 7B, 7C, 8, 11, 17, 22C, 22D, 22E, 23, 23A, 23C,
23E, 23F, 23G, 24, 24A, 24B, dan pasal 24C.
Keempat (2 Bab dan 13 Pasal ) a. BAB XIII dan Bab XIV.

b. Pasal 2, 6A, 8, 11, 16, 23B, 23D, 24, 31, 32, 33, 34, dan pasal 37.

39. ORDE BARU

1. Pengertian Orde Baru

Orde Baru adalah suatu tatanan seluruh perikehidupan rakyat, bangsa dan negara yang diletakkan
kembali kepada pelaksanaan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen. Dengan kata lain,
Orde Baru adalah suatu orde yang mempunyai sikap dan tekad untuk mengabdi pada kepentingan
rakyat dan nasional dengan dilandasi oleh semangat dan jiwa Pancasila serta UUD 1945. Lahirnya Orde
Baru diawali dengan dikeluarkannya Surat Perintah 11 Maret 1966.Dengan demikian Surat Perintah 11
Maret (Supersemar) sebagai tonggak lahirnya Orde Baru.

2. Lahirnya Surat Perintah 11 Maret 1966

Pada tanggal 11 Maret 1966 di Istana Negara diadakan Sidang Kabinet Dwikora yang telah
disempurnakan yang dipimpin langsung oleh Presiden Soekarno dengan tujuan untuk mencari jalan
keluar terbaik agar dapat menyelesaikan krisis yang memuncak secara bijak. Ketika sidang tengah
berlangsung, ajudan presiden melaporkan bahwa di sekitar istana terdapat pasukan yang tidak
dikenal.Untuk menghindari segala sesuatu yang tidak diinginkan, maka Presiden Soekarno menyerahkan
pimpinan sidang kepadaWaperdam II (Wakil Perdana Menteri II) Dr J. Laimena.Dengan helikopter,
Presiden Soekarno didampingi Waperdam I, Dr Subandrio, dan Waperdam II

Chaerul Saleh menuju Istana Bogor.Seusai sidang kabinet, Dr J. Laimena pun menyusul ke Bogor.

Tiga orang perwira tinggi yaitu Mayor Jenderal Basuki Rakhmat, Brigadir Jenderal M. Yusuf, dan Brigadir
Jenderal Amir Machmud menghadap Letnan Jenderal Soeharto selaku Menteri Panglima Angkatan Darat
dan Panglima Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban (Pangkopkamtib) untuk minta izin
akan menghadap presiden. Pada hari itu juga, tiga orang perwira

tinggi sepakat untuk menghadap Presiden Soekarno di Istana Bogor dengan tujuan untuk meyakinkan
kepada Presiden Soekarno bahwa ABRI khususnya AD tetap siap siaga mengatasi keadaan.Di Istana
Bogor Presiden Soekarno didampingi Dr Subandrio, Dr J. Laimena, dan Chaerul Saleh serta ketiga
perwira tinggi tersebut melaporkan situasi di ibukota Jakarta.Mereka juga memohon agar Presiden
Soekarno mengambil tindakan untuk mengatasi keadaan.

Kemudian presiden mengeluarkan surat perintah yang ditujukan kepada Letnan Jenderal Soeharto
selaku Menteri Panglima Angkatan Darat untuk mengambil tindakan menjamin keamanan, ketenangan,
dan kestabilan jalannya pemerintahan demi keutuhan bangsa dan negara Republik Indonesia. Adapun
yang merumuskan surat perintah tersebut adalah ketiga perwira tinggi, yaitu

Mayor Jenderal Basuki Rakhmat, Brigadir Jenderal M. Yusuf, dan Brigadir Jenderal Amir Machmud
bersama Brigadir Jenderal Subur, Komandan Pasukan Pengawal Presiden Cakrabirawa. Surat itulah yang
kemudian dikenal sebagai Surat Perintah 11 Maret 1966 atau Supersemar.

3. Tindak Lanjut Supersemar

Sebagai tindak lanjut keluarnya Surat Perintah 11 Maret 1966, Letnan Jenderal Soeharto sebagai
pengemban Supersemar segera mengambil tindakan untuk menata kembali kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945, yaitu sebagai berikut.

a. Tanggal 12 Maret 1966, dikeluarkanlah surat keputusan yang berisi pembubaran dan larangan PKI
beserta ormas-ormasnya yang bernaung dan berlindung atau senada dengannya, beraktivitas dan hidup
di seluruh wilayah Indonesia. Keputusan tersebut diperkuat dengan Keputusan Presiden/Pangti

ABRI/Mandataris MPRS No.1/3/1966 tangal 12 Maret 1966.Keputusan pembubaran PKI beserta ormas-
ormasnya mendapat sambutan dan dukungan dari seluruh rakyat karena merupakan salah satu realisasi
dari Tritura.

b. Tanggal 18 Maret 1966 pengemban Supersemar mengamankan 15 orang menteri yang dinilai
tersangkut dalam G 30 S/PKI dan diragukan etika baiknya yang dituangkan dalam Keputusan Presiden
No. 5 Tanggal 18 Maret 1966.

c. Tanggal 27 Maret pengemban Supersemar membentuk Kabinet Dwikora yang disempurnakan untuk
menjalankan pemerintahan. Tokoh-tokoh yang duduk di dalam kabinet ini adalah mereka yang jelas
tidak terlibat dalam G 30 S/PKI.

d. Membersihkan lembaga legislatif dimulai dari tokoh-tokoh pimpinan MPRS dan DPRGR yang diduga
terlibat G 30 S/PKI. Sebagai tindak lanjut kemudian dibentuk pimpinan DPRGR dan MPRS yang
baru.Pimpinan DPRGR baru memberhentikan 62 orang anggota DPRGR yang mewakili PKI dan ormas-
ormasnya.

e. Memisahkan jabatan pimpinan DPRGR dengan jabatan eksekutif sehingga pimpinan DPRGR tidak lagi
diberi kedudukan sebagai menteri. MPRS dibersihkan dari unsur-unsur G 30 S/PKI.Seperti halnya dengan
DPRGR, keanggotaan PKI dalam MPRS dinyatakan gugur.Sesuai dengan UUD 1945, MPRS mempunyai
kedudukan yang lebih tinggi daripada lembaga kepresidenan.
Tanggal 20 Juni sampai 5 Juli 1966 diadakan Sidang Umum IV MPRS dengan hasil sebagai berikut.

a. Ketetapan MPRS No. IX/MPRS/1966 tentang Pengesahan dan Pengukuhan Supersemar.

b. Ketetapan MPRS No. X/MPRS/1966 mengatur Kedudukan Lembaga- Lembaga Negara Tingkat Pusat
dan Daerah.

c. Ketetapan MPRS No. XII/MPRS/1966 tentang Kebijaksanaan Politik Luar Negeri RI Bebas Aktif.

d. Ketetapan MPRS No. XIII/MPRS/1966 tentang Pembentukan Kabinet Ampera.

e. Ketetapan MPRS No. XIX/MPRS/1966 tentang Peninjauan Kembali Tap.MPRS yang Bertentangan
dengan UUD 1945.

f. Ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966 tentang Sumber Tertib Hukum RI dan Tata Urutan Perundang-
undangan di Indonesia.

g. Ketetapan MPRS No. XXV/MPRS/1966 tentang Pembubaran PKI dan Pernyataan PKI dan Ormas-
Ormasnya sebagai Organisasi Terlarang di Indonesia.

Dengan berakhirnya Sidang Umum IV MPRS, berarti landasan awal Orde Baru berhasil
ditegakkan.Demikian pula dua dari tiga tuntutan rakyat (Tritura) telah dipenuhi, yaitu pembubaran PKI
dan pembersihan kabinet dari unsurunsur PKI.Sementara itu, tuntutan ketiga, yaitu penurunan harga
yang berarti perbaikan bidang ekonomi belum diwujudkan.Hal itu terjadi karena syaratmewujudkannya
perlu dilakukan dengan pembangunan secara terus-menerus dan membutuhkan waktu yang cukup
lama.Pelaksanaan pembangunan agar lancar dan mencapai hasil maksimal memerlukan stabilitas
nasional.

40.ISI UUD SEMENTARA

Sejarah dan Isi Undang-Undang Dasar Sementara Republik Indonesia, Tahun 1950

Undang-Undang Dasar Sementara Republik Indonesia [UUDS 1950], ialah konstitusi yg berlaku di negara
Republik Indonesia sejak 17 Agustus 1950 sampai dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959.
Menetapkan : Undang-undang tentang perubahan Konstitusi Sementara Republik Indonesia Serikat
mendjadi Undang-undang Dasar Sementara Republik Indonesia.
UUDS 1950 ditetapkan berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1950 tentang Perubahan Konstitusi
Sementara Republik Indonesia Serikat menjadi Undang-Undang Dasar Sementara Republik Indonesia,
dlm Sidang Pertama Babak ke-3 Rapat ke-71 DPR RIS tanggal 14 Agustus 1950 di Jakarta.  Konstitusi ini
dinamakan “sementara”, karena hanya bersifat sementara, menunggu terpilihnya Konstituante hasil
pemilihan umum yg akan menyusun konstitusi baru. Pemilihan Umum 1955 berhasil memilih
Konstituante secara demokratis, namun Konstituante gagal membentuk konstitusi baru sampai berlarut-
larut. Pada tanggal 5 Juli 1959, Presiden Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959, yg antara
lain berisi kembali berlakunya UUD 1945.
Isi Undang-Undang Dasar Sementara Republik Indonesia
MEMUTUSKAN:
 Menetapkan : Undang-undang tentang perubahan Konstitusi Sementara Republik Indonesia Serikat
mendjadi Undang-undang Dasar Sementara Republik Indonesia.
Pasal I
Konstitusi Sementara Republik Indonesia Serikat diubah mendjadi Undang-undang Dasar Sementara
Republik Indonesia, sehingga naskahnja berbunji sebagai berikut:
Mukaddimah
Bahwa sesungguhnja kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa & oleh sebab itu, maka pendjadjahan
diatas dunia harus dihapuskan, karena tak sesuai dengan perikemanusiaan & peri-keadilan.
Dan perdjoangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat jang berbahagia
dengan selamat sentausa mengantarkan Rakjat Indonesia kedepan pintu gerbang kemerdekaan Negara
Indonesia, jang merdeka, bersatu, berdaulat, adil & makmur.
Dengan berkat & rahmat Tuhan tertjapailah tingkatan sedjarah jang berbahagia & luhur,
Maka demi ini kami menjusun kemerdekaan kami itu dlm suatu piagam Negara jang berbentuk republik-
kesatuan, berdasarkan ke-Tuhanan Jang Maha Esa, peri-kemanusiaan, kebangsaan, kerakjatan &
keadilan sosial, untuk mewudjudkan kebahagiaan, kesedjahteraan,. perdamaian& kemerdekaan dlm
masjarakat & Negara-hukum Indonesia Merdeka jang berdaulat sempurna.
BAB I
Negara Republik Indonesia
BAGIAN I
Bentuk negara & kedaulatan
Pasal 1
1. Republik Indonesia jang merdeka & berdaulat ialah suatu negara-hukum jang demokratis &
berbentuk kesatuan.
2. Kedaulatan Republik Indonesia ialah ditangan Rakjat & dilakukan oleh Pemerintah bersama-
sama dengan Dewan Perwakilan Rakjat.
BAGIAN II
Daerah negara
Pasal 2
Republik Indonesia meliputi seluruh daerah Indonesia.
BAGIAN III
Lambang & bahasa negara
Pasal 3
1. Bendera kebangsaan Republik Indonesia ialah bendera Sang Merah Putih.
2. Lagu kebangsaan ialah lagu “Indonesia Raja”.
3. Meterai & lambang negara ditetapkan oleh Pemerintah.
Pasal 4
Bahasa resmi Negara Republik Indonesia ialah Bahasa Indonesia.
BAGIAN IV
Kewarga-negaraan & penduduk negara.
Pasal 5
1. Kewarga-negaraan Republik Indonesia diatur oleh Undang-undang.
2. Kewarga-negaraan [naturalisasi] dilakukan oleh atau dengan kuasa undang-undang.
Undang-undang mengatur akibat-akibat kewarganegaraan terhadap isteri orang jang telah diwarga-
negarakan & anak-anaknja jang belum dewasa.
Pasal 6
Penduduk Negara ialah mereka jang diam di Indonesia menurut aturan-aturan jang ditetapkan dengan
undang-undang.
BAGIAN V
Hak-hak kebebasan-kebebasan dasar manusia
Pasal 7
1. Setiap orang diakui sebagai manusia pribadi terhadap undang-undang.
2. Sekalian orang berhak menuntut perlakuan & perlindungan jang sama oleh undang-undang.
3. Sekalian orang berhak menuntut perlindungan jang sama terhadap tiap-tiap pembelakangan &
terhadap tiap-tiap penghasutan untuk melakukan pembelakangan demikian.
4. Setiap orang berhak mendapat bantuan hukum jang sungguh dari hakim-hakim jang ditentukan
untuk itu, melawan perbuatan-perbuatan jang berlawanan dengan hak-hak dasar jang diperkenankan
kepadanja menurut hukum.
Pasal 8
Sekalian orang jang ada didaerah Negara sama berhak menuntut perlindungan untuk diri & harta-
bendanja.
Pasal 9
1. Setiap orang berhak dengan bebas bergerak & tinggal dlm perbatasan Negara.
2. Setiap orang berhak meninggalkan negeri & djika ia warga-negara atau penduduk kembali
kesitu.
Pasal 10
Tiada seorangpun boleh diperbudak, diperulur atau diperhamba.
Perbudakan, perdagangan budak & perhambaan & segala perbuatan berupa apapun jang tudjuannja
kepada itu, dilarang.
Pasal 11
Tiada seorang djuapun akan disiksa ataupun diperlakukan atau dihukum setjara ganas, tak mengenal
peri-kemanusiaan atau menghina.
Pasal 12
Tiada seorang djuapun boleh ditangkap atau ditahan, selain atas perintah untuk itu oleh kekuasaan jang
sah menurut aturan-aturan undang-undang dlm hal-hal & menurut tjara jang diterangkan dalamnja.
Pasal 13
1. Setiap orang berhak, dlm persamaan jang sepenuh-nja mendapat perlakuan djudjur dlm
perkaranja oleh hakim jang tak memihak, dlm hal menetapkan hak-hak dan, kewadjiban-
kewadjibannya & dlm hal menetapkan apakah suatu tuntutan hukuman jang dimadjukan terhadapnja
beralasan atau tidak.
2. Bertentangan dengan kemauannja tiada seorang djuapun dapat dipisahkan dari pada hakim,
jang diberikan kepadanja oleh aturan-aturan hukum jang berlaku.
Pasal 14
1. Setiap orang jang dituntut karena disangka melakukan sesuatu peristiwa pidana berhak
dianggap tak bersalah, sampai dibuktikan kesalahannja dlm suatu sidang pengadilan, menurut aturan-
aturan hukum jang berlaku, &ia dlm sidang itu diberikan segala djaminan jang telah ditentukan & jang
perlu untuk pembelaan.
2. Tiada seorang diutjapkan boleh dituntut untuk dihukum atau didjatuhi hukuman, ketjuali karena
suatu aturan hukum jang sudah ada & berlaku terhadapnja.
3. Apabila ada perubahan dlm aturan hukum seperti tersebut dlm ajat diatas, maka dipakailah
ketentuan jang lebih baik sitersangka.
Pasal 15
1. Tiada suatu pelanggaran atau kedjahatanpun boleh diantjamkan hukuman berupa rampasan
semua barang kepunjaan jang bersalah.
2. Tidak suatu hukumanpun mengakibatkan kematian perdata atau kehilangan segala hak-hak
kewargaan.
Pasal 16
1. Tempat kediaman siapapun tak boleh diganggu-gugat.
2. Mengindjak suatu pekarangan tempat kediaman atau memasuki suatu rumah bertentangan
dengan kehendak orang jang mendiaminja, hanja dibolehkan dlm hal-hal jang ditetapkan dlm suatu
aturan hukum jang berlaku baginja.
Pasal 17
Kemerdekaan & rahasia dlm perhubungan surat-menjurat tak boleh diganggu gugat, selainnja dari atas
perintah hakim atau kekuasaan lain jang telah disahkan untuk itu menurut peraturan-peraturan &
undang-undang dlm hal-hal jang diterangkan dlm peraturan itu.

41-50

41.) Pertemuan ASEAN

KTT ASEAN

ASEAN Ministree Meeting

42.)DEMOKRASI LIBERAL (1950-1959)

Pada tahun 1950, NKRI mempergunakan UUDS atau UUD1950.


Berdasarkan UUD tersebut pemerintahan yang dilakukan oleh kabinet sifatnya parlementer, artinya
kabinet bertanggung jawab pada parlemen. Jatuh bangunnya suatu kabinet bergantung pada dukungan
anggota parlemen.

Ciri utama masa Demokrasi Liberal adalah sering bergantinya kabinet. Hal ini disebabkan karena jumlah
partai yang cukup banyak, tetapi tidak ada partai yang memiliki mayoritas mutlak. Setiap kabinet
terpaksa didukung oleh sejumlah partai berdasarkan hasil usaha pembentukan partai ( kabinet
formatur ). Bila dalam perjalanannya kemudian salah satu partai pendukung mengundurkan diri dari
kabinet, maka kabinet akan mengalami krisis kabinet. Presiden hanya menunjuk seseorang ( umumnya
ketua partai ) untuk membentuk kabinet, kemudian setelah berhasil pembentukannya, maka kabinet
dilantik oleh Presiden.

Suatu kabinet dapat berfungsi bila memperoleh kepercayaan dari parlemen, dengan kata lain ia
memperoleh mosi percaya. Sebaliknya, apabila ada sekelompok anggota parlemen kurang setuju ia akan
mengajukan mosi tidak percaya yang dapat berakibat krisis kabinet.

Selama 10 tahun (1950-1959) ada 7 kabinet, sehingga rata-rata satu kabinet hanya berumur satu
setengah tahun. Kabinet-kabinet pada masa Demokrasi Parlementer adalah :

a. Kabinet Natsir (7 September 1950-21 Maret 1951)

b. Kabinet Soekiman (27 April 1951-23 Februari 1952)

c. Kabinet Wilopo (3 April 1952-3 Juni 1953)

d. Kabinet Ali-Wongso ( 1 Agustus 1953-24 Juli 1955 )

e. Kabinet Burhanudin Harahap

f. Kabinet Ali II (24 Maret 1957)

g. Kabinet Djuanda ( 9 April 1957-10 Juli 1959 )

43.) DEMOKRASI TERPIMPIN (1959-1965)

adalah reaksi terhadap demokrasi liberal/parlementer karena pada masa Demokrasi Parlementer
kekuasaan presiden hanya terbatas sebagai kepala negara, sedangkan kekuasaan pemerintah
dilaksanakan oleh partai.

Masa Demokrasi Terpimpin dimulai dengan berlakunya Dekrit Presiden 5 Juli 1959 sampai berakhirnya
kekuasaan Presiden Soekarno tahun 1966. Presiden Soekarno mengeluarkan dekrit presiden ini sebagai
upaya untuk menyelesaikan masalah negara yang semakin mengkhawatirkan. Berlakunya dekrit
presiden ini memiliki sisi positif dan sisi negatif.

Berikut merupakan pelaksanaan atau hal-hal yang dilaksanakan pada saat demokrasi terpimpin.

1. Pembentukan MPRS

2. Pembubaran DPR dan Pembentukan DPR GR

3. Pembentukan DPAS

4. Pembentukan Front Nasional

5. Pembentukan Kabinet Kerja

44.)ISI DEKRIT PRESIDEN 5 JULI 1959

1) Pembubaran Konstituante.

2) Beriakunya Kembali UUD 1945 dan tidak berlakunya UUDS 1950.

3) Pembentukan MPRS dan DPAS.

45.)Alasan Dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959


1. UUD yang menjadi pelaksanaan pemerintahan negara belum berhasil dibuat sedangkan UUDS 1950
dengan sistem pemerintahan demokrasi liberal dianggap tidak sesuai dengan kondisi kehidupan
masyarakat Indonesia.

2. Kegagalan konstituante dalam menetapkan UUD sehingga membawa Indonesia ke jurang kehancuran
sebab Indonesia tidak mempunyai pijakan hukum yang mantap.

3. Situasi politik yang kacau dan semakin buruk.

4. Terjadinya sejumlah pemberontakan di dalam negeri yang semakin bertambah gawat bahkan
menjurus menuju gerakan sparatisme.

5. Konflik antar parpol yang mengganggu stabilitas nasional

6. Banyaknya partai dalam parlemen yang saling berbeda pendapat

46.)PERDANA MENTERI RIS (1949-1950)

--> Drs Moh Hatta

47.)OTONOMI DAERAH

adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

48.)ISI SOEMPAH PEMOEDA

1. kami putra dan putri indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia.
2. kami putra dan putri indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.
3. kami putra dan putri indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.
49.)Bentuk negara yang otoriter

-->

50.)AKULTURASI adalah suatu proses sosial yang timbul manakala suatu kelompok manusia dengan
kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu kebudayaan asing.

ASIMILASI adalah pembauran dua kebudayaan yang disertai dengan hilangnya ciri khas kebudayaan asli
sehingga membentuk kebudayaan baru.

MEDIASI adalah upaya penyelesaian konflik dengan melibatkan pihak ketiga yang netral, yang tidak
memiliki kewenangan mengambil keputusan yang membantu pihak-pihak yang bersengketa mencapai
penyelesaian (solusi) yang diterima oleh kedua belah pihak.

ARBITRASI adalah cara penyelesaian suatu sengketa perdata di luar peradilan umum yang di dasarkan
pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh para pihak yang bersengketa.

TOLERANSI adalah sikap dan perbuatan yang melarang adanya diskriminasi terhadap kelompok-
kelompok yang berbeda atau tidak dapat diterima oleh mayoritas dalam suatu masyarakatsi dengan
cara saling menghargai satu sama lain.

51-60

Anda mungkin juga menyukai