Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Penelitian ini dilatar belakangi oleh pengalaman peneliti yang tinggal di


daerah dekat dengan Taman Kanak-kanak yaitu Kober AL-Huda. Peneliti sering
mengamati bahkan mendengar bahwa ibu-ibu mengeluhkan anaknya yang usia pra
sekolah masih belum bisa menulis, belum bisa bersosialisasi dengan temannya,
belum bisa berbicara dengan lancar, belum bisa mandiri sehingga peneliti tertarik
bagaimana pengalaman ibu melakukan stimulusi gangguan perkembangan pada
anak usia pra sekolah.

Berdasarkan fenomena tersebut peneliti ingin mengetahui bagaimana


stimulasi yang dilakukan oleh orang tua di rumah untuk meningkatkan
perkembangan anaknya. Orang tua dan keluarga sebagai unit terkecil dalam
masyarakat mempunyai tanggung jawab untuk mendukung tumbuh kembang anak
secara optimal oleh karena itu perkembangan sangat dipengaruhi oleh stimulasi
orang tua di rumah (Sari1 et al., 2018). Peneliti kemudian wawancara kepada
orang tua yang memiliki anak usia pra sekolah.

Peneliti melakukan wawancara informal pada tanggal 22 Februari 2024,


kepada 2 orang ibu yang sedang menunggu anaknya bersekolah di TK. Peneliti
bertanya tentang bagaimana ibu tersebut melakukan stimulasi perkembangan di
rumah. Hasil wawancara tersebut adalah:

Partisipan pertama yaitu Ny. Y berumur 43 tahun yang memiliki anak An.
F yang berusia 5 tahun mengatakan bahwa:

“kalau pake baju dan makan masih dibantuin soalnya kalo gak di suapin suka gak
mau makan, kayaknya lebih baik gak makan daripada makan sendiri soalnya
kalau di rumah agak manja, kalau makannyamah bagus gak pilih pilih makan
sama nasi juga dimakan tapi ya itu juga harus disuapin sama mandi juga masih
dimandiin terus kalau pake baju juga masih di pakein belom bisa pake baju
sendiri masih dibantuin sama ibu, tapi sama ibu juga suka di ajarin sama di kasih
tau kalau pas makan diajarin biar terbiasa makan sendiri tapi sambil ditemenin
makannya sama ibu kalau pake baju juga suka di ajarin kalau pake yang geblus
atau kaos kaya gitu masukin kena kepala dulu terus tangannya di masukin
meskipun emang suka pas kalau masukin tangan ke baju nyangkut tangannya
suka malah nangis da susah kali, kalau megang barang atau bawa barangmah
udah kuat a, kalau kesekolah juga Cuma di anterin aja tapi suka dikasih tau pas
pulangnya kalau ada yang ngajak pulang orang lain jangan mau sebelum ada
yang ngejemput ”.

Partisipan kedua yaitu dengan Ny. R berumur 35 tahun yang memiliki


anak bernama An. A berusia 5 tahun mengatakan.

“ akila alhamdulillah udah bisa ngitung tapi kalau pas diacak yang ditunjuknya
suka masih keliatan bingung harus sambil ditunjukin angka yang ditulisnya baru
inget lagi suka diajarin sama ibu kaya terus we di ulang-ulang kalau keluar juga
kaya sambil ditanya angka sambil di tunjukin supaya akila teh terbiasa inget
kalau disekolah juga bisa gaul sama temennya tapi kalau ditinggal suka agak
rewel ari sama ibuteh suka dikasih tau da ngk akan kemana-kemana ibu nunggu
diluar supaya si anakteh ngga rewel. dirumah juga belajar baca kalau alfabet
bisa sampe akhir tapi kalau di suruh ngehejah kata-kata masih ketuker terus kaya
kata-kata baba sama dada masih suka ketuker bacanya da kalau dirumah juga
suka sambil di ajarin a minta bantuan bibinya yang ngajarin sama akilamah kan
punya bukunya jadi nantiteh di suruh baca terus kalau udah lancer dan inget
baru ke halaman selanjutnya, kalau dirumah juga mandi masih dimandiin
meskipun emang suka ngomong “mah kila ibak nyalira” bukan ngk ngasih ibuteh
biar mandi sendiri tapi takut ngk bersih mandinya jadi di mandiin tapi emang
suka kali-kalimah dibiarin sama ibuteh tapi sambil diliatin da takut ngga bersih
tea mandinya, tapi kalau pake baju masih suka di pakein belom bisa pake baju
sendiri jadi masih dibantuin a, sama ibu suka di ajarin sambil di pakein bajunya
tapida kalau udah ngk mauteh udah we harus dipakein ku ibu meskipun emang ku
ibu suka agak dimarahin biar bisa sendiri pakenya”.
Berdasarkan hasil wawancara dengan partisipan 1 dan 2 dapat diambil
kesimpulan bahwa pernyataan partisipan 1 adalah 1. Memakai baju dan makan
masih dibantu, 2. Jika tidak disuapin anak tidak mau makan, 3. Anak dirumah
manja, 4. Makan bagus tidak pilih-pilih, 5. Makan masih di suapin dan mandi
masih dimandikan, 6. Anak belum bisa memakai baju sendiri, 7. Ibu suka
mengajarkan makan sendiri, 8. Ibu menemani anak Ketika makan, 9. Ibu
mengajari memakai baju, 10. Anak menangis Ketika tidak berhasil, 11. Kekuatan
otot anak baik, 12. Anak kesekolah tidak diantar. Pernyataan dari partisipan 2
adalah 1. Anak sudah bisa berhitung, 2. Anak bmasih bingung dengan angka dan
mengejah kata, 3. Ibu berupaya untuk mengulang pembelajaran pada anak, 4.
Anak bergaul bisa baik dengan teman sebayanya, 5. Anak masih rewel Ketika
Ketika ditinggal oleh ibu, 6. Ibu masih menunggu anak di luar sekolah, 7. Ada
bibi yang ikut mengajari, 8. Mandi masih dimandikan, 9. Anak mempunyai
keinginan untuk mandi sendiri, 10. Anak belum bisa untuk menggunakan baju
sendiri 11. Ibu mengajari untuk anak menggunakan baju, 12. Respon emosi marah
ibu Ketika anak tidak menggunakan baju sendiri.

Berdasarkan hasil pernyataan dari ke-2 partisipan dapat dibedakan persamaan


dan perbedaannya yaitu untuk persamaan pada ke-2 partisipan adalah :

1. Memakai baju, makan dan mandi masih dibantu


2. Anak belum bisa menggunakan baju sendiri
3. Ada Upaya ibu untuk mengajari anak makan, menggunakan baju dan
mengulang pembelajaran
4. Respon manja, anak rewel dan menangis pada anak

Perbedaan pada ke-2 partisipan bahwa partisipan 1. Anak sudah baik dalam
makan kekuatan otot dan tidak diantarkan saat kesekolah. Pada partisipan ke 2
yaitu 1. Anak kurang mampu dalam berbahasa 2. Anak baik dalam menghitung
dan bergaul dengan teman sebayanya 3. Ibu masih menunggu anak di luar sekolah
4. Dukungan keluarga terhadap stimulasi 5. Anak mempunyai keinginan untuk
mandi sendiri 6. Respon emosi marah ibu Ketika anak tidak menggunakan baju
sendiri.
Hasil Penelitian (Angkur et al., 2023) Tentang “Upaya orang tua dalam
menerapkan karakter mandiri pada anak usia 5-6 tahun” mengemukakan ada
orang tua yang belum berupaya untuk menstimulus anaknya.

Upaya pertama : yaitu anak didorong agar mau melakukan kegiatan sendiri
tanpa dibantu seperti mandi, menggosok gigi, makan dan berpakaian dapat
disimpulkan bahwa sebagian orang tua belum menerapkan upaya untuk
mendorong anak agar mau melakukan kegiatan sendiri seperti, mandi, menggosok
gigi, menyisir rambut, makan dan berpakaian. Hal ini dapat dilihat dari perilaku
anak usia 5-6 tahun yaitu, anak belum menunjukan karakter mandiri seperti.
Mandi, menyisir rambut, dan berpakaian harus selalu dibantu orang tua.
Sebaiknya orang tua perlu mendorong anak agar mau melakukan kegiatan sendiri
tanpa harus selalu dibantu. Kedua, memberikan kesempatan kepada anak untuk
memilih baju yang akan dipakai. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa
orang tua berhasil menerapkan upaya terkait memberikan kesempatan kepada
anak usia 5-6 tahun. Hal ini ditandai dengan perubahan tingkah laku anak yang
telah menanamkan karakter mandiri yaitu, anak dapat memilih baju sesuai
keinginannya, anak dapat memakai baju sendiri tanpa harus dibantu

Dan penelitian (Angkur et al., 2023), beranggapan bahwa “Berpakaian


berarti memiliki kemampuan untuk berpakaian sendiri. Anak-anak berusia antara
dua dan tiga tahun dapat membuka kancing pakaian mereka dan mengenakannya
kembali. Berdasarkan temuan pengabdian masyarakat, anak yang dapat
berpakaian sendiri, Masih ada beberapa anak yang berjuang untuk berpakaian dan
menanggalkan pakaian mereka sendiri. dewasa saat mereka berpakaian. Para ibu
mengaku hampir tidak pernah mengajari anaknya berpakaian secara mandiri.
Mereka percaya bahwa balita dan anak kecil masih terlalu kecil dan belum dewasa
untuk belajar berpakaian sendiri. Namun, anak umumnya bisa melepaskan.
Deteksi dini tumbuh kembang stimulasi Memakai Baju serta berbagai upaya yang
penting dalam meningkatkan perkembangan sosial anak-anak”.

Upaya ibupun untuk mengajari anak makan, menggunakan baju dan


mengulang pembelajaran diperkuat (Anak et al., 2024) membesarkan sikap
mandiri orang tua pada keluarga anak (1) Membesarkan . kemerdekaan diusung.
dengan meningkatkan kepercayaan anak terhadap keluarga orang tua dapat
tergolong baik. Terlihat bahwa orang tua memberikan kepercayaan, kesempatan
dan dukungan kepada anaknya sehingga membuat mereka semakin percaya diri.
(2) Penanaman kemandirian yang dilakukan orang tua dalam keluarga melalui
pembiasaan anak dapat tergolong dalam kategori sangat baik (3) Peningkatan
kemandirian orang tua dalam komunikasi keluarga dengan anak tergolong sangat
baik. Hal ini dapat ditunjukkan dengan menciptakan hubungan yang baik dengan
anak, memberikan rasa aman pada anak dan mengajarkan anak untuk saling
terbuka satu sama lain, sehingga kemandirian mudah mengakar dalam diri anak
Daftar Pustaka

Anak, P., Dini, U., & Ra, D. I. (2024). Jurnal Anak Bangsa.

Angkur, M. F. M., Banggur, M. D. V, & Enim, M. S. (2023). Upaya orang tua


dalam menanamkan karakter mandiri pada anak usia 5-6 tahun. Jurnal Lonto
Leok, 5(1), 21–28.

Sari1, S. L., Devianti, R., & SAFITRI, N. (2018). Kelekatan Orangtua untuk
Pembentukan untuk Pembentukan Karakter Anak. Educational Guidance
and Counseling Development Journal, 1(1), 16.
https://doi.org/10.24014/egcdj.v1i1.4947

Anda mungkin juga menyukai