Anda di halaman 1dari 11

LEMBAR KERJA KEPERAWATAN ANAK

( MASALAH PERKEMBANGAN TODDLER )

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah : Keperawatan anak

Disusun Oleh :

1. Fina Yunis Eka W (212303102001)


2. Susi Susanti (212303102006)
3. Ferdi Yoga Firdaus P (212303102047)

Dosen Pengampu :

Dwining Handayani, S.Kep.Ns. M.Kes

TINGAKAT II-AP

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS JEMBER KAMPUS KOTA PASURUAN

TAHUN 2023/2024
Diskusikan pertanyaan dan kasus dibawah ini bersama kelompok

1. Sebutkan masalah perkembangan yang umum pada toddler!


Jawab :
a. Perkembangan Motorik kasar
1. Usia 12-18 bulan anak mampu berdiri sendiri tanpa berpegangan, membungkuk
untuk memungut permainannya kemudian berdiri tegak kembali secara mandiri,
berjalan mundur lima langkah.
2. Usia 18-24 bulan anak mampu berdiri sendiri tanpa berpegangan selama 30 detik,
anak mampu berjalan tanpa terhuyung-huyung.
3. Usia 24-36 bulan anak mampu menaiki tangga secara mandiri, anak dapat
bermain dan menendang bola kecil
b. Perkembangan Motorik Halus
1. Usia 12-18 bulan anak mampu menumpuk dua buah kubus, memasukkan kubus
ke dalam kotak.
2. Usia 18-24 bulan anak mampu melakukan tepuk tangan, melambaikan tangan,
menumpuk empat buah kubus, memungut benda kecil dengan ibu jari dan
telunjuk, anak bisa menggelindingkan bola ke sasaran.
3. Usia 24-36 bulan anak mampu mencoret-coretkan pensil diatas kertas
c. Perkembangan Bahasa
1. Usia 10-16 bulan anak mampumemproduksi kata-kata sendiri, menunju bagian
tubuh atau mampu memahami katakata tunggal.
2. Usia 18-24 bulan anak mampu memahami kalimat sederhana, perbendaharaan
kata meningkat pesat, menucapkan kalimat yang terdiri dari dua kata atau lebih.
3. Usia 24-36 bulan pengertian anak sudah bagus terhadap percakapan yang sudah
sering dilakukan di keluarga, anak mampu melakukan percakapan melalui
kegiatan tanyajawab
d. Perkembangan Personal-Sosial
1. Usia 12-18 bulan anak mampu bermain sendiri di dekat orang dewasa yang sudah
dikenal, mampu menunjuk apa yang diinginkan tanpa menangis, anak mampu
mengeluarkan suara yang menyenangkan atau menarik tangan ibu, memeluk
orang tua, memperlihatkan rasa cemburu atau bersaing.
2. Usia 18-24 bulan anak mampu minum dari cangkir dengan dua tangan, belajar
makan sendiri, mampu melepas sepatu dan kaos kaki serta mampu melepas
pakaian tanpa kancing, belajar bernyanyi, meniru aktifitas di rumah, anak mampu
mencari pertolongan apabila ada kesulitan atau masalah, dapat mengeluh bila
basah atau kotor, frekuensi buang air kecil dan besar sesuai, muncul kontrol buang
air kecil biasanya tidak kencing pada siang hari, mampumengontrol buang air
besar, mulai berbagi mainan dan bekerja bersamasama dengan anak-anak lain,
anak bisa mencium orang tua.
3. Usia 24-36 bulan anak mampu menunjukkan kemarahan jika keinginannya
terhalang, mampu makan dengan sendook dan garpu secara tepat, mampu
dengan baik minum dari cangkir, makan nasi sendiri tanpa banyak yang tumpah,
mampu melepas pakaian sendiri, sering menceritakan pengalaman baru,
mendengarkan cerita dengan gambar, mampu bermain pura-pura, mulai
membentuk hubungan sosial dan mampu bermain dengan anak-anak lain,
menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan ditambahkan gerakan isyarat.
e. Perkembangan Kognitif
1. Usia 12-18 bulan anak dapat menemukan objek yang disembunyikan,
membedakan bentuk dan warna, memberikan respon terhadap perintah
sederhana, menggunakan trial dan error untuk mempelajari tentang objek.
2. Usia 18-24 bulan anak mampu menggelindingkan bola kearah sasaran, membantu
atau meniru pekerjaan rumah tangga, dapat memulai permainan pura-pura,
memegang cangkir sendiri, belajar makan dan minum sendiri, menikmati gambar
sederhana, mengeksplorasi lingkungan, mengetahui bagianbagian dari tubuhnya.
3. Usia 24-36 bulan anak dapat menunjuk satu atau lebih bagian tubuhnya ketika
diminta, melihat gambar dan dapat menyebut nama benda dua atau lebih, dapat
bercerita menggunakan paragraf sederhana,menggabungkan dua sampai tiga kata
menjadi kalimat, menggunakan nama sendiri untuk menyebutkan dirinya.
f. Perkembangan Moral
Tahap orientasi hukuman dan kepatuhan (sekitar usia 2-4 tahun) anak mampu menilai
suatu tindakan apakah baik atau buruk bergantung dari hasilnya berupa hukuman atau
penghargaan.
2. Bagaimana meningkatkan disiplin yang tepat pada toddler!
Jawab :
1. Terapkan peraturan atau rutinitas harian
Sebagai awalan, Bunda bisa menerapkan aturan atau rutinitas harian yang
harus dijalankan oleh Si Kecil di rumah. Salah satu contohnya adalah memintanya
untuk membereskan mainan dan merapikan tempat tidur. Dengan menerapkan
peraturan, anak akan belajar mengenai rasa tanggung jawab dan keterampilan
manajemen diri.
2. Berikan konsekuensi yang sesuai

Ketika Si Kecil melakukan kesalahan atau melanggar peraturan yang berlaku,


berikan konsekuensi yang sesuai. Tidak mudah memang bagi orang tua melihat Si Kecil
sedih. Namun, hal ini bertujuan agar Si Kecil tidak mengulangi lagi pelanggaran atau
kesalahan yang telah diperbuat.

3. Berikan hadiah
Ketika Si Kecil menaati aturan yang Bunda terapkan, berikanlah kejutan
kepadanya dalam bentuk hadiah. Pemberian hadiah ini bertujuan agar anak merasa
bahwa apa yang dilakukannya selama ini tidak sia-sia. Dengan begitu, Si Kecil makin
terbiasa dan senang menerapkan aturan yang berlaku kapan dan di mana saja.
4. Ajarkan anak untuk bersikap empati
Ketika anak melakukan kesalahan, cobalah untuk melatih empati pada anak
ketimbang langsung memberinya hukuman. Misalnya, bila Si Kecil mengambil mainan
milik temannya, nasihati ia bahwa temannya pasti akan sedih karena mainannya
diambil
Jika rasa empati anak telah tumbuh, ia bisa memahami perasaan orang lain
yang telah dirugikannya dan memikirkan konsekuensinya terlebih dahulu sebelum
melakukan hal yang tidak baik.
Hal yang Perlu Diperhatikan Saat Menerapkan Disiplin
Sebelum menerapkan disiplin pada anak, ada beberapa hal yang perlu perhatikan, di
antaranya:
1. Bersikap konsisten
Sikap konsisten adalah hal terpenting dalam menerapkan disiplin pada anak.
Upayakan agar Ayah dan Bunda memberikan aturan yang sama, agar Si Kecil tidak
bingung dan merasa serba salah.
2. Jadilah teladan yang baik
Berusahalah agar menjadi orang tua yang selalu memberikan contoh baik
untuk anak, karena Si Kecil akan lebih meniru perilaku dibandingkan kata-kata
yang Bunda atau Ayah sampaikan.
3. Berikan apresiasi
Ucapkan kata-kata pujian ketika Si Kecil berhasil melakukan suatu pekerjaan
dengan baik, seperti “Terima kasih karena kamu hari ini sudah membersihkan
tempat tidur”. Bunda juga bisa menyampaikan kalimat yang membangkitkan
semangatnya, saat Si Kecil sedang mengerjakan tugasnya, seperti, “Kamu baik
sekali membantu Bunda mencuci piring setelah makan”.
Menerapkan disiplin pada anak membutuhkan proses yang berkelanjutan. Hal
ini karena perilaku anak tidak bisa berubah dalam waktu yang singkat. Begitu juga
bila anak melakukan kesalahan. Hal itu bukanlah sesuatu yang perlu dibesar-
besarkan. Kesalahan anak merupakan proses untuk menjadikannya lebih baik lagi.
3 Sebutkan dampak negative dari hukuman fisik pada toddler!
Jawab :
WHO menyebut, hukuman fisik memicu respons psikologis dan fisiologis yang
berbahaya. Bukan hanya sakit, sedih, takut, marah, malu dan bersalah, yang dialami anak.
Namun, anak juga cenderung menunjukkan reaktivitas hormonal yang tinggi terhadap
stres, sistem biologis yang kelebihan beban, termasuk sistem saraf, kardiovaskular, dan
nutrisi, serta perubahan struktur dan fungsi otak.
Bahkan penelitian mengungkap, anak yang mengalami hukuman fisik bisa alami efek
negatif jangka panjang dan jangka pendek seperti:
1. Luka fisik langsung yang bisa mengakibatkan kerusakan parah, cacat jangka
panjang bahkan kematian
2. Gangguan kesehatan mental yang bisa sebabkan bunuh diri, ketergantungan
alkohol dan obat-obatan. Ini berkemungkinan berlanjut hingga dewasa
3. Gangguan perkembangan kognitif dan sosio-emosional
4. Terputusnya pendidikan
5. Peningkatan perilaku antisosial
6. Peningkatan agresi pada anak-anak.
7. Berisiko melakukan perbuatan kekerasan hingga criminal
8. Kerusakan fisik tidak langsung karena kelebihan sistem biologis, termasuk kanker
yang berkembang, masalah terkait alkohol, migrain, penyakit kardiovaskular,
radang sendi, dan obesitas yang berlanjut hingga dewasa
9. Peningkatan penerimaan bentuk kekerasan karna hubungan keluarga yang retak
Ilustrasi Kasus 1 :

Seorang ibu mempunyai anak laki-laki berusia 6 bulan, datang ke puskesmas untuk melakukan
konsultasi dengan perawat. Saat konsultasi Ibu menanyakan bagaimana kebutuhan gizi
bayinya setelah berusia diatas 6 bulan.

Dari kasus tersebut:

1. Bentuk kelompok yang beranggotakan 3 orang Peran masing-masing orang adalah sebagai
perawat, ibu dan bayi
2. Lakukan tindakan anticipatory guidance pada ibu untuk mempersiapkan makanan padat
bagi anaknya

Jawab :

Ibu Pasien : Assalamualaikum

Perawat : Waalaikumsalam

Ibu Pasien : Saya datang kemari untuk berkonsultasi ingin tahu mengenai MP-ASI untuk
anak saya sus.

Perawat : ohh begitu, Oh iya mbak sebelumnya, anak mbak ini berusia berapa bulan?

Ibu Pasien : : Anak saya berusia 6 bulan sus

Perawat : : 6 bulan ya mbak, untuk berat badan dan tinggi badannya mbak?

Ibu Pasien : Kurang tau sus

Perawat : Baiklah kalau begitu saya timbang dulu berat badannya dan juga saya ukur
tinggi badannya (Perawat sambil menukur bb dan tb si bayi)

Ibu Pasien : Baik sus

Perawat : Baik berdasarkan berat dan tinggi serta umurnya, anak mbak ini termasuk ke
dalam normal mbak status gizinya.

Ibu Pasien : Alhamdulillah

Perawat : Iya mbak. Tadi itu makanan awal untuk bayi ya mbak. Jadi mengenai MP-ASI
tersebut, apakah yang ingin Mbak tanyakan? Saya akan mencoba membantu.
Ibu Pasien : Jadi ini anak pertama saya dengan usia 6 bulan, aya bingung sus kapan ya
saya bisa mulai memberikan makanan pendamping tersebut kepada anak saya
dan bagaimana cara mengatur pemberiannya?

Perawat : Jadi mbak, pemberian MP-ASI itu adalah pemberian makanan tanpa
memotong pemberian ASI eksklusif sejak usia 6 bulan hingga 2 tahun.

Ibu Pasien : Lalu sus, kira-kira seberapa banyak dan makanan apa yang harus saya berikan
pada anak saya?

Perawat : Pemberian MPASI disesuaikan dengan pertumbuhan si anak sendiri mbak,


jadi ketika anak berusia 6 bulan sebanyak 6 porsi sendok makan, lalu pada usia
7 bulan 7 sendok makan dan begitu seterusnya. Untuk jenis makanannya,
pada usia 6 bulan anak bisa diberikan satu jenis saja makanan selanjutnya
pada bulan-bulan selanjutnya diberikan beberapa jenis untuk memacu pola
perkembangan sistem indera pengecapan anak.

Ibu Pasien : Lalu sus untuk rasa, saya harus mengenalkan rasa apa dahulu kepada anak
saya?

Perawat : Dapat dikenalkan berbagai macam rasa, oh iya perlu diingat usahakan tidak
memberikan makanan yang berwarna mencolok karena akan dapat
menambah beban kerja ginjal anak menjadi semakin berat.

Ibu Pasien : Oh begitu, lalu untuk tekstur. Tekstur yang bagaimana yang harus saya
berikan pada anak saya?

Perawat : Pada awal pemberian, dapat diberikan makanan yang bertekstur lumat
seperti buah-buahan yang dilumatkan mbak. Lalu setelah menginjak 8 bulan
dapat diberikan tekstur yang lunak seperti bubur mbak. Lalu pada usia 12
bulan, dapat diberikan makanan bertekstur biasa atau padat seperti makanan
orang dewasa hanya saja porsinya yang berbeda.

Ibu Pasien : Oh jadi begitu ya. Untuk pola makannya apakah bisa disesuaikan dengan pola
makan dewasa atau khsusus ya sus?

Perawat : Dapat diberikan seperti pola makan dewasa kok mbak, yakni 3x sehari

Ibu Pasien : Untuk penyajian makanannya gimana ya sus?


Perawat : Untuk penyajiannya, sebaiknya tidak disamakan dengan penyajian orang
dewasa. Sangat perlu perhatian lebih, terutama pada kebersihan alat,
makanan atau dari penyaji sendiri mbak. Sebab kekebalan tubuh pada anak
masih belum optimal. Untuk mencegah penyakit seperti diare.

Ibu Pasien : Loh sus, tetapi kalo tiba-tiba saja ternyata anak saya alergi pada makanan
tersebut bagaimana saya mengetahuinya?

Perawat : Jadi untuk mengetahui alergi pada anak pada pemberian MPASI, adalah
dengan meberi jarak pada saat pemberian makanan mbak. Contohnya saja,
hari ini diberi makan seafood lalu besok jangan diberi seafood lagi mbak tetapi
dilihat dulu apakah ada efek dari pemberian seafood tersebut. Kalau ada,
berarti anak kita alergi terhadap bahan makanan tersebut mbak.

Ibu pasien : Oh begitu ya. Baiklah kalau begitu terimakasih banyak ya sus, saya jadi tahu
mengenai MPASI yang akan saya berikan kepada anak saya.

Perawat : Baik mbak sama-sama, Apakah ada lagi yang ingin di konsultasi kan mbak?

Ibu Pasien : Sudah sus tidak ada lagi. Terima kasih banyak sus.

Perawat : Sama-sama mbak, sering-sering berkunjung kesini ya. (Menjabat tangan


klien) semoga optimal pertumbuhan dan perkembangan anaknya ya mbak.

Ibu Pasien : Iya terima kasih sus. (Berdiri) mari sus.

Perawat : iya mbak.


Ilustrasi Kasus 2:

Seorang anak laki-laki berusia 1 tahun dibawa ibunya keposyandu, anak rewel dan

takut pada Anda.

Dari kasus tersebut:

1. Bentuk kelompok yang beranggotakan 3 orang (Peran masing- masing

orang adalah sebagai perawat, ibu dan pasien)

2. Apa yang Anda lakukan pada anak tersebut?

3. Lakukan prosedur tindakan komunikasi terapeutik pada anak tersebut dan

keluarga!

Jawab :

Nomor antrian anak ibu Niqma disebut

Ibu Pasien : Iya bu, saya

Perawat : Mari silahkan ibu dibawa anaknya

Ibu Pasien : Aduh maaf bu, ini anak saya nangis dari tadi, padahal waktu berangkat baik-
baik saja

Perawat : Halo adik.. nama kakak Intan, adik namanya siapa? Ada apa adik ganteng?
Mau bola ya?

Pasien anak semakin menangis

Ibu Pasien : Namanya Fino bu, loh nak, ayo jangan begitu, itu kakak perawatnya ga gigit,
itu ada bola

Perawat : Ini apa ini ( menunjukkan bola ) coba dipegang (memberikan bola pada anak)

Anak pun mengambil bola dan berhenti menangis

Perawat : Baik kalau begitu kakak izin periksa dulu yaa dik, mau dengar detak jantung
adi Fino yang ganteng, boleh ya?

Anak kembali menangis

Ibu Pasien : Loh kok nangis lagi nak, ini kakaknya cuman meriksa, ga sakit kok
Perawat : (menempelkan bell stetoskop untuk di praktikkan pada ibu) , permisi bu, saya
coba praktikkan ke ibu ya, ini dik Fino lihat, kakak memeriksa mama, mama
sakit atau tidak?

Ibu pasien : Tidak sama sekali kak, ayo sekarang gilirannya anak mama yang ganteng ini,
nanti di ambilkan bola lagi sama kakaknya

Perawat : Iya dik, ini bola warna biru, mau? (perawat memberikan bola pada anak)

Anakpun melihat ibunya dan berhenti menangis

Perawat : Baik saya periksa dulu ya.. ( memeriksa detak jantung ) sudah selesai,
sekarang waktunya timbang yaa

Anak kembali menangis

Ibu pasien : Loh nakk, sudah sudah yaa, hanya mau dilihat berapa berat badannya, ga
sakit

Perawat : (Memegang boneka bayi laki-laki) ini dik lihat, adik bayinya juga mau
timbang, (mempraktikkan menimbang) nahh sudah, bagaimana adik bayi?
Apakah timbangannya sakit? Tidak katanya, nah sekarang giliran adik Fino,
adik Fino kan ganteng, pemberani, masa kalah sama adik bayi? Adik bayinya
mau timbang.. ayo sekarang gilirannya adik Fino

Akhirnya anak pun berhenti menangis dan mau ditimbang

Perawat : Okee sudah, pinternya adik Fino

Perawat : Baik bu, dari hasil pemeriksaan alhamdulillah anak ibu sehat

Ibu Pasien : Alhamdulillah, terima kasih bu

Perawat : Sama-sama ibu Niqma, jangan lupa untuk bulan berikutnya kembali lagi bu..
adik Fino sampai jumpa bulan depan… dadaaa

Ibu Pasien : Iya bu, dada kakak perawat

Anda mungkin juga menyukai