Anda di halaman 1dari 8

JENIS JENIS KALIMAT

Kalimat yang kita gunakan sehari-hari maupun untuk kepentingan umum memiliki macam yang perlu
kita ketahui sebgai penempatan yang baik dan benar. Berikut macam-macam kalimatnya :

1. Berdasarkan Isi atau informasi

a. Kalimat Berita
Kalimat berita merupakan kalimat yang digunakan untuk menginformasikan sesuatu. Biasanya
diakhiri dengan tanda titik (.) contohnya : Harimau liar menyerang warga dengan ganasnya.

b. Kalimat Tanya
Kalimat tanya mengharapkan jawaban sebagi respon atau reaksi pemberitahuan informasi yang
diharapkan, biasanya diakhiri dengan tanda tanya (?). kata tanya yang digunakan bagaimana,
mengapa, apa kapan, dimana dsb. Contoh kalimat tanya :  bagaimana proses mesin itu
dirangkai?

c. Kalimat Perintah
Kalimat yang bertujuan untuk mengintruksikan seseorang untuk melakukan sesuatu. Kalimat
perintah biasanya diakhiri dengan tanda seru. Tapi, jika diakatan langsung atau lisan biasanya
ditandai dengan intonasi tinggi. Contoh : Ambilkan kopi di atas meja !

d. Kalimat Ajaka
Kalimat ajakan merupakan kalimat yang memancing minat lawan bicara. Kata yang sering
digunakan adalah Ayo, Mari dsb. Biasanya ada pada iklan. Contoh kalimat ajakan : Ayo, pakai
pembersih pakaian merek ini!

e. Kalimat Pengandaian
Kalimat pengandaian menggambarkan keinginan atau tujuan dari penulis atau pembicara yang
belum atau tidak kesampaian. Contoh : Andai saja aku bisa jadi dokter bedah.

2. Berdasarkan diathesis kalimat

a. Kalimat Aktif
Kalimat yang subjeknya langsung melakukan pekerjaan terhadap objeknya. Kata kerja kalimat
aktif umumnya ditandai oleh awalan me-. Namun tidak sedikit kalimat aktif yang predikatnya
tidak disertai imbuhan tersebut misal, makandan minum.. Contohnya : Laila menggunakan gelas
untuk menciptakan bunyi.

b. Kalimat Pasif
Kalimat pasif kata kerjanya cenderung menggunakan di- atau ter-. Contohnya : Bangunan itu
dikerjakan dengan baik oleh para teknisi ternama.
3. Berdasarkan urutan kata

a. Kalimat Normal
Kalimat yang subjeknya mendahului predikatnya. Kalimat berpola dasar

b. Kalimat Inverse
Kalimat ini merupakan kebalikan dari kalimat normal. Dimana predikatnya mendahului objek.

c. Kalimat Minor
Kalimat yang memiliki satu inti fungsi gramatikalnya. Bentuk kalimat minor seperti kalimat
tambahan, kalimat jawaban, kalimat salam, panggilan maupun judul.

d. Kalimat Mayor
Kalimat mayor hanya memiliki subjek dan predikat. Objek, pelengkap dan keterangan boleh
ditambahkan sesuka hati. Sama seperti pola dasar pertama.

4. Berdasarkan struktur gramatikalnya

a. Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal hanya memiliki Subjek dan Predikat. Jika dilihat dari unsur penyusunnya, kalimat
yang panjang dalam bahasa indonesia dapatdikembalikan ke ebntuk dasar yang sederhana.
Contoh kalimat tunggal : Bapak-bapakbersalaman
Pola contoh kalimat diatas hanya memiliki subjek dan predikat sehingga termasuk kedalam
kalimat tunggal.

b. Kalimat Majemuk
Orang-orang sering kali menggabungkan beberapa pertanyaan ke dalam satu kalimat untuk
memudahkan dalam berkomunikasi. Hasilnya, lahirlah penggabungan struktur kalimat yang
didalamnya terdapat beberapa kalimat dasar. Penggabungan inilah yang dinamakan kalimat
majemuk. Kalimat majemuk ini masih terbagi lagi dalam beberapa jenis, berikut penjelasannya :

i. Kalimat Majemuk Setara


Struktur kalimat ini memiliki dua kalimat tunggal atau lebih yang jika dipisahkan dapat
berdiri sendiri. Kata penghubung kalimat majemuk setara biasanya digunakan kata dan,
serta, tanda koma (,), tetapi, lalu, kemudian, atau. Contoh kalimat majemuk setara :
Indonesia tergolong negara berkembang tetapi Jepang telah digolongkan negara maju.
ii. Kalimat Majemuk Bertingkat
Kalimat majemuk bertingkat memiliki dua kalimat yang satunya bisa berdiri sendiri
(induk kalimat) atau bebas sedangkan yang satunya lagi tidak(anak kalimat).  Kata
penghubung yang digunakan dalam kalimat majemuk ini adalah ketika, sejak, karena,
olehkarenaitu, hingga, sehingga, maka, jika, asalkan, apabila, meskipun, walaupun,
andai kata, seandainya, agar supaya, seperti, kecuali, dengan. Contoh kalimat majemuk
bertingkat : Ilmuan masih saja mencari asal usul bulan (induk kalimat) meskipun hingga
sekarang masih belum ada kepastian yang jelas (anak kalimat).

iii. Kalimat Majemuk Campuran


Kalimat majemuk campuran merupakan dua jenis kalimat majemuk (setara dan
bertingkat) yang digabungkan.
Karena hujan turun dengan derasnya, kami tidak bisa pulang dan menunggu di sekolah.

5. Berdasarkan unsur kalimat

a. Kalimat Lengkap
Kalimat lengkap mengikuti pola dasar dari kalimat baik yang sudah dikembangkan maupun tidak.
Penggunaan unsur-unsurnya jelas. Sehingga mudah dipahami. Contoh : Warna merah
melambangkan keberanian

b. Kalimat tidak Lengkap


Kalimat yang satu ini tidak sempurna karena hanya memiliki salah satu dari unsurnya saja.
Kalimat ini biasanya berupa semboyan, salam, perintah, pertanyaan, ajakan, jawaban, setuan,
larangan, sapan dsb. Contoh : Kapan pulang?

6. Berdasarkan Pengucapan

a. Kalimat Langsung
Kalimat yang secara detai meniru sesuatu yang diujarkan oranglain. Tanda baca kutip tidak luput
dalam jenis kalimat langsung. Kutipan dalam kalimat langsung berupa kalimat tanya, kalimat
berita ataupun kalimat perintah. Contohnya : “Letakkan senjatamu!” bentak pak polisi.

b. Kalimat Tak Langsung


Kalimat yang melaporkan kembali kalimat yang dianjurkan orang lain. Kutipan dalam kalimatnya
semuanya berbentuk berita. Contohnya : Bapak Ahmadi berkata padaku bahwa lebih baik
membaca daripada main-main.
STRUKTUR KALIMAT EFEKTIF

kalimat dikatakan efektif jika memenuhi dua syarat utama, yaitu (1) struktur kalimat efektif dan (2) ciri
kalimat efektif. Struktur kalimat efektif mencangkup (a) kalimat umum, (b) kalimat parallel dan (c)
kalimat periodik.

1. Struktur Kalimat Umum


Unsur-unsur yang membangun sebuah kalimat dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
unsur wajib dan unsur tak wajib (unsurmanasuka). Unsure wajib adalah unsur yang harus ada
dalam sebuah kalimat (yaitu S\Subjek dan P\Predikat), sedangkan unsure tak wajib atau unsure
mana suka adalah unsure yang boleh ada dan boleh tidak ada (yaitu kata kerja bantu : harus,
boleh, keterangan aspek : sudah, akan, keterangan, tempat, waktu, cara dan sebagainya).

2. Struktur Kalimat Paralel


Yang dimaksud kesejajaran (paralelisme) dalam kalimat adalah penggunaan bentuk-
bentuk bahasa yang sama yang dipakai dalam susunan serial. Jika sebuah ide dalam sebuah
kalimat dinyatakan dengan frase (kelompok kata), maka ide-ide yang sederajat harus dinyatakan
dengan frase. Jika sebuah ide dalam sebuah kalimat dinyatakan dengan kalimat benda, maka ide
lain yang sederajat harus dengan kata benda juga. Demikian jugan dengan halnya sebuah ide
dalam sebuah kalimat dinyatakan dengan kata kerja, maka ide lainnya yang sederajat harus
dinyatakan dengan jenis kata yang sama.

a. Kesejajaran Bentuk
Imbuhan digunakan untuk membantu kata berperan dalam menentukan kesejajaran.
Berikut ini contoh yang memperlihatkan ketidaksejajaran bentuk.
Contoh 6.18
Kegiatannya meliputi pembelian buku, membuat katalog,dan mengatur peminjaman
buku.
Ketidaksejajaran itu ada pada kata pembelian (buku) yang disejajarkan dengan kata
membuat (katalog) dan mengatur (peminjaman buku). Agar sejajar, ketiga satuan itu dapat
dijadikan nomina semua, seperti terlihat pada kalimat berikut.
Contoh 6.19
1. Kegiatannya meliputi pembelian buku, pembuatan katalog, dan pengaturan
peminjaman buku.
2. Kegiatannya ialah membeli buku, membuat katalog, dan mengatur peminjaman
buku.
b. Kesejajaran Makna
Lihatlah kalimat-kalimat berikut.
Contoh 6.20
Dia berpukul-pukul
Kata berpukul-pukul bermakna saling pukul. Hal itu berarti pelakunya harus lebih dari
satu. karena dia bermakna tunggal, subjek kalimat itu perlu diubah, misalnya menjadi Mereka,
atau kalimat itu perlu ditambahkan keterangan komitatif (penyerta) dengan Temannya,
misalnya.
Kalimat berikut tidak memiliki kesejajaran makna predikat dan objek
Contoh 6.21
Adik memetiki setangkai bunga
Kata memetiki mempunyai makna berulang-ulang yang tentunya tidak dapat diterapkan
pada setangkai bunga. Perbaikannya dapat dilakukan dengan mengubah predikat menjadi
memetik dan menghilangkan satuan setangkai pada objek. Tentu saja, perbaikan itu bergantung
pada informasi yang akan disampaikan.

c. Kesejajaran dalam Perincian Pilihan


Kadang-kadang soal ujian dibuat dalam bentuk pilahan ganda. Soal yang baik harus
memuat perincian pilihan yang sejajar sehingga member peluang yang sama untuk dipilih.
Contoh 6.22
1. Pemasangan telepon akan menyebabkan……..
a. Melancarkan tugas
b. Menambah wibawa
c. Meningkatkan pengeluaran

Pada contoh tersebut, jawaban yang diharapkan adlah (a) , tetapi kalimat Pemasangan
Telepon akan menyebabkan melancarkan tugas bukanlah kalimat yang baik. Pilihan (b)
meskipun memang bukan jawaban yang tepat, tidak mempunyai peluang untuk dipilih karena
kalimat pemasangan telepon akan menyebabkan untuk menambah wibawa bukanlah kalimat
yang baik. Kalimat yang memuat pilihan (c) justru paling baik, tetapi pilihan itu bukan jawaban
yang diharapkan, dapat diubah :
Contoh 6.23
1. Pemasangan telepon akan meningkatkan…..
a. Kelancaran
b. Wibawa
c. Pengeluaran

3. Struktur Kalimat Periodik


Kalau pada kalimat umum, unsure-unsur yang dikemukakan cenderung unsure intinya,
tetapi kalau pada kalimat periodik sebaiknya, yaitu unsure-unsur tambahan ysng terlebih dulu
dikemukakan kemudian muncul bagian initnya. Hal ini dilakukan untuk menarik perhatian para
pembaca atau pembicara terhadap pendengarnya.
contoh 6.24
1. Oleh mahasiswa kemarin jenazah yang busuk itu dikuburkan (O – K – S – P )
2. Oleh awan panas yang tersembur dari kepundan, dengan bantungan angin yang
berkecepatan tinggi, hutan lindung dilereng bukit itu terbakar habis (O – K – S – P )
3. Kemarin rombonga mahasiswa PKL dari UNM disambut oleh mahasiswa jurusan
BSID UNM (K – S – P – O )
CIRI-CIRI KALIMAT EFEKTIF

Kalimat efektif mempunyai empat sifat atau ciri, yaitu.


1. Kesatuan (Unity)
2. Kehematan (Economy)
3. Penekanan (Emphasis)
4. Kevariasian (Variety)

1. Kesatuan (Unity)
Kesatuan kalimat bias dibentuk jika ada keselarasan antara. Subjek - predikat, predikat -
objek, dan predikat – keterangan. Dalam penulisan tampak kalimat-kalimat yang panjang tidan
mempunyai S dan P. Ada pula kalimat yang secara gramatikal mempunyai subjek yang
diantarkan oleh partikel. Hal seperti ini hendaknya dihindarkan oleh pemakai kalimat agar
kesatuan gagsaan yang hendak disampaikan dapat ditangkap dengan baik oleh pembaca atau
pendengar.
Contoh 6.25
1. Bangsa Indonesia menginginkan keamanan, kesejahteraan dan kedamaian
2. Kebudayaan daerah adalah milik seluruh bangsa Indonesia

2. Kehematan (Economy)
Kehematan adalah adanya hubungan jumlah kata yang digunakan dengan luasnya
jangkauan makna yang diacu. Sebuah kalimat dikatakan hemat bukan karena jumlah katanya
sedikit, sebaliknya tidak hemat karena jumlah katanya terlalu banyak. Yang utama adalah
seberapa banyaknya kata yang bermanfaat bagi pembaca atau pendengar. Dengan kata lain,
tidak usah menggunakan belasan kata, kalau maksud yang dituju bias dicapai dengan beberapa
kata saja. Oleh karena itu, kata-kata yang tidak perlu bias dihilangkan. Untuk penghematan
kata-kata hal-hal nerikut perlu diperhatikan.
1. Mengulang subjek kalimat
2. Hiponim dihindarkan
3. Pemakaian kata depan ‘dari’ dan ‘daripada’.

3. Penekanan (Emphasis)
1. Pemindaha letak frase.
2. Mengulang kata-kata yang sama.
Disamping dilakukan dengan dua hal yang disebutkan diatas, penekanan atau
penegasan dapat juga dilakukan dengan :

1. Penegasan dengan intonasi.


2. Penegasan dengan partikel.
3. Penegasan dengan kata keterangan.
4. Penegasan dengan kontras makna.
5. Penegasan dengan pemindahan unsur.
6. Penegasan dalam bentuk pasif.
4. Kevariansian (Variety)
Ciri kevariansian akan diperoleh jika kalimat yang satu dibandingkan dengan kalimat
yang lain. Kemungkinan variasi kalimat tersebut sebagai berikut.

a. Variasi dalam Pembukaan Kalimat


Ada beberapa kemungkinan untuk memulai kalimat demi efektivitas, yaitu dengan
variasi pada pembukaan kalimat. Dalam variasi pembukaan kalimat, sebuah kalimat
dapat dimulai atau dibuka dengan :
1. Frase keterangan (waktu, tempat, cara)
2. Frase Benda
3. Frase Kerja
Contoh variasi dalam pembukaan kalimat dengan partikel penghubung.
Contoh 6.26
1. Mang Usil dari Kompas menganggap hal ini sebagai suatu isyarat sederhana
untuk bertransmigrasi (Frase Benda)
2. Dibuangnya jauh-jauh pikiran yang menghantuinya selama ini. (Frase Kerja)
3. Karena bekerja terlalu berat dia jatuh sakit. (Frase Penghubung)
b. Variasi dalam Pola Kalimat
Untuk efektivitas kalimat dan untuk menghidari suasana monoton yang dapat
menimbulkan kebosanan, pada kalimat Subjek – Predikat – Objek dapat diubah
menjadi Predikat – Obejk – Subjek atau yang lainnya.
Contoh 6.27
1. Dokter muda itu belum dikenal oleh masyarakat desa Bontolempangan. (S –
P – O)
2. Belum dikenal oleh masyarakat desa Bontolempangan dokter muda itu (P –
O – S)
3. Dokter muda itu oleh masyarakat desa Bontolempangan belum dikenal (S –
O – P)
c. Variasi dalam Jenis Kalimat
Untuk mencapai efektivitas sebuah kalimat berita atau pertanyaan, dapat dikatakan
dalam kalimat tanya atau kalimat perintah. Perhatikan contoh berikut.
Contoh 6.28
….Presiden SBY sekali lagi menegaskan perlunya kita lebih hati-hati memakai
bahan bakar dan energi dalam negeri. Apakah kita menangkap peringatan
tersebut ?
Dalam kutipan tersebut terdapat satu kalimat yang dinyatakan dalam bentuk tanya. Penulis tentu dapat
mengatakannya dalam kalimat berita. Akan tetapi untuk mencapai efektivitas, ia memakai kalimat
tanya.

d. Variasi Bentuk Aktif-Pasif


Perhatikan contoh berikut.
Contoh 6.29 : pohon pisang itu cepat tumbuh. Kita dengan mudah dapat menanamnya
dan memeliharanya. Lagi pula kita tidak perlu memupuknya. Kita hanya menggali lubang,
menanam, dan tinggal menunggu buahnya. Bandingkan dengan kalimat berikut!

Contoh 6.30 : pohon psang itu cepat tumbuh. Dengan mudah pohon pisang itu dapat
ditanam dan memeliharanya. Lagi pula tidak perlu dipupuk kita hanya menggali lubang,
menanam, dan tinggal menunggu buanhnya.

Anda mungkin juga menyukai