Anda di halaman 1dari 17

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini menyajikan hasil penelitian beserta pembahasannya. Ada dua hasil

penelitian yang disajikan yaitu, analisis keterlaksanaan penerapan moue

kooperaif tipe jigsaw dan analisis keefektifan penerapan model kooperatif tipe

jigsaw

A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Keterlaksanaan Pembelajaran dengan Penerapan Model

Kooperatif Tipe Jigsaw


Keterlaksanaan pembelajaran yang diobservasi adalah keterlaksanaan

model
pembelajaran yang berkaitan dengan langkah-langkah penerapan

observasi terhadap keterlaksanaan


pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Adapun
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
pembelajaran tersebut mengacu pada Rencana
terhadap keterlaksanaan
Observasi dari dua observer (pengamat)

pembelajaran selama lima kali pertemuan mengacu pada empat kategori penilaian

berikut: 1" : berarti "tidak terlaksana",


*2" : berarti "kurang terlaksana",
sebagai
berarti "terlaksana dengan baik".
3 berarti "cukup terlaksana", "4" :

rata-rata skor hasil


observasi masing-masing observer dan
Rekapitulasi skor hasil

observasi observer selama lima kali pertemuan dapat dilihat pada lampiran B.8.

Hasil observasi terhadap


keterlaksanaan pembelajaran penerapan model

proses pembelajaran dapat dilihat pada tabel berikut


kooperatif tipe jigsaw dalam

ini.
77

Tabel 4.1
Hasil Observasi Keterlaksanaan Model
Pembelajaran
Kriteria
Pertemuan Skor rata-rata
Cukup Terlaksana
1 3,45
Terlaksana dengan Baik
2 3,6
Terlaksana dengan Baik
3 3,9
Terlaksana dengan Baik
4 4,00
Terlaksana dengan Baik
5 4,00
Terlaksana dengan Baik
Rata-rata 3,79

terlihat bahwa
Berdasarkan data di atas, pada pertemuan pertama
oleh skor
keterlaksanaan model tidak terlaksana dengan baik. Ini ditunjukkan
hanya
keterlaksanaan model berada pada angka 3,45, sehingga keterlaksanaannya
terlaksana. Adapun keterlaksanaan model pada
berada pada kategori cukup
terlaksana
dan kelima berada pada kategori
pertemuan kedua, ketiga, keempat,
keterlaksanaan
keseluruhan untuk kelima pertemuan
dengan baik. Tetapi secara

baik. Hal ini ditunjukkan


model pembelajaran dapat dikatakan terlaksana dengan
model dari pertemuan pertama hingga
oleh skor rata-rata keterlaksanaan

pertemuan kelima sebesar 3,79.


keterlaksanaan penerapan model
Adanya ketimpangan dalam

akibat dari tidak biasanya peneliti


pembelajaran kooperatif tipe jigsaw sebagai
sehingga membutuhkan waktu yang lebih
menerapkan pembelajaran tersebut,
lebih tinggi untuk menyempurnakan
banyak dan frekuensi penerapan model yang

lain yang ikut berpengaruh atas kurang


keterlaksanaan model. Penyebab

keterlaksanaan model
adalah keterbatasan kemampuan peneliti
Sempurnanya
baik
lebih
untuk
Adanva harapan
untuk menerapkan
pembelajaran terscbut,

keterlaksanaan pada setiap perteinua


keterlaksanaannya terlihat dari peningkatan
diketahui banwa
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil pengamatan
adalah paaa
eksperimen
kurang terlaksana pada kelas
kegiatan pembelajaran yang
Siswa
mengistruksikan kepada
memberikan bantuan (scaffolding) dan
kegiatan
dalan
mendiskusikan masalah yang terdapat
dan
untuk mengamati, menganalisis
pendapat
ahli. Hal ini disebabkan adanya perbedaan
LKS dengan para kelompok
dalam
keributan dan jumlah kelompok
dalam kelompok ahli yang menyebabkan
secara memuaskan.
satu kelas menjadi sulit terlayani pembimbingannya
Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe
2. Analisis Keefektifan Penerapan

Jigsaw
a. Analisis Deskriptif
variasi data yang
Analisis deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan
penerapan
instrumen penelitian yang diajar dengan
telah dikumpulkan melalui
data yang akan
dianalisis
model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Adapun
dan pemecahan
adalah kemampuan pemahaman konsep, penalaran komunikasi,
siswa
dalam pembelajaran, dan data respons
masalah, data aktivitas siswa

terhadap perangkat pembelajaran.


Pemahaman Konsep, Penalaran Komunikasi dan
a) Deskripsi Kemampuan
Pemecahan Masalah

1) Deskripsi kemampuan pemahaman konsep


Data kemampuan pemahaman konsep pada kelas yang diajar dengan

penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dideskripsikan


I!
3
ADUenb
i
n

AuenbeA
tuntas, setelah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw menjad
83,78% siswa mencapai ketuntasan atau terdapat 31 siswa yang tuntas pada

pemberian post tes. Namun ada siswa 16,22% atau 6 siswa yang belum tuntas

akan tetapi mengalami peningkatan, hal ini dapat dilihat dari peningkatan yang

terjadi pada nilai terendah 0,00 menjadi 62,50. Maka dari itu, tabel diatas

menunjukan bahwa persentase siswa yang tuntas secara klasikal sebesar 83,78

%80%.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa secara deskriptif

kemampuan pemahaman konsep siswa pada kelas eksperimen memenuhi

kriteria keefektifan.

2) Deskripsi kemampuan penalaran komunikasi siswa


Data kemampuan penalaran komunikasi pada kelas yang diajar dengan

berdasarkan analisis
model pembelajaran kooperatiftipe jigsaw dideskripsikan

tes akhir (posttest). Dari hasil pengolahan data


data tes awal (pretest) dan
komunikasi pada kelas eksperimen diperoleh
kemampuan penalaran

rekapitulasi data kemampuan penalaran


komunikasi siswa seperti tampak pada

tabel berikut.

Tabel 4.6
Rekapitulasi Penalaran Komunikasi Siswa
Pretest Posttest
37 37
Ukuran Sampel
Mean 11,15 78,55
Median 12,50 81,25
Mode 12,50 81,25
Posttest
Pretest
8,01
Std. Deviation 5,34
64,10
Variance
28,50
56,25
Minimum
0,00
93,75
18,75
Maximumn
komunikasi
siswa pada
penalaran
Berdasarkan data kemampuan
modus 12,50
median 12,50 dan
mean 11,15,
terlihat bahwa nilai
pretest 12,50
memperoleh
nilai dibawah
bahwa sekitar 50% siswa
menunjukan
81,25 dan
bahwa nilai m e a n
78,55 median
terlihat
sedangkan pada posttest
nilai dibawah
siswa memperoleh
bahwa sekitar 50%
modus 81,25 menunjukan

81,25.
adalah 5,34 lebih
kecil dari pada simbangan
Simpangan baku pretest
siswa semakin
bahwa kemampuan
baku postfest yaitu 8,01 yang menunjukan

model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw.
bervariasi setelah penerapan
komunikasi
dikatakan bahwa kemampuan penalaran
Secara deskriptif dapat
sebelum penerapan
siswa
menjadi lebih baik daripada
pada kelas eksperimen

model pembelajaran kooperatif tipe


jigsaw.

bahwa kemampuan penalaran komunikasi setelah


Padatabel4.6terlihat
mengalami peningkatan.
penerapan model pembelajaran kooperatiftipe jigsaw

terjadi pada nilai terendah dari 0,00


Hal ini dapat dilihat dari peningkatan yang

dari 18,75 menjadi 93,75, rata-rata dari 11,15


menjadi 56,25, nilai tertinggi

menjadi 78,55 serta peningkatan median dari 12,50 menjadi 81,25.


untuk data
Adapun histogram kemampuan penalaran komunikasi siswa
pretest dan posttest pada kelas eksperimen disajikan sebagai berikut.
Aauenba

Al

hauenbeid
edeaqq depeyua) pynq nejw urseje ueyuaquauu "pynq unsnáuou 'o0't jeop!
ONs ep %00'sT nwe oo'| qejepe ueeânp uwynfeduUI '00't 1pap! Joys uep
eseoas wyipuajPu uPejeÁULad
00'0 yejepe niarip uep sequea 'snun ues|
uEyI[EAUSu urjep BamSIs Joys ewi-rj*i Mesaif adn Jyesodooy UERÍEJ9quuad
myrq ey!|un SH URJIduEj spEd
urdeiouad unjsqas
13pou
uedrsauad yrpjs
jopow
MEs adn Jjesdooy uwsefejoquad
uenduzusy
ISeyunuwoy ueJeJPud
LunOuosd ISeUIOJSue) uoeu Jueus1
neje auzJo I yRÁUPqOS
u %0L'7
yNoduau ensiS BMYeq JeIq
SueJo 07 yesurqas iaäuL
uOBNEy
%so'>S neje
1IBu. wauns uoßsey uep
Bueio Z yPÁUzqOs
°%1FS nee
Sueio pI yeÁUeq3s auvpas uo8NEY
%t8 LE neje
uendueuay uæyauepos
eMsIS JIYye
yuoßNey epEd epeJoq (1saqysod)
yppuay
uenduweuay
aues ISEYIunuOy
ueJejpuad
suejusj Sueny y!SeuI
n! usJeu
unjpqas eM4e
ISeuioJsue uaJew uEYJele1p
ujpuoað
I u A u eyaiou Sueso
nere
yajoduau %001
1EAJO]UL eped Ieju
66'tS 00'0
e i a q Iuj ueep
wauos uoðyey
ueynunjosay
eueu!p yvpuay
niyeí emsIs
LE yeAueqas uRIEejquad
uendueuuoy Jep neluyip
ueJejeuad
ISey!unwoy
Suojoia BMS!S
uyew depeyuy
uesejejaquad
eped
uuuadsyo sej>y
uedeauad ueßuap
apow
u e y n l u n u u Seje ip 8't q e l
uendueui3y BMYeq
|EMB
(sa13ud) eMSIS
LE
001 4epuoy eTueS 0 6s 0 0 ' 0
LE
001
001
LE
0 4epua
0 0002 U0 9
Juepas
It'S
ASS
v8'LE (
s6JUSId suay
puayu4
uBESEnaud
(%) suny4

u s d
asejusJad
saysod
26,67 128,48
Variancc
54,17
Minimum 0,00
20,83 100,00
Maximum

masalah siswa pada pretest


Berdasarkan data kemampuan pemecahan
menunjukan
mean 11,37, median 12,5 dan modus 12,5
terlihat bahwa nilai

nilai dibawah 12,5 sedangkan pada


bahwa sekitar 50% siswa memperoleh
dan modus 83,33
nilai mean 81,87, median 83,33
posttest terlihat bahwa

siswa memperoleh nilai dibawah 83,33.


menunjukan bahwa sekitar 50%
simpangan
adalah 5,16 lebih kecil dari pada
Simpangan baku pretest
siswa semakin
menunjukan bahwa kemampuan
bakupostest yaitu 11,34 yang
model pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw.
bervariasi setelah penerapan
masalah
dikatakan bahwa kemampuan pemecahan
Secara deskriptif dapat
lebih baik daripada sebelum penerapan
siswa pada kelas eksperimen menjadi

model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

Pada tabel 4.10 terlihat bahwa kemampuan


pemecahan masalah siswa

setelah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw mengalami

dilihat dari peningkatan yang terjadi pada nilai


peningkatan. Hal ini dapat
dari 20,83 menjadi 100,00,
terendah dari 0,00 menjadi 54,17, nilai tertinggi
median dari 12,5 menjadi
rata-ratadari 11,37 menjadi 81,87 serta peningkatan
83,33.
Adapun histogram kemampuan pemecahan masalah siswa untuk data

pretest dan posttest pada kelas eksperimen disajikan sebagai berikut.


requeney

1A
V
S

FquenEy
J
2:

Anda mungkin juga menyukai