Anda di halaman 1dari 35

CASE STUDY

GASTROINTESTINAL
STASE KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

OLEH

MUHAMMAD SYAHRUL (N.19.031)


RARA MAHARANI SIMPAJO (N.19.025)

PRECEPTOR

…………………………………………….

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES BINA GENERASI POLEWALI MANDAR
2019/2020

i
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang telah yang
memberikan Rahmat-Nya dan kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
pembuatan Case Study ini yang berjudul “gastrointestinal” oleh kelompok 7 Stase
Keperawatan Medikal Bedah Program Profesi Ners.
Dalam penulisan Case Study ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun demi
kesempurnaan pembuatan Case Study ini dan dapat memanfaatkan sebagaimana
mestinya.
Semoga segala bantuannya dibalas oleh Allah Azza Wajalla dengan sesuatu
yang lebih baik. Penulis menyadari akan berbagai keterbatasan dan kelemahan
yang ada pada penulis, sehingga tidak menutup kemungkinan terhadap
kekurangan, kelemahan bahkan mungkin kesalahan dalam penulisan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memenuhi fungsinya dengan baik. Sekian dan terima
kasih atas kami ucapannya.

Polewali,14 April 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ……………………………………………...…… i


KATA PENGANTAR ………….…………………………………....…… ii
DAFTAR ISI …………………………….……………………………...... iii
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………....... 1
BAB II KONSEP DASAR PENYAKIT…………………………….......... 2
BAB III ANALISA KASUS CASE STUDY…………..………................ 16
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN ..………………..…………
BAB IV PENUTUP…………………………………………..………..…
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gastroenteritis adalah keadaan dimana frekuensi buang air besar lebih
dari 4 kali pada bayi dan lebih 3 kali pada anak dengan konsistensi feses
encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah/lendir
saja (Sudaryat Suraatmaja.2005).Gastroentritis adalah peradangan yang
terjadi pada lambung dan usus yang memberikan gejala diare dengan atau
tanpa disertai muntah (Sowden,et all.1996).
Gastroenteritis adalah inflamasi pada daerah lambung dan intestinal
yang disebabkan oleh bakteri yang bermacam-macam,virus dan parasit yang
patogen (Whaley & Wong’s,1995).
Gastroenteritis adalah kondisis dengan karakteristik adanya muntah
dan diare yang disebabkan oleh infeksi,alergi atau keracunan zat makanan
( MarlenanMayers,1995 ).
Dari keempat pengertian diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa:
Gastroentritis adalah peradangan yang terjadi pada lambung, usus
besar, dan usus halus disebabkan oleh infeksi makanan yang mengandung
bakteri atau virus yang memberikan gejala diare dengan frekwensi lebih
banyak dengan konsistensi encer dan kadang-kadang disertai dengan muntah-
muntah. Dari biasanya yang disebabkan oleh bakteri,virus dan parasit yang
patogen.
Gastroenteritis dapat menyerang segala usia, karena ia disebabkan
oleh mikroorganisme yang merupakan bagian dari flora yang menghuni
tempat di seluruh permukaan bumi.
B. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Penyakit gastrointestinal
2. Untuk Mengetahui pentingnya penatalaksanaan terhadap penyakit
gastrointestinal
3. Menganalisis Kasus gastrointestinal
4. Merencanakan Asuhan Keperawatan terkait kasus

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang gastrointestinal


1. Pengertian
Gastroenteritis atau diare adalah penyakit yang ditandai dengan
bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari biasanya (> 3 kali/hari)
disertai perubahan konsistensi tinja (menjadi cair), dengan/tanpa darah
dan/atau lendir (Prof. Sudaryat, dr.SpAK, 2007).
Gastroenteritis atau diare merupakan suatu keadaan
pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak seperti biasanya,
dimulai dengan peningkatan volume, keenceran serta frekuensi lebih
dari 3 kali sehari dan pada neonatus lebih dari 4 kali sehari dengan
atau tanpa lendir dan darah (Hidayat A, 2006).
Dapat disimpulkan Gastroenterits atau diare akut adalah
inflamasi lambung dan usus yang disebabkan oleh berbagai bakteri,
virus, dan pathogen,yang di tandai dengan bertambahnya frekuensi
defekasi lebih dari biasanya (> 3 kali/hari) disertai perubahan
konsistensi tinja (menjadi cair), Diare juga dapat terjadi pada bayi dan
anak yang sebelumnya sehat dan pada neonatus lebih dari 4 kali sehari
dengan atau tanpa lendir dan darah.
2. Klasifikasi
Diare dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1.   Ditinjau dari ada atau tidaknya infeksi, diare dibagi menjadi dua
golongan:
a.  Diare infeksi spesifik : tifus dan para tifus, staphilococcus
disentri basiler, dan Enterotolitis nektrotikans.
b.      Diare non spesifik : diare dietetis.
2.    Ditinjau dari organ yang terkena infeksi diare :
a.       Diare infeksi enteral atau infeksi di usus, misalnya: diare yang
ditimbulkan oleh bakteri, virus dan parasit.

2
b.      Diare infeksi parenteral atau diare akibat infeksi dari luar usus,
misalnya: diare karena bronkhitis.
3.    Ditinjau dari lama infeksi, diare dibagi menjadi dua golongan yaitu:
a.       Diare akut : Diare yang terjadi karena infeksi usus yang
bersifat mendadak, berlangsung cepat dan berakhir dalam
waktu 3 sampai 5 hari. Hanya 25% sampai 30% pasien yang
berakhir melebihi waktu 1 minggu dan hanya 5 sampai 15%
yang berakhir dalam 14 hari.
b.      Diare kronik, ádalah diare yang berlangsung 2 minggu atau
lebih (Sunoto, 1990).
3. Etiologi
Penyebab dari diare akut antara lain :
1. Faktor Infeksi
  Infeksi Virus
 Retavirus
 Penyebab tersering diare akut pada bayi, sering
didahulu atau disertai dengan muntah.
 Timbul sepanjang tahun, tetapi biasanya pada musim
dingin.
 Dapat ditemukan demam atau muntah.
 Di dapatkan penurunan HCC.
 Enterovirus

       Biasanya timbul pada musim panas.


 Adenovirus

         Timbul sepanjang tahun.


         Menyebabkan gejala pada saluran pencernaan
pernafasan.
 Norwalk

         Epidemik
         Dapat sembuh sendiri ( dalam 24 - 48 jam ).

3
  Bakteri

 Stigella

         Semusim, puncaknya pada bulan Juli-September


         Insiden paling tinggi pada umur 1-5 tahun
         Dapat dihubungkan dengan kejang demam.
         Muntah yang tidak menonjol
         Sel polos dalam feses
         Sel batang dalam darah
 Salmonella

         Semua umur tetapi lebih tinggi di bawah umur 1 tahun.


         Menembus dinding usus, feses berdarah, mukoid.
         Mungkin ada peningkatan temperatur
         Muntah tidak menonjol
         Sel polos dalam feses
         Masa inkubasi 6-40 jam, lamanya 2-5 hari.
         Organisme dapat ditemukan pada feses selama
berbulan-bulan.
 Escherichia coli
         Baik yang menembus mukosa ( feses berdarah ) atau
yang menghasilkan entenoksin.
         Pasien ( biasanya bayi ) dapat terlihat sangat sakit.
 Campylobacter

         Sifatnya invasis ( feses yang berdarah dan bercampur


mukus ) pada bayi dapat menyebabkan diare
berdarah tanpa manifestasi klinik yang lain.
         Kram abdomen yang hebat.
         Muntah / dehidrasi jarang terjadi
 Yersinia Enterecolitica
         Feses mukosa
         Sering didapatkan sel polos pada feses.

4
         Mungkin ada nyeri abdomen yang berat
         Diare selama 1-2 minggu.
         Sering menyerupai apendicitis.
2. Faktor Non Infeksiosus
  Malabsorbsi

Malabsorbsi karbohidrat disakarida (intoleransi,


lactosa,maltosa,dan sukrosa ), non sakarida ( intoleransi glukosa,
fruktusa, dan galaktosa ). Pada bayi dan anak yang terpenting dan
tersering ialah intoleransi laktosa.
         Malabsorbsi lemak : long chain triglyceride.
         Malabsorbsi protein : asam amino, B-laktoglobulin.
  Faktor makanan
Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan (milk alergy,
food alergy, dow’n milk protein senditive enteropathy/CMPSE).
  Faktor Psikologis
Rasa takut,cemas.
4. Manifestasi Klinis
 Nyeri perut ( abdominal discomfort )
 Rasa perih di ulu hati
 Mual, kadang-kadang sampai muntah
 Nafsu makan berkurang
 Rasa lekas kenyang
 Perut kembung
 Rasa panas di dada dan perut
 Regurgitasi ( keluar cairan dari lambung secara tiba-tiba ).
 Diare.
 Demam.
 Membran mukosa mulut dan bibir kering
 Lemah
 Diare.

5
5. Patofisiologi
Penyebab gastroenteritis akut adalah masuknya virus ( Rotravirus,
Adenovirus enteris, Virus Norwalk ), Bakteri atau toksin ( Compylobacter,
Salmonella, Escherihia Coli, Yersinia, dan lainnya ), parasit ( Biardia
Lambia, Cryptosporidium ).
Beberapa mikroorganisme patogen ini menyebabkan infeksi pada
sel-sel, memproduksi enterotoksin atau Cytotoksin dimana merusak sel-
sel, atau melekat pada dinding usus pada Gastroenteritis akut.
Penularan Gastroenteritis biasa melalui fekal - oral dari satu
penderita ke yang lainnya. Beberapa kasus ditemui penyebaran patogen
dikarenakan makanan dan minuman yang terkontaminasi.
Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan
osmotic (makanan yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan
osmotic dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan
elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga usus berlebihan sehingga timbul
diare ). Selain itu menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding
usus, sehingga sekresi air dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare.
Gangguan multilitas usus yang mengakibatkan hiperperistaltik dan
hipoperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri adalah kehilangan air dan
elektrolit ( Dehidrasi ) yang mengakibatkan gangguan asam basa (Asidosis
Metabolik dan HipokalemiaN ), gangguan gizi ( intake kurang, output
berlebih), hipoglikemia, dan gangguan sirkulasi darah.
Normalnya makanan atau feses bergerak sepanjang usus karena
gerakan-gerakan peristaltik dan segmentasi usus. Namun akibat terjadi
infeksi oleh bakteri, maka pada saluran pencernaan akan timbul mur-mur
usus yang berlebihan dan kadang menimbulkan rasa penuh pada perut
sehingga penderita selalu ingin BAB dan berak penderita encer.
Dehidrasi merupakan komplikasi yang sering terjadi jika cairan yang
dikeluarkan oleh tubuh melebihi cairan yang masuk, cairan yang keluar disertai
elektrolit.

6
Mula-mula mikroorganisme Salmonella, Escherichia Coli, Vibrio
Disentri dan Entero Virus masuk ke dalam usus, disana berkembang biak
toxin, kemudian terjadi peningkatan peristaltik usus, usus kehilangan
cairan dan elektrolit kemudian terjadi dehidrasi.

6. Patoflow Keperawatan

7
1. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostic pada klien dengan gastroenteritis :

1. Laboratoris (pemeriksaan darah)


Peningkatan LED (pada penyakit Chron dan kolitis). Anemia
terjadi pada penyakit malabsorbsi. Di jumpai pula hipokalsemia dan
avitaminosis D, peningkatan serum albumin, fosfatase alkali dan masa
protrombin pada klien dengan malabsorbsi. Penuruna jumlah serum
albumin pada klien penyakit chron.
2. Radiologis
- Barrium Foloow through à penyakit chron.
- Barrium enema skip lession, spasme pada sindroma kolon iritable.
3. Kolonoskopi
Pemeriksaan ini di anjurkan pada pasien yang menderita
peradangan kolon.

2. Penatalaksanaan
1. Diare cair membutuhkan penggantian cairan dan elektrolit tanpa
melihat etiologinya. Tujuan terapi rehidrasi untuk mengoreksi
kekurangan cairan dan elektrolit secara cepat (terapi rehidrasi)
kemudian mengganti cairan yang hilang sam pai diarenya berhenti
( terapi rumatan ).
Jumlah cairan yang diberi harus sama dengan jumlah cairan
yang telah hilang melalui diare dan/ atau muntah (previous water
losses = PWL ); ditambah dengan banyaknya cairan yang hilang
melalui keringat, urin, dan pernapasan (normal water losses =
WNL); dan ditambah dengan banyaknya cairan yang hilang
melalui tinja dan muntah yang melalui tinja dan muntah yang
masih terus berangsung (concomitant water losses = CWL).
Jumlah ini tergantung pada derajat dehidrasi serta berat badan
masing – maisng anak atau golongan umur.

8
a. Jumlah cairan (mL) yang hilang pada anak umur <2 tahun (BB
3-10 kg) sesuai dengan derajat dehidrasi

DEHIDRASI PWL NWL CWL JUMLAH


Ringan 50 100 25 175
Sedang 75 100 25 200
Berat 125 100 25 250

b. Jumlah cairan (mL) yang hilang pada anak umur 2-5 tahun
(BB 10-15 kg) sesuai dengan derajat dehidasi

DEHIDRASI PWL NWL CWL JUMLAH


Ringan 30 80 25 135
Sedang 50 80 25 155
Berat 80 80 25 185

c. Jumlah cairan (mL) yang hilang pada anak umur >15 tahun
(BB 15-25 kg) sesuai dengan derajat dehidrasi

DEHIDRASI PWL NWL CWL JUMLAH


Ringan 25 65 25 115
Sedang 50 65 25 140
Berat 80 65 25 170

7. Terapi Cairan
Untuk menentukan jumlah cairan yang perlu diberikan
kepada penderita diare, harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
  Jumlah cairan : jumlah cairan yang harus diberikan sama dengan
a) Jumlah cairan yang telah hilang melalui diare dan/muntah
muntah PWL (Previous Water Losses) ditambah dengan
banyaknya cairan yang hilang melalui keringat, urin dan
pernafasan NWL (Normal Water Losses).
b) Cairan yang hilang melalui tinja dan muntah yang masih terus
berlangsung CWL (Concomitant water losses) (Suharyono
dkk., 1994 dalam Wicaksono, 2011)
Ada 2 jenis cairan yaitu:

1) Cairan Rehidrasi Oral (CRO) : Cairan oralit yang dianjurkan


oleh WHO-ORS, tiap 1 liter mengandung Osmolalitas 333

9
mOsm/L, Karbohidrat 20 g/L, Kalori 85 cal/L. Elektrolit yang
dikandung meliputi sodium 90 mEq/L, potassium 20 mEq/L,
Chloride 80 mEq/L, bikarbonat 30 mEq/L (Dipiro et.al., 2005).
Ada beberapa cairan rehidrasi oral:
a) Cairan rehidrasi oral yang mengandung NaCl, KCL, NaHCO3
dan glukosa, yang dikenal dengan nama oralit.
b) Cairan rehidrasi oral yang tidak mengandung komponen-
komponen di atas misalnya: larutan gula, air tajin, cairan-cairan
yang tersedia di rumah dan lain-lain, disebut CRO tidak
lengkap.
2) Cairan Rehidrasi Parenteral (CRP) Cairan Ringer Laktat
sebagai cairan rehidrasi parenteral tunggal. Selama pemberian
cairan parenteral ini, setiap jam perlu dilakukan evaluasi:
a) Jumlah cairan yang keluar bersama tinja dan muntah
b) Perubahan tanda-tanda dehidrasi (Suharyono, dkk., 1994 dalam
Wicaksana, 2011).
8. Antibiotik

Pemberian antibotik secara empiris jarang diindikasikan


pada diare akut infeksi, karena 40% kasus diare infeksi sembuh
kurang dari 3 hari tanpa pemberian anti biotik. Pemberian
antibiotik di indikasikan pada : Pasien dengan gejala dan tanda
diare infeksi seperti demam, feses berdarah,, leukosit pada feses,
mengurangi ekskresi dan kontaminasi lingkungan, persisten atau
penyelamatan jiwa pada diare infeksi, diare pada pelancong, dan
pasien immunocompromised. Contoh antibiotic untuk diare
Ciprofloksasin 500mg oral (2x sehari, 3 – 5 hari), Tetrasiklin 500
mg (oral 4x sehari, 3 hari), Doksisiklin 300mg (Oral, dosis
tunggal), Ciprofloksacin 500mg, Metronidazole 250-500 mg
(4xsehari, 7-14 hari, 7-14 hari oral atauIV).

10
3.    Obat Anti Diare

Loperamid HCl serta kombinasi difenoksilat dan atropin

sulfat (lomotil). Penggunaan kodein adalah 15-60mg 3x sehari,


loperamid 2 – 4 mg/ 3 – 4x sehari dan lomotil 5mg 3 – 4 x sehari.
Efek kelompok obat tersebut meliputi penghambatan propulsi,
peningkatan absorbsi cairan sehingga dapat memperbaiki
konsistensi feses dan mengurangi frekwensi diare.Bila diberikan
dengan cara yang benar obat ini cukup aman dan dapat mengurangi
frekwensi defekasi sampai 80%. Bila diare akut dengan gejala
demam dan sindrom disentri obat ini tidak dianjurkan.

3. Penatalaksanaan Keperawatan
a.    Pemberian cairan untuk mengganti cairan yang hilang.
b.    Diatetik : pemberian makanan dan minuman khusus pada penderita
dengan tujuan penyembuhan dan menjaga kesehatan adapun hal
yang perlu diperhatikan :
1.     Memberikan asi.
2.     Memberikan bahan makanan yang mengandung kalori,
protein, vitamin, mineral, dan makanan yang bersih.
c.    Monitor dan koreksi input dan output elektrolit.
d.  Obat-obatan. Berikan antibiotik.
e.    Koreksi asidosis metabolik.

11. Tabel Derajat Dehidrasi


Penilaian A B C
Lihat :
keadaan umum Baik, sadar Gelisah, rewel Lesu, lunglai,
atau tidak sadar

Mata Normal Cekung Sangat cekung


dan kering

Air mata Ada Tidak ada Tidak ada

11
Mulut dan lidah Basah Kering Sanat kering

Rasa haus Minum biasa Haus, ingin Malas minum


tidak haus minum banyak atau tidak bisa
minum
Periksa :
Turgor kulit Kembali cepat Kembali lambat
Kembali sangat
lambat
Hasil pemeriksaan Tanpa dehidrasi Dehidrasi ringan/ Dehidrasi berat
sedang

Terapi rencana terapi A Rencana terapi B Rencana terapi C

Rencana terapi A
Digunakan untuk :
1.      Mengatasi diare tanpa dehidrasi
2.      Meneruskan terapi diare dirumah
3.      Memberikan terapi awal bila anak terkena diare lagi
Tiga cara dasar terapi dirumah adalah sebagai berikut :
1.      Berikan anak lebih banyak cairan daripada biasanya untuk mencegah
dehidrasi
-       Gunakan cairan rumah tangga yang dianjurkan seperti cairan oralit,
makanan cair (sup, air tajin, minuman yoghurt) atau air matang.
Gunakan larutan oralit untuk anak seperti dijelaskan dalam kotak
dibawah (catatan: jika anak berusia <6 bulan dan belum makan
yang cair)
-          Berikan larutan ini sebanyak anak mau
-          Teruskan pemberian larutan ini hinging diare berhenti
2.      Beri anak makanan untuk mencegah kurang gizi
-          Teruskan ASI atau susu yang biasa diberikan
-        Untuk anak <6 bulan dan belum mendapat makanan padat dapat
diberikan susu yang dicairkan dengan air yang sebanding selama 2
hari

12
-          Bila anak 6 bulan atau lebih mendapat makanan padat
         Berikan bubur atau campuran tepung lainnya, bila mungkin
dicampur dengan kacang – kacangan, sayur, daging, atau ikan,
tambahan 1 atau 2 sendok the minyak sayur tiap porsi
         Biarkan sari buah segar atau pisang halus untuk menambah
kalium
         Berikan makanan yang segar, masak dan haluskan atau
tumbuk dengan baik
         Dorong anak untuk makan, berikan makanan sedikitnya 6 kali
sehari
         Berikan makanan yang sama setelah diare berhenti dan berikan
tambahan setiap hari selama 2 minggu
Bahwa anak kepada petugas bila anak tidak membaik dalam 3 hari
atau menderita sebagai berikut :
-          Buang air besar cair sering kali
-          Muntah berulang – ulang
-          Sangat haus sekali
-          Makan atau minum sedikit
-          Demam
-          Tinja berdarah
Jika anak akan diberi larutan diare dirumah, tunjukan kepada ibu
jumlah oralit yang diberikan setiap habis buang air besar dan berikan
oralit yang cukup untuk 2 hari.
Cara memberikan oralit :
1.      Berikan sesendok teh tiap 1-2 menit untuk anak dibawah umur
2 tahun
2.      Berikan beberapa teguk dari gelas untuk anak lebih tua
3.      Bila anak muntah tunggulah 10 menit. Kemudian berikan
cairan lebih sedikit (misalnya sesendok tiap 1-2 menit)

13
4.      Bila diare berlanjut setelah bungkus oralit habis, beritahu ibu
untuk memberikan cairan lain seperti dijelaskan dalam cara
pertama atau kembali kepada petugas kesehatan untuk
mendapatkan tambahan oralit.
Cairan oralit yang dianjurkan oleh WHO, tiap 1 liter mengandung
3,5 g/l natrium klorida, 2,5 g/l natrium bikarbonat, 1,5 g/l kalium
klorida, dan 20 g/l glukosa. Elektrolit yang dikandung meliputi
natrium 90 mMol/l, klorida 80 mMol/l, kalium 20 mMol/l,
bikarbonat 30 mMol/l, dan glukosa 111 mMol/l.

Rencana pengobatan B
Dalam 3 jam pertama berikan 75 ml/kgBB atau bila berat badan anak tidak
diketahui dan atau memudahkan dilapangan, berikan oralit paling sedikit sesuai
table.
Umur <1 tahun 1-5 tahun >5 tahun Dewasa
Jumlah oralit 300 mL 600mL 1200mL 2400mL

         Bila anak menginginkan lebih banyak oralit, berikanlah


         Dorong ibu untuk meneruskan ASI
         Untuk bayi <6 bulan yang tidak mendapatkan asi, berikan juga
100-200 ml air masak selama masa ini
Amati anak dengan seksama dan bantu ibu memberikan oralit:
         Tunjukkan jumlah cairan yang harus diberikan
         Tunjukan cara memberikannya – sesendok teh tiap 1-2 menit
untuk anak di bawah 2 tahun , beberapa teguk dari cangkir –
untuk anak yang lebih tua.
         Periksa dari waktu ke waktu bila ada masalah
         Bila anak muntah tunggu 10 menit, kemudian teruskan
pemberian oralit lebih lambat, misalnya sesendok tiap 2-3
menit

14
         Bila kelopak mata anak bengkak, hentikan pemberian oralit
dan berikan air masak atau ASI. Beri oralit sesuai rencana A
bila bengkak telah hilang.
Setelah 3-4 jam, nilai kembali anak menggunakan bagan penilaian,
kemudian pilih rencana A,B, atau C untuk melanjutkan pengobatan.
         Bila tidak ada dehidrasi, ganti ke rencana A. bila dehidrasi
telah hilang, anak biasanya kencing dan lelah kemudian
mengantuk dan tidur.
         Bila tanda menunjukkan dehidrasi ringan/ sedang, ulangi
rencana B tetapi tawarkan makanan, susu, dan sari buah seperti
rencana A
         Bila tanda menunjukkan dehidrasi berat, ganti dengan rencana
C.
Bila ibu harus pulang sebelum selesai rencana pengobatan B:
         Tunjukkan jumlah oralit yang harus dihabiskan dalam
pengobatan 3 jam dirumah
         Berikan bungkus oralit untuk rehidrasi dan untuk 2 hari seperti
dijelaskan dalam rencana A
         Tunjukkan cara menyiapkan larutan oralit.
-          Memberikan oralit atau cairan lain hingga diare berhenti
-          Member makan anak
-          Membawa anak ke petugas kesehatan bila perlu

15
BAB III
ANALISA KASUS CASE STUDY

A. SYSTEM GASTROINTESTINAL

SKENARIO
Tn T, seorang pialang saham berusia 57 tahun, datang ke ahli
gastroenterologi untuk pengobatan penyakit ringan yang berulang.
Keluhannya kram parah di perutnya dan tinja berlumuran darah. Anda adalah
perawat yang terdaftar telah melakukan pemeriksaan akhir. Anda menemukan
Tn “T termasuk seorang pria agak gemuk yang menunjukkan penjagaan
terhadap perut bagian tengah, terutama di kuadran kiri bawah. tanda-tanda
vital adalah 168/98, N:110, RR :24, S: 38 ° C, dan ia sedikit diaforetik. Tn
“T. melaporkan bahwa dia punya sembelit berkala. Dia pernah mengalami
kram perut sebelumnya, tetapi kali ini sakitnya semakin parah.
Riwayat medis masa lalu mengungkapkan bahwa Tn “T. memiliki "pekerjaan
tetap dengan banyak momen emosional," kemudian merokok 1 bungkus
rokok sehari selama 30 tahun, dan ia telah minum "2 atau 3 minuman
campuran di malam hari" sampai 2 bulan yang lalu. Dia menyatakan, "Saya
belum minum apa pun dalam dua bulan." Dia tidak melakukan olahraga
teratur: "Tidak ada waktu." Makanannya sebagian besar terdiri dari “roti
putih, daging, kentang, dan es krim dengan buah dan kacang." Dia
menyangkal memiliki riwayat masalah jantung atau paru dan tidak memiliki
riwayat kanker pribadi, meskipun ayahnya dan kakak laki-lakinya meninggal
karena kanker usus besar. Dia tidak minum obat dan menyangkal
menggunakan obat lain atau produk herbal.
1. Identifikasi empat masalah risiko kesehatan umum yang dialami oleh Tn’T
Jawaban :
1. Resiko hipertensi
2. Resiko jantung
3. Resiko paru
4. Resiko kanker

16
2. Identifikasi factor kunci dalam sejarah keluarganya yang mungkin
memiliki implikasi mendalam terkait kondisi kesehatan dan kondisi
pikirannya saat ini.
Jawaban : Ayah dan kakak laki-lakinya meninggal karena kanker usus,
yang menyebabkan pasien selalu menutup-nutupi kondisi pasien
sebenarnya dan riwayat penyakit terdahulunya

3. Identifikasi tiga temuan kunci pada pemeriksaan fisiknya dan tunjukkan


signifikansinya
Jawaban :
1.

KEMAJUAN STUDI KASUS


Dokter memerintahkan untuk melakukan rontgen ginjal, ureter, kandung
kemih dan metbolisme lengkap. Berdasarkan hasil x-ray dan lab, pemeriksaan
fisik, dan riwayat, dokter mendiagnosis T.H. sebagai mengalami divertikulitis
akut dan mendiskusikan rencana perawatan rawat jalan dengannya
4. Apa itu divertikulitis? Apa konsekuensi dari divertikulitis jika tidak
diobati?
Jawaban :
- Divertikulitis adalah peradangan atau infeksi yang terjadi pada
divertikula, yaitu kantung-kantung yang berbentuk di sepanjang
saluran pencernaan, terutama di usus besar (kolon). Kondisi
terbentuknya divertikula di dinding usus besar disebut juga
divertikulosis. Divertikula umumnya terbentuk pada orang berusia 40
tahun ke atas karen ususnya sudah lemah, serta pada orang-orang yang
jarang mengkonsumsi makanan berserat, seperti sayur dan buah
- Penanganan divertikulasi biasanya akan dilakukan berdasarkan tingkat
keparahan yang dialami pasien, jika gejala dirasakan semakin parah
maka divertikulitis mengalami komplikasi seperti abses di kantung
usus, fistula, obstruksi usus, perforasi dan peritonitis.

17
5. Saat pasien mengalami nyeri kram parah divertikulitis akut, apa intervensi
yang akan anda lakukan untuk membantunya merasa lebih nyaman ?
Jawaban :
- Kaji tingkat rasa nyeri
- Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaanya
- Atur posisi senyaman mungkin
- Ciptakan lingkungan yang nyaman
- Berikan kompres air hangat pada daerah abdomen

6. Apa alasan untuk menyarankan istirahat di tempat tidur ?


Jawaban :
Agar pasien lebih merasa nyaman dalam mengatur posisi selama
beristirahat

KEMAJUAN STUDI KASUS


T.H. di pulangkan dengan resep untuk metronidazole (Flagyl) 500 mg PO
q6h, ciprofloxacin (Cipro) 500 mg PO q12j, dan dicyclomine (Bentyl) 20 mg
qid PO × 5 hari
7. Untuk setiap pengobatan, sebutkan jenis obat dan tujuan obat itu untuk Tn
“T ?
Jawaban :
- Metronidazole 500 mg : tergolong dalam kelas antibiotik yang dapat
mengobati berbagi infeksi akibat bakteri, cara kerja obat ini adalah
dengan cara menghentikan pertumbuhan bakteri dan protozoa, obat ini
tidak akan berpengaruh pada infeksi virus seperti demam dan
influenza.
- Ciprofloxacin 500 mg : adalah antibiotik yang digunakan untuk meraat
pasein pengidap infksi yang disebabkan oleh bakteri, seperti infeksi
tulang dan sendi, infeksi perut bagian dalam, beberapa jenis diare

18
- Dicyclomine 20 mg : termaksud dalam kelas obat antikolinergi /
antispasmodic, digunakan untuk mengoati beberapa jenis masalah
usus, obat ini membantu mengurangi gejala perut dan kram usus,

8. Mengingat sejarahnya, pertanyaan apa yang harus Anda tanyakan kepada


T.H. sebelum dia mengambil dosis awal metronidazole, berikan alasan
anda ?
Jawaban :
- menanyakan apakah Tn T sedang mengkomsumsi obat lain
dikarenakan ada beberapa interaksi yg dapat terjadi jika
mengkomsumsi obat metronidazole secara bersamaan
- menanyakan apakah Tn T memiliki alergi tertentu terutama alergi
terhadap metronidazole dikarenakan menghindari efek samping obat.

9. Apa reaksi disulfiram ?


Jawaban :
- pemberian obat metronidazole bersamaan dengan disulfiram akan
menimbulkan delusi dan halusinasi
10. Saat menjelaskan resep metronidazole kepadan Tn “T, intruksi apa yang
diberikan ? (Pilih jawaban Anda)
a. Hindari semua produk yang mengandung alcohol saat dalam
pengobatan ini.
b. Jika urinnya berubah menjadi coklat kemerahan, segera beri tahu
dokternya
c. Minum obat setelah makan
d. Obat ini mungkin menyebabkan rasa logam

11. Apa saja tanda dan reaksi alergi ?


Jawaban :
- Gatal – gatal
- Kesulitan bernafas
- Bengkak pada wajah, bibir, lidah

19
12. Tn “T menanyakan apakah ia dapat mengggunakan obat pencahar ketika ia
mengalami sembelit sesekali, Apa jawabanmu ?
Jawaban : bila mengalami sembelit dalam jangka waktu yang lama
penggunaan obat pencahar bisa dipertimbangkan, tetapi harus di
konsultasikan ke dokter, tetapi jika sembelit dirasakan hanya sesekali
pasien dapat menggunkan alternatif lain, seperti pencahar alami yg di
dapatkan dari mengkomsumsi buah dan sayur

13. Tn “T. bertanya tentang dietnya. "Saya bingung. Saya selalu diberitahu
bahwa saya perlu makan diet tinggi serat, yang sulit bagi saya. Tetapi
dokter hanya mengatakan kepada saya bahwa saya harus melakukan diet
rendah serat untuk saat ini, jadi sekarang saya bingung. Seharusnya itu
yang mana? Apa jawaban anda ?
Jawaban :
Pengidap divertikulitis memiliki diet khusus dengan tujuan memberikan
kesempatan pada sistem pencernaan untuk beristirahat, salah satu diet
khusus yaitu diet rendah serat yang dimana dilakukan sebelum
memperkenalkan makan tinggi serat, diet rendah serat bertujuan untuk
mengistirahatkan sistem pencernaan yang sedang bermasalah agar dapat
melembutkan feses, sehingga feses dapat lebih mudah untuk melewati
usus besar dan mengurani tekanan pada saluran perncernaan.

20
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Anamnese
a. Identitas
1) Nama : Tn T
2) Tanggal lahir / umur : 57 Tahun
3) Jenis Kelamin : Laki- laki
4) Diagnosa Mds : Divertikulitis akut
b. Keluhan Utama:
Kram perut
c. Riwayat Keluhan Utama:
Pasien mengatakan sembelit secara berkala, pasien mengatakan pernah
mengalami kram perut sebelumnya, tetapi kali ini sakitnya semakin parah
d. Riwayat Kesehatan Lalu
Pasien mengatakan perna mengalami kram perut sebelumnya
e. ADL
1.      Makan yang disukai / tidak disukai
Nafsu makan : Baik

Pola makan : >3x/hari

2.      Pola tidur : siang 2 jam malam 8 jam

3.      Pola kebersihan diri


Mandi : sendiri 2x /hari

Gosok gigi : 2 x/ hari

Kebersihan diri : tidak

4.      Eliminasi : BAB: 3x/ hari, BAK : >4x/hari

21
2. Pemeriksaan Fisik

-          Inspeksi : mata cekung,ubun-ubun besar,selaput lendir,mulut dan bibir


kering,berat badan menurun,anus kemerahan.
-          Perkusi : adanya distensi abdomen.
-          Palpasi : Turgor kulit kurang elastis
-          Auskultasi : terdengarnya bising usus.

3. Reflek – reflek
Sucking :kuat lemah sedang kelainan,……
Rooting :kuat lemah sedang kelainan,……
Grasp :kuat lemah sedang kelainan,……
Babinski :kuat lemah sedang kelainan,……
Moro :kuat lemah sedang kelainan,……
Tonic neck :kuat lemah sedang kelainan,……

4. Analisa Data
No. DATA ETIOLOGI RUMUSAN
MASALAH
1. DS : masuknya makanan/minuman yang Defisit volume
klien mengatakan terkontaminasi cairan dan elektrolit
kram parah pada   kurang dari
perutnya kebutuhan tubuh
infeksi mukosa usus
DO :  
KU :Baik
KU : komposmentis makanan/zat tidak dapat diserap
TTV :  
Td : 168/98
-    N : 110x/menit tekanana osmotic dalam rongga usus
-    RR : 24x/menit meningkat
-    S : 38oC  

terjadi pergesaran air dan elektrolit


ke dalam rongga usus
 

isi rongga usus yang berlebihan akan

22
merangsang usus untuk
mengeluarkannya
 

diare

2. DS : Rasa tidak nyaman di daerah Gangguan


Orang tua klien abdomen kebutuhan nutrisi
mengatakan, bahwa kurang dari
anaknya tidak nafsu kebutuhan tubuh
makan. Terjadi peningkatan asam lambung
 
DO :
KU : lemah Mual dan muntah
KU : komposmentis  
TTV :
-    N : 138x/menit Anoreksia (tidak nafsu makan)
-    RR : 37x/menit
-    T : 37,9oC
Mata : cekung dan
anemis
Bibir : tampak
kering
Turgor kulit tdk
elastic, terlihat
malas dan lemas.
Perut distensi,
terdengar bising
usus.

23
B. Patoflow keperawatan

24
C. Diagnosa Keperawatan
-    Defisit volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan output cairan yang berlebihan.
-    Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubuingan
dengan mual dan muntah.

25
Intervensi Keperawatan

No DATA TUJUAN INTERVENSI


.
1. Devisit cairana.       Observasi tanda-tanda vital.
DS : dan elektrolitb.      Observasi tanda-tanda dehidrasi.
Orang tua klien mengatakan teratasi c.       Ukur input dan output cairan
bahwa anaknya bab >5x, Kriteria (balance ccairan).
mual dan muntah yang hasil: d.      Berikan dan anjurkan keluarga
berlebih. untuk memberikan minum yang
Tanda-tanda
banyak kurang lebih 2000 – 2500
dehidrasi
DO : cc per hari.
tidak ada,
TTV : e.       Kolaborasi dengan dokter dalam
mukosa mulut
RR : 34x/menit pemberian therafi cairan,
dan bibir
T : 37,2oC pemeriksaan lab elektrolit.
lembab, balan
N : 138x/menit f.       Kolaborasi dengan tim gizi dalam
cairan
pemberian cairan rendah sodium.
seimbang
Mata terlihat sedikit cekung,
mukosa dan bibir terlihat
kering, dan terlihat

26
gelisah/rewel. Anak terlihat
dehidrasi.
2. Gangguan a.       Kaji pola nutrisi klien dan
DS : pemenuhan perubahan yang terjadi.
Orang tua klien mengatakan kebutuhan b.      Timbang berat badan klien.
bahwa anaknya bab >5x, nutrisi teratasic.       Kaji faktor penyebab gangguan
mual dan muntah yang Kriteria hasil pemenuhan nutrisi.
berlebih. : d.      Lakukan pemeriksaan fisik
abdomen (palpasi, perkusi, dan
Intake nutrisi
DO : auskultasi).
klien
TTV : e.       Berikan diet dalam kondisi
meningkat,
RR : 34x/menit hangat dan porsi kecil tapi sering.
diet habis 1
T : 37,2oC f.       Kolaborasi dengan tim gizi dalam
porsi yang
N : 138x/menit penentuan diet klien.
BB : 9 kg
Mata terlihat sedikit cekung,
mukosa dan bibir terlihat
kering, dan terlihat
gelisah/rewel. Perut distensi,

27
tidak nafsu makan, terdengar
bising usus.

28
D. Evaluasi
Proses keperawatan sering digambarkan sebagai proses bertahap. Proses
keperawatan dikatakan efektif bila pencapaian hasil teridentifikasi dan
dievaluasi sebagai penilaian pada status pasien (Heather, 2015)

DIAGNOSA CATATAN
KEPERAWATAN PERKEMBANGAN
Devisit cairan dan S : Orang tua klien
elektrolit teratasi mengatakan bab >5x dan
fecesnya encer.
O : TTV tidak normal, lemas,
pucat.
A: Masalah teratasi sebagian
P : IVFD KA-EN 3A gtt
20x/menit.
Oralit, zinkid syrup 1x5
mL, IV ceftriaxone 2x250
mg

S : orang tua klien


mengatakan BAB mulai
kental.
O : TTV mulai membaik,
masih terlihat lemas,
keadaan fisik masih belum
baik.
A : masalah teratasi sebagian
P : intervensi di lanjutkan

S : orang tua klien


mengatakan BAB 5x/hari
dan feces kental.
O : TTV mulai membaik,
keadaan masih lemah.
A : masalah teratasi sebagian
P : intervensi di lanjutkan

S : orang tua klien


mengatakan BAB mulai
normal, feces mulai

29
sedikit padat
O : TTV mulai normal,
keadaan klien mulai
membaik.
A : masalah teratasi sebagian
P : intervensi stop. Besok
sudah boleh pulang.
Gangguan S : orang tua klien
kebutuhan nutrisi mengatakan anaknya tidak
kurang dari nafsu makan.
kebutuhan tubuh
O : klien masih mual dan
berhubuingan
dengan mual dan muntah, keadaan lemah.
muntah A : masalah belum teratasi
P : intervensi diteruskan

S : orang tua klien


mengatakan anaknya
masih muntah dan tidak
nafsu makan
O : klien masih terlihat
lemas.
A : masalah belum teratasi
P : intervensi diteruskan

S : orang tua klien


mengatakan anaknya
sudah mulai mau makan.
Tapi sedikit.
O : klien tampak masih lemas
A : masalah teratasi sebagian
P : intervensi diteruskan

S : orang tua klien


mengatakan nafsu makan
anaknya mulai meningkat.
O : keadaan klien tampak
mulai baik
A : masalah teratasi
P : intervensi di stop
BAB V

30
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Gastroenteritis adalah keadaan dimana frekuensi buang air besar lebih
dari 4 kali pada bayi dan lebih 3 kali pada anak dengan konsistensi feses
encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan
darah/lendir saja (Sudaryat Suraatmaja.2005).
2. Gastroenteritis atau diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja
yang tidak normal atau tidak seperti biasanya, dimulai dengan
peningkatan volume, keenceran serta frekuensi lebih dari 3 kali sehari dan
pada neonatus lebih dari 4 kali sehari dengan atau tanpa lendir dan darah
(Hidayat A, 2006).
3. Dapat disimpulkan Gastroenterits atau diare akut adalah inflamasi
lambung dan usus yang disebabkan oleh berbagai bakteri, virus, dan
pathogen,yang di tandai dengan bertambahnya frekuensi defekasi lebih
dari biasanya (> 3 kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja (menjadi
cair), Diare juga dapat terjadi pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat
dan pada neonatus lebih dari 4 kali sehari dengan atau tanpa lendir dan
darah.

B. SARAN
Untuk Dari pembahasan diatas penulis memiliki beberapa saran diantaranya:
a. Biasakan diri untuk hidup sehat.
b. Biasakan diri berolahraga secara teratur.
c. Hindari makanan siap saji dengan kandungan karbohidrat dan lemak
tinggi.
d. Konsumsi sayuran dan buah-buahan.
e. Hindari pemakaian alkohol dan konsumsi makanan yang terlalu manis.

DAFTAR PUSTAKA

31
Dongoes, Marilyn E (2000). Diagnosa Keperawatan. Edisi 3. Jakarta : EGC
Mansjoer, Arif., et all. (1999). Kapita Selekta Kedokteran. Fakultas Kedokteran
UI : Media Aescullapius.
A.H. Markum, 1991, Buku Ajar Kesehatan Anak, jilid I, Penerbit FKUI
Ngastiyah, 997, Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta
Price & Wilson 1995, Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Buku
1, Ed.4, EGC, Jakarta
Soetjiningsih 1998, Tumbuh Kembang Anak, EGC, Jakarta
Soeparman & Waspadji, 1990, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Ed. Ke-3, BP FKUI,
Jakarta.
Suharyono, 1986, Diare Akut, lembaga Penerbit Fakultas Kedokteran UI, Jakarta
Whaley & Wong, 1995, Nursing Care of Infants and Children, fifth edition,
Clarinda company, USA.

32

Anda mungkin juga menyukai