Anda di halaman 1dari 22

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBENTUKAN UNIT PERCEPATAN

PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT


(UP4B) DALAM KONTEKS OTONOMI KHUSUS

(Policy Implementation of Formation of the Unit For Development Acceleration in


the Provinces of Papua and West Papua (UP4B) in the Context of Special Autonomy)

Riris Katharina

Penulis adalah Peneliti Madya Bidang Administrasi Negara pada


Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI) Sekretariat Jenderal DPR RI
alamat email: riris.katharina@dpr.go.id

Naskah diterima: 30 Juli 2015


Naskah direvisi: 2 September 2015
Naskah disetujui: 2 Oktober 2015

Abstract
This essay is a research report on President SBY’s policy on acceleration of development in the provinces of Papua
and West Papua as stated in Presidential Regulation No. 66/2011, which regulated the existence and function of
the Unit for Acceleration of Development in Papua and West Papua (UP4B), and its implementation and further
follow-up. The qualitative method reveals in its conclusions that amid complex problems the provinces facing, working
contributions of UP4B has been seen in the both provinces, particularly by native Papuan in the last two years of its
existence. This essay recommends that UP4B should be further supported, especially in its role in giving assistances
and capacity building in helping the provinces in forming clean, transparent, and accountable governances.
Keywords: UP4B, Perpres 66/2001, special autonomy, Papua, West Papua.

Abstrak
Tulisan ini merupakan hasil penelitian yang dilatarbelakangi oleh keluarnya kebijakan Presiden SBY
dalam rangka mempercepat pembangunan di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat melalui Peraturan
Presiden Nomor 66 Tahun 2011 tentang Unit Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Papua Barat.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian kualitatif. Penelitian ini menyimpulkan
bahwa di tengah berbagai permasalahan yang dihadapi UP4B, namun kebijakan pembentukan UP4B telah
dirasakan manfaatnya khususnya oleh orang asli Papua pada dua tahun terakhir keberadaannya. Tulisan
ini merekomendasikan agar UP4B dapat terus dilanjutkan keberadaannya namun lebih menekankan
pada aspek pendampingan dan penguatan kelembagaan, untuk menciptakan pemerintahan yang bersih,
transparan dan akuntabel.
Kata kunci: UP4B, Perpess 66/2001, otonomi khusus, Papua, Papua Barat.

I. PENDAHULUAN dapat dilihat dari lahirnya Undang-Undang (UU)


A. Latar Belakang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus
Otonomi khusus (Otsus) diberikan kepada Bagi Provinsi Papua dan kemudian direvisi dengan
Provinsi Papua dengan tujuan untuk menurunkan UU Nomor 35 Tahun 2008 tentang Penetapan
tuntutan separasi dari Negara Kesatuan Republik Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
Indonesia (NKRI).1 Khusus terhadap otonomi Nomor 1 Tahun 2008 tentang Perubahan Atas
khusus yang diberikan kepada Provinsi Papua UU No. 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus

1
Bayu Dardias, dkk., Model Implementasi Desentralisasi Asimetris yang Menyejahterakan: Belajar dari Pengalaman Aceh dan Papua,
Yogyakarta: Belum diterbitkan, 2012, h. 11-12.

Riris Katharina: Implementasi Kebijakan Pembentukan Unit Percepatan Pembangunan 123


Bagi Provinsi Papua, yang menjadi dasar lahirnya hadir bupati/walikota dan DPRD yang
Provinsi Papua Barat. Sejak tahun 2008 Otsus menjalankan fungsi politik daerah kabupaten/
juga berlaku bagi Provinsi Papua Barat. kota.
UU Nomor 21 Tahun 2001 merupakan Namun disadari bahwa sudah lebih
komitmen pemerintah dan seluruh rakyat dari 10 tahun Otsus berjalan, hasilnya tidak
Indonesia untuk mengadopsi perspektif baru seperti yang diharapkan. Tuntutan untuk
dalam menangani berbagai permasalahan yang mengembalikan Otsus kepada Pemerintah Pusat
selama ini mewarnai kehidupan rakyat Papua. memperlihatkan tujuan dari Otsus itu sendiri
Perspektif baru tersebut adalah melakukan tidak tercapai.4 Pemerintah Pusat melihat para
perubahan pendekatan penanganan masalah pelaksana menurut UU Otsus belum bekerja
di Tanah Papua dari pendekatan keamanan/ maksimal, sehingga perlu dibentuk sebuah
stabilitas menjadi pendekatan sosial/ lembaga baru untuk membantu para pelaksana
kesejahteraan. Otonomi khusus bagi Provinsi
2
UU Otsus menyelenggarakan pemerintahan
Papua (dan Provinsi Papua Barat) pada dasarnya berdasarkan UU Otsus di Tanah Papua.
merupakan komitmen pemerintah untuk Oleh karena itu, dalam rangka
memberikan keleluasaan bagi Provinsi Papua mempercepat pembangunan di Provinsi Papua
dan Provinsi Papua Barat dalam keseluruhan dan Provinsi Papua Barat, Presiden Susilo
aspek pembangunan. Fokus utama dari Otsus Bambang Yudhoyono mengeluarkan Peraturan
ditujukan untuk memberikan keleluasaan Presiden Nomor 65 Tahun 2011 tentang
kepada pemerintah provinsi/kabupaten dan Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan
kota untuk merencanakan, mengelola dan Papua Barat. Dalam Perpres tersebut disebutkan
mengawasi program pembangunan Papua. bahwa pembangunan Provinsi Papua dan
Kebijakan pemerintah dalam penanganan Provinsi Papua Barat memerlukan percepatan
Papua mengedepankan aspek perekonomian serta peningkatan dan optimalisasi guna
dan kesejahteraan rakyat sebagai leading sector efektivitas pelaksanaan Otsus. Oleh karena
dalam rangka Otsus di wilayah Papua.3 Hal ini itu, dalam rangka percepatan pembangunan
dapat dilihat dalam muatan UU No. 21 Tahun di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat,
2001 khususnya dalam Pasal 34 ayat (3) huruf diperlukan pendekatan secara menyeluruh
c angka 2) dan angka 3) serta dalam Pasal 38, meliputi pendekatan sosial ekonomi, sosial
yang menyatakan bahwa dana Otsus terutama politik, dan budaya, serta menjadi bagian dari
ditujukan untuk pembiayaan pendidikan dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah
kesehatan, pembangunan infrastruktur, dan Nasional 2010-2014, yang salah satunya
ekonomi rakyat. dilakukan dengan membentuk Unit Percepatan
Kekhususan otonomi di Papua dari aspek Pembangunan Provinsi Papua dan Provinsi
politik ditandai dengan dihadirkannya DPRP Papua Barat (UP4B), yaitu lembaga yang
(berbeda dengan daerah otonom lainnya yang dibentuk untuk mendukung koordinasi,
mempunyai DPRD Provinsi) dan MRP (yang memfasilitasi dan mengendalikan pelaksanaan
merupakan lembaga kultural). Lembaga- Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan
lembaga inilah ditambah gubernur, yang Provinsi Papua Barat.
dipercaya untuk menjaring dan mengelola
aspirasi dan kepentingan masyarakat Papua. 4
Pengembalian Otsus kepada Pemerintah Pusat dapat
Sementara di tingkat kabupaten/kota, tetap dilihat dari peristiwa hasil Musyawarah Besar (Mubes)
Majelis Rakyat Papua (MRP) bersama perwakilan 7
2

Mohammad A. Musa’ad, “Kontekstualisasi Pelaksanaan (tujuh) suku besar di Papua yang memutuskan 11 butir
Otonomi Khusus di Provinsi Papua: Perspektif Struktur rekomendasi, di antaranya mengenai referendum. Dapat
dan Kewenangan Pemerintahan”, Jurnal Kajian, Vol. 16, dilihat dalam “Jakarta Tidak Serius Tangani Papua”, Media
No. 2, Juni 2011, Sekretariat Jenderal DPR RI, Jakarta, h. Indonesia, 20 Juni 2010, h. 16. Lihat juga Neles Tebay,
359. “Rakyat Mengevaluasi Otsus Papua”, Suara Pembaruan,
3
Ibid., h. 360. 29 Juni 2010.

124 Politica Vol. 6 No. 2 Agustus 2015


Pada tanggal 20 September 2011, lain jalan lingkar Pulau Mansinam sepanjang 12
ditetapkan Peraturan Presiden Nomor 66 Tahun km di Kabupaten Manokwari, Provinsi Papua
2011 tentang Unit Percepatan Pembangunan Barat.6
Provinsi Papua dan Papua Barat. Dalam Perpres Komitmen yang kuat dari Pemerintah
tersebut dinyatakan bahwa untuk melaksanakan Pusat terhadap keberhasilan Otsus di Papua
Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan memang sangat dirasakan. Pada tanggal 2
Provinsi Papua Barat, dibentuk UP4B. Masa Desember 2011 Wakil Presiden Boediono
kerja UP4B sampai dengan tahun 2014. UP4B meminta seluruh kementerian dan lembaga
berkedudukan di ibukota Provinsi Papua. UP4B pemerintah untuk mendukung keputusan
bertugas membantu Presiden dalam melakukan pemerintah membentuk desk khusus Papua
dukungan koordinasi dan sinkronisasi di setiap kementerian dan kelembagaan. Desk
perencanaan, fasilitasi, serta pengendalian tersebut akan berkoordinasi dengan UP4B
pelaksanaan Percepatan Pembangunan Provinsi untuk mensinergikan program-program khusus
Papua dan Provinsi Papua Barat. Papua. Dukungan tersebut juga diberikan dalam
Pada awalnya, kehadiran UP4B kurang bentuk kerelaan untuk berkoordinasi dalam
diterima oleh masyarakat Papua. Hal ini menyusun serta menjalankan rencana aksi dan
terlihat dari pernah ditolaknya kehadiran program pembangunan di dua provinsi Papua
UP4B di Nabire pada tanggal 10 Mei 2012.5 dan Papua Barat.7
DPR RI sendiri dalam Rapat Kerja dengan Pada tanggal 25 Januari 2012, Menteri
Menkopolkam pada tanggal 16 Februari 2012 Koordinator Politik dan Keamanan
pernah mempertanyakan mengenai peran dari (Menkopolhukam) telah membentuk Desk
UP4B dalam kaitannya dengan UU No. 21 Penyelesaian Masalah Papua (DPMP) yang
Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi berdasarkan Keputusan Menkopolhukam
Provinsi Papua, sekalipun pada waktu itu Nomor: Kep-9/Menko/Polhukam/1/2012
pihak UP4B tidak ada yang hadir. Pertanyaan tanggal 25 Januari 2012 tentang DPMP Tahun
yang sama kembali dipertanyakan oleh DPR Anggaran 2012. Berdasarkan keputusan
RI pada Rapat Kerja dengan Menkopolkam tersebut tugas DPMP adalah membantu
pada tanggal 13 September 2012 yang pada Menkopolhukam dalam mengoordinasikan
kesempatan ini dihadiri oleh pihak UP4B. penyiapan dan perumusan kebijakan
Namun, dalam perkembangannya, UP4B serta pengendalian penyelesaian masalah
mengklaim bahwa kegiatannya didukung oleh Papua secara komprehensif dalam rangka
seluruh komponen masyarakat Papua. Hal ini penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan
terbukti dari berbagai kegiatan UP4B yang pembangunan, pemberdayaan masyarakat,
telah berhasil melakukan terobosan-terobosan peningkatan stabilitas keamanan serta
berharga bagi keberhasilan otonomi khusus penegakan hukum dan HAM di Provinsi Papua
di Papua dan Papua Barat, antara lain dengan dan Provinsi Papua Barat.
keberhasilan program UP4B dalam bidang
pendidikan yaitu Program Afirmasi Pendidikan B. Permasalahan
Tinggi dengan menyekolahkan 747 putera- Diberikannya Otsus kepada Provinsi Papua
puteri asli Papua dan Papua Barat di perguruan dan Papua Barat diharapkan dapat meredam
tinggi negeri seluruh Indonesia. Selain bidang
pendidikan, program UP4B juga telah berhasil 6
Upaya Pemerintah Mensejahterakan Papua Melalui
dalam pembangunan 11 ruas jalan strategis UP4B”, http://damai-papua. blogspot. com/2014/03/ upaya-
yang diantaranya dikerjakan oleh TNI, antara pemerintah-mensejahterakan-papua.html, diakses pada
tanggal 11 April 2014.
7
“Pemerintah Putuskan Bentuk Desk Khusus Papua”,
5
“Kepala UP4B Ditolak Kehadirannya di Nabire”, http:// http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/ 11 /12/02/
www.portalkbr.com/ nusantara/papua/ 2302016 _5512 lvkszd-pemerintah-putuskan-bentuk-desk-khusus-papua,
.html, diakses pada tanggal 11 April 2014. diakses pada tanggal 11 April 2014.

Riris Katharina: Implementasi Kebijakan Pembentukan Unit Percepatan Pembangunan 125


keinginan pihak-pihak tertentu untuk wawancara dari informan yaitu wakil kepala
melepaskan diri dari NKRI. Dalam konteks UP4B dan Deputi Pengendalian dan Evaluasi
Otsus, ketika masyarakat daerah yang diberikan UP4B selaku aktor UP4B dan para kepala
otonomi dapat disejahterakan, maka keinginan bappeda selaku penghubung kegiatan UP4B di
untuk memisahkan diri dari NKRI akan hilang. daerah. Selain itu juga diperoleh data sekunder
Berbagai upaya dilakukan oleh Pemerintah yang meliputi hasil-hasil penelitian ataupun
Pusat agar kebijakan otonomi khusus dapat artikel-artikel di media massa maupun dokumen
berjalan dengan baik dan memberikan hasil resmi negara. Data yang diperoleh selanjutnya
berupa pencapaian target sebagaimana dianalisis dengan menggunakan kerangka
dimaksudkan dalam UU No. 21 Tahun 2001. pemikiran yang telah ditentukan. Selanjutnya
Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan akan ditarik kesimpulan dan juga rekomendasi
menghadirkan UP4B. Keberadaan UP4B dalam menyusun kebijakan selanjutnya.
tidak diatur dalam UU No. 21 Tahun 2001. Penelitian dilaksanakan di Provinsi Papua,
Oleh karena itu, dapat dipahami ketika DPR Kabupaten Jayawijaya, Provinsi Papua Barat,
RI mempertanyakan kehadiran UP4B dan dan Kabupaten Sorong. Kedua provinsi ini
relevansinya dengan implementasi UU No. 21 dipilih didasarkan pada alasan bahwa kedua
Tahun 2001. provinsi merupakan wilayah kerja UP4B,
Menjadi masalah pokok yang akan sebagai penerima otonomi khusus. Sedangkan
dibahas dalam tulisan ini adalah bagaimana Kabupaten Jayawijaya diambil mewakili daerah
implementasi kebijakan menghadirkan UP4B pegunungan sedangkan Kabupaten Sorong
di Provinsi Papua dan Papua Barat? Apakah mewakili daerah pesisir.
ada capaian yang dihasilkan dan bagaimana Penelitian di lapangan dilaksanakan
permasalahan yang dihadapi? pada tanggal 17-22 Maret 2014 di Kabupaten
Jayawiyaja; 25-29 Agustus 2014 di Provinsi
C. Tujuan Penelitian Papua; serta tanggal 20 s.d. 25 Oktober 2014
Tulisan ini bertujuan untuk menjelaskan di Provinsi Papua Barat dan Kabupaten Sorong.
implementasi kebijakan UP4B di Provinsi Papua
dan Papua Barat dan mengemukakan capaian E. Kerangka Pemikiran
kerja dan permasalahan yang dihadapi UP4B Otsus yang diberikan kepada Provinsi
dalam kaitannya dengan implementasi otonomi Papua dan Papua Barat dapat dilihat dari 3
khusus di Provinsi Papua dan Papua Barat. (tiga) aspek, yaitu politik, administrasi, dan
fiskal.9 Dari aspek politik, kehadiran DPRP
D. Metode Penelitian (perwakilan rakyat di Papua) dan MRP
Tulisan ini didasarkan atas hasil penelitian (perwakilan kultur) merupakan kekhususan
yang bersifat descriptive analysis dengan yang diberikan kepada Provinsi Papua. Dari
menggunakan pendekatan kualitatif. Analisis aspek administrasi pengaturan kepentingan
data dilakukan berdasarkan keinginan publik dalam sebuah hukum diatur dalam
untuk dapat memberikan pemahaman atas Perdasi dan Perdasus yang dimungkinkan
permasalahan yang diungkapkan melalui metode dibentuk oleh Pemerintah Provinsi. Sedangkan
deskriptif, yaitu menjelaskan temuan-temuan dari aspek fiskal, diberikannya dana otonomi
dalam bentuk tulisan dan menganalisanya khusus kepada kedua provinsi merupakan
dengan bantuan teori-teori yang ada.8 kekhususan yang tampak nyata.
Data yang dikumpulkan dalam penelitian Namun demikian, sekalipun diberikan
ini adalah data primer yang meliputi data hasil kekhususan, sebagaimana desentralisasi

8
Naresh Maholtra, Basic Marketing Research: Applications to 9
Lihat lebih lanjut dalam Stacey White, Government
Contemporary Issues, 5th Ed, London: Prentice Hall, 2002, Decentralization in the 21st Century: A Literature Review,
h. 331-354. Washington DC: CSIS, December 2011.

126 Politica Vol. 6 No. 2 Agustus 2015


pada umumnya, pemerintah daerah tidak di luar cabang kekuasaan eksekutif, legislatif,
terlepas dari pemerintah pusat.10 Dalam maupun yudikatif. Hingga saat ini belum ada
negara kesatuan, pelaksanaan desentralisasi satu pengertian yang sama dalam mengartikan
ke pemerintah daerah dilakukan berdasarkan LNS. Menurut Lembaga Administrasi
kemurahan pemerintah pusat (by the pleasure of Negara , LNS adalah institusi yang dibentuk
14

central government).11 Oleh karena itu berbagai karena urgensi terhadap suatu tugas khusus
lembaga atau institusi pemerintah pusat tertentu yang tidak dapat diwadahi dalam
masih mempunyai kewenangan atau perannya bentuk kelembagaan pemerintahan/negara
terhadap keberhasilan desentralisasi maupun konvensional, dengan keunikan kelembagaan
otonomi khusus di daerah. tertentu, dan memiliki karakteristik tugas yang
Dalam struktur organisasi pemerintah pusat, urgen, unik dan terintegrasi serta efektif dalam
dulu dikenal adanya kementerian (lembaga melaksanakan tugasnya.
yang dipimpin menteri), kementerian negara Kementerian Keuangan15 mengategorikan
(organisasi yang memberikan akses bagi seorang LNS sebagai Badan Lainnya sebagaimana
pejabat politik dari partai politik atau nonparpol dimaksud dalam Pasal 30 ayat (1) UU No.
yang membantu Presiden menjalankan tugas- 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
tugas kementerian negara), lembaga pemerintah Jadi, LNS merupakan lembaga pemerintah
nonkementerian (merupakan executing agency yang berada di luar 3 PPK (Pola Pengeleloaan
yang membantu Presiden untuk menjalankan Keuangan) yaitu 1. Kementerian Negara/
fungsi-fungsi pemerintahan yang bersifat Lembaga; 2. Badan Usaha Milik Negara;
profesional dalam bidang keahlian tertentu).12 3. Badan Layanan Umum. Dalam paparan
Namun saat ini istilah kementerian negara Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara
sebagaimana dimaksud pasca ditetapkannya dan Reformasi Birokrasi (Kementerian PAN)
UU No. 39 Tahun 2008 tentang Kementerian pada tanggal 18 Juni 2011 di depan Komisi II
Negara berbeda pengertian dengan kementerian DPR RI terdapat 88 lembaga nonstruktural.16
negara pada masa lampau. Namun menurut Sekretariat Negara terdapat
Dari sisi jumlah organisasi pemerintah, dari 92 lembaga nonstruktural. Jumlah yang
dulu organisasi pemerintah Indonesia sudah berbeda memperlihatkan bahwa telah terjadi
dikenal terlalu banyak dan banyak juga yang cara pandang yang berbeda terhadap apa yang
double fungsi (doublurus). Bahkan sejak era orde disebut dengan lembaga nonstruktural.
baru, lahirnya Lembaga Nonstruktural (LNS) Salah satu pendekatan mengenai lembaga
di Indonesia sudah menggelaja. Hal ini ditandai negara yang dianut oleh banyak ahli adalah
dengan bermunculan berbagai macam lembaga pendekatan yang dilakukan oleh Hans Kelsen.
yang diberi nama “Komisi” atau “Badan”. Ada Hans Kelsen dalam bukunya General Theory
berbagai macam istilah yang dipergunakan of Law and State menyatakan bahwa siapa saja
untuk menamai lembaga yang dimaksud. Denny yang menjalankan suatu fungsi yang ditentukan
Indrayana misalnya menggunakan istilah komisi oleh suatu tata hukum -legal order- adalah
independen untuk menyebut LNS.13 Lembaga suatu lembaga negara. Berdasarkan itu, Jimly
ini merupakan organ negara (state organs) yang Ashidiqqie menyatakan bahwa sebuah lembaga
diidealkan independen dan karenanya berada negara adalah setiap jabatan yang ditentukan
oleh peraturan perundang-undangan, yang
10
S.H. Sarundajang, Arus Balik Kekuasaan Pusat ke Daerah,
Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2001, h. 25-27. fungsi-fungsinya bersifat merumuskan kebijakan
11
Miftah Thoha, Birokrasi Pemerintah dan Kekuasaan di dan/atau bersifat melaksanakan kebijakan.
Indonesia, Yogyakarta: Metapena Istitute, 2012, h. 133.
12
Ibid., h. 148. 14
Ibid., h. 18.
13
Denny Indrayana dalam Kajian Penataan Lembaga Non 15
Ibid.
Struktural: Analisis terhadap Eksistensi 11 Lembaga Non 16
Lihat lebih lanjut dalam Bahan Rapat Kerja Kementerian
Struktural, Tim AntarKementerian Pengkajian Penataan Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Lembaga Non Struktural, 2010, h. 15. dengan Komisi II DPR RI pada tanggal 18 Juni 2011.

Riris Katharina: Implementasi Kebijakan Pembentukan Unit Percepatan Pembangunan 127


Dalam kasus pembentukan lembaga UP4B kepentingan berusaha untuk mempengaruhi isi
dapat diartikan sebagai pembentukan institusi dan bentuk kebijakan secara interaktif.
atau lembaga nonstruktural yang berbentuk Model Elit melandaskan diri pada asumsi
Unit, dimana pembentukannya didasarkan atas bahwa di dalam setiap masyarakat pasti terdapat
Peraturan Presiden yang bersifat melaksanakan dua kelompok, yaitu pemegang kekuasaan atau
berbagai kebijakan di Papua, bagi terlaksananya elit dan yang tidak memiliki kekuasaan atau
cita-cita pemberian otonomi khusus bagi Papua. massa. Menurut model ini, para elit secara
Kebijakan pembentukan UP4B dapat top down membuat kebijakan publik untuk
dianalisis berdasarkan teori perumusan diimplementasikan oleh administrator publik
kebijakan publik. Dalam teori ini dikenal kepada rakyat banyak atau massa. Model ini
beberapa model perumusan kebijakan yaitu merupakan abstraksi dari proses formulasi
Model Kelembagaan (Institutional); Model kebijakan dimana kebijakan publik merupakan
Proses (Process); Model Kelompok (Group); perspektif elit politik.
Model Elit (Elite); Model Rasional (Rational); Model Rasional mengedepankan gagasan
Model Inkremental (Incremental); Model Teori bahwa kebijakan publik secara maximum social
Permainan (Game Theory); Model Pilihan gain, yang berarti pemerintah sebagai pembuat
Publik (Public Choice); Model Sistem (System); kebijakan harus memilih kebijakan yang
Model Pengamatan Terpadu (Mixed-Scanning); memberikan manfaat optimum bagi masyarakat.
Model Demokratis (Democratic); dan Model Model Inkremental menyatakan bahwa
Strategis (Strategic).17 kebijakan publik seharusnya merupakan variasi
Model Kelembagaan diartikan sebagai ataupun kelanjutan dari kebijakan di masa lalu,
sebuah proses formulasi kebijakan yang dibuat sebab proses yang ideal yang dipersyaratkan
oleh lembaga yang diberikan kewenangan model teori rasional membutuhkan waktu yang
untuk itu (biasanya dikonotasikan kepada cukup, intelektual, dan biaya.
pemerintah). Model ini merupakan deviasi dari Model Teori Permainan mendasarkan
ilmu politik tradisional yang lebih menekankan kepada formulasi kebijakan yang rasional
struktur daripada proses atau perilaku politik. namun di dalam kondisi kompetitif di mana
Prosesnya mengandaikan bahwa tugas formulasi tingkat keberhasilan kebijakan tidak hanya
kebijakan adalah tugas lembaga-lembaga ditentukan oleh aktor pembuat kebijakan,
pemerintah yang dilakukan secara otonomi namun juga aktor lain termasuk yang berada
tanpa berinteraksi dengan lingkungannya. di luar jangkauan kendali pembuat kebijakan.
Model Proses memandang kebijakan Model Pilihan Publik melihat kebijakan sebagai
publik sebagai proses politik yang menyertakan sebuah proses formulasi keputusan kolektif dari
rangkaian kegiatan mulai dari identifikasi individu-individu yang berkepentingan atas
permasalahan, menata agenda formulasi keputusan tersebut.
kebijakan, perumusan proposal kebijakan, Model Sistem mengandaikan bahwa
legitimasi kebijakan, implementasi kebijakan, kebijakan merupakan hasil atau output
dan evaluasi kebijakan. dari sistem (politik). Model ini merupakan
Model Kelompok mengandaikan kebijakan model yang paling sederhana namun cukup
sebagai titik keseimbangan. Interaksi di dalam komprehensif, meski tidak memadai lagi untuk
kelompok akan menghasilkan keseimbangan, digunakan sebagai landasan penyusunan
dan keseimbangan adalah yang terbaik. Model formulasi kebijakan publik. Model Pengamatan
ini merupakan abstraksi dari proses formulasi Terpadu menggabungkan antara model
kebijakan yang di dalamnya beberapa kelompok rasional dengan model inkremental. Model ini
merupakan model kompromi, namun seringkali
17
Riant D. Nugroho, Kebijakan Publik: Formulasi, tidak efektif.
Implementasi, dan Evaluasi. Jakarta: Penerbit PT Elex
Media Komputindo, 2003, h. 108-109.

128 Politica Vol. 6 No. 2 Agustus 2015


Model Demokratis yaitu perumusan secara profesional, birokrasi mempunyai
kebijakan yang dilakukan dengan mengelaborasi kekuatan yang seimbang dengan pejabat politik.
sebanyak mungkin suara stakeholder. Model ini Birokrasi bukan merupakan partisan politik,
dinilai kurang efektif dalam mengatasi masalah namun karena keahliannya dia mempunyai
yang kritis, darurat, dan dalam kelangkaan kekuatan untuk turut membuat kebijakan yang
sumber daya. Namun, jika dilaksanakan model profesional.20
ini sangat efektif dalam implementasi karena Turner menyebutkan bahwa ada
setiap pihak mempunyai kewajiban untuk ikut kecenderungan untuk melihat birokrasi sebagai
serta dalam mencapai keberhasilan kebijakan, sebuah instrumen teknikal dari administrasi.
karena setiap pihak bertanggung jawab atas Dalam beberapa model, ditandai dengan
kebijakan yang dirumuskan. inefisiensi dan inefektivitas namun dikaitkan
Model Strategis menggunakan rumusan dengan masalah kapasitas rasional seperti
runtutan perumusan strategi sebagai basis rendahnya sumber daya manusia atau eksistensi
perumusan kebijakan. Model ini lebih elemen yang irasional di bawah kategori kultur.21
menekankan pada penilaian terhadap lingkungan Thoha menyatakan bahwa kekuasaan
luar dan dalam organisasi, dan berorientasi bisa bersumber dari kedudukan atas jabatan
kepada tindakan. seseorang dalam organisasi.22 Menurut Thoha,
Selanjutnya, menjadi masalah siapa ada 3 (tiga) tipe tata hubungan kekuasaan (power
yang mengisi lembaga-lembaga yang sudah relationship), yaitu (1) top-down (downward
dibentuk melalui keputusan presiden tersebut? power) yaitu antara atasan dan bawahan; (2)
Dalam perkembangan saat ini, hadirnya partai bottom-up (upward power) antara kekuasaan
politik dalam suatu sistem pemerintahan yang ada pada subordinat (bawahan ke atasan);
akan berpengaruh terhadap tatanan birokrasi dan (3) lateral power, yaitu hubungan kekuasaan
pemerintah. Susunan birokrasi pemerintah antara pemimpin dengan orang-orang dalam
akan terdiri dari jabatan-jabatan yang diisi organisasinya.23
oleh para birokrat karier dan pejabat politik.18 Dalam kenyataannya, antara lembaga atau
Dalam masalah hubungan birokrasi dan politisi, institusi dan orang-orang yang mengisinya
timbul dua bentuk alternatif solusi yang utama, memiliki kaitan yang erat, yang mempengaruhi
yaitu birokrasi sebagai subordinasi dari politik cara kerja dan kinerja dari institusi dan orang
(executive ascedancy) atau birokrasi sejajar itu sendiri.
dengan politik (bureaucratic sublation/attempt at
co-equality with the executive).19 II. PEMBAHASAN
Dalam konsep executive ascedancy, dominasi 1. Gambaran Umum UP4B
kepemimpinan pejabat politik atas birokrasi UP4B merupakan sebuah lembaga yang
terjadi karena adanya dikotomi antara fungsi dibentuk oleh Presiden Susilo Bambang
administrasi dan fungsi politik. Dikotomi yang Yudhoyono berdasarkan Peraturan Presiden
dimaksud adalah bahwa fungsi administrasi Nomor 66 Tahun 2011 untuk mempercepat
hanya melaksanakan keputusan pejabat pembangunan di Provinsi Papua dan Provinsi
politik, sedangkan fungsi politik terkait dengan Papua Barat. UP4B bertugas membantu
pembuatan kebijakan. Sedangkan dalam Presiden dalam melakukan dukungan
konsep bureaucratic sublation/attempt at co- koordinasi dan sinkronisasi perencanaan,
equality with the executive , birokrasi pemerintah fasilitasi, serta pengendalian pelaksanaan
dianggap bukan hanya berfungsi sebagai mesin
pelaksana, melainkan karena sudah terlatih 20
Ibid., h. 154-155.
21
Mark Turner & David Hulme, Governance, Administration
& Development: Making the State Work, USA: Kumarian
18
Miftah Thoha, Birokrasi dan Politik di Indonesia. Jakarta: Press, 1997, h. 93.
PT RajaGrafindo Perkasa, 2003, h. 151. 22
Thoha (2012), op.cit., h. 160.
19
Dikemukakan oleh Carino (1994) dalam ibid., h. 153. 23
Ibid.

Riris Katharina: Implementasi Kebijakan Pembentukan Unit Percepatan Pembangunan 129


Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan upaya Percepatan Pembangunan Provinsi Papua
Provinsi Papua Barat. dan Provinsi Papua Barat.26
Dalam rangka melaksanakan tugasnya, Pelaksanaan tugas, fungsi, dan kewenangan
UP4B melakukan dukungan: Koordinasi, UP4B dilakukan dengan tetap memperhatikan
sinkronisasi dan fasilitasi perencanaan program pelaksanaan kebijakan yang telah ditetapkan
Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan dilaksanakan oleh kementerian/lembaga
dan Provinsi Papua Barat; Koordinasi dan dengan tetap membuka kemungkinan
sinkronisasi pendanaan program Percepatan dilakukan terobosan yang diperlukan, dengan
Pembangunan Provinsi Papua dan Provinsi tetap memperhatikan ketentuan peraturan
Papua Barat; Pengendalian dan evaluasi perundang-undangan.
pelaksanaan program Percepatan Pembangunan Adapun susunan organisasi UP4B terdiri
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat; dari seorang kepala; seorang wakil kepala;
Peningkatan kapasitas kelembagaan dan 5 (lima) Deputi; dan tenaga profesional.
aparatur pemerintah daerah; dan Peningkatan Kepala UP4B diangkat dan diberhentikan
komunikasi konstruktif antara Pemerintah oleh Presiden. Kepala UP4B yaitu Bambang
Pusat, pemerintah provinsi dan pemerintah Dharmono, seorang purnawirawan Letnan
kabupaten/kota dengan masyarakat Provinsi Jenderal TNI Angkatan Darat. Wakil Kepala,
Papua dan Provinsi Papua Barat.24 dan Deputi UP4B diangkat dan diberhentikan
Dalam melaksanakan tugasnya, UP4B oleh Presiden atas usul Kepala UP4B. Wakil
menyelenggarakan fungsi antara lain Kepala yaitu Eduard Fonataba, mantan Bupati
melaksanakan koordinasi dengan Kementerian Sarmi. Adapun para Deputi terdiri: Deputi
Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan I: Ikhwanudin Mawardi; Deputi II: Bagus
Perencanaan Pembangunan Nasional dan Ekodanto; Deputi III: Agus Santoso; Deputi IV:
Badan Perencana Pembangunan Daerah untuk Ferrianto H. Djais; Deputi V: Son Diamar
menyelenggarakan Musyawarah Perencanaan Tenaga Profesional terdiri dari Asisten Ahli,
Pembangunan Khusus dalam rangka Percepatan Asisten, Asisten Muda dan Tenaga Terampil,
Pembangunan Provinsi Papua dan Provinsi yang seluruhnya berjumlah paling banyak
Papua Barat dan melaksanakan pengendalian 20 (duapuluh) orang. Tenaga Profesional
dan evaluasi pelaksanaan program kementerian/ di lingkungan UP4B, selain pegawai pada
lembaga, pemerintah daerah maupun Sekretariat UP4B, diangkat dan diberhentikan
pihak swasta, lembaga donor dan lembaga oleh Kepala UP4B. Deputi dan Tenaga
nonpemerintah dengan berpedoman pada Profesional di lingkungan UP4B dapat diangkat
Rencana Aksi.25 dari Pegawai Negeri dan bukan Pegawai Negeri.
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, Untuk menunjang pelaksanaan tugas
UP4B mempunyai kewenangan antara lain UP4B, dibentuk Tim Pengarah Percepatan
melaksanakan koordinasi dengan menteri, Pembangunan Provinsi Papua dan Provinsi
pimpinan lembaga non-kementerian, pimpinan Papua Barat (Tim Pengarah). Tim Pengarah
lembaga lain, dan kepala pemerintah daerah bertugas memberikan arahan, pembinaan,
dalam melaksanakan Rencana Aksi serta dan pengawasan pelaksanaan Percepatan
memonitor dan menyarankan penyelarasan Pembangunan Provinsi Papua dan Provinsi
program dan kegiatan serta memperbaiki Papua Barat yang dilaksanakan oleh UP4B.
kinerja pelaksanaan kegiatan terkait dengan Tim Pengarah dipimpin langsung oleh Wakil
Presiden Republik Indonesia.
24
Pasal 3 ayat (2) Perpres Nomor 66 Tahun 2011 tentang
Unit Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Papua
Barat.
25
Pasal 4 Perpres Nomor 66 Tahun 2011 tentang Unit 26
Pasal 5 Perpres Nomor 66 Tahun 2011 tentang Unit
Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Papua Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Papua
Barat. Barat.

130 Politica Vol. 6 No. 2 Agustus 2015


Tim Pengarah berwenang meminta Namun, Papua juga dikenal dengan tujuh suku
penjelasan kepada UP4B mengenai segala hal besar, pembagian berdasarkan marga, maupun
yang berkaitan dengan pelaksanaan Rencana Big Man. Masing-masing kondisi tersebut
Aksi. UP4B dapat berkonsultasi pada Tim memerlukan penanganannya masing-masing.
Pengarah sewaktu-waktu bila diperlukan. Namun, kembali menegaskan besarnya
Tim Pengarah menyampaikan laporan berkala pengaruh model kelembagaan dalam
sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan sekali penyusunan kebijakan UP4B yaitu ketika
kepada Presiden Republik Indonesia atau Presiden memilih kepala UP4B dari sosok
sewaktu-waktu apabila diperlukan. Kepala militer, memperlihatkan bahwa Presiden
UP4B menyampaikan laporan berkala sekurang- memandang Papua masih perlu didekati dengan
kurangnya 6 (enam) bulan sekali kepada pendekatan militer sekalipun dikemas dengan
Presiden Republik Indonesia melalui Wakil program-program kesejahteraan. Penempatan
Presiden Republik Indonesia atau sewaktu- birokrasi masih dipengaruhi oleh politik, yang
waktu apabila diperlukan. berarti masih menempatkan birokrasi sebagai
Untuk memberikan dukungan teknis subordinasi dari politik (executive ascedancy).28
dan administratif UP4B dibentuk Sekretariat
UP4B. Sekretariat UP4B dipimpin oleh Kepala 2. Capaian Kerja UP4B dalam Konteks
Sekretariat yang berada dan bertanggung jawab Otonomi Khusus
kepada Kepala UP4B dan secara administratif Pada awal dibentuknya UP4B diakui bahwa
dikoordinasikan oleh Sekretaris Kementerian terjadi penolakan dari masyarakat terhadap
Sekretariat Negara. keberadaan UP4B.29 Namun, disebutkan bahwa
Semua pembiayaan yang diperlukan bagi pada tahun 2014 telah timbul kepercayaan dari
pelaksanaan tugas UP4B, Sekretariat UP3, masyarakat Papua terhadap keberadaan UP4B.
dan Sekretariat UP3B, dibebankan pada Hal ini ditandai dengan semakin kondusifnya
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara situasi sosial, ekonomi, dan keamanan.
(APBN). Seluruh dana yang berkaitan dengan Peran UP4B yang dirasakan nyata yaitu
pelaksanaan tugas UP4B, Sekretariat UP3, melalui fasilitasi koordinasi pusat-daerah
dan Sekretariat UP3B dipertanggungjawabkan yang lebih efektif; meningkatkan sinkronisasi
oleh Kepala UP4B sesuai dengan ketentuan perencanaan dan peningkatan anggaran
peraturan perundang-undangan. program sektoral; melakukan pengendalian
Dari sisi pembentukan kebijakan, Presiden kegiatan K/L secara berkala; dan memahami
lebih menekankan proses top down karena lapangan lebih tajam, sehingga dapat
tidak melibatkan Pemerintah Daerah Provinsi mengevaluasi berbagai kegiatan Kementerian/
Papua dan Papua Barat. Dalam teori kebijakan Lembaga (K/L) secara tajam dan lebih terarah.
publik, Presiden lebih menekankan model Adapun target kegiatan UP4B:
kelembagaan, dimana Presiden memandang 1. Infrastruktur dasar: pelayanan transportasi
kebijakan pembentukan UP4B harus dilakukan terpadu, energi, telekomunikasi, serta air
oleh Presiden untuk mengatasi berbagai bersih dan sanitasi melalui pendekatan
persoalan di Papua. Padahal, masalah di Tanah kawasan;
Papua sangat kompleks. Membuat kebijakan
di Tanah Papua perlu pengetahuan dan 28
Miftah Thoha (2003), op.cit., h. 153.
pemahaman yang mendasar mengenai Papua 29
Lihat dalam slide presentasi Deputi V, Son Diamar, Perpres
itu sendiri. Tidak cukup dengan membagi 65/2011 P4B, Perpres 66/2011 UP4B, dan Pemda”, dalam
Papua secara geografi, terdiri atas pantai dan FGD Proposal Penelitian dengan tema “Relasi Kerja UP4B
dan Lembaga Pelaksana Otonomi Khusus Papua” yang
gunung, seperti yang dikenal selama ini.27
diselenggarakan pada tanggal 21 Agustus 2014 di Jakarta.
Hal senada dilontarkan oleh Yan Christian, aktivis LSM
27
Lihat lebih lanjut dalam Ikrar Nusa Bhakti (ed.), Gunung Papua Barat pada kegiatan FGD pada tanggal 23 Oktober
Versus Pantai, Yogyakarta: Penerbit Asdamedia, 2015. 2014 di Manokwari.

Riris Katharina: Implementasi Kebijakan Pembentukan Unit Percepatan Pembangunan 131


2. Pemberdayaan ekonomi rakyat:
di ruas-ruas jalan tertentu, serta mendorong
Pengembangan kelompok usaha petani, percepatan pembangunan 40 ruas jalan P4B.
nelayan, perdagangan, serta usaha mikro Secara keseluruhan target ruas jalan P4B yang
dan kecil untuk melembagakan kegiatan ditangani sepanjang 2.519 km, dimana 1.195 km
produktif dan meningkatkan pendapatan akan dilaksanakan oleh Kementerian Pekerjaan
warga di tingkat kampung, melalui Umum dan sepanjang 1.324 km dibangun oleh
pendekatan kawasan; Kementerian Pertahanan (TNI).30
3. Pendidikan: Frontline services Pelayanan Hal menarik lainnya yang dapat dilihat sejak
pendidikan dasar terutama untukhadirnya UP4B yaitu program pengecualian
memastikan kegiatan belajar mengajar (affirmative action) bagi Orang Asli Papua
dapat berjalan di seluruh wilayah kampung (OAP). Program ini merupakan pemberian
dengan fasilitas dan jumlah guru yang diskriminasi yang bersifat positif kepada
memadai, serta meningkatkan pendidikan OAP untuk memberikan pengecualian dan
kejuruan; pendampingan di semua sektor dalam rangka
4. Kesehatan: Frontline services : pos pelayananmemberikan pemihakan kepada OAP. Program
terpadu, pos kesehatan kampung, puskesmas ini dikoordinasikan dan disinergikan dengan
di tingkat distrik; dan pelayanan rujukan di seluruh stakeholder baik Pemerintah Pusat,
tingkat kabupaten/kota daerah, dan OAP. Program ini merupakan
5. Afirmasi/Pemihakan bagi Orang Asli konsekuensi dari perwujudan kebijakan
Papua: Pengembangan kualitas sumber otonomi khsusus bagi Papua. Melalui program
daya manusia Orang Asli Papua (OAP). ini, OAP diberi peluang khusus untuk mengisi
Sekalipun kehadiran UP4B memperoleh ruang di bidang pendidikan kedinasan umum,
banyak kritikan, baik itu dari pihak Pemerintah juga kepada pengusaha asli Papua untuk lebih
Daerah maupun dari LSM, namun UP4B berkiprah pada pelaksanaan pengadaan barang
dinilai telah memberikan kontribusi bagi dan jasa yang didanai oleh APBN/APBD.
percepatan pembangunan di Tanah Papua. Program yang berhasil didorong yaitu:
Beberapa kontribusi yang telah diberikan oleh 1. Pengecualian untuk mengikuti pendidikan
UP4B dapat terlihat dari beberapa program umum di seluruh Indonesia.
sebagaimana terlihat pada lampiran yang berisi a. Pendidikan Tinggi. Tahun 2012
Tabel 1, Tabel 2, Tabel 3, Tabel 4, dan Tabel 5. dialokasikan sebanyak 770 orang
Beberapa yang dapat disebutkan di sini, mahasiswa/i di 32 PTN namun yang
antara lain: terkait dengan pembangunan jalan, mendaftar 595 orang, dan sekarang yang
Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2013 tetap mengikuti perkuliahan sebanyak
tentang Pembangunan Jalan dalam Rangka 444 orang. Tahun 2013 dialokasikan
Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan sebanyak 600 orang mahasiswa/i di 39
Provinsi Papua Barat, merupakan prakarsa PTN. Dari 2.761 orang yang mendaftar,
UP4B yang berlaku mulai tanggal 17 Mei 2013. yang lulus test sebanyak 612 orang dan
Penyusunan peraturan presiden ini merupakan sekarang tinggal 456 orang yang masih
terobosan untuk mengatasi bottleneck status mengikuti perkuliahan.
jalan non-status yang selama ini tidak dapat b. Pendidikan Menengah Atas. Tahun
dibangun oleh Pemerintah. Melalui penetapan 2013, diterima 500 orang lulusan SMP
Perpres Nomor 40 Tahun 2013 ini, sejumlah untuk studi pada SMA unggulan di
ruas jalan non-status yang sebelumnya bukan Jawa dan Bali. Saat ini 492 siswa masih
merupakan kewenangan dan tidak bisa ditangani aktif studi.
Pemerintah, menjadi dapat dialokasikan
pendanaannya dari APBN. Perpres ini juga 30 “Laporan P4B Akhir Tahun 2013”, Kantor Unit
Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Provinsi
menugaskan TNI dalam pembangunan jalan
Papua Barat, 2014.

132 Politica Vol. 6 No. 2 Agustus 2015


2. Pengecualian di sektor pendidikan Asli Papua. Perpres ini didorong dengan
kedinasan/vokasi, hasil koordinasi UP4B menyadari bahwa para pengusaha OAP
dengan berbagai K/L yang memiliki tidak akan mungkin dapat terlibat dalam
lembaga pendidikan dan pelatihan untuk pengadaan barang dan jasa Pemerintah
memberikan kuota bagi OAP. Dengan bila harus menggunakan Perpres 70 Tahun
Kementerian Keuangan untuk pemberian 2012.
kuota sebanyak 210 orang dididik di Sekalipun sudah terlihat banyak peran
STAN; Dengan Kementerian Perhubungan dari UP4B, namun kerja UP4B juga tidak
untuk pemberian kuota menjadi pilot dan terlepas dari kritikan. Beberapa kritikan yang
petugas bandara sebanyak 80 orang (tahun disampaikan antara lain,31 pertama, khusus
2013 diterima 22 orang terdiri dari 11 menyoroti mengenai pelaksanaan Pasal 3 ayat
orang penerbang dan 11 orang navigasi (2) huruf e Perpres Nomor 66 Tahun 2011 yang
kebandaraan dan pemadam kebakaran); menyatakan “Dalam rangka melaksanakan
Dengan Kementerian Perindustrian untuk tugas, UP4B melakukan dukungan antara lain:
pemberian kuota mahasiswa di berbagai peningkatan komunikasi konstruktif antara
akademi dalam ruang lingkup kewenangan Pemerintah Pusat, pemerintah provinsi dan
Kementerian Perindustrian (tahun 2012 pemerintah kabupaten/kota dengan masyarakat
diterima 10 orang dan tahun 2013 diterima Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat.”
20 orang); Dengan TNI ditargetkan Komunikasi konstruktif yang dimaksud yaitu
pemberian kuota untuk Perwira melalui Dialog Jakarta-Papua yang selama ini dituntut
pendidikan di Akademi Militer sebanyak oleh masyarakat Papua. Beberapa pihak
135 orang (45 orang per tahun, dimana 10 memandang bahwa UP4B seharusnya dapat
orang pada tahun 2012 dan 28 orang pada menjadi jembatan komunikasi antara Pusat
tahun 2013); Dengan Polri, ditargetkan dan Daerah yang selama ini seakan terputus.
pemberian kuota untuk perwira melalui Namun, pada kenyataannya komunikasi
Akpol sebanyak 135 orang (12 orang tahun kontruktif yang dimaksud hanyalah koordinasi
2012 dan 10 orang tahun 2013). kerja antara UP4B dengan K/L dan Pemerintah
3. Pengecualian di sektor birokrasi, Daerah.
pertahanan, dan keamanan: Dengan Kedua, pengawasan terhadap implementasi
Kementerian PAN dan RB sebanyak 100 dinilai kurang. Beberapa program yang
orang menjadi PNS di K/L yang dimulai diluncurkan oleh UP4B mendapat apresiasi,
pada tahun 2014; Dengan TNI ditargetkan terutama program afirmasi terhadap OAP.
225 orang (diterima 139 orang tahun 2012 Namun, disayangkan bahwa dalam tahap
dan 307 orang tahun 2013); Dengan Polri implementasi terjadi banyak masalah yang
ditargetkan sebanyak 225 orang (diterima mengakibatkan pandangan negatif terhadap
697 orang tahun 2012 dan 732 orang tahun program UP4B. Permasalahan dalam tahap
2013). implementasi tersebut misalnya, pada Program
4. Pengecualian di sektor perbankan: UP4B ADIK, dimana Pemerintah Daerah Kabupaten
telah bekerjasama dengan pihak perbankan tidak memiliki anggaran untuk melakukan
yang ada di Papua untuk memberikan seleksi terhadap siswa-siswi yang akan masuk
peluang bagi putra-putri Papua bekerja di ke Perguruan Tinggi Negeri (PTN). Akibatnya
sektor perbankan. banyak demo terjadi di masyarakat.32 Selain
5. Pengecualian di sektor pengadaan barang
dan jasa pemerintah: Telah dirintis UP4B
31
Informasi diperoleh dari Yan Christian, Ketua LSM Jaringan
dengan mendorong keluarnya Perpres
Manokwari dalam forum FGD yang diselenggarakan, di
Nomor 84 Tahun 2012 tentang Pengadaan Manokwari pada tanggal 22 Oktober 2014.
Barang dan Jasa Pemerintah bagi Orang 32
Wawancara dengan Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten
Jayawijaya pada tanggal 20 Maret 2014.

Riris Katharina: Implementasi Kebijakan Pembentukan Unit Percepatan Pembangunan 133


itu, masalah juga muncul pada saat putra-putri oleh penerimaan pemerintah daerah dan
OAP sudah tinggal di daerah tempat PTN masyarakat terhadap UP4B. Hal ini tampak
mereka mencari ilmu. Setelah beberapa lama, pada saat hubungan kerja UP4B dengan instansi
kiriman uang operasional atau biaya hidup pemerintah daerah, baik di provinsi maupun
tersendat turunnya, bisa berbulan-bulan. Belum di kabupaten/kota dilakukan dengan pertama
lagi penempatan dalam bidang studi yang sesuai kali menetapkan Kepala Badan Perencanaan
tidak dilakukan, akibatnya ada mahasiswa yang Pembangunan Daerah (Bappeda) sebagai
tidak dapat melanjutkan pendidikan karena penghubung. Penghubung ini ada di provinsi
tidak sesuai bidang keminatan dengan bidang dan juga di kabupaten/kota. Dengan adanya
studi yang ditempatkan. penghubung ini, diharapkan segala kegiatan
Ketiga, terlibatnya TNI dalam pembangunan yang dilakukan oleh UP4B dapat segera
jalan di Papua juga dinilai negatif oleh pihak dikomunikasikan dengan pemerintah daerah.
LSM. Hadirnya TNI dikhawatirkan menjadi Namun, dalam implementasinya, status
pintu masuk bagi TNI untuk semakin terlibat sebagai penghubung ini diakui oleh beberapa
dalam kegiatan di masyarakat. Namun, kepala Bappeda, namun juga ada yang
beberapa pihak menurut Wakil Kepala UP4B memberikan pendapat yang berbeda. Dari hasil
menyambut positif kehadiran TNI dalam penelitian dapat dilihat bahwa kepala Bappeda
kegiatan pembangunan jalan di Tanah Papua Kabupaten Jayawijaya merespon positif
karena dapat memberikan rasa aman kepada kehadiran UP4B dan mengakui keberadaannya
masyarakat dan pada kenyataanya TNI sebagai penghubung kegiatan UP4B.33 Namun,
ternyata dapat membaur dengan masyarakat pendapat yang berbeda ditemui di Provinsi
dengan memberikan contoh hidup berbangsa Papua Barat, Sekretaris Bappeda menyatakan
dan bernegara yang lebih baik, misalnya dengan bahwa Bappeda memang pernah diminta UP4B
membantu membangun rumah rusak atau menjadi penghubung. Namun, surat balasan
bercocok tanam. terhadap permintaan UP4B tersebut sampai
Mengingat bahwa Desember 2014 saat ini tidak pernah ditanggapi. Oleh karena
tugas UP4B berakhir, UP4B merasa perlu itu, Bappeda tidak pernah merasa menjadi
menuntaskan pengendalian semua kegiatan penghubung UP4B. Sekalipun, semua kegiatan
P4B Tahun Anggaran 2014. Kegiatan yang UP4B yang meminta bantuan Bappeda akan
dilakukan yaitu penuntasan serah-terima asset tetap difasilitasi, misalnya menyelenggarakan
dan mendorong pelembagaan beberapa prakarsa rapat koordinasi atau sosialisasi.34
strategis menjadi kebijakan pemerintah. seperti Hadirnya situasi yang memperlihatkan
master plan pengembangan komoditas unggulan adanya ketidakpatuhan instansi pemerintah
dan pokok-pokok pikiran untuk pengembangan daerah terhadap UP4B menunjukkan bahwa
ekonomi berkelanjutan. UP4B juga memberikan keberadaan lembaga bentukan Pemerintah
langkah-langkah pengalihan/estafet pengeloaan Pusat tidak selalu ditaati oleh Pemerintah
program kepada K/L dan Pemerintah Daerah Daerah. Hal ini disebabkan tidak adanya hirarki
(exit strategy) dapat dilihat pada kolom 3 dari antara UP4B dengan instansi Pemerintah
Tabel 1, Tabel 2, Tabel 3, dan Tabel 5. Daerah. Dalam hal ini UP4B dapat dikatakan
Secara utuh, capaian kerja UP4B merupakan lembaga nonstruktural. Dalam hal
berdasarkan pembidangan dapat dilihat pada ini, teori kekuasaan yang bottom up antara Pusat
lampiran dalam tulisan ini. dan Daerah tidak terjadi.35

3. Relasi Kerja UP4B dengan Lembaga


33
Wawancara dengan Kepala Bappeda Kabupaten
Pelaksana Otonomi Khusus di Papua
Jayawijaya, pada tanggal 18 Maret 2014.
Relasi kerja antara UP4B dengan lembaga 34
Wawancara dengan Sekretaris Bappeda Provinsi Papua
pelaksana Otsus di Papua sangat dipengaruhi Barat, pada tanggal 21 Oktober 2014.
35
Thoha (2012), op.cit., h. 160.

134 Politica Vol. 6 No. 2 Agustus 2015


Kepala Bappeda Provinsi Papua dalam dimaksud. Wakil Kepala UP4B membenarkan
wawancara pada tanggal 26 Agustus 2014 bahwa setiap tahun dilakukan 2 (dua) kali
menyatakan bahwa pembentukan UP4B dinilai pertemuan di daerah yang dilakukan oleh
positif, yaitu sebagai upaya Pemerintah Pusat Deputi V.38
mempercepat pembangunan di Provinsi Papua Menjadi persoalan ketika hasil Rakorsus
dan Provinsi Papua Barat. Namun diakui, bahwa regional terhadap beberapa kegiatan yang
karena kebijakan ini muncul dari Pusat, sehingga menjadi kewenangan provinsi diserahkan
timbul banyak tanda tanya di Tanah Papua, kepada provinsi untuk dapat dimuat ke dalam
baik dari kalangan pemerintah daerah maupun kegiatan pemerintah provinsi. Tentu hal ini tidak
tokoh-tokoh masyarakat Papua. Bahkan, dari dapat diterima, karena kegiatan yang diusulkan
kalangan Pemerintah Daerah awalnya berpikiran Rakorsus regional tidak melalui kegiatan
bahwa Pemerintah Pusat ingin mengambil musrenbang kabupaten/kota, sebagaimana
alih jabatan-jabatan yang ada di daerah. Dari diamanatkan di dalam peraturan perundang-
kalangan masyarakat, sosok Kepala UP4B yang undangan. Apabila dilihat dari sistem kerjanya,
merupakan mantan perwira TNI Angkatan dalam pandangan beberapa pihak di lingkungan
Darat memberikan penilaian negatif tersendiri. Bappeda, keberadaan UP4B dinilai sebagai
Masyarakat Papua trauma dengan pendekatan Bappeda “bayangan”.
militer pada masa lalu.36 Apalagi lahirnya UP4B Kedua, titik tekan pelaksanaan tugas
tanpa melalui evaluasi yang seharusnya lebih dulu UP4B dinilai lebih ditekankan pada hubungan
dilakukan menurut UU Nomor 21 Tahun 2001. koordinasi dengan Pemerintah Pusat
Akibatnya terjadi penolakan terhadap UP4B. ketimbang Pemerintah Daerah. Akibatnya,
Dalam perjalanan kegiatan UP4B, muncul Pemerintah Daerah memandang UP4B kurang
berbagai macam masalah yang mengakibatkan mengutamakan kepentingan daerah. Gubernur
tidak maksimalnya dukungan terhadap UP4B. juga tidak pernah ditemui untuk membicarakan
Masalah tersebut yaitu ketidakjelasan tugas kegiatan-kegiatan UP4B di Provinsi. Akibatnya,
UP4B dengan tugas Pemerintah Daerah hubungan gubernur dengan UP4B juga dinilai
termasuk DPRP dan MRP; harapan yang tidak kurang harmonis.39 Hubungan yang kurang baik
sesuai dengan kenyataan; dan hubungan kerja ini mengakibatkan UP4B kurang mendapat
UP4B dengan Pusat yang kurang harmonis. dukungan penuh dari pihak Pemerintah Daerah
Tugas UP4B dinilai tidak jelas oleh dalam menjalankan beberapa kegiatan yang
pihak Pemerintah Daerah disebabkan karena difasilitasi olehnya, termasuk program afirmasi.
pertama, munculnya kegiatan UP4B berupa Wakil Kepala UP4B memberikan
rapat koordinasi khusus (Rakorsus). Rakorsus pandangannya terhadap pendapat yang
terdiri dari Rakorsus regional, Rakorsus menyatakan bahwa UP4B terlihat lebih
provinsi, dan Rakorsus Pusat. Dalam kegiatan menekankan hubungan UP4B dengan
Rakorsus tersebut biasanya diundang seluruh Pemerintah Pusat karena memang itu amanat
kepala Bappeda dan SKPD yang terlibat, dari Perpres Nomor 66 Tahun 2011.40 Hal ini
tergantung kepada jenis Rakorsus.37 Dalam didasarkan pada kenyataan bahwa selama
Rakorsus tersebut akan dihasilkan beberapa ini kebijakan terhadap pembangunan Papua
keputusan mengenai kegiatan yang dibutuhkan dibicarakan oleh pejabat eselon III ke bawah
oleh daerah dan selanjutnya akan dibahas di K/L. Hal ini mengakibatkan sulit diambil
tindaklanjutnya dengan Kementerian/Lembaga keputusan terhadap kebutuhan masyarakat
yang mempunyai kaitan dengan kegiatan yang
38
Wawancara dengan Eduard Fonataba, Wakil Kepala
36
Pendapat tersebut muncul dalam forum FGD di kalangan UP4B, pada tanggal 27 Agustus 2014.
LSM yang dilakukan di Manokwari pada tanggal 22 39
Wawancara dengan Bapak Dr. Moh. Musa’ad, Kepala
Oktober 2014. Bappeda Provinsi Papua, pada tanggal 26 Agustus 2014.
37
Wawancara dengan Bapak Dr. Moh. Musa’ad, Kepala 40
Wawancara dengan Bapak Eduard Fonataba, Wakil
Bappeda Provinsi Papua, pada tanggal 26 Agustus 2014. Kepala UP4B, pada tanggal 27 Agustus 2014.

Riris Katharina: Implementasi Kebijakan Pembentukan Unit Percepatan Pembangunan 135


Papua yang dibawa oleh para pejabat Pemerintah Kurang harmonisnya hubungan kerja UP4B
Daerah. Padahal, diakui bahwa anggaran untuk dengan Pemerintah Pusat dibuktikan sendiri oleh
pembangunan Papua yang tersebar di K/L pemerintah daerah dari beberapa kali kegiatan
sangat besar dan selama ini kurang bersinergi yang diikuti oleh pihak Pemerintah Daerah dalam
penggunaannya. forum Rakorsus Pusat.44 Beberapa informan
Adanya pemikiran bahwa antara harapan menceritakan bagaimana UP4B membawakan
yang tidak sesuai dengan kenyataan disebabkan kegiatan-kegiatan yang diminta oleh daerah,
karena pada awalnya Pemerintah Daerah terutama dari kabupaten agar dapat direalisasikan
memandang UP4B sebagai institusi Pusat yang oleh K/L melalui anggaran yang dimiliki oleh
membawa anggaran tambahan dari Pusat untuk masing-masing K/L. Namun, sering kali pula para
pembangunan di Provinsi Papua dan Provinsi informan melihat bahwa para pihak K/L seolah-
Papua Barat.41 Namun, setelah mengetahui olah menentang permintaan UP4B dengan
bahwa UP4B hanya melakukan koordinasi, berbagai cara.
sinkronisasi, dan fasilitasi perencanaan program Akibatnya, sering kali dalam rapat-rapat,
percepatan pembangunan di Tanah Papua, para informan hanya menyaksikan UP4B
harapan yang besar terhadap UP4B menjadi bersitegang dengan pihak K/L. Padahal, maksud
sirna. Namun, hal tersebut dirasakan hanya kedatangan para informan yaitu memberikan
pada beberapa SKPD, seperti Dinas Pekerjaan masukan sebanyak-banyaknya kepada K/L
Umum, Balai Jalan, dan Dinas Peternakan.42 terhadap kebutuhan riil mereka di daerah.
Pendapat tersebut dibenarkan oleh Wakil Namun, kesempatan itu seringkali tidak terjadi
Kepala UP4B, Eduard Fonataba. Beliau karena waktu rapat habis untuk melihat UP4B
bercerita bahwa pada awalnya, belum banyak bersilang pendapat dengan pihak K/L.
pihak yang memahami bagaimana kerja UP4B. Dari berbagai kasus di atas memperlihatkan
Banyak yang berpikiran bahwa UP4B datang bahwa tanpa adanya kekuasaan dari UP4B
membawa uang. UP4B dinilai mempunyai terhadap instansi di daerah, sulit untuk
anggaran langsung. menggerakkan instansi daerah agar bergerak
Pada beberapa SKPD lainnya, seperti Dinas sesuai dengan tuntutan UP4B. Hal ini tentu
Pendidikan dan Dinas Kesehatan, sekalipun menghambat kerja UP4B di daerah.
UP4B tidak membawa anggaran tambahan,
namun beberapa kegiatan yang difasilitasi 4. Pelaksanaan Koordinasi antara UP4B
oleh UP4B terbukti membawa dampak positif dengan Pemerintah Pusat dan Daerah
di tengah-tengah masyarakat.43 Diakui bahwa Pelaksanaan koordinasi antara UP4B
selama ini ada kendala yang dirasakan oleh dengan Pemerintah Pusat (K/L) dilakukan
beberapa SKPD dalam merealisasikan kegiatan melalui Desk Papua yang ada di setiap K/L.
yang dipandang penting, terutama dalam hal Menurut para informan, koordinasi antara
pengembangan sumber daya manusia yang UP4B dengan K/L di Jakarta sering diwarnai
kurang menjadi prioritas, baik Pemerintah debat pendapat yang memakan waktu sangat
Pusat maupun Pemerintah Daerah. lama.45 Namun, Wakil Kepala UP4B menilai
bahwa koordinasi dengan K/L selama ini
41
Wawancara dengan berbagai pihak di Provinsi Papua dan
membuahkan hasil yang menggembirakan. Bila
Provinsi Papua Barat selama masa penelitian.
42
Wawancara dengan pihak Dinas Pekerjaan Umum, Kepala selama ini permasalahan dalam komunikasi
Balai Jalan, dan Dinas Peternakan Provinsi Papua pada
tanggal 27 Agustus 2014 serta Kepala Dinas Peternakan 44
Wawancara dengan Kepala Bappeda Provinsi Papua pada
Kabupaten Sorong pada tanggal 24 Oktober 2014. tanggal 26 Agustus 2014 dan Kepala Bidang Pendidikan
43
Wawancara dengan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Tinggi Dinas Pendidikan Provinsi Papua Barat pada
Papua pada tanggal 27 Agustus 2014; wawancara dengan tanggal 22 Oktober 2014.
Kepala Bidang Pendidikan Tinggi dan Kepala Seksi 45
Hasil wawancara dengan beberapa informan yang tidak
Pelatihan Dinas Kesehatan Provinsi Papua Barat pada mau disebutkan namanya selama waktu penelitian di
tanggal 22 Oktober 2014. lapangan.

136 Politica Vol. 6 No. 2 Agustus 2015


antara Pemerintah Daerah Provinsi Papua dan kehilangan sedikit kekuasaan terhadap
Papua Barat tidak ada jalan penyelesaiannya, pemerintah kabupaten/kota dengan hadirnya
dengan kehadiran UP4B terlihat beberapa UP4B. Padahal, bisa jadi UP4B hanya membuka
bottle neck sudah dapat diatasi. Misalnya terkait komunikasi yang tumpat selama ini antara
dengan pengadaan barang dan jasa, yang provinsi dengan kabupaten/kota. Namun, situasi
selama ini tidak ada perbedaan untuk di Papua, ini dapat menjadi titik balik dari komunikasi yang
saat ini sudah ada affirmative action berdasarkan buruk menjadi lebih baik antara pemerintah
Peraturan Pemerintah Nomor 84 Tahun 2012 provinsi dengan kabupaten/kota.
tentang Pengadaan Barang dan Jasa khusus
untuk Papua, dimana untuk kontraktor orang III. PENUTUP
asli Papua sampai dengan Rp500 juta tidak A. Kesimpulan
perlu dilelang. Penelitian ini menyimpulkan bahwa pertama,
Demikian juga pembangunan jalan yang kehadiran UP4B pada awal pembentukan
selama ini terkendala karena pembagian jalan mengalami penolakan di Tanah Papua. Namun,
nasional, provinsi, dan kabupaten, untuk seiring berjalannya waktu, kehadiran UP4B
beberapa wilayah yang merupakan jalan-jalan dirasakan manfaatnya oleh banyak pihak,
strategis provinsi/kabupaten/kota sudah dapat terutama Orang Asli Papua, terutama melalui
dibuka dengan biaya APBN. Tentunya terobosan berbagai program pengecualian. Kedua, relasi
ini merupakan bukti bahwa koordinasi yang kerja UP4B dengan lembaga pelaksana otonomi
dilakukan oleh UP4B dengan K/L berjalan khusus di Provinsi Papua dan Provinsi Papua
dengan baik. Barat berjalan sesuai dengan aturan yang
Terkait dengan koordinasi yang dilakukan terdapat di dalam Peraturan Presiden Nomor
UP4B dengan Pemerintah Daerah, diperoleh 66 Tahun 2011.
informasi bahwa rapat koordinasi dilakukan Ketiga, muncul berbagai macam masalah
2 (dua) kali setahun di daerah. Diakui bahwa yang mengakibatkan tidak maksimalnya
para bupati menyambut baik kehadiran UP4B di dukungan terhadap UP4B. Masalah tersebut
daerah, karena selama ini merasa menemukan yaitu adanya ketidakjelasan tugas UP4B dengan
kendala dalam mempercepat pembangunan di tugas Pemerintah Daerah; harapan yang tidak
daerahnya. Kendala tersebut terkait dengan sesuai dengan kenyataan; dan hubungan
prioritas pembangunan oleh Pemerintah kerja UP4B dengan Pusat yang dinilai kurang
Provinsi.46 Dari hasil penelitian, juga sangat harmonis. Keempat, pelaksanaan koordinasi
dirasakan perbedaan sikap antara pihak antara UP4B dengan Pemerintah Pusat (K/L)
Pemerintah Provinsi dengan pihak Pemerintah dilakukan melalui Desk Papua yang ada di
Kabupaten. Kedua provinsi memang dirasakan setiap K/L. Sedangkan pelaksanaan koordinasi
kurang menerima kehadiran UP4B. Namun, antara UP4B degan Pemerintah Daerah
berbeda dengan dua kabupaten (Jayawijaya dan dilakukan melalui penghubung, yaitu Bappeda.
Sorong), dari hasil wawancara dengan beberapa Dengan status lembaga UP4B sebagai lembaga
pihak terutama di Dinas Kesehatan dan Dinas nonstruktural, sulit mengharapkan kepatuhan
Pendidikan, kehadiran UP4B dinilai membawa dari berbagai lembaga yang dikoordinasikannya.
dampak yang cukup besar bagi keberhasilan Kelima, peran UP4B dirasakan nyata pada
pembangunan sumber daya manusia di Papua. dua tahun terakhir pelaksanaan tugas UP4B.
Berdasarkan situasi dimana pemerintah Peran tersebut sangat dirasakan pada program
kabupaten/kota lebih menerima UP4B afirmasi bagi Orang Asli Papua. Sekalipun
dibandingkan pemerintah provinsi, dapat ditemukan kritik dari masyarakat khususnya
diartikan bahwa pemerintah provinsi merasa dari pihak LSM, terhadap implementasi
program di lapangan, namun pihak LSM juga
46
Wawancara dengan Bapak Eduard Fonataba, Wakil
mengakui ada peran positif dari UP4B.
Kepala UP4B, pada tanggal 27 Agustus 2014.

Riris Katharina: Implementasi Kebijakan Pembentukan Unit Percepatan Pembangunan 137


B. Rekomendasi Ikrar Nusa Bhakti (ed.), Gunung Versus Pantai,
Tulisan ini merekomendasikan: pertama, Yogyakarta: Penerbit Asdamedia, 2015.
momentum mulai tumbuhnya kepercayaan yang Mark Turner & David Hulme, Governance,
tinggi pada pemerintah harus dapat dijadikan Administration & Development: Making the
modal dasar bagi pengembangan format State Work, USA: Kumarian Press, 1997.
lembaga yang dapat melanjutkan memberikan
Miftah Thoha, Birokrasi Pemerintah dan
fasilitasi pelaksanaan P4B. Apabila institusi
Kekuasaan di Indonesia, Yogyakarta:
UP4B tetap dapat dilanjutkan akan lebih baik
Metapena Istitute, 2012
jika dilanjutkan hingga 2 (dua) tahun ke depan
saja. Selanjutnya, hubungan koordinasi harus -------Thoha, Birokrasi dan Politik di Indonesia.
sudah diciptakan mekanismenya tanpa melalui Jakarta: PT RajaGrafindo Perkasa, 2003
sebuah lembaga khusus semacam UP4B lagi. Mohammad A. Musa’ad, “Kontekstualisasi
Oleh karena itu, dalam 2 tahun ini mekanisme Pelaksanaan Otonomi Khusus di Provinsi
itu sudah harus dibangun dan menjadi tanggung Papua: Perspektif Struktur dan Kewenangan
jawab UP4B. Pemerintahan”, Jurnal Kajian, Vol. 16, No.
Kedua, program pelaksanaan P4B perlu 2, Juni 2011, Sekretariat Jenderal DPR RI,
lebih memperhatikan aspek pendampingan dan Jakarta.
penguatan kelembagaan, untuk menciptakan
pemerintahan yang bersih, transparan dan Naresh Maholtra, Basic Marketing Research:
akuntabel. Ketiga, perlu mengarahkan program Applications to Contemporary Issues, 5th Ed,
kerja pada titik fokus berupa menciptakan London: Prentice Hall, 2002.
peraturan yang sejalan dengan prinsip otonomi S.H. Sarundajang, Arus Balik Kekuasaan Pusat
khusus dengan diikuti oleh sistem dan prosedur ke Daerah, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,
yang sesuai dengan karakter budaya dan geografi 2001.
wilayah Papua.
Keempat, sebaiknya relasi kerja UP4B
Surat Kabar:
dengan lembaga pelaksana otonomi khusus di
daerah – terlebih dengan kepala daerah – lebih M. Ridha Saleh, “Saudara Presiden, Datanglah
ditingkatkan daripada dengan K/L di Pusat. ke Papua, Kompas, 3 November 2011.
“Membangun Papua: Dari Otsus Terbitlah
UP4B”, Kompas, 4 November 2011.
“Papua: Saat Menepati Janji-Janji”, Kompas, 4
DAFTAR PUSTAKA
November 2011.

Makalah:
Buku: Bahan Rapat Kerja Kementerian Pendayagunaan
Bayu Dardias, dkk., “Model Implementasi Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Desentralisasi Asimetris yang dengan Komisi II DPR RI pada tanggal 18
Menyejahterakan: Belajar dari Pengalaman Juni 2011.
Aceh dan Papua”, Yogyakarta, belum Stacey White, Government Decentralization in
diterbitkan, 2012. the 21st Century: A Literature Review, CSIS,
Denny Indrayana dalam Kajian Penataan Washington DC, December 2011.
Lembaga Non Struktural: Analisis terhadap
Eksistensi 11 Lembaga Non Struktural, Tim
AntarKementerian Pengkajian Penataan
Lembaga Non Struktural, 2010.

138 Politica Vol. 6 No. 2 Agustus 2015


Media Online: Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang
“Kepala UP4B Ditolak Kehadirannya di Nabire”, Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua.
http://www.portalkbr.com/nusantara/papua/
2302016 _5512 .html, diakses pada tanggal Daftar Wawancara:
11 April 2014. 1. Kepala Bappeda Provinsi Papua
“Pemerintah Putuskan Bentuk Desk Khusus 2. Sekretaris Bappeda Provinsi Papua Barat
Papua”, http://www.republika.co.id/berita/
nasional/umum/ 11 /12/02/lvkszd-pemerintah- 3. Kepala Balai Jalan Provinsi Papua
putuskan-bentuk-desk-khusus-papua, diakses 4. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Papua
pada tanggal 11 April 2014.
5. Kepala Bidang Pendidikan Tinggi Provinsi
Upaya Pemerintah Mensejahterakan Papua Papua Barat
Melalui UP4B”, http://damai-papua.
6. Kepala Seksi Pelatihan Dinas Kesehatan
blogspot. com/2014/03/ upaya-pemerintah-
Provinsi Papua Barat
mensejahterakan-papua.html, diakses pada
tanggal 11 April 2014. 7. Asisten II Pemerintah Kabupaten Jayawijaya
8. Kepala Bappeda Kabupaten Jayawijaya
Dokumen Resmi: 9. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten
“Laporan P4B Akhir Tahun 2013”, Kantor Unit Jayawijaya
Percepatan Pembangunan Provinsi Papua
10. Sekretaris Bappeda Kabupaten Sorong
dan Provinsi Papua Barat, 2014.
11. Kepala Dinas Peternakan Kabupaten
Peraturan Presiden Nomo 66 Tahun 2011
Sorong
tentang Percepatan Pembangunan Provinsi
Papua dan Papua Barat. 12. Kepala Bidang Pendidikan Menengah
Dinas Pendidikan Kabupaten Sorong
Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2011
tentang Unit Percepatan Pembangunan 13. LSM Manokwari
Provinsi Papua dan Papua Barat. 14. Dosen Universitas Cendrawasih
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2008 tentang 15. Dosen Universitas Negeri Papua
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2008
tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi
Khusus Bagi Provinsi Papua.

Riris Katharina: Implementasi Kebijakan Pembentukan Unit Percepatan Pembangunan 139


Lampiran:
Tabel 1
Kemajuan Utama P4B hingga Juni 2014 dan Upaya Penyelesaiannya s.d. Bulan Desember:
Bidang Infrastruktur Dasar
Upaya Penyelesaian s.d. Akhir
Kegiatan Kemajuan
Desember
Pembangunan Jalan P4B Tahun 2012-2013 total jalan P4B yang • Memastikan keberlanjutan sisa
Perpres 40/2013 (2.500 terbangun 238.48 km: pembangunan Jalan P4B oleh PU,
km) • Jalan yang dibangun Kemen PU diakomodasi dalam RPJMN 2015-
mencapai 91,97 km, direncanakan 2019
118.8 km. Per Juni tahap lelang, 2 • Meninjau Perpres 40/2013 terkait
Paket belum kontrak. dengan peran UP4B (yang akan
• Jalan yang dibangun TNI mencapai berakhir tahun 2014) dalam hal
146.5 km. Tahun 2014 pendanaannya perencanaan, penganggaran, dan
tidak dialokasikan oleh Kemenhan, penetapan status jalan P4B
padahal pendelegasian kewenangan
TNI untuk membangun jalan P4B
terkendala oleh masa tugas UP4B
yang berakhir tahun 2014.
Pembangunan • Tahun 2012-2013 terbangun ruas • Pelaksanaan skema kerjasama
transportasi intermoda Habema-Mugi 3.15 km, Kenyam- pengelolaan pada pembangunan jalan
Asmat- Wamena dan Mugi 43.5 km. Tahun 2014 yang melintasi TN Lorentz
infras energi (jalan, direncanakan tuntas seluruhnya. • Mendorong keberlanjutan Depo
dermaga sungai, depo • Dermaga Mumugu (Direktif BBM Mumugu tahun 2015 dst
BBM) Presiden) sudah dialokasikan kembali melalui skema MYC
pada DIPA Kemenhub tahun 2014. • Keberlanjutan pembangunan
Per juni, dalam tahap lelang. Dermaga Mumugu dan Depo BBM
• Depo BBM Mumugu (Direktif diakomodasi dalam RPJMN 2015-
Presiden) sudah dialokasikan kembali 2019.
pada DIPA Kem ESDM tahun 2014.
Per juni, masih menunggu proses
pengusulan izin multiyears dari
Kementerian ESDM ke Menteri
Keuangan.
Pembangkit Listrik EBT • Tahun 2012-2013 terbangun 33 • Mendorong keberlanjutan PLTM
PLTS dan 3 PLTM. Tahun 2014 Oksibil melalui skema MYC tahun
direncanakan pembangunan 21 PLTS 2015 dst
dan 4 PLTMH (tahap lelang), dan 2 • Memastikan keberlanjutan program
PLTM. pembangunan PLT EBT diakomodasi
• PLTM Oksibil masih menunggu dalam RPJMN 2015-2019 dengan
persetujuan MYC dari Menkeu. jumlah yang lebih rasional sesuai
kebutuhan
Pemanfaatan excess Telah terbangun transmisi listrik Tahap Komitmen PLN untuk keberlanjutan
power PLTG Bintuni 4 I dari PLTG Tangguh ke Kawasan kota perluasan pembangunan transmisi listrik
MW Bintuni dan Tagopah-Tanah Merah, Tahap II dan tahap III
diresmikan 17 Februari 2014
Pembangunan/ Tahun 2012-2013 telah beroperasi 16 Memastikan keberlanjutan
Peningkatan Pelabuhan dari 18 pelabuhan laut yang ditargetkan operasionalisasi 2 pelabuhan laut (Arar
Laut dalam rencana aksi. Pada tahun 2014, dan Aira) dan percepatan peningkatan
dilakukan peningkatan fasilitas di fasilitas di seluruh pelabuhan
seluruh pelabuhan laut. diakomodasi dalam RPJMN 2015-2019.

140 Politica Vol. 6 No. 2 Agustus 2015


Pembangunan/ • Tahun 2012-2013 telah beroperasi Memastikan keberlanjutan
Peningkatan Lapangan lapangan terbang di 26 dari 27 operasionalisasi 2 lapter (Kamanaf,
Terbang kabupaten/kota yang ditargetkan Yapen dan Korowai batu) dan percepatan
dalam rencana aksi. Pada tahun peningkatan fasilitas di seluruh lapter
2014, dilakukan peningkatan fasilitas diakomodasi dalam RPJMN 2015-2019.
di seluruh lapter.
• Lapter Korowai Batu (Direktif
Presiden) sudah dialokasikan kembali
dalam DIPA Kemenhub 2014. Per
Juni tahap lelang
Pembangunan Rumah • Tahun 2012- 2013 terealisir bantuan Memastikan keberlanjutan pemberian
Sehat dan Layak Huni stimulan untuk rehabilitasi 13.732 … unit rumah di seluruh provinsi papua
unit rumah, dan pembangunan 599 dan papua barat diakomodasi dalam
unit rumah khusus. Tahun 2014 RPJMN 2015-2019.
direncanakan bantuan stimulan 2195
unit rumah khusus
Sumber: Deputi V UP4B, 2014

Tabel 2
Kemajuan Utama P4B hingga Juni 2014 dan Upaya Penyelesaiannya s.d. Bulan Desember:
Bidang Ekonomi Rakyat
Upaya Penyelesaian s.d. Akhir
Kegiatan Kemajuan
Desember
Peternakan Sapi Kawasan Peternakan Sapi di Perlu peninjauan kembali kelayakan
Bomberai, Kebar, dan Salawati pengembangan kawasan sapi di
Bomberai
Tahun 2012-2013 secara keseluruhan
di Provinsi Papua dan Papua Barat
telah terdistribusi 7.415 ekor sapi.
Peternakan Babi Tahun 2012-2013 telah terdistribusi Memastikan keberlanjutan
2.867 ekor Tahun 2014, karena pengembangan ternak babi di
adanya pengurangan anggaran kawasan pegunungan tengah dalam
untuk Provinsi Papua Barat tidak RPJMN 2015-2019.
direalisasikan.
Masterplan dan Businessplan Telah tersusun masterplan komoditas Memastikan arahan kebijdkan
komoditas perkebunan (kakao. Kopi, karet, sagu, dan program dalam masterplan
pala), hortikultura, palawija, dan diakomodasi dalam RPJMN 2015-
minapolitan 2019.
Kajian Kebijakan Telah tersusun naskah akademik Mendorong naskah akademik dan
Pengembangan Ekonomi yang berupa pokok-pokok pemikiran pokok-pokok pemikiran menjadi
Berkelanjutan dan Berkeadilan kebijakan pengembangan ekonomi kebijakan (Peraturan Presiden)
di Papua dan Papua Barat yang berkelanjuran dan berkeadilan di
Papua dan Papua Barat
Sumber: Deputi V UP4B, 2014

Riris Katharina: Implementasi Kebijakan Pembentukan Unit Percepatan Pembangunan 141


Tabel 3
Kemajuan Utama P4B hingga Juni 2014 dan Upaya Penyelesaiannya s.d. Bulan Desember:
Bidang Pendidikan
Upaya Penyelesaian s.d. Akhir
Kegiatan Kemajuan
Desember
SM3T Tahun 2013 ditempatkan 877 Memastikan program SM3T diakomodsi
guru SM3T, dan pada tahun 2014 dalam RPJMN 2015-2019 dan
direncanakan sebanyak 1200 guru. ditingkatkan kuantitasnya
Sekolah Berasrama Tahun 2014 direncanakan 13 asrama Memastikan program Sekolah Berasrama
SMA/SMK. diakomodsi dalam RPJMN 2015-2019
dan ditingkatkan kuantitasnya
DAK Pendidikan. Perubahan Juknis DAK tahun 2014 Monitoring dan evaluasi pelaksanaan
Bidang Pendidikan oleh Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan sehingga
dapat dimanfaatkan untuk membangun
barak/rumah guru.
Pengentasan Tahun 2014 direncanakan pendidikan Memastikan program pengentasan
ketunaaksaraan dasar. keaksaraan dasar sebanyak 70.000 orang. ketunaaksaraan dasar diakomodsi dalam
RPJMN 2015-2019 dan ditingkatkan
kuantitasnya
Sumber: Deputi V UP4B, 2014

Tabel 4
Kemajuan Utama P4B hingga Juni 2014 dan Upaya Penyelesaiannya s.d. Bulan Desember:
Bidang Kesehatan
Kegiatan Kemajuan Upaya Penyelesaian s.d. Akhir Desember
Pelayanan Tahun 2012 diterbitkan SK Menkes 110/ Pelaksanaan JKN sesuai UU Nomor
kesehatan gratis MENKES/SK/III/2012 yang menetapkan 24/2011 di Papua dan papua Barat
seluruh penduduk Papua dan Papua Barat mengalami banyak kendala (pendataan,
sebagai peserta Program Jamkesmas dengan sarpras, SDM) sehingga tidak dapat
berbagai kemudahan. Sejak Januari 2014, dilaksanakan sesuai peraturan yang berlaku.
diberlakukan UU Nomor 24/2011 tentang Perlu segera diidentifikasi permasalahan
JKN secara nasional menggantikan SK di lapangan, serta memastikan
Menkes. penyelesaiannya diakomodasi dalam
RPJMN 2015-2019.
Afirmasi PNS Pada tahun 2014, mulai dilaksanakan Memastikan kegiatan afirmasi PNS
Kesehatan pendidikan DIII kesehatan untuk 200 PNS Kesehatan diakomodasi dalam RPJMn
asli Papua. Per Juni, tahapan sosialisasi. 2015-2019 dan ditingkatkan jumlahnya
secara signifikan untuk mengatasi masalah
kekurangan nakes yang akut.
Pemberian Pada tahun 2013 dilaksanakan PMTAS • Monitoring dan evaluasi pelaksanaan
Makanan untuk SD/MI 288.480 siswa dari 2347 SD/ karena terindikasi tidak sesuai antara
Tambahan bagi MI di 28 kabupaten. PMTAS diberikan 1 yang dikirimkan dengan yang diterima
Anak Sekolah. minggu dua kali selama 15 minggu. Pada kabupaten.
tahun 2014, sudah pengiriman ke daerah. • Memastikan PMTAS diakomodasi
dalam RPJMN 2015-2019.
Sumber: Deputi V UP4B, 2014

142 Politica Vol. 6 No. 2 Agustus 2015


Tabel 5
Kemajuan Utama P4B hingga Juni 2014 dan Upaya Penyelesaiannya s.d. Bulan Desember:
Bidang Pemihakan bagi Orang Asli Papua
Kegiatan Kemajuan Upaya Penyelesaian s.d. Akhir Desember

Perpres 84/2012 Telah diimplementasikan Perpres 84/2012 Mendorong Kamar Adat Pengusaha Asli
tentang pengadaan barang dan jasa Papua untuk menjadi lembaga penjamin
Pemerintah dalam rangka P4B. Namun untuk pelaksanaan Perpres 84/2012
dalam implementasinya belum berjalan baik.
ADIK Tahun 2012-2014 telah diberikan kuota Memastikan keberlanjutan ADIK dalam
1922 siswa/I asli papua lulusan SMA RPJMN 2015-2019
menempuh pendidikan tinggi di 39 PTN.
ADEM Tahun 2013-2014 telah diberikan kuota Memastikan keberlanjutan ADEM dalam
1000 siswa/I lulusan SMP menempuh RPJMN 2015-2019
pendidikan SMA di Jawa dan Bali.
Afirmasi Tahun 2012-2014 telah diberikan kuota Memastikan keberlanjutan Afirmasi
Penerbang 80 siswa per tahun untuk menempuh penerbang dalam RPJMN 2015-2019.
pendidikan penerbang.
Afirmasi PNS Tahun 2014 telah diberikan kuota 100 Memastikan keberlanjutan Afirmasi PNS
formasi jabatran CPNS bagi putra/I asli dalam RPJMN 2015-2019.
Papua pada 57 K/L.
Afirmasi TNI Tahun 2012-2013 diterima 446 orang Memastikan keberlanjutan Afirmasi TNI
dalam RPJMN 2015-2019.
Afirmasi POLRI Tahun 2012-2013 diterima 1429 orang Memastikan keberlanjutan Afirmasi POLRI
dalam RPJMN 2015-2019.
Sumber: Deputi V UP4B, 2014

Riris Katharina: Implementasi Kebijakan Pembentukan Unit Percepatan Pembangunan 143


Tabel 6
Kemajuan Utama P4B hingga Juni 2014 dan Upaya Penyelesaiannya s.d. Bulan Desember:
Bidang Tata Ruang, Kelembagaan, Keamanan, dan Ketertiban
Kegiatan Kemajuan Upaya Penyelesaian s.d. Akhir
Desember
Pengendalian dan 2 RTRW Provinsi, 19 kabupaten/kota di • Percepatan perda RTRW Kabupaten/
Pemanfataan Ruang Papua, dan 8 kabupaten di Papua Barat Kota yang belum disahkan (10 di
sudah diperdakan. Papua dan 5 di Papua Barat)
• Penyesuaian RTRW Prov/Kab/
Kota sesuai RTR Pulau yang sudah
disahkan
• Percepatan penyelesaian perijinan
kehutanan dan lingkungan (AMDAL)
untuk rencana pembangunan
infrastruktur.
Peningkatan Kapasitas Bertambahnya jumlah petugas pengadaan Memastikan keberlanjutan pelatihan dan
Kelembagaan barang dan jasa bersertifikat di 5 (lima) sertifikasi barang dan jasa pemerintah
kabupaten. dalam RPJMN 2015-2019, agar tersedia
minimal 5 petugas pengadaan bersertifikat
per kab/kota.
Keamanan dan Situasi keamanan pada tahun 2014 lebih Memastikan keberlanjutan keamanan
Ketertiban kondusif dibandingkan tahun 2012. dan ketertiban melalui koordinasi dengan
pihak TNI dan POLRI.
Sumber: Deputi V UP4B, 2014

144 Politica Vol. 6 No. 2 Agustus 2015

Anda mungkin juga menyukai