Anda di halaman 1dari 12

KEDUDUKAN DAN KEWENANGAN PEMERINTAH menghormati satuan-satuan pemerintahan daerah

PUSAT TERHADAP OTONOMI KHUSUS PROVINSI yang bersifat istimewa yang diatur dengan undang-
PAPUA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 2 undang”.
TAHUN 2021 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik
UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2001 Indonesia menetapkan perlunya pemberian
TENTANG OTONOMI KHUSUS Otonomi Khusus kepada Provinsi Irian Jaya melalui
BAGI PROVINSI PAPUA1 Ketetapan MPR RI Nomor IV/MPR/1999 tentang
Oleh: Ofelia Maria Paendong 2 GBHN, yakni: “kebijakan dalam penyelenggaraan
Flora Pricilla Kalalo 3 otonomi daerah,yang antara lain menekankan
Michael G. Nainggolan 4 pentingnya segera merealisasikan Otonomi Khusus
bagi Irian Jaya dengan memperhatikan aspirasi
ABSTRAK
masyarakat.”5
Tujuan dilakukannya penelitian ini yaitu untuk Hal tersebut dipicu oleh momentum reformasi
mengetahui bagaimana kedudukan pemerintah Indonesia tahun 1998 yang hak dasar masyarakat
pusat terhadap otonomi khusus provinsi papua telah dirampas dan semangat itu memicu
menurut undang-undang nomor 2 tahun 2021 dan perlawanan di berbagai daerah di Indonesia
bagaimana kewenangan pemerintah pusat dalam termasuk Papua dalam berbagai bentuk
pelaksanaan otonomi khusus provinsi papua demonstrasi dan tindakan kekerasan menuntut
menurut undang-undang nomor 2 tahun 2021, yang penyelesaian berbagai masalah di Papua. 6
dengan jenis penelitian normatif empiris Sebagai perwujudan merealisasikan amanat TAP
disimpulkan: 1. Kedudukan Pemerintah Pusat
MPR RI tersebut Pemerintah Pusat dan Pemerintah
adalah aktor kebijakan dalam otonomi khusus. Provinsi Papua melakukan langkah strategis dan
Unsur pemerintah pusat merupakan faktor penting konkret untuk melakukan pertemuan antara tokoh
dalam pelaksanaan otonomi khusus. Oleh karena agama dan tokoh Papua beserta akademisi, pejabat
itu, ketika otonomi khusus dianggap gagal atau birokrasi untuk menyiapkan konsep otonomi khusus
sebaliknya berhasil, maka hal demikian tidak lepas sehingga pada tahun 2001 lahirlah Undang-Undang
dari peranan pemerintah pusat. 2. Kewenangan Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus
pemerintah pusat pada otonomi khusus lebih Bagi Provinsi Papua. Undang-Undang Otonomi
menekankan pada penetapan kebijakan yang Khusus Papua telah memuat harapan dan cita-cita
bersifat norma, standar, kriteria dan prosedur. bersama untuk memajukan dan menyejahterakan
Sedangkan kewenangan pelaksanaan hanya
masyarakat Papua.7
terbatas pada kewenangan bertujuan Capaian setiap daerah otonom dalam mengatasi
mempertahankan dan memelihara identitas dan berbagai pemasalahan yang dihadapi tentu saja
integritas bangsa dan negara, menjamin kualitas tidak merata, sebab potensi dan kesiapan masing-
pelayanan umum yang setara bagi warga negara, masing daerah yang juga tidak seragam.8 Diperlukan
menjamin efisiensi pelayanan umum karena jenis pengembangan sumber daya manusia yang
pelayanan umum tersebut berskala nasional dan mumpuni dalam mewujudkan cita-cita dan harapan
menjamin keselamatan fisik dan non fisik yang dari otonomi khusus tersebut apalagi dengan
setara bagi semua warga negara. adanya perpanjangan otonomi khusus di Provinsi
Kata Kunci: Pemerintah Pusat; Otonomi Khusus. Papua yang penuh dengan pro dan kontra terdapat
PENDAHULUAN segelinitir masyarakat Papua yang menolak
A. Latar Belakang Masalah perpanjangan pelaksanaan otonomi khusus di
Negara Indonesia memiliki banyak Papua dan ada juga masyarakat Papua yang ingin
keanekaragaman agama, suku, budaya dan adat. otonomi khusus Papua diperpanjang. Namun,
Maka tak heran bahwa setiap daerah di Indonesia terlepas dari semua itu akhirnya undang-undang
memiliki kekhasan daerah masing-masing begitu otonomi khusus terbaru yang diatur dalam Undang-
halnya dengan Provinsi Papua. Hal tersebut sesuai Undang Nomor 2 Tahun 2021. Apalagi pelaksanaan
dengan Pasal 18B ayat (1) Undang-Undang Dasar otonomi khusus Provinsi Papua telah berjalan
Republik Indonesia 1945 “ negara mengakui dan
5 Frans Pekey, Otonomi Khusus Papua Dinamika Formulasi
Kebijakan Yang Semu, Jakarta, Kompas, 2018, hlm. 5
1 Artikel Skripsi 6 Ibid, hlm. 4
2Mahasiswa pada Fakultas Hukum Unsrat, NIM 18071101017 7 Ibid, hlm.5
3 Fakultas Hukum Unsrat, Doktor Ilmu Hukum 8 Dadang Solihin, Radjab Semendawai, Optimalisasi Otonomi
4 Fakultas Hukum Unsrat, Magister Ilmu Hukum Daerah Kebijakan Strategi dan Upaya, Jakarta, hlm. 42
selama 20 tahun bukan suatu kebijakan yang baru besar dalam pelaksanaan otonomi khusus. Menurut
bagi Provinsi Papua. Tujuan pemberian otonomi Anderson, Ripley dan Peter dalam Kusumanegara,
khusus Papua dalam rangka percepatan dalam studi proses kebijakan, aktor-aktor kebijakan
pembangunan kesejahteraan dan peningkatan meliputi : legislator, eksekutif, lembaga peradilan,
kualitas pelayanan publik di Papua. Pemerintah kelompok penekan, partai politik, birokrasi, media
Pusat yang juga mengambil peran penting dan massa, organisasi komunitas, kelompok swasta,
menaruh perhatian khusus dalam hal ini sebagai kelompok think thank, dan kabinet bayangan.
aktor kebijakan yang memiliki kewenangan dalam Anderson, Lindblom, maupun Lester dan Stewart Jr.
otonomi khusus. dalam Winarno membagi aktor-aktor atau pemeran
serta dalam proses perumusan kebijakan menjadi
B. Perumusan Masalah dua kelompok, yaitu para pemeran serta resmi atau
1. Bagaimana Kedudukan Pemerintah Pusat
aktor resmi dan para pemeran serta atau aktor tidak
Terhadap Otonomi Khusus Provinsi Papua resmi.
Menurut Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2021 ? Para pemeran serta resmi adalah agen-agen
2. Bagaimana Kewenangan Pemerintah Pusat pemerintah (birokrasi), Presiden (eksekutif),
dalam Pelaksanaan Otonomi Khusus Provinsi legislatif dan yudikatif. Sedangkan, para pemeran
Papua Menurut Undang-Undang Nomor 2 Tahun serta tidak resmi meliputi kelompok-kelompok
2021 ? kepentingan, partai politik dan warga negara atau
C. Metode Penelitian individu. Selanjutnya, Lindblom dalam Winarno
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian menegaskan perlunya memahami aktor-aktor yang
ini berkaitan dengan judul, menggunakan jenis terlibat baik yang aktor resmi maupun aktor yang
penelitian normatif empiris. tidak resmi disebut aktor informal yang terdiri dari
para tokoh Papua, seperti kepala adat, kepala suku,
PEMBAHASAN intelektual, tokoh Organisai Papua Merdeka, tokoh
A. Kedudukan Pemerintah Pusat Terhadap perempuan, tokoh pemuda dan mahasiswa.
Otonomi Khusus Provinsi Papua Menurut Sekaligus sifat-sifat semua aktor yang memiliki
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2021 kewenangan serta bagaimana mereka saling
Dalam konteks otonomi khusus Papua yang berhubungan dan saling mengawasi untuk
merupakan pengembangan lebih lanjut dari memahami siapa sebenarnya yang merumuskan
penerapan otonomi luas yang diberikan kepada kebijakan. Oleh karena itu, dalam formulasi
pemerintahan daerah di Indonesia tidak boleh lepas kebijakan, peran aktor yang terlibat sangatlah
dari konsep dan konstruksi dasarnya bahwa semua menentukan bagaimana kebijakan publik
itu berdiri dan dibangun di atas sistem negara dirumuskan dan seperti apa kebijakan publik
kesatuan yang dianut Indonesia. Segala tindakan tersebut akan dirumuskan dan ditetapkan.10 Aktor
atau apapun upaya yang dimaksudkan untuk formal pusat, meliputi: 1) Eksekutif / Pemerintah:
merubah atau menyempurnakan kebijakan otonomi Presiden, Menteri Koordinator Bidang Politik Sosial
khusus sepenuhnya berada di tangan pemerintah dan Keamanan, Menteri Dalam Negeri dan pejabat
pusat sebagai pemilik kewenangan pemerintahan pemerintah terkait lainnya; 2) Legislatif / DPR RI:
yang kemudian didistribusikan ke pemerintahan Komisi II DPR RI, Panitia Kerja Otonomi Khusus DPR
daerah. Nampak sekali bahwa unsur pemerintah RI, Anggota DPR RI Daerah Pemilihan Papua.11
pusat merupakan unsur atau faktor penting dalam Menurut Nakamura aktor dalam implementasi
pelaksanaan otonomi khusus. Oleh karena itu, kebijakan memegang peranan penting. Nakamura
ketika otonomi khusus dianggap gagal atau menyebutkan ada beberapa aktor yang terlibat
sebaliknya berhasil, maka hal demikian tidak lepas dalam implementasi kebijakan yaitu pembuat
dari peranan pemerintah pusat.9 kebijakan itu sendiri yakni Presiden dan DPR RI;
Kedudukan Pemerintah Pusat adalah aktor pelaksana formal yaitu Pemerintah Provinsi Papua
kebijakan dalam otonomi khusus yang telah diatur dan Pemerintah Provinsi Papua Barat; intermediari
dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2021 (penghubung) yaitu Pemerintah Kabupaten/Kota di
dimana pemeintah pusat sebagai pemberi Provinsi Papua dan Papua Barat; pelobi yaitu pihak-
kewenangan kepada pemerintah daerah. Dengan pihak yang melakukan lobi aktif terhadap pelaksana
kata lain pemerintah pusat memiliki andil yang kebijakan; individu berpengaruh; penerima manfaat

9 Stephanus Malak, Otonomi Khusus Papua, Jakarta: Ar Raafi, 10 Pekey, Op.Cit, hlm. 38
(2012) hlm. 197 11 Pekey, Op. Cit, hlm. 40
yaitu Orang Asli Papua dan penduduk Papua pada efektivitas, imbalan, sanksi, serta hak-hak
umumnya; media massa di kedua Provinsi; dan istimewa mereka kepada aparat yang ada di
kelompok kepentingan lainnya, dalam hal ini bawahnya. Nilai-nilai lainnya adalah
evaluator dan pihak pro-merdeka.12 mempertahankan organisasinya agar tetap
Beberapa nilai yang memengaruhi aktor formal hidup dan selalu berkembang. Nilai-nilai
dan informal dalam proses formulasi kebijakan organisasi yang terlihat memengaruhi para aktor
otonomi khusus Papua dibahas sebagai berikut: formal pemerintah dan aktor informal Papua.
1. Nilai-nilai Politik Pemerintah memiliki kekuasaan untuk menekan
Nilai-nilai politik menunjuk pada kepentingan- rakyat Papua melalui berbagai cara dan upaya,
kepentingan kelompok politik tertentu. Dalam sehingga keberlangsungan penyelenggaraan
hal ini, para aktor yang berasal dari partai politik pemerintahan, pelaksanaan pembangunan dan
maupun kelompok politik tertentu diarahkan pembinaan masyarakat tetap dan terus berjalan
untuk memberikan keuntungan tertentu bagi sebagaimana mestinya, meskipun situasi politik
kelompok masing-masing. Aktor formal dan keamanan serta ketertiban masyarakat itu
berkepentingan mempertahankan keutuhan sangat tidak kondusif. Semua kelompok atau
Negara Kesatuan Republik Indonesia dan organisasi, meskipun tanpa koordinasi dan
pemberian status otonomi khusus. Sementara komando yang jelas, secara bersamaan dengan
itu, aktor informal bersama rakyat Papua komunikasi yang terbatas dapat
memperjuangkan Papua keluar dari NKRI. memperjuangkan keinginan dan aspirasi dengan
Dengan demikian, di satu sisi aktor formal tetap nilai yang dianutnya.
mempertahankan nilai politiknya sebagai bagian 4. Nilai-nilai Pribadi
integral dari NKRI atau “NKRI harga mati”, dan Menurut Anderson dalam Winarno, nilai-nilai
pada sisi lain aktor informal dan rakyat Papua pribadi merupakan usaha untuk melindungi dan
menuntut pengakuan kedaulatan politik Bangsa mengembangkan kepentingan ekonomi, reputasi
Papua Barat atau “Merdeka harga mati” atau kedudukan sejarah seseorang mungkin pula
2. Nilai-nilai Kebijakan merupakan kriteria keputusan. Bahkan, ketika
Lester dan Stewart menyatakan, kebijakan publik para aktor formal tersebut mampu menangani
bertujuan untuk menyelesaikan persoalan- permasalahan yang terjadi saat itu, rakyat
persoalan publik. Para aktor mungkin akan maupun atasan mereka dapat menilai dan
mendasarkan aktivitasnya pada nilai-nilai yang memberi apresiasi yang positif dan sekaligus
menurut pendapatnya dapat menyelesaikan menjadi prestasi bagi para elite formal ini.
persoalan publik di Papua. Nilai-nilai kebijakan Sementara itu, para aktor informal yang terus
yang memengaruhi para aktor formal maupun memperjuangkan aspirasinya untuk merdeka
aktor informal adalah kedua belah pihak ingin karena merasa prihatin, kecewa, atas kondisi
memperjuangkan persoalan publik yang yang dirasakan selama berintegrasi dengan
menurut pandangan masing-masing pantas dan Indonesia14 seperti ketidakadilan, kemiskinan,
harus diperjuangkanya. Pihak aktor formal kebodohan, keterbelakangan, pemerasan,
memperjuangkan kepentingan kesejahteraaan penganiyaan,stigmatisasi separatis, tindakan
dan kepentingan rakyat Papua di dalam bangsa kekerasan dan pelanggaran HAM.
dan negara Indonesia, dan itu menjadi prioritas 5. Nilai-nilai Ideologi
yang harus dipertahankan dan diperjuangkan Seiring memasuki masa reformasi, seakan-akan
serta dirumuskan sebagai alternatif kebijakan ideologi Pancasila ini mengalami degradasi,
otonomi khusus Papua.13 bahkan tidak lagi diajarkan melalui pendidikan
3. Nilai-nilai Organisasi formal maupun non formal. Kondisi yang
Nilai-nilai organisasi sering memengaruhi demikian dimanfaatkan oleh para elite Papua
birokrasi ketika terlibat dalam proses keebijakan. pejuang kebebasan dan kemerdekaan untuk
Sesuai dengan hierarki yang ada dalam birokrasi, kembali menumbuhkan dan menanamkan nilai-
para aktor di posisi lebih tinggi biasanya nilai ideologi kepapuaan untuk memisahkan diri
menekankan nilai-nilai seperti efisiensi, dari negara Indonesia. Masa reformasi tahun
1998 membawa angin segar bagi tumbuhnya
nilai-nilai ideologi kepapuaan sebagai suatu
12 Riris Katharina, Menakar Capaian Otonomi Khusus Papua,
bangsa yang berbeda dengan bangsa Indonesia,
Yayasan Pustaka Obor Indonesia, Jakarta, 2019, hlm. 146
13 Pekey, Op. Cit, hlm. 61
14 Pekey, Op. Cit, hlm. 63
baik aspek fisik, ras, budaya, maupun perjalanan faktor di dalam pemerintah atau internal seperti
sejarah bangsa. Smith dalam Metery karakteristik struktur birokrasi dan parlemen,
mengemukakan bahwa nation adalah suatu karakteristik personal pembuat kebijakan dan
komunitas yang secara historis menempati suatu karakteristik pembutan kebijakan itu sendiri.
wilayah bersama,memiliki pengalaman yang Selanjutnya, Anderson menjelaskan, pada saat yang
sama dalam budaya dan sejarah, satu kesatuan sama lingkungan juga menempatkan batas-batas
sistem ekonomi, hak-hak yang sama dan tugas dan hambatan-hambatan pada apa yang dilakukan
yang sama bagi semua anggota masyarakat. Atas oleh para pembuat kebijakan. Ada banyak hal yang
kondisi itulah, orang Papua dan para elitenya termasuk lingkungan eksternal meliputi, lingkungan
menemukan kembali jati diri mereka. Perjuangan politik, seperti karakteristik suatu wilayah,
tersebut kemudian melahirkan dan demografi, budaya politik, struktur sosial dan sistem
menumbuhkan rasa nasionalisme Papua yang ekonomi, juga lingkungan internal dari sistem
akhirnya menjadi idelogi kepapuaan yang politik, seperti nlai-nilai yang memengaruhi para
dimotori oleh kelompok elite dan intelektual pembuat kebijakan.16
yang berada di perkotaan maupun di seluruh Respons aktor kebijakan terhadap lingkungan
tanah Papua.15 kebijakan otonomi khusus di Provinsi Papua
Tuntutan-tuntutan menyangkut tindakan- difokuskan pada permasalahan yang berkaitan
tindakan kebijakan timbul dari dalam lingkungan dengan sejauh mana aktor yang terlibat dalam
dan ditransmisikan ke dalam sistem politik. Teori proses perumusan kebijakan otonomi khusus
sistem menjelaskan bahwa suatu kebijakan politik memberikan respons terhadap tuntutan dan
merupakan hasil interaksi dari berbagai subsistem dukungan lingkungan alamiah, lingkungan politik
yang berada dalam sistem politik. Sejalan dengan dan ideologi, lingkungan pertahanan keamanan,
itu, Easton dalam Winarno menyatakan, kebijakan lingkungan ekonomi dan lingkungan sosial budaya.
publik dipandang sebagai tanggapan dari suatu Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh berbagai
sistem politik terhadap tuntutan-tuntutan yang pakar bahwa lingkungan kebijakan turut
timbul dari lingkungan yang merupakan kondisi atau memengaruhi dan dipengaruhi para aktor dalam
keadaan yang berada diluar batas-batas sistem sistem kebijakan. Lingkungan kebijakan terdiri
politik. Kekuatan-kekuatan yang timbul dari dalam lingkungan eksternal dan internal. Lingkungan
lingkungan dan memengaruhi sistem politik seperti kebijakan meliputi lingkungan politik dan ideologi,
tuntutan, kebutuhan dan sumber daya dipandang pertahanan dan keamanan, ekonomi, serta sosial.
sebagi masukan-masukan (input) bagi sistem politik, Lingkungan kebijakan tersebut terafektasi dalam
sedangkan hasil-hasil yang dikeluarkan oleh sistem bentuk tuntutan dan dukungan yang memengaruhi
politik yang merupakan tanggapan terhadap sistem politik dalam merumuskan suatu kebijakan
tuntutan-tuntutan, kebutuhan dan pemanfaatan publik di Papua, terutama dalam kerangka
sumber daya tadi dianggap sebagai keluaran perumusan kebijakan otonomi khusus bagi Papua.
(output) dari sistem politik. Dalam waktu yang Aktor pemerintah pusat dan pemerintah daerah
bersamaan, ada keterbatasan dan konstrain dari memberikan kontribusi bagi terganggunya
lingkungan yang akan memengaruhi policy makers. implementasi kebijakan otonomi khusus Papua.
Faktor lingkungan tersebut, antara lain: pertama, Pemerintah pusat selama ini melakukan pembiaran
karakter geografi sumber daya iklim dan topografi; terhadap praktik yang dilakukan oleh para
kedua, variabel demografi seperti banyaknya pelaksana di daerah (para elite pemerintah Provinsi
penduduk, distribusi umum penduduk, lokasi maupun Kabupaten/Kota). Terbukti, selama ini tidak
spasial; ketiga, kebudayaan politik; keempat, ada temuan yang memperlihatkan temuan
struktur sosial; kelima, sistem ekonomi. Menurut penyimpangan yang dilaporkan BPKP kepada
Anderson dalam kasus tertentu lingkungan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan
internasional dan kebijakan internasional penting Keamanan. DPR RI sendiri sejak tahun 2010 telah
untuk dipertimbangkan. membentuk Tim Pemantau Implementasi Undang-
Menurut Ripley, faktor-faktor utama dalam Undang Nomor 21 Tahun 2001. Namun, hingga saat
proses pembuatan kebijakan meliputi faktor ini peran Tim ini kurang dirasakan oleh rakyat
lingkungan di luar pemerintah atau eksternal seperti Papua. Kegiatan tim ini lebih kepada kegiatan
sosial, ekonomi, politik, nilai, kepercayaan, faktor seremonial berupa pertemuan dengan para elite di
kerusakan dan faktor perusakan manusia, juga pemerintahan tanpa kontribusi apapun. Sekalipun

15 Pekey, Op. Cit, hlm. 66 16 Pekey, Op. Cit., hlm.16


sudah banyak dugaan praktik korupsi dilakukan di rumusan kebijakan otonomi khusus di dalam
Papua, tidak ada tindakan tegas dari Jakarta. berbagai program pembangunan demi mewujudkan
Pemerintah pusat tidak menjalankan peran sebagai kesejahteraan rakyat di Papua.18
pengawas bagi pemerintah daerah.Seolah-olah B. Kewenangan Pemerintah Pusat Terhadap
Jakarta khawatir pengawasan yang dilakukan akan Otonomi Khusus Provinsi Papua Menurut
menimbulkan penolakan berupa suara Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2021
merdeka.Terkesan, pemerintah pusat Secara konsepsional kewenangan otonomi
mempersilahkan pemerintah Provinsi melakukan apapun jenis dan bentuknya, tidak terkecuali
apa saja asalkan tidak minta merdeka. Isu merdeka otonomi khusus yang dimiliki pemerintah daerah
ini hingga saat ini masih digunakan oleh pemerintah ialah pemberian dari pemerintah pusat sebagai
Provinsi di Papua untuk meminta apa saja. Tidak konsekuensi dari sistem pemerintahan negara
dapat dikatakan bahwa isu merdeka hanya kesatuan.19 Walaupun Indonesia menganut sistem
merupakan gertak sambal dari Pemerintah Provinsi unitaris, tetapi otonomi luas yang diberikan kepada
Papua. Para fundamentalis gerakan ini masih tetap daerah termasuk otonomi khusus kepada beberapa
eksis bahkan telah melakukan gerakan-gerakan daerah menandakan bahwa Indonesia pasca
diplomatis yang tersistematis untuk pada saatnya reformasi adalah Indonesia yang sangat “federalis”.
yakin mampu memerdekakan Papua. Hanya saja semua itu harus tetap dikembalikan
Oleh karena itu, keliru apabila pemerintah pada format dasarnya bahwa Indonesia adalah
menganggap bahwa suara merdeka itu hanyalah negara kesatuan.20 Seberapa besar kewenangan
buatan para elite Papua yang hanya ingin yang diberikan kepada daerah sejatinya tidak
mendapatkan perhatian lebih dalam bidang terlepas dari pemerintah pusat. Esensi dari
ekonomi. Suara itu dari dulu hingga sekarang masih pelaksanaan otonomi khusus Papua ialah pengaruh
tetap konsiten dilakukan oleh OAP yang memiliki dari pemerintah pusat sangat menentukan.
intelektualitas yang tinggi. Peniadaan aktor ini Walaupun urusan atau kewenangan secara tegas
dalam proses implementasi Otsus Papua akan menjadi domain pemerintah daerah. Namun, fungsi
mempertahankan masalah Papua tetap ada. pemerintah pusat turut menentukan, misalnya
Rendahnya pengawasan yang dilakukan pemerintah tentang besaran dana yang akan dikucurkan untuk
pusat dan kapasitas yang rendah dari para aktor melaksanakan berbagai kebijakan terkait urusan
pelaksana di Papua juga telah menimbulkan daerah. Kondisi seperti ini yang seringkali
rendahnya akuntabilitas dari para pelaksana menimbulkan kontraproduktif dalam
kebijakan otonomi khusus di Papua telah penyelenggaraan pemerintahan.
mengakibatkan munculnya praktik bad governance Di satu sisi, seringkali pemerintah daerah tidak
di Papua.17 puas dengan kewenangannya. Padahal,
Undang-Undang Otonomi Khusus Papua tersebut kewenangan pemerintahan dalam pelayanan publik
telah memuat berbagai harapan dan cita-cita dan pembangunan telah diserahkan ke daerah.
bersama untuk memperbaiki dan memperjuangkan Pada sisi lain timbul kecurigaan besar dari
kesejahteraan, keadilan, perrdamaian, persamaan pemerintah pusat bahwa kewenangan besar yang
hak, pengembangan jati diri, serta harkat dan dimiliki daerah akan disalahgunakan dan
martabat orang Papua sebagai warga bangsa, menyimpang dari tujuan dasarnya misalnya
sehingga membuka kembali ruang kepercayaan mendorong kegiatan separatisme. Dengan kata lain,
rakyat Papua terhadap pemerintah dan sebaliknya persoalan hubungan kewenangan menjadi sesuatu
kepercayaan pemerintah kepada rakyat Papua. Oleh yang krusial walaupun secara normatif pemerintah
karena itu, Lamato mengatakan bahwa prospek daerah memiliki kewenangan yang besar.
otonomi khusus masih tergantung dari kemauan Pemerintah daerah beranggapan bahwa sebagian
politik semua pihak, baik Pemerintah Pusat maupun besar kewenangannya dikuasai oleh pemerintah
Pemerintah Provinsi Papua sendiri, termasuk pusat. Terlepas dari itu, apakah ini tentang
persepsi pemerintah terhadap kecurigaan rakyat manajemen pemerintahan atau besar kecilnya
Papua yang ingin menjadi mereka karena kewenangan, maka yang jelas bahwa peran dan
pelaksanaan otonomi khusus seharusnya dapat posisi pemerintah pusat masih ada andil dalam
dihapuskan. Selain itu, pemerintah pusat, pelaksanaan kebijakan otonomi khusus yang
pemerintah Provinsi, pemerintah Kabupaten/Kota
seharusnya konsisten untuk mengimplementasikan 18 Pekey, Op. Cit., hlm.6
19 Malak, Op. Cit., hlm. 193
17 Katharina, Op. Cit., hlm. 213 20 Malak, Op. Cit., hlm. 194
berkaitan dengan pemerintahan daerah karena dan kewenangan pilihan. Kewenangan wajib telah
sistem pemerintahan yang dianut di negara kita ditentukan dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun
bekonsep pada negara kesatuan. 21 2004 yang telah mengalami perubahan dengan
Menurut Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 sedangkan
Tentang Aministrasi Pemerintahan Pasal 1 ayat (6) kewenangan pilihan diserahkan sepenuhnya kepada
Kewenangan Pemerintahan yang selanjutnya masing-masing daerah sesuai dengan kondisi riil
disebut kewenangan adalah kekuasaan Badan/ atau daerahnya.
Pejabat Pemerintahan atau penyelenggara negara Dengan demikian, daerah memiliki kewenangan
lainnya untuk bertindak dalam ranah hukum publik. yang luas dan utuh. Luas artinya semua
Kewenangan pemerintah pusat lebih menekankan kewenangan selain enam urusan tersebut
pada penetapan kebijakan yang bersifat norma, merupakan kewenangannya. Dalam pengerian ini
standar, kriteria dan prosedur. Sedangkan daerah tidak lagi menunggu penyerahan
kewenangan pelaksanaan hanya terbatas pada kewenangan dari pusat tapi bisa mengembangkan
kewenangan bertujuan: kewenangan yang dimiliki berdasarkan undang-
1) Mempertahankan dan memelihara identitas dan undang tersebut sesuai dengan kondisi rill
integritas bangsa dan negara; daerahnya.Sedangkan utuh artinya bahwa dalam
2) Menjamin kualitas pelayanan umum yang setara melaksanakan kewenangan yang telah tersebut
bagi warga negara; mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
3) Menjamin efisiensi pelayanan umum karena merupakan tanggungjawab pemerintah daerah
jenis pelayanan umum tersebut berskala sepenuhnya. Pemerintah pusat tidak lagi
nasional; mencampurinya. Pemerintah pusat hanya
4) Menjamin keselamatan fisik dan non fisik yang memberikan pedoman, arahan, bimbingan dan
setara bagi semua warga negara; penentuan standarnya.23
5) Menjamin pengadaan teknologi keras dan lunak Berikut ini terdapat beberapa kewenangan
yang langka, canggih, mahal dan berisiko tinggi pemerintah pusat menurut Undang-Undang Nomor
serta sumber daya manusia yang berkualitas 2 Tahun 2021 :
tinggi tapi sangat diperlukan oleh bangsa dan 1. Pembagian penerimaan khusus dalam rangka
negara seperti tenaga nuklir, teknologi pelaksanaan otonomi khusus sebagaimana
peluncuran satelit dan teknologi penerbangan; dimaksud pada ayat (3) huruf e dan dana
6) Menjamin supremasi hukum nasional tambahan dalam rangka pelaksanaan otonomi
7) Menciptakan stabilitas ekonomi dalam rangka khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
peningkatan kemakmuran rakyat.22 huruf f dilakukan sebagai berikut :
Dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 a. pembagian antarprovinsi dilakukan oleh
tentang Pemerintahan Daerah sumber kewenangan pemerintah;
sumber pemerintah daerah ditentukan dalam Pasal b. pembagian antara provinsi dan kabupaten/kota
7 menjelaskan bahwa kewenangan daerah dalam 1 (satu) wilayah provinsi dilakukan oleh
mencakup kewenangan dalam dalam seluruh pemerintah atas usulan pemerintah daerah
bidang pemerintahan, kecuali enam kewenangan: provinsi Papua; dan
politik luar negeri, pertahanan keamanan, c. pembagian antarkabupaten/kota dalam 1 (satu)
peradilan, moneter dan fiskal, agama serta wilayah provinsi dilakukan oleh Pemerintah atas
kewenangan lain. Enam kewenangan tersebut usulan Pemerintah Daerah Provinsi Papua. (Pasal
menjadi kewenangan pusat. Jadi, Undang-Undang 34 ayat (10)). Sesuai dengan desentralisasi maka
Nomor 22 Tahun 1999 secara tegas menentukan pemerintah pusat berwenang untuk
enam kewenangan yang dipegang pemerintah pusat memberikan wewenangnya untuk mengelola
dan sisanya diserahkan kepada daerah yang diatur keuangan kepada pemerintah daerah karena
juga dalam Pasal 10 Undang-Undang Nomor 23 pemerintah daerah yang lebih memahami
Tahun 2014. Di dalamnya ditentukan secara jelas kondisi daerah atau wilayahnya. Model
kewenangan pemerintah pusat dan sisanya kepada penyelenggaraan keuangan di daerah otonomi
daerah yang diklasifikasi atas kewenangan wajib khusus memiliki cara yang berbeda. Oleh karena
itu, diperlukan model penyelenggaraan
keuangan yang dikelola oleh daerah otonomi
21Malak, Op. Cit., hlm. 200
22
khusus Papua, seperti: Pertama, penyiapan
Hanif, Nurcholis, Teori dan Praktik Pemerintahan dan
Otonomi Daerah, PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta,
2007, hlm. 163 23 Ibid, hlm. 126
rencana induk. Perencanaan yang dimaksud Pelaksanaan dan Pertanggungjawaban Anggaran
diantaranya: peningkatan kapsitas SDM Transfer Ke Daerah pasal 4 ayat (1).
(eksekutif dan legislatif), dan pelibatan peran 4. Rencana induk sebagaimana dimaksud pada ayat
eksekutif, legislatif serta masyarakat Papua. (15) memperhatikan arah percepatan
Kedua, penyiapan regulasi. Penyiapan regulasi pembangunan kesejahteraan di provinsi Papua
dengan melakukan peningkatan kapasitas SDM; yang ditetapkan oleh menteri yang menangani
penguatan peran lembaga khusus; dan pelibatan perencanaan pembangunan nasional. (Pasal 34
DPRD. Ketiga, mekanisme penyaluran dana. ayat (16)). Dalam Undang-Undang Nomor 21
Mekanisme penyaluran dana otonomi khusus Tahun 2001 belum terdapat rencana induk
dapat dilakukan dengan transfer dana secara barulah pada Undang-Undang Nomor 2 Tahun
langsung dari pusat ke daerah; penguatan 2021 terbentuknya rencana induk yang akan
terhadap korbinwas di daerah Provinsi hingga ke mengarahkan pada percepatan pembangunan di
daerah kabupaten dan pemerintah daerah wajib Papua.
menggunakan dana otonomi khusus .Keempat, 5. Pemerintah menetapkan kebijakan umum
jangka waktu pemberian dana. Untuk proses tentang otonomi peguruan tinggi, kurikulum inti
pemberian dana otonomi khusus diperlukan dan standar mutu pada semua jalur, jenjang dan
sebuah jangka, seperti: ada batasan bagaimana jenis pendidikan sebagai pedoman pelaksanaan
sekarang 20 tahun; setelah 20 tahun diperlukan bagi pimpinan perguruan tinggi dan pemerintah
evaluasi akan dilanjutkan atau tidak; dan daerah provinsi Papua. (Pasal 56 ayat (2)). Untuk
evaluasi berkala tentang pemberian dana saat ini pemerintah pusat belum menetapkan
otonomi khusus dari pemerintah pusat dan kebijakan umum tentang pendidikan yang akan
pemerintah daerah. 24 digunakan di Papua. Sewaktu penulis bersekolah
2. Dalam hal pemerintah daerah provinsi Papua di Papua yaitu masa libur untuk para pelajar di
tidak menyampaikan usulan sebagaimana sana begitu lama misalnya, libur nasional telah
dimaksud pada ayat (10) huruf b dan huruf c usai tetapi di Papua melanjutkan dengan libur
dalam batas waktu yang telah ditetapkan, fakultatif. Akibatnya, libur yang terlalu lama itu
pemerintah melaksanakan ketentuan menyebabkan para pelajar di Papua tertinggal
sebagaimana dimaksud pada ayat (10) tanpa pelajaran sekolah dengan pelajar lain di luar
usulan Pemerintah Daerah provinsi Papua. (Pasal provinsi Papua.
34 ayat (11)). Langkah tegas yang dibuat dari 6. Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi Papua
pemerintah pusat sebagai bentuk perhatian dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota wajib:
kepada pemerintah daerah dimaksudkan agar a. mengalokasikan anggaran pendidikan sampai
dalam penyelenggaraan otonomi khusus dapat dengan jenjang pendidikan tinggi bagi Orang
terselenggara tepat waktu. Asli Papua; Putra dan Putri Papua diberi
3. Penyaluran penerimaan khusus dalam rangka kesempatan oleh pemerintah pusat dan
pelaksanaan otonomi khusus sebagaimana pemerintah daerah untuk melanjutkan
dimaksud pada ayat (3) huruf e dan dana pendidikan baik di dalam maupun luar negeri.
tambahan dalam rangka pelaksanaan otonomi Dengan adanya otonomi khusus anak-anak
khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (3) asli Papua dengan mudah untuk
huruf f dilakukan secara langsung oleh mendapatkan pendidikan yang lebih baik
Pemerintah dari kas negara ke kas daerah dengan adanya beasiswa afirmasi pendidikan
provinsi dan kas daerah kabupaten/kota. (Pasal menengah (ADEM) dan beasiswa afimasi
34 ayat (12)) Menteri Keuangan, selaku pendidikan tinggi (ADIK) beasiswa tesebut
pengguna anggaran transfer ke daerah, untuk melanjutkan pendidikan di dalam dan
mempunyai kewenangan atas pelaksanaan di luar negeri. Salah satu mahasiswa
anggaran transfer ke daerah kewenangan penerima beasiswa tersebut yang tak ingin
tersebut diatur dengan Peraturan Menteri disebut namanya yang sedang berkuliah di
Keuangan Nomor 04/PMK.07/2008 Tentang Universal Of College Learning (UCOL) New
Zealand yang menerima beasiswa penuh.
Akan tetapi, dana beasiswa sering terlambat
sehingga mahahiswa tersebut harus bekerja
24 Sawala- Jurnal Administrasi Negara, Problematika
dan harus berurusan dengan pihak imigrasi.
Pelaksanaan Kebijakan Otonomi Khusus Kepada Daerah Papua
& Papua Barat Dengan Perspektif Kebijakan Publik, Vol.9, No. 2, Mahasiswa yang menempuh pendidikan
2021, hlm. 175 diharuskan menyelesaikan kuliah mereka
dalam kurun waktu 4 tahun. Apabila tidak memberikan pelayanan kesehatan bagi
lulus dalam waktu 4 tahun dan gagal dalam Penduduk, termasuk peningkatan gizi, kesehatan
perkuliahan maka mahasiswa akan reproduksi dan kesehatan ibu dan anak serta
dipulangkan. Setelah selesai kuliah melakukan upaya pencegahan dan
mahasiswa akan kembali ke Indonesia tetapi, penanggulangan penyakit. (Pasal (59 ayat 1)).
kalau ingin tetap di negara tempat mereka Peraturan Pemerintah Nomor 106 Tahun 2021
berkuliah menggunakan biaya sendiri.”25 Tentang Kewenangan dan Kelembagaan
b. menyediakan satuan pendidikan,sarana dan Pelaksanaan Kebijakan Otonomi Khusus Provinsi
prasarana pendidikan, serta pendidik dan Papua pasal 12 ayat (2) mengenai penetapan
tenaga kependidikan; kondisi di Papua telah standar mutu pelayanan kesehatan yang
banyak sekolah akan tetapi jumlah guru dilakukan oleh pemerintah daerah provinsi
masih kurang memadai apalagi di daerah Papua sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
pegunungan yang dalam keterbatasan. huruf a berpedoman pada standar mutu yang
Dengan undang-undang otonomi khusus ditetapkan oleh pemerintah pusat.
terbaru diharapkan pendidikan di Papua 9. Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi Papua
dapat semakin maju dan menghasilkan dan Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota
sumber daya manusia yang unggul pada berkewajiban mencegah dan menanggulangi
bidangnya. penyakit-penyakit endemis dan/ atau penyakit-
c. menjamin kesejahteraan dan keamanan penyakit yang membahayakan kelangsungan
pendidik dan tenaga kependidikan. (Pasal 56 hidup Penduduk. (Pasal 59 ayat (2)) Pencegahan
ayat (6)) untuk mencerdaskan bangsa perlu dan penanggulangan penyakit merupakan
adanya pendidik dan tenaga kependidikan langkah yang tepat untuk menjaga
yang profesional. Untuk mendapatkan keberlangsungan hidup penduduk di Papua
pendidik dan tenaga kependidikan karena sering terjadi penyakit endemis yang
pemerintah pusat perlu memperhatikan begitu banyak memakan korban jiwa.
kesejahteraan. Selain itu, keamanan perlu 10.Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi Papua
ditingkatkan sering terjadi para guru di dan Pemerintah Daerah Kabupaten / Kota wajib:
pegunungan ketika menjalankan tugas juga a. mengalokasikan anggaran kesehatan untuk
dibayangi dengan kelompok separatis hal upaya pelayanan kesehatan bagi Orang Asli
tersebut mengakibatkan banyak guru yang Papua; dan menjamin kesejahteraan dan
kurang menjalankan tugasnya di daerah keamanan tenaga kesehatan. (Pasal 59 ayat
pegunungan dan lebih memilih untuk (5)). Semua penduduk papua berhak
bertugas di perkotaan. mendapatkan pelayanan kesehatan akan
7. Pemerintah memberikan pembinaan dan tetapi tak sedikit yang tak bisa ditangani
dukungan teknis pelaksanaan pendidikan sesuai karena terkendala biaya dan sulit untuk
dengan kewenangan dalam rangka percepatan mengakses pelayanan kesehatan karena
pembangunan di wilayah Papua. (Pasal 56 ayat menetap di daerah pegunungan dan terisolir
(8)) . Hal ini telah diatur dalam Peraturan ditambah lagi dengan kurangnya tenaga
Pemerintah Nomor 106 Tahun 2021 Tentang kesehatan. Sama hal pada guru yang sering
Kewenangan dan Kelembagaan Pelaksanaan dibayangi dengan ancaman kelompok
Kebijakan Otonomi Khusus Provinsi Papua pasal separatis demikian juga dengan tenaga
7 ayat (1) : Kualifikasi akademik dan kompetensi kesehatan. Semoga pemerintah pusat dapat
pendidik untuk guru pada taman kanak-kanak, menjamin kesejahteraan dan keamanan
sekolah dasar, pendidikan kesetaraan program tenaga kesehatan agar tidak menimbulkan
paket A atau bentuk lain yang sederajat paling banyak korban kelompok separtis terutama
rendah lulusan pendidikan menengah dan telah mereka yang menjalankan tugas yang mulia.
mengikuti pendidikan guru selama 2 (dua) tahun Penulis telah mewawancarai Kepala Biro Tata
di lembaga pendidikan yang ditetapkan oleh Pemerintahan dan Otonomi Khusus SETDA
Pemerintah Pusat. Papua Bapak Jimmy Wanimbo, S.H.,M.Ec.Dev
8. Pemerintah dan Pemerintah Daerah Provinsi Otonomi khusus telah tepat sasaran karena
Papua berkewajiban menetapkan standar mutu, sejauh ini sasaran yang dicapai masyarakat
Orang Asli Papua (OAP) melalui program
25Hasil Wawancara dengan Mahasiswa penerima beasiswa Kartu Papua Sehat KPS) yang memudahkan
Otonomi Khusus melalui WhatsApp
Orang Asli Papua untuk menerima pelayanan bertentangan dengan peraturan yang lebih
kesehatan.26 tinggi. Berdasarkan wawancara dengan
b. menjamin kesejahteraan dan keamanan Pelaksana Harian Kepala Biro Hukum SETDA
tenaga kesehatan. Papua Ibu Sofia Bonsapia,S.H.,M.Hum. Peraturan
11.Pemerintah memberikan pembinaan dan Daerah Provinsi (Perdasi) dan Peraturan Daerah
dukungan teknis pelaksanaan pelayanan Khusus (Perdasus) memiliki kedudukan yang
kesehatan sesuai dengan kewenangan dalam sama sebagai Peraturan Daerah, yang proses
rangka percepatan pembangunan di wilayah penetapannya melalui Sidang Paripurna DPR
Papua. (Pasal 59 ayat (7)). Hal ini akan diatur Papua. Rancangan Perdasi dalam proses
dengan Rencana Induk Percepatan pembentukannya melaksanakan perintah dari
Pembangunan Papua. peraturan perundang-undangan yang lebih
12.Dalam rangka penyelenggaraan Pemerintahan tinggi, rencana pembangunan daerah,
Daerah, Pemerintah berkewajiban memfasilitasi penyelenggaraan otonomi daerah dan aspirasi
melalui pemberian pedoman, pelatihan dan masyarakat daerah. Rancangan Perdasi
supervisi. (Pasal 68 ayat (1)) hal tersebut penetapannya dalam Sidang Paripurna DPRP
menunjukkan bahwa pemerintah pusat tidak tidak mendapatkan rekomendasi MRP, sebab
“lepas tangan” terhadap pemerintah daerah. materi yang diatur dalam Rancangan Perdasi
Dengan diberikan pelatihan dan supervisi dapat mengatur kepentingan untuk semua orang (OAP
menciptakan pembangunan. Pembangunan ini dan non OAP) yang berada di Provinsi Papua.
menjadi kunci terpenuhinya hak dasar OAP. Sedangkan rancangan Perdasus dalam
Namun, yang harus menjadi perhatian bahwa pembentukannya hanya melaksanakan pasal-
pembangunan ini harus menjadi perhatian pasal tertentu dari perintah Undang-Undang
bahwa pembangunan ini harus menjadikan Nomor 21 Tahun 2001 Tentang Otonomi Khusus
masyarakat Papua ini sebagai subjek Bagi Provinsi Papua sebagaimana telah diubah
pembangunan, bukan hanya menjadi objek dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2021
pembangunan. Dalam proses perencanaan Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang
pembangunan, partisipasi masyarakat, terutama Nomor 21 Tahun 2001 Tentang Otonomi Khusus
OAP yang menjadi target Otsus, merupakan Bagi Provinsi Papua. Rancangan Perdasus
suatu keharusan agar masyarakat memahami sebelum ditetapkan dalam Sidang Paripurna
arti pembangunan yang akan dilaksanakan di DPRP, terlebih dahulu mendapat rekomendasi
Tanah Papua, sehingga mereka dapat dari Majelis Rakyat Papua (MRP) terkait dengan
memanfaatkan pemabangunan tesebut secara materi yang diatur dalam rancangan Perdasus
optimal. Dengan keterlibatan OAP secara aktif mengenai perlindungan dan keberpihakan
dalam proses pembangunan, maka rasa memiliki (afirmasi) terhadap OAP28.
setiap program pembangunan akan mendorong 14.Pemerintah berwenang melakukan pengawasan
masyarakat untuk ikut berperan mensukseskan fungsional terhadap penyelenggaraan
pembangunan tersebut karena perasaan akan pemerintahan daerah sesuai dengan peraturan
adanya jaminan bahwa pembangunan tersebut perundang-undangan. (Pasal 68 ayat (3)) ini hal
akan membawa dampak positif bagi kehidupan yang penting karena dapat menunjang
mereka. Inilah yang menjadikan salah satu faktor percepatan pembangunan di Papua.
belum berhasilnya pembangunan di Papua dan 15.Pemerintah dapat melimpahkan wewenang
Papua Barat dalam kerangka otsus untuk kepada Gubernur selaku wakil pemerintahan
memperbaiki situasi ekonomi dan pelayanan untuk melakukan pengawasan atas
publik secara signifikan.27 penyelenggaraan pemerintahan kabupaten/kota.
13.Pemerintah berwenang melakukan pengawasan (Pasal 68 ayat (4)) Pemerintah daerah dalam hal
terhadap Perdasus, Perdasi dan Keputusan ini Gubernur berwenang mengawasi jalannya
Gubernur. (Pasal 68 ayat (2) langkah dari penyelenggaraan pemerintah daerah
pemerintah pusat untuk memastikan bahwa kabupaten/kota karena Gubernur bertanggung
peraturan yang berada di daerah tidak jawab pada daerah yang dipimpinnya.
16.Dalam rangka sinkronisasi,hamonisasi, evaluasi
dan koordinasi pelaksanaan Otonomi Khusus dan
26 Hasil Wawancara dengan Kepala Biro Tata Pemerintahan dan
Otsus SETDA Papua melalui telepon seluler
27 LIPI, Masalah Pendidikan dan Kesehatan di Papua, Yayasan 28Hasil Wawancara dengan Pelaksana Harian Kepala Biro
Pustaka Obot Indonesia, Jakarta, 2019, hlm. 3 Hukum SETDA Papua melalui telepon seluler
pembangunan di wilayah Papua, dibentuk suatu dan koordinasi pelaksanaan otonomi khusus dan
badan khusus yang bertanggung jawab secara pembangunan di wilayah Papua.29s
langsung kepada Presiden. (Pasal 68 A ayat (1)) 19.Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat dapat
hal ini sangat baik agar di waktu mendatang melakukan pemekaran daerah provinsi dan
Papua dapat bangkit dari ketertinggalan. kabupaten/ kota menjadi daerah otonom untuk
17.Badan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat mempercepat pemerataan pembangunan,
(1) terdiri atas seorang ketua dan beberapa peningkatan pelayanan publik dan kesejahteraan
orang anggota dengan susunan sebagai berikut: masyarakat serta mengangkat harkat dan
a. Wakil Presiden sebagai Ketua; martabat Orang Asli Papua dengan
b. menteri yang menyelenggarakan urusan mempehatikan aspek politik, administratif,
pemerintahan dalam negeri, menteri yang hukum, kesatuan sosial-budaya, kesiapan
menyelenggarakan urusan pemerintahan di sumber daya manusia, infrastruktur dasar,
bidang perencanaan pembangunan nasional kemampuan ekonomi, perkembangan pada
dan menteri yang menyelenggarakan urusan masa yang akan datang, dan / atau aspirasi
pemerintahan di bidang keuangan sebagai masyarakat Papua. (Pasal 76 ayat 2)). Mengenai
anggota;dan pemekaran daerah terlihat perbedaan yang
c. 1 (satu) orang perwakilan dari setiap Provinsi mendasar karena Undang-Undang Nomor 21
Papua sebagai anggota. (Pasal 68 A ayat (2)). Tahun 2001 tidak ada peran dari pemerintah
Kebijakan ini merupakan langkah tepat pusat dalam pemekaran daerah tetapi di
karena pemerintah pusat dan pemerintah Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2021
daerah dapat duduk bersama mengambil pemerintah pusat bersama DPR berperan dalam
kebijakan untuk percepatan pembangunan di pemekaran daerah. Hal tersebut mencerminkan
Papua. bahwa pemerintah pusat juga telah menyetujui
18.Dalam hal Perdasus dan Perdasi sebagaimana kalau terjadi pemekaran daerah provinsi dan
dimaksud pada ayat (3) tidak dapat diundangkan kabupaten/kota. Dalam hal pemekaran wilayah
dalam waktu 1 (satu) tahun, Pemerintah dapat tentunya tidak lepas dari pelepasan tanah adat
mengambil alih pelaksanaan kewenangan yang menuai persoalan sehingga diperlukan
sebagaimana dimaksud pada ayat (3). (Pasal 75 penyelesaian. Sebelum era otonomi khusus
ayat (4)) Pemerintah pusat dengan tanah-tanah eks Nederlands Nieuw Guinea, yang
memprioritaskan ketepatan waktu agar dikuasai sebagai tanah negara serta
kebijakan yang khusus ini dapat terselenggara memerintahkan Gubernur Irian Jaya untuk
dengan baik. Dalam Undang-Undang Nomor 21 menyerahkan kepada instansi vertikal yang
Tahun 2001 Tentang Otonomi Khusus Bagi berada di Provinsi Irian Jaya pada waktu itu yang
Provinsi Papua penyelenggaraan otonomi khusus dikenal dengan sebutan vertikalisasi asset, yang
berada di Provinsi, untuk mengatur ditetapkan dengan Keputusan Irian Jaya Nomor
kabupaten/kota, dengan difokuskan pada bidang 95/GIJ/1976. Sedangkan setelah era otonomi
pendidikan, bidang kesehatan, bidang khusus dikenal dengan adanya pelepasan tanah
pemberdayaan ekonomi kerakyatan dan bidang adat, yaitu sebelum untuk proses pendaftaran
infrastruktur. Setelah diubah dengan Undang- tanah di Badan Pertanahan Nasional harus
Undang Nomor 2 Tahun 2021 penyelenggaraan dilengkapi dengan pelepasan tanah adat dari
otonomi khusus di Provinsi Papua sudah masyarakat adat yang bersangkutan sebagai
bergeser yaitu penyelenggaraan otonomi khusus salah satu persyaratan dalam proses
berada di Provinsi dan kabupaten/kota. Selain pendaftaran tanah. Proses ganti rugi yang
difokuskan pada bidang pendidikan, bidang dilakukan oleh Pemerintah dan Pemerintah
kesehatan, bidang pemberdayaan ekonomi Daerah untuk tanah-tanah eks Nederlands
kerakyatan dan bidang infrastruktur juga Nieuw Guinea yang telah menjadi tanah negara
mengatur bidang lainnya seperti politik dalam melalui upaya proses gugatan di pengadilan yang
hal ini pengangkatan OAP ¼ dari jumlah anggota telah diputus dan mempunyai kekuatan hukum
DPRD yang dipilih melalui pemilihan umum, tetap.30
melalui jalur partai politik, sama dengan DPRP
Provinsi, untuk pengangkatan OAP ¼ dari jumlah
29 Hasil Wawancara dengan Pelaksana Harian Kepala Biro
angggota DPRP yang dipilih melalui pemilihan
Hukum SETDA Papua melalui telepon seluler
umum. Selain itu, juga dibentuk Badan Khusus 30 Hasil Wawancara dengan Pelaksana Harian Kepala Biro

dalam rangka sinkronisasi, harmonisasi, evaluasi Hukum SETDA Papua melalui telepon seluler
Hal-hal mendasar yang menjadi isi Undang- pemberian otonomi khusus juga bukan untuk
Undang ini adalah: Pertama, pengaturan menyelesaikan perbedaan pendapat tersebut.
kewenangan antara Pemerintah dengan Pemerintah Dengan sendirinya, persoalan aspirasi pemisahan
Provinsi Papua serta penerapan kewenangan diri yang bersumber pada perbedaan persepsi
tersebut di Provinsi Papua yang dilakukan dengan legalitas Penentuan Pendapat Rakyat tidak dapat
kekhususan; Kedua, pengakuan dan penghormatan diselesaikan melalui pemberian otonomi khusus.32
hak-hak dasar Orang Asli Papua serta
pemberdayaan secara strategis dan mendasar; PENUTUP
Ketiga, mewujudkan penyelenggaraan A. Kesimpulan
pemerintahan yang baik dan berciri: 1) partisipasi 1. Kedudukan Pemerintah Pusat adalah aktor
rakyat sebesar-besarnya dalam perencanaan, kebijakan dalam otonomi khusus. Unsur
pemerintah pusat merupakan faktor penting
pelaksanaan dan pengawasan dalam
penyelenggaraan pemerintahan serta pelaksanaan dalam pelaksanaan otonomi khusus. Oleh karena
pembangunan melalui keikutsertaan para wakil itu, ketika otonomi khusus dianggap gagal atau
adat, agama dan kaum perempuan . 2) pelaksanaan sebaliknya berhasil, maka hal demikian tidak
pembangunan yang diarahkan sebesar-besarnya lepas dari peranan pemerintah pusat.
untuk memenuhi kebutuhan dasar Orang Asli Papua 2. Kewenangan pemerintah pusat pada otonomi
pada khususnya dan penduduk Provinsi Papua pada khusus lebih menekankan pada penetapan
umumnya dengan berpegang teguh pada prinsip- kebijakan yang bersifat norma, standar, kriteria
prinsip pelestarian lingkungan, pembangunan dan prosedur. Sedangkan kewenangan
pelaksanaan hanya terbatas pada kewenangan
berkelanjutan, berkeadilan dan bermanfaat
langsung bagi masyarakat; dan Keempat, bertujuan mempertahankan dan memelihara
pembagian wewenang, tugas dan tanggungjawab identitas dan integritas bangsa dan negara,
yang tegas dan jelas antara badan legislatif, menjamin kualitas pelayanan umum yang setara
eksekutif dan yudikatif serta Majelis Rakyat Papua bagi warga negara, menjamin efisiensi pelayanan
sebagai representasi kultural Orang Asli Papua yang umum karena jenis pelayanan umum tersebut
diberikan kewenangan tertentu.31 berskala nasional dan menjamin keselamatan
Pemberian otonomi khusus bagi Provinsi Papua fisik dan non fisik yang setara bagi semua warga
dimaksudkan untuk mewujudkan keadilan, negara.
penegakan supremasi hukum, penghormatan B. Saran
terhadap HAM, percepatan pembangunan ekonomi, 1. Karena pemerintah pusat sebagai aktor kebijakan
peningkatan kesejahteraan dan kemajuan maka sebaiknya pemerintah pusat mengadakan
masyarakat Papua, dalam rangka kesetaraan dan Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama
keseimbangan dengan kemajuan provinsi lain. pemerintah daerah Papua dan masyarakat
Dapat diketahui bahwa tujuan pemberian otonomi Papua. Sehingga, segala aspirasi masyarakat
khusus adalah untuk menyelesaikan akar masalah Papua terlebih Orang Asli Papua dapat
Papua sesuai dengan aspirasi masyarakat Papua. tersalurkan dan tidak ada lagi persoalan
Namun demikian, substansi Undang-Undang “kepercayaan” antara pemerintah pusat dan
otonomi khusus Papua tidak mencakup upaya pemerintah daerah.
upaya penyelesaian seluruh akar persoalan di 2. Perlu dibangun komunikasi yang intensif antara
Papua. Undang-Undang otonomi khusus Papua pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam
hanya dapat digunakan sebagai instrumen normatif penyusunan pembagian kewenangan agar tidak
untuk menyelesaikan akar persoalan berupa terjadi disharmonisasi dalam pelaksanaan
”kesenjangan, persamaan kesempatan, serta penyelenggaraan urusan pemerintahan.
perlindungan hak-hak dasar HAM”. Untuk persoalan
yang berakar pada konflik dan perbedaan pendapat DAFTAR PUSTAKA
mengenai proses dan legalitas penyatuan Papua Buku
sebagai bagian dari Indonesia sama sekali tidak Dadang Solihin dan Radjab Semendawai. (2013).
disinggung walaupun dalam realitas masih Optimalisasi Otonomi Daerah Kebijakan,
menunjukkan kuatnya pengaruh akar persoalan ini Strategi dan Upaya, Jakarta: Yayasan Empat
dalam konflik di Papua. Konsekuensinya, tujuan Sembilan

31Ni’ Matul Huda, Problematika Otonomi Khusus di Papua,


Nusamedia, Bandung, 2021, hlm. 26 32 Ibid, hlm. 27
Katharina, Riris. (2019). Menakar Capaian Otonomi
Khusus Papua, Jakarta: Yayasan Pustaka
Obor
LIPI. (2019). Masalah Pendidikan dan Kesehatan di
Papua, Jakarta: Yayasan Pustaka Obor
Indonesia
Malak, Stephanus. (2012). Otonomi Khusus Papua,
Jakarta: Ar Raafi
Matul, Ni. (2021). Problematika Otonomi Khusus di
Papua, Bandung: Nusamedia
Nurcholis, Hanif. (2007) Teori dan Praktik
Pemerintah dan Otonomi Daerah, Jakarta:
PT. Gramedia Widiasarana Indonesia
Pekey, Frans. (2018). Otonomi Khusus Papua
Dinamika Formulasi Kebijakan Yang Semu,
Jakarta: Kompas
Jurnal Ilmiah
Sawala-Jurnal Administrasi Negara (2021).
Problematika Pelaksanaan Kebijakan
Otonomi Khusus Kepada Daerah Papua dan
Papua Barat Dengan Perspektif Kebijakan
Publik, Vol. 9, No. 2
Daftar Wawancara
Kepala Biro Tata Pemerintahan dan Otonomi Khusus
SETDA Provinsi Papua: Bapak Jimmy
Wanimbo,S.H.,M.Ec.Dev. tanggal 2 Februari
2022 melalui telepon seluler
Pelaksana Harian Kepala Biro Hukum SETDA Provinsi
Papua : Ibu Sofia Bonsapia, S.H.,M.Hum.
tanggal 27 Januari 2022 melalui telepon
seluler
Mahasiswa Penerima Beasiswa Unggul Papua di
Selandia Baru tanggal 19 Januari 2022
melalui WhatsApp

Anda mungkin juga menyukai