Anda di halaman 1dari 26

PEMERINTAH AN

DAERAH OTONOMI K HUSUS PAPUA

Disusun Unt uk Memenuhi Tugas Mat a Kuliah P emer int ahan Daerah

DISUSUN OLEH :

MULA RIZK A

C1G1 22 092

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

FAK ULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERS ITAS HALUOLEO

K ENDARI

2024
K ATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah Swt . at as segala rahmat -Nya

sehingga makalah ini dapat t ersusun sampai selesai. Tidak lupa saya

mengucapkan t er ima kasih t erhadap bant uan dar i pihak yang t ela h

berkont r ibusi dengan member ikan sumbangan baik pikiran maupun mat er i.

Penulis sangat ber harap semoga ma kalah ini dapat menamba h

penget ahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan sa ya ber harap lebih jau h

lagi agar makalah ini bisa pembaca prakt ikkan dalam kehidupan sehar i - har i.

Bagi sa ya sebagai penulis merasa bahwa masih banyak kekuranga n

dalam penyusunan makalah ini karena ket erbat asan penget ahuan da n

pengala man saya. Unt uk it u, saya sangat mengharapkan kr it ik dan saran yang

membangun dar i par a pembaca demi kesempur naan makalah yang saya susu n

ini.

K endari, 12 Apr il 2024

Penuli s

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………… ...………...…ii

DAFTAR ISI……………………………………………………… ……..………....iii

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………… .……….….1

1.1 Lat ar Belakang…………………………………………………… ..........….1

1.2 Rumusan Masalah……………………………..……………………......... ..2

1.3 Tujuan Penulisan……………………………………………………......... ..2

BAB II PEMBAHAS AN………………………………………………………. ......3

2.1 Otono mi Khusus Papua….………………………………………............. .3

2.2 Pengelo laan Dana Ot onomi Khusus Papua . ..................................... ..5

2.3 Pengakuan Hak-Hak Adat dalam Kebijakan Ot ono mi Khusus Papua …16

2.4 Tant angan Dalam I mplement asi Kebijakan Ot ono mi Khusus Papua.... 18

BAB III PENUTUP……………………………………………….……………. ....22

3.1 Kesimpulan..........................................…………………………….. ...22

3.2 Saran.......................................................... ………….………... ......22

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………. ......23

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebagai negara kepulauan, Indonesia me miliki ident it as geopolit ik yang

unik, ya it u let ak geografisnya yang sangat st rat egis dar i Sabang hingga

Merauke. Keadaan ini menimbulkan per lunya pengendalian yang kuat d i

Indonesia unt uk menjaga keamanan, keut uhan, dan kedaulat an wila yah NKRI ,

t ermasuk per lindungan wila yah-wila yah ut ama sepert i provins i paling t imur

Papua. Papua juga memiliki nilai st rat egis yang t inggi bagi geopo lit ik

Indonesia karena let ak geografis dan kekayaan su mber daya alamnya.

Keluhan masyarakat ser ing kali diat asi mela lui kebijakan yang kur ang

memper hat ikan nilai- nila i lo kal, sehingga ser ingka li berujung pada konflik

jangka panjang. Otono mi daerah t idak ber jalan baik dalam r angka percepat an

pelayanan pemer int ah unt uk kesejaht eraan masyar akat karena t idak dibareng i

dengan pengembangan sumber daya m anusia dan pengembangan birokras i

yang efisien. Mendesak pemer int ah menet apkan perat uran pemer int ah yang

memuat mekanis me pember lakuan Undang -Undang No mor 21 Tahun 2001

t ent ang Ot ono mi Khusus di P apua. Keput usan No mor 21 Tahun 2001 me mber i

wewenang kepada pemer int ah pusat unt uk member ikan dana otono mi khusu s

kepada t iga daerah yait u Papua, Papua Barat , dan Gua Selat an Aceh. Tujua n

pember ian Dana Ot onomi Khusus adalah unt uk meningkat kan kesejaht eraa n

dan kema juan mas yarakat Papua. Secar a khusus, Dana Ot ono mi Khusu s

dimaksudkan unt uk digunakan unt uk mengembangkan pendid ikan da n

kesehat an masyarakat Papua.

1
Undang-undang No mor 21 Tahun 2001 t ent ang Ot onomi Khusus bag i

Provinsi Papua ia lah suat u kebijakan yang ber nilai st rat egis dala m rangka

peningkat an pela yanan , dan akselerasi pembangunan , sert a pemberda yaa n

seluruh rakyat di provinsi Papua, t erut ama orang asli P apua. Melalu i

kebijakan ini diharapkan dapat mengurangi kesenjangan ant ar provinsi Papua

dengan propinsi-propinsi lain dala m wadah Negara Kesat uan Rep ublik

Indonesia, sert a akan me mber ikan pelu ang bagi orang asli Papua unt uk

berkiprah di wilayahnya sebagai pelaku sekaligus sasaran pembangunan.

1.2 Rumu san Masalah

1. Apa it u otonomi khusus papua ?

2. Bagaimana pengelo laan dana otonomi khusus papua ?

3. Bagaimana pengakuan hak- hak adat dalam kebijakan otono mi khusus

papua?

4. Apa saja t ant angan dalam imp lement asi kebijakan otonomi khusus

papua?

1.3 Tujuan Penu lisan

1. Unt uk menget ahui apa it u otonomi khusus papua?

2. Unt uk menget ahui b agaimana pengelo laan dana otonomi khusus papua

3. Unt uk menget ahui bagaimana pengakuan hak - hak adat dalam kebijaka n

otono mi khusus papua.

4. Unt uk menget ahui apa saja t ant angan dalam implement asi kebijaka n

otono mi khusus papua

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Otonomi K husus Papua

Provinsi P apua adalah Provins i Ir ian Jaya yang diber i Ot ono mi Khusus,

bagian dar i wilayah Negara Kesat uan Republik I ndonesia, yang memilik i

keragaman suku dan lebih dar i 250 (dua rat us lima puluh) bahasa daerah sert a

dihuni juga o leh suku -suku lain di I ndo nesia. Keput usan po lit ik penyat ua n

Papua menjadi bag ian dar i Negara Kesat uan Republik Indo nesia pada

hakikat nya mengandung cit a -cit a luhur. Namun kenyat aannya ber baga i

kebijakan dala m penyelenggaraan pemer int ahan dan pembangunan yang

sent ralist ik belum sep enuhnya memenuhi rasa keadilan, belum sepenuhnya

memungkinkan t ercapainya kese jaht eraan rakyat , belum sepenuhnya

mendukung t erwujudnya penegakan hukum, dan belum sepenuhnya

menampakkan penghor mat an t erhadap Hak Asasi Manusia (HAM) di Provins i

Papua, khusus nya masyarakat Papua. Kondisi t ersebut mengakibat ka n

t erjadinya kesenjangan pada hampir semua sekt or kehidupan, t erut ama dala m

bidang pendidikan, kesehat an, eko no mi, kebudayaan dan sosial po lit ik.

Pelanggaran HAM, pengabaian hak - hak dasar penduduk asli dan adanya

perbedaan pendapat mengenai sejar ah penyat uan Papua ke dalam Negar a

Kesat uan Republik I ndonesia adalah masalah - masalah yang per lu diselesaikan.

Upaya penyelesaian masalah t ersebut selama ini dinila i kur ang menyent u h

akar masalah dan aspir asi masyar akat Papua, sehingga memicu ber baga i

3
bent uk kekecewaan dan ket idakpuasan. Mo ment um refor masi di I ndonesia

member i peluang bagi t imbulnya pemikiran dan kesadar an baru unt uk

menyelesa ikan ber bagai per masalahan besar bangsa I ndonesia dalam menat a

kehidupan ber bangsa dan ber negara yang lebih baik. S ehubungan dengan it u,

Majelis Per musyawarat an Rakyat Republik I ndonesia menet apkan per lunya

pember ian st at us Otonomi Khusus kepada Provinsi Ir ian Jaya sebagaimana

diamanat kan dalam Ket et apan MPR RI Nomor IV/MP R/1999 t ent ang Gar is-

gar is Besar Haluan Negara Tahun 1999 -2004 Bab IV huruf (g) angka 2.

Dalam Ket et apan MPR RI No mor IV/MPR/2000 t ent ang Reko mendas i

Kebijakan Dala m P enyelenggaraan Ot ono mi Daerah, yang ant ara lain

menekankan t ent ang pent ingnya segera merealisasi kan Ot ono mi Khusus

t ersebut mela lui penet apan suat u undang -undang otonomi khusus bag i

Provinsi Ir ian Jaya dengan memper hat ikan aspirasi masyarakat . Hal in i

merupakan suat u langkah awal yang posit if dalam rangka me mbangun

kepercayaan rakyat kepada Pemer int a h, sekaligus merupakan langka h

st rat egis unt uk melet akkan kerangka dasar yang kukuh bagi ber bagai upaya

yang per lu dilakukan demi t unt asnya penyelesaian masalah - masalah d i

Provinsi Papua.

Otono mi Khusus bagi Provins i Papua pada dasar nya adalah pember ia n

kewenangan yang lebih luas bagi Provins i dan rakyat Papua unt uk mengat ur

dan mengurus dir i sendir i di dalam kerangka Negara Kesat uan Republik

Indonesia. Kewenangan yang lebih luas berart i pula t anggung jawab yang

lebih besar bagi Provins i dan rakyat Papua un t uk menyelenggaraka n

pemer int ahan dan mengat ur pemanfaat an kekayaan a lam di Provinsi P apua

unt uk sebesar- besar nya bagi kemakmuran rakyat Papua sebagai bagian dar i

4
rakyat Indonesia sesuai dengan perat uran perundang-undangan. Kewenangan

ini berart i pula kewe nangan unt uk memberdayakan pot ensi sosia l- budaya da n

perekono mian masyarakat Papua, t ermasuk member ikan peran yang memada i

bagi orang-orang asli P apua me lalui para wakil adat , agama, dan kau m

perempuan.

Peran yang dilakukan adalah ikut sert a merumuskan kebijakan daer ah,

menent ukan st rat egi pembangunan dengan t et ap menghargai keset araan da n

keragaman kehidupan masyarakat Papua, melest ar ikan budaya sert a

lingkungan ala m Papua, yang t ercer min mela lui perubahan nama Ir ian Jaya

menjadi Papua, lambang daerah d ala m bent uk bendera daerah dan lagu daera h

sebagai bent uk akt ualisasi jat i dir i rakyat Papua dan pengakuan t erhadap

eksist ensi hak ula yat , adat , masyar akat adat , dan hukum adat .

2.2 Pengelolaan Dana Otonomi K husus Papua

1. Pengatu ran terkait Pengelolaan Da na Otonomi K husus pad a

Provinsi Papua

Arah pengelo laan dana otonomi khusus pada Provins i P apua adala h

unt uk mendukung pelaksanaan otono mi khusus bag i provins i papua dala m

rangka meningkat kan kualit as sumbe r daya manusia, meningkat kan

kese jaht eraan orang As li Papua sert a mengur angi kesenjangan pembanguna n

ant ar wila yah, ant ar kot a dan ant ar kampung. Unt uk mencapai hal t ersebut ,

maka arah pengelo laan dana otonomi khusus yang ingin dicapai adalah :

a. Pemer at aan pelayananan dan peningkat an kualit as pendidikan .

b. Pemerat aan pe layanan dan peningkat an kualit as kesehat an.

5
c. Berkembangnya eko no mi rak yat yang didukung o leh infrast rukt ur daerah

yang berkualit as.

d. Pemerat aan dan peningkat an kualit as pela yanan di sekt or perhubungan.

e. Meningkat nya kualit as hidup masyar akat Orang Asli Papua.

f. Pencipt aan dan per luasan lapangan ker ja bagi Orang Asli Papua .

Mekanisme P enge lo laan Dana Ot onomi Khusus Provins i P apua

dije laskan pada Lampiran I Perat uran Gubernur Papua No mor 3 Tahun 2015

t ent ang P edo man P engeloaan P ener i maan Khusus dala m rangka Pelaksanaa n

Otono mi Khusus Provinsi Papua TA 2015, memuat t ent ang proses:

a. Peren canaan

1) Perencanaan program dan kegiat an yang ber sumber dar i dana

otono mi khusus dilakukan melalu i pe mbahasan Usulan Rencana Definit i f

(URD) S KPD-Provins i dan Kabupat en/ Kot a di Provins i yang selanjut nya

disahkan menjadi Rencana Definit if (RD) sebelum penet apan AP BD Provins i

dan AP BD Kabupat en/ Kot a.Rencana ker ja penggunaan Dana Ot ono mi Khusus

oleh Provinsi.

a) Pemer int ah Provinsi P apua menyusun rencana ker ja penggunaan dana

otono mi khusus bagian Provins i P apua unt uk jangka wakt u 1 (sat u) t ahun

merupakan bagian yang t idak t erpisahkan dar i RKPD Provins i Papua yang

dijabarkan dar i RPJMD dengan menggunakan bahan dar i Renja S KP D, has i l

Musr enbang desa/kampung, hasil Musrenbang Kabupat en/ Kot a dan Pro vins i

yang mengacu kepada Rencana Ker ja Pemer int ah.

6
b) Penyusunan rencana ker ja penggunaan dana otono mi khusus sebagaimana

dimaksud pada huruf ( a) unt uk menja min ket erk ait an dan konsist ensi ant ara

perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, penat ausahaan,

pert anggungjawaban, pelaporan dan pengawasan penggunaan dana otono mi

khusus.

c) Program dan kegiat an dala m rencana ker ja penggunaan dana ot onomi

khusus oleh SKPD harus men cant umkan secara t erpisah pendanaan program

dan kegiat an yang ber sumber dar i dana otono mi khusus dalam usulan rencana

definit if (URD) sebagai bagian dar i rencana ker ja S KPD.

d) URD sebagaimana dimaksud pada hur uf c harus mendapat kan perset ujua n

dar i guber nur. e) URD yang t elah mendapat kan per set ujuan guber nur menjad i

RD

f) Rencana ker ja penggunaan dana ot onomi khusus sebagaimana dimaksud

pada huruf ( e) dit et apkan dengan Perat uran Guber nur.

2) Rencana Ker ja Penggunaan Dana Ot onomi Khusus o le h

Kabupat en/ Ko t a.

a) Pemer int ah kabupat en/kot a menyusun rencana ker ja penggunaan dana

otono mi khusus bagian Kabupat en/ Kot a unt uk jangka wakt u 1 (sat u) t ahun

merupakan bagian yang t idak t erpisahkan dar i RKPD Kabupat en/ Kot a yang

dijabarkan dar i RPJMD Kabupat en/ Kot a denga n menggunakan bahan dar i

Renja S KPD Kabupat en/ Kot a, hasil musr enbang kampung, has il musrenbang

kabupat en/kot a dan Provinsi yang mengacu kepada Rencana Ker ja Pemer int ah.

b) Penyusunan rencana ker ja penggunaan dana otono mi khusus sebagaimana

7
dimaksud huruf ( a) unt uk menjamin ket erkait an dan kons ist ensi ant ara

perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, penat ausahaan,

pert anggungjawaban, pelaporan dan pengawasan penggunaan dana otono mi

khusus.

c) Penyusunan rencana ker ja penggunaan dana otono mi khusus unt uk t ahun

anggaran ber ikut nya, diselesaikan paling lama pada akhir bulan Mei t ahun

anggaran ber jalan.

d) Program dan kegiat an dalam rencana ker ja penggunaan dana ot onomi

khusus oleh SKPD harus mencant umkan secara t erpisah pendanaan program

dan kegiat an yang ber sumber dar i dana otono mi khusus dala m Usula n

Rencana Definit if (URD) sebagai bagian dar i rencana ker ja S KPD.

e) URD sebagaimana dimaksud pada huruf (d) harus mendapat kan perset ujua n

dar i Bupat i/ Walikot a.

f) URD sebaga imana dimaksud pada huruf (d) disampaikan kepada Guber nur

unt uk dievaluasi dan mendapat kan perset ujuan dengan me lampirkan RKA -

SKPD.

g) Unt uk efekt ivit as pelaksanaan evaluasi sebagaimana guber nur dapat

mengundang pejabat pemer int ah daerah kabu pat en/ kot a yang t erkait .

h) Hasil evaluasi URD dit et apkan menja di RD dengan keput usan Guber nur

dan disampaikan kepada Bupat i/ Walikot a paling lama 15 ( lima belas) har i

ker ja t erhit ung sejak dit er imanya URD dimaksud.

8
b. Penyalu ran dan Penatausahaan

1) Dana otonomi khusus disalurkan secar a bert ahap dar i rekening kas umu m

Daerah Provins i Papua ke masing - masing rekening kas umum daera h

kabupat en/kot a

2) Set iap t ahapan penya luran dit et apkan besaran alokasi dana otonomi khusus

dengan present ase t ert ent u dar i j umlah alokasi dana otono mi khusus yang

dit er ima masing- masing kabupat en/kot a.

3) Penya luran dana otonomi khusus didasarkan at as per mint aa n

Bupat i/ Walikot a.

4) Penya luran dana ot onomi khusus dilakukan sesuai dengan penyalur an dana

otono mi khusus dar i Kas N egara ke rekening Kas Umum Daerah Provins i

Papua.

5) Mekanisme dan prosedur penyalur an dan penat ausahaan dana Ot ono mi

khusus yang dialokasikan ke kabupat en/kot a, t et ap mengacu pada: a)

Perat uran Ment er i Da lam Neger i No mor 55 Tahun 2008 t ent ang Tat a Cara

Penat ausahaan dan Penyusunan Laporan Pert anggungjawaban Bendaharawa n

sert a Penya mpaiannya; b) Dokumen Rencana Definit if Dana Ot onomi Khusus

Kabupat en/ Kot a yang t elah disahkan o leh Guber nur Papua.

6) Tahapan penya luran dana otono mi khusus yang diperunt ukkan bag i

Kabupat en/ Kot a disalurkan dar i Rekening Kas Umu m Daer ah Provins i Papua

ke masing- masing rekening Kas Umum Daerah Kabupat en/ Kot a dengan 3

(t iga) t ahap sebagai ber ikut :

a) Tahap I (Pert ama) sebesar 30% (t iga puluh persen) dar i alokasi;

9
b) Tahap II (Ke dua) sebesar 45% (empat puluh lima persen) dar i alokasi;

c) Tahap III (Ket iga) sebesar 25% dar i alo kasi.

7) Penyaluran Tahap I dapat dilaksanakan apabila Kabupat en / Kot a yang

bersangkut an t elah menet apkan APBD dengan mela mpirkan rencana

penggunaan dana o tono mi khusus (Rencana Definit if/RD) yang t elah disahka n

oleh Guber nur Cq. Sekr et ar is Daer ah Pr ovinsi P apua dan Laporan realisas i

penggunaan dana otonomi khusus t ahun anggaran sebelu mnya.

c. Pelaksanaan, Pengendalian, Evaluasi, Pengawasan dan

Pergeseran/ P erubahan Program dan K egiatan Rencana Definiti f

1) Pelaksanaan Pelaksanaan program dan kegiat an yang bersumber dar i Dana

Otono mi Khusus t et ap berpedo man pada:

a) Perat uran Daerah t ent ang Anggaran Pendapat an dan Belanja Daera h

Provinsi dan Perat uran Guber nur t ent ang Penjabaran Anggaran Pendapat an

dan Belanja Daerah Provins i;

b) Perat uran Daerah t ent ang Anggar an Pendapat an dan Belanja Daera h

Kabupat en/ Kot a dan Perat uran Bupat i/ Walikot a t ent ang penjabaran Anggara n

Pendapat an dan Belanja Daerah Kabupat en/ Kot a;

c) Pedo man Pelaksanaan Anggaran Pendapat an dan Belanja Daer ah Provinsi

Papua dan Kabupat en/ Kot a sert a ket ent uan Perundangundangan yang

ber laku. Penyelenggaraan t ugas pemer int ah provins i, DP RP dan Majelis

Rakyat Papua (MRP) dibiaya i at as beban Anggaran Pendapat an dan Belanja

Daerah ( AP BD), sedangkan penyelenggaraan t ugas Pemer int ah di Provins i

10
Papua dibia yai at as beban Anggaran P endapat an dan Belanja Negara ( AP BN).

Sumber pener imaan Provinsi Papua t elah jelas diat ur dalam Undang-Undang

Nomor 21 Tahun 200 1 dan dipert egas lagi dala m Perat uran Daerah Provins i

Papua No mor 2 Tahun 2004 t ent ang Pembagian Pener imaan Dalam Rangka

Otono mi Khusus.

Dalam Pasal 34 Undang -Undang No mor 21 Tahun 2001 menyat aka n

bahwa sumber- sumber pener imaan Provinsi, Kabupat en/ Kot a me liput i:

a) Pendapat an asli Provins i, Kabupat en/ Kot a yang t erdir i at as Pajak

daerah, Ret r ibus i Daer ah, Hasil perusahaan milik Daerah dan Hasi l

pengelo laan kekayaan Daer ah lainnya yang dipisahkan; dan lain - la in

pendapat an Daerah yang sah.

b) Dana Per imbang an bagian Provinsi P apua, Kabupat en/ Kot a dala m

rangka Ot ono mi Khusus dengan per inc ian sebagai ber ikut :

(1). Bagi Has il P ajak: P ajak Bumi dan Bangunan sebesar 90%

(sembilan puluh persen) ; Bea Pero lehan Hak at as Tanah dan Banguna n

sebesar 80% (delapan puluh persen) ; dan Pajak Penghasilan Or ang Pr ibad i

sebesar 20% (dua puluh persen)

(2). Bagi hasil sumber daya alam: Kehut anan sebesar 80% (delapa n

puluh persen), Per ikanan sebesar 80% (delapan pu luh per sen), Pert ambanga n

umum sebesar 80% (delapan puluh persen), Pert ambangan minyak bum i

sebesar 70% (t ujuh puluh persen), dan Pert ambangan gas alam sebesar 70%

(t ujuh puluh persen).

11
(3). Dana alokasi umum yang t edir i dar i: (a). Dana otonomi khusus

yang besar nya set ara dengan 2% dar i plafon DAU Nasio nal, yang t erut ama

dit ujukan unt uk pembia yaan pendidikan dan kesehat an; ( b). Dana t ambaha n

infrast rukt ur dala m rangka pelaksanaan otonomi khusus yang besar nya

dit et apkan berdasarkan usulan Provins i. Dana ini t erut ama dit ujukan unt uk

pembiayaan pembangunan infrast rukt ur. Dana t ersebut dimaksudkan agar

sekurang-kurangnya dala m 25 t ahun seluruh kot a-kot a provinsi,

kabupat en/kot a, dist r ik at au pusat pusat penduduk lainnya t er hubungka n

dengan t ransport asi darat , laut at au udara yang berkualit as, sehingga Provins i

Papua dapat melakukan akt ivit as eko no minya secara baik dan mengunt ungka n

sebagai bagian dar i sist em perekono mian nasio nal dan glo bal.

c) Pener imaan Provins i dalam rangka Otono mi Khusus t elah diat ur

dalam Pasal 2 Perat uran Daer ah Provinsi Papua No mor 2 Tahun 2004

dije laskan bahwa sumber pener imaan Provins i Papua meliput i ;

(1). Bagi hasil sumb er daya alam minyak bumi dan gas alam

(2). Pener imaan khusus dala m rangka melaksanakan otonomi khusus

yang besar nya set ara 2% dar i plafo n Dana Alo kasi Umum ( DAU) nasio nal.

d) P injaman Daer ah;

e) Lain- la in pener imaan yang sah. Provins i Papua dapat mener i ma

bant uan luar neger i set elah member it ahukannya kepada Pemer int ah dan dapat

melakukan pinja man dar i sumber dala m neger i dan/at au luar neger i unt uk

membiaya i sebagian anggarannya. P injaman dar i sumber dalam neger i unt uk

Provinsi Papua harus mendapat perset ujuan dar i DPRP sedangkan P inja ma n

12
dar i sumber luar neger i unt uk Provinsi P apua harus mendapat pert imbangan

dan perset ujuan DPRP dan Pemer int ah dengan berpedo man pada perat uran

perundang-undangan. Tot al kumulat if pinja man besar nya t idak me lebih i

persent ase t ert ent u dar i jumlah pener imaan Anggaran P endapat an dan Belanja

Daerah sesuai dengan per at uran perundang -undangan.

2. Pengendalian

Pengendalian dilakukan unt uk mendapat kan dat a dan infor masi. Hal in i

dimaksudkan unt uk mengendalikan pelaksanaan program d an kegiat an,

sehingga t idak menyimpang dar i r encana semula. Pengendalian pelaksanaa n

program dan kegiat an dit e mpuh mela lui:

a) Monit or ing Pelaksanaan Program dan Kegiat an Dala m rangka

pencapaian t ujuan, sasaran sert a arah penggunaan, dilakukan mo nit or ing

pelaksanaan program dan kegiat an.

b) Laporan Pelaksanaan Program dan Kegiat an

(1). Laporan pelaksanaan program dan kegiat an t ingkat provins i

disampaikan o leh para P impinan S KP D selaku pengguna anggaran da n

penanggungjawab program dan kegiat an kepada gube r nur Papua denga n

t embusan kepada Kepala BAPPEDA, BP KAD dan I nspekt orat Provinsi Papua;

(2). Laporan pelaksanaan program dan kegiat an di Kabupat en/ Kot a,

disampaikan o leh pimpinan S KPD selaku pengguna anggaran dan penanggung

jawab program dan kegiat an kepa da Bupat i/ Walikot a;

13
(3). Laporan disampaikan dalam bent uk laporan bu lanan, t r iwulan da n

laporan akhir t ahun yang bersifat laporan secara menyeluruh dar i pelaksanaa n

program dan kegiat an dar i S KPD bersangkut an;

(4). Kabupat en/kot a yang t idak menya mpaikan laporan sesuai ket ent uan,

akan menjadi bahan analis is dan penila ian sert a pert imbangan da la m

menent ukan t ransfer Dana Ot onomi Khusus dalam r angka pelaksanaan

Otono mi Khusus Kabupat en/ Kot a.

(5). Laporan Kiner ja pelaksanaan Dana Ot ono mi Khusu s

Kabupat en/ Kot a disampaikan sela mbat - lambat nya t angga l 10 (sepuluh) bula n

ber ikut nya o leh masing - masing Bupat i/ Walikot a kepada Guber nur Papua cq.

Kepala BAPPEDA Provins i Papua, dengan t embusan kepala BP KAD Provins i

Papua dan I nspekt orat Provinsi Papua.

(6). Laporan sebagaimana t ercant um dalam angka 5, dapat

mempengaruhi penyaluran/pencairan dana t ahap ber ikut nya, baik penyalur an

dar i Provins i ke Kabupat en/ Kot a, maupun dar i Kabupat en/ Kot a kepada

penanggungjawab program dan kegiat an yang bersangkut an, sert a aka n

menjadi bahan pert imbangan da lam penent uan besar nya alokasi Dana

Otono mi Khusus bagi Kabupat en/ Kot a yang ber sangkut an pada t ahu n

anggaran ber ikut nya.

3. Evalu asi

Evaluasi adalah rangka ian kegiat an membandingkan realisas i kiner ja

masukan ( input ), keluaran (out put ) , dan hasil (out come) t erhadap rencana dan

st andar. Evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan yang dibia yai denga n

14
Dana Ot ono mi Khusus, ba ik yang dike lo la Provinsi maupun Kabupat en/ Kot a

harus dilaksanakan berdasarkan indikat or sasaran dan t arget kiner ja yan g

t erukur, sebagaimana t ercant um dala m dokumen rencana pembangunan, yakni

DPA-S KPD unt uk bagian Provins i dan Rencana Definit if ( RD) unt uk bagia n

Kabupat en/ Kot a. Evaluas i pelaksanaan rencana pembangunan wajib dilakuka n

oleh masing- masing S KP D, baik provinsi maupun kabupat en/kot a yang

mengelo la Dana Ot ono mi Khusus. Hasil evaluasi S KPD Provins i disusun da n

disampaikan dala m bent uk Laporan E valuasi Kiner ja Program dan kegiat a n

pr ior it as dan Anggaran Ot onomi khusus unt uk selanjut nya dianalis is da n

diver ifikasi dan hasilnya disampaikan kepada Guber nur sedangkan Hasi l

evaluasi S KPD Kabupat en/ Kot a disusun dan disampaikan dala m bent uk

Laporan Evaluasi Kiner ja Program dan Kegiat an Pr ior it as dan Anggara n

Otono mi Khusus, unt uk selanjut nya dianalis is dan diver ifikasi dan hasilnya

disampaikan kepada Bupat i/ Walikot a. Hasil analis is/ ver ifikasi Laporan

Evaluasi Kiner ja Program dan Kegiat an Prior it as dan Anggaran Ot onomi

Khusus menjadi bahan pert imbangan dalam pengalokasian Dana Ot ono mi

Khusus bag i S KPD Provins i maupun SKPD K abupat en/ Kot a per iode

ber ikut nya.

4. Pengawasan

Dalam rangka akunt abilit as dan t ransparansi sert a pemanfaat a n

penggunaan Dana Ot onomi Khusus, dilakukan pengawasan penggunaan dana

secara administ rasi, penat ausahaan keuangan dan hasil pelaksanaannya.

Pengawasan at as pelaksanaan program dan kegiat an pembangunan sebaga i

ber ikut :

15
a) Kepala SKP D selaku pengguna anggaran/ penanggungjawab program da n

kegiat an melakukan pengawasan melekat /pengawasan at asan langsung;

b) Inspekt orat dan aparat pengawasan fungsio nal pemer int ah lainnya

berdasarkan ket ent uan perat uran perundang -undangan;

c) DPRP dan DP RD mela lui pengawasan legislat if; dan d) Masyar akat melalu i

pengawasan masyarakat .

5. Pergeseran/ Perubah an

Dalam r angka penyesuaian t erhadap per ubahan -perubahan yang t idak

dapat diprediksi dala m pelaksanaan program/ kegiat an dan anggaran, sert a

unt uk memper lancar pelaksanaan keg iat an dan da ya serap keuangan, dapat

dilakukan pergeseran/perubahan pada kegiat an, vo lume/t arget , harga sat uan

dan lokasi kegiat an

2.3 Pengakuan Hak-hak Adat dalam K ebijakan Otonomi khu su s Papua

Masyarakat hukum adat Papua merupakan salah sat u dar i 19 lingkunga n

hukum adat yang ada di I ndonesia, sebagaimana t eor i yang disampaikan o le h

Prof. Van Vo llenho ven masih dapat mempert ahankan eksist ensinya, sehingga

sela yaknya mendapat pengakuan dar i pemer int ah. UU Otono mi khusus Papua

t elah berupaya mengaku i, mengako modasi, dan member ikan penghargaa n

t erhadap eksist ensi masyarakat hukum adat di Papua. Pasal 1 UU Ot onomi

khusus t elah me mber ikan penja baran mengenai definis i adat , masyar akat adat ,

hukum adat , masyarakat hukum adat , hak ulayat , dan orang asli P apua.

Penjabar an definis i menandakan bahwa ist ilah t ersebut disebut berulang -

ulang dala m UU.

16
Pengakuan t erhadap masyarakat adat dalam UU Ot onomi k husus

t ersebut , ant ara lain, diwujudkan dengan: amanat pembent ukan suat u lembaga

yang ber fungsi sebagai represent asi kult ural orang asli Papua, ya it u Maje lis

Rakyat Papua (MRP) ; adanya anggot a DPRD yang berasal dar i jalur

pengangkat an yang dipilih berdasar kan wila yah adat ; pemanfaat an sumber

daya ala m yang dilakukan dengan menghor mat i hak - hak masyar akat adat ;

pembangunan dilakukan dengan member ikan kesempat an seluas - luasnya

kepada mas yarakat adat ; pengakuan t erhadap hak ula yat masyarakat huku m

adat dan hak perorangan warga masyarakat adat ; sert a pengakuan t erhadap

peradilan adat dalam masyar akat hukum adat t ert ent u. Secara khusus, UU

Otono mi khusus Papua mengamanat kan bahwa pener imaan khusus yang

dipero leh provins i dan kabupat en/kot a dar i pemer int ah pusat ya ng besar nya

set ara dengan 2,25 persen dar i plafo n dana alokasi umum (DAU) nasio na l

salah sat unya digunakan unt uk meningkat kan kesejaht eraan OAP dan

penguat an lembaga adat .

Dalam PP Kewenangan Papua, set iap kewenangan khusus yang

diber ikan kepada provinsi d i Papua, misalnya bidang kesehat an, pendidikan,

kebuda yaan, dan pembangunan berkelanjut an, sela lu disert ai denga n

kewajiban mendayagunakan pot ensi adat , memper hat ikan hak masyar akat adat ,

dan mendukung pela yanan t er hadap mas yarakat adat . Di bidang pemer int ahan,

dibent uk dist r ik (set ingkat kecamat an) yang st rukt ur organisasi dan t at a

ker janya disusun sesuai t ipo logi dan klasifikasi ber basis adat . Selain it u,

t erdapat kewajiban bagi guber nur dan bupat i/wali kot a unt uk menet apka n

wila yah adat yang akan dijad ik an dasar/basis daerah pengangkat an besert a

alokasi kursi bagi anggot a Dewan Perwakilan Rakyat Papua maupun dewan

17
perwakilan rak yat kabupat en/kot a (DPRP/DPRK) yang menjabat mela lu i

mekanis me pengangkat an (per wakilan adat ).

Agar cit a-cit a luhur pengakuan ada t dalam kebijakan Ot ono mi khusus

Papua dapat t ercapai, maka nor ma - nor ma yang t ert uang dala m UU Ot onomi

khusus dan P P Kewenangan Papua t ersebut per lu dijabarkan lebih lanjut

dalam per at uran yang lebih t eknis, baik perat uran di t ingkat pusat maupu n

perdasus/perdasi. S elain it u set iap kebijakan -kebijakan t eknis dar i

kement er ian/ lembaga yang t erkait Papua, per lu mendukung pengarusut amaa n

adat demi kema juan masyarakat adat Papua.

2.4 Tantangan Dalam Imp lementasi K ebijakan Otonomi K husus Papua

Pengaruh ut ama dala m set iap kewenangan khusus sert a

penyelenggar aan pemer int ahan daerah berdasarkan kekhususan yang

diber ikan kepada Papua t ent u mengalami ber bagai t ant angan dala m

imple ment asinya.

Tantangan pertama adalah belum adanya kesepahaman dala m

penerapan definis i OA P sehingga belum t ersedia dat a resmi mengenai jumla h

OAP. Berdasarkan UU Ot ono mi khusus, OAP adalah orang yang ber asal dar i

rumpun ras Melanesia yang t erdir i at as suku -suku as li di Provinsi Papua

(wila yah P apua) dan/at au orang yang dit er ima dan d iakui seba gai OAP o leh

masyar akat adat Papua. Jumlah OAP di set iap daerah provins i dan

kabupat en/kot a bahkan dijadikan dasar pert imbangan pembagian pener imaa n

khusus dalam rangka ot onomi khusus. Dalam kenyat aannya, hingga saat in i

belum ada suat u lembaga baik pusat maupun daerah di P apua yang memilik i

dat a yang akurat mengenai jumlah OAP.

18
Direkt or Jenderal (Dit jen) Kependudukan dan Pencat at an S ipi l

(Dukcapil), Kement er ian Dalam Neger i ( Kemendagr i) t elah berupaya

melakukan pendat aan dalam rangka penyediaan dat a OAP d i set iap daera h

mela lui pemadanan nama, namun demikian upaya t ersebut t ent unya belu m

dapat mengako modasi OAP yang t idak memilik i nama khas Papua karena

berasal dar i orang -orang yang dit er ima dan diakui sebagai OAP o le h

masyar akat . Guna pemenuhan dat a OAP yang akurat , diper lukan sinerg i

ant ara lembaga adat (mula i dar i subsuku hingga suku wila yah adat ) dengan

pemer int ah daerah, khususnya Dinas Kependudukan dan P encat at an S ipi l

(Dukcapil) guna pendat aan fakt ual OAP. Sela in sinergi t ersebut , t ent unya

diper lukan suat u kesepakat an dan kesepahaman dar i lembaga adat mengena i

kr it er ia OAP yang dapat dit er ima o leh masyarakat adat .

Tantangan kedua adalah ko mit men pemer int ah unt uk pemajuan,

penegakan dan per lindungan HAM bagi masyar akat Papua. Sebagaimana

diket ahu i, lah ir nya UU Ot onomi khusus Papua t ahun 2001 sebagai bent uk

upaya pemer int ah unt uk menye lesaikan per masalahan -per masalahan bangsa d i

Papua, salah sat unya pelanggaran HAM di masa lalu. Pasal 45 dan Pasal 46

UU Ot onomi khusus Papua pada dasarnya t elah mengat ur k ewajiba n

pemer int ah unt uk membent uk perwakilan Ko mis i Nasio na l ( Ko mnas) HAM,

Pengadilan HAM, dan Ko mis i Kebenar an dan Rekonsiliasi. Hingga pada

perubahan kedua UU Ot onomi khusus Papua Tahun 2021, kedua pasal t ersebut

t idak dicabut , sehingga masih menyisaka n peker jaan rumah bagi pemer int a h

unt uk melaksanakan amanat kedua pasal dalam UU t ersebut .

Tantangan keti ga ada lah lambat nya proses penyusunan dan penet apa n

perdasus dan perdasi yang t elah diamanat kan dalam UU Otono mi khusus dan

19
PP Kewenangan P apua. Pasal 75 UU Ot ono mi khusus mengamanat kan bahwa

perdasus dan perdasi yang melaksanakan ket ent uan UU ini harus dit et apka n

paling lambat 1 t ahun se jak UU ini dit et apkan dan apabila belum dit et apkan,

maka pemer int ah dapat mengambil alih pe laksanaan kewenangan t ersebut .

Seyogianya, pada t anggal 1 Juli 2022, seluruh perdasus dan perdas i

pelaksanaan UU Ot ono mi khusus t elah dit et apkan at au t elah diambil alih o le h

pemer int ah pusat . Namun demikian dengan t elah dibent uknya empat provins i

baru hasil pemekaran pada t ahun 2022, t ent u amanat Pasal 75 UU Ot onomi

khusus t ersebut belum dapat dilaksanakan. Kemendagr i me mpunya i pera n

yang sangat st rat egis dalam melaksanakan fasilit asi penyusunan Perdasus da n

Perdasi dimaksud agar ket er lambat an penyusunannya t idak ber larut - larut .

Tantangan keempat adalah be lum adanya pemaha man yang

komprehensif dar i seluruh pemangku kepent ingan mengenai pelaksanaa n

kewenangan khusus yang diber ikan kepada Papua, khususnya kewenanga n

konkuren yang t ercant um dala m lampir an PP Ke wenangan P apua. Lampir an

PP Kewenangan Papua member ikan kewenangan yang lebih luas bag i

pemer int ah daerah d i P apua dibanding daerah lainnya. Konsekuensi dar i

semakin luasnya kewenangan t ersebut adalah semak in bert ambahnya t ugas

yang harus dilaksanakan o leh pemer int ah daerah di P apua. Unt uk it u,

pemer int ah pusat per lu melakukan super vis i dan fasilit asi, baik

kement er ian/ lembaga t eknis maupun Kemendagr i. S ebagai cont oh,

kewenangan pengelo laan pendid ikan me nengah di P apua diber ikan kepada

pemer int ah kabupat en/ kot a, sedangkan sebelumnya dan d i daerah la in,

berdasarkan Lampir an UU Pemda, kewenangan pengelo laan pendidika n

menengah berada pada pemer int ah provinsi. Pengalihan penge lo laa n

20
pendidikan menengah kepada kabupat en/ kot a t ersebut se mpat menimbulka n

polemik hingga t erdapat permo honan pengu jian Lampiran PP Kewenanga n

Papua ke Mahka mah Agung. Meskipun pada akhir nya t elah dipero leh so lusi,

namun po lemik t ersebut seharusnya dapat dihindar i apabila t erdapat

komunikasi dan kesepahaman ant ara Kement er ian Pendidikan, Kebuda yaan,

Riset , dan Tekno logi ( Kemendikbudr ist ek) dengan pemer int ah provins i d i

Papua.

21
BAB III

PENUTUP

3.1 K esimpu lan

Pemer int ahan Daerah Ot onomi Khusus Papua merupakan langka h

pent ing dalam upaya meningkat kan kesejaht eraan dan memajuka n

pembangunan di provinsi ini. Dengan member ikan kewenangan t ambaha n

kepada pemer int ah daerah Papua, dihar apkan dapat dicipt akan pembanguna n

yang berkelanjut an, inklusif, dan berkeadilan bagi semua warga Papua.

Namun, t ant angan-t ant angan yang ada per lu diat a si secara ber sama- sama

unt uk memast ikan keber hasilan implement asi ko nsep ODS Papua da n

mencapai t ujuan pembangunan yang diinginkan.

3.2 Saran

Per lunya meningkat kan dialog inklusif dengan semua pihak t erkait ,

t ermasuk masyarakat adat dan kelo mpok minor it as, unt uk memast ikan

kebijakan yang dia mbil sesuai dengan kebut uhan dan aspir asi lokal. Sela in it u,

per lu per hat ian khusus da lam memperkuat infrast rukt ur dasar, pelayanan

kesehat an, dan pendidikan guna meningkat kan kesejaht eraan masyar akat

Papua secara menyelur uh. Pengembangan ekono mi berkelanjut an denga n

memper hat ikan kelest ar ian lingkungan juga menjadi pr ior it as unt uk

memast ikan pert umbuhan yang inklusif dan berkelanjut an di wilayah ini.

22
DAFTAR PUS TAK A

Undang-undang No mor 21 Tahun 2001 t ent ang Ot ono mi khusus Bagi Provins i

Papua.

Penjelasan Umum Undang -Undang No mor 21 Tahun 2001 t ent ang Ot onomi

Khusus Bagi Pro vinsi Papua .

Lampiran I Perat uran Guber nur Papua Nomor 3 Tahun 2015 t ent ang t ent ang

Pedo man Pe ngeloaan Pener imaan Khusus dalam r angka Pelaksanaan Ot onomi

Khusus Provins i P apua TA 2015

Wulandar i, R. (2024, 19 Febr uar i). Pengakuan Hak-Hak Adat dalam

Kebijakan Otonomi Khusus Papua: Tantangan dalam Impl ement asinya .

Diakses 14 Apr il, 2024, dar i Sekret ar iat Kabinet Republik I ndonesia:

ht t ps://set kab.go. id/pengakuan- hak- hak-adat -dalam-kebijakan-otonomi-

khusus-papua-t ant angan- dalam- imple ment asinya/

23

Anda mungkin juga menyukai