Anda di halaman 1dari 72

TUGAS PERENCANAAN PROGRAM DAN GIZI

IDENTIFIKASI MASALAH GIZI DI PAPUA

DISUSUN OLEH :
KElOMPOK 5
5H

Ade Ayu Elsandi (1805025183)

Adinda Fitri Amir (1805025027)

Imel Aliyah Rahayu (1805025067)

Muhamad Abid Rido S (1805025128)

Rohmah Yulia Andini (1805025214)

Syahidah Fat Mardotillah (1805025100)

DOSEN MATA KULIAH :

Andra Vidriyani S.Gz, M.Si

PROGRAM STUDI GIZI


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
JAKARTA
2021
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas izin-Nya
penulis dapat menyelesaikan Laporan Perencanaan Program Gizi pada Provinsi Papua dengan
tepat pada waktunya. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW.
Penulis menyadari bahwa banyak pihak yang telah membantu dalam penyelesaian
Laporan Perencanaan Program Gizi pada Provinsi Papua. Oleh karena itu, pada kesempatan
ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada ibu Andra Vidriyani S.Gz, M.Si selaku
dosen Mata Kuliah Perencanaan Program Gizi dan juga kepada kedua orang tua dan keluarga
yang telah memberikan dukungan baik secara moral maupun materil.
Penulis menyadari bahwa Laporan ini masih jauh dari bentuk kesempurnaan, untuk itu
penulis mengharapkan berbagai kritik dan saran yang sifatnya membangun. Penulis juga
berharap semoga Laporan Perencanaan Program Gizi pada Provinsi Papua ini dapat
bermanfaat, khususnya bagi penulis dan bagi semua pihak.

Jakarta, 17 January 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

TUGAS PERENCANAAN PROGRAM DAN GIZI............................................................1


KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
A. Gambaran Umum Wilayah.............................................................................................1
B. Analisis Derajat Kesehatan.............................................................................................5
C. Analisis Lingkungan Kesehatan....................................................................................10
D. Analisis Perilaku Kesehatan..........................................................................................11
E. Analisis Faktor Keturunan / Analisis Kependudukan...................................................11
F. Analisis Program dan Pelayanan Kesehatan.................................................................12
G. Daftar Masalah..............................................................................................................15
H. Analisis Alternatif.........................................................................................................17
1. Tujuan Masalah.........................................................................................................22
2. Kerangka Konsep......................................................................................................22
3. Analisa dan Interpretasi Penyebab Stunting..............................................................24
4. Sintesa Data...............................................................................................................29
5. Penetuan Masalah......................................................................................................30
PROBLEM TREE....................................................................................................................35
OBJECTIVE TREE.................................................................................................................36
ANALISIS ALTERNATIF & PPM.........................................................................................37
1. ANALISIS ALTERNATIF...........................................................................................37
3. PROJECT PLANING MATRIX (PPM).......................................................................38
PLANING OF ACTION..........................................................................................................45
SATUAN PELAKSANAAN...................................................................................................54
HIPOPOC TABEL...................................................................................................................58
MONITORING DAN EVALUASI.........................................................................................64
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................70
REFERENSI DIGITAL...........................................................................................................71

ii
A. Gambaran Umum Wilayah
Provinsi Papua merupakan provinsi terluas di Indonesia. Provinsi Papua terletak pada
Samudra Pasifik dan Laut Arafura. Provinsi Papua memiliki luas wilayah mencapai
316.552,6 km2. Provinsi Ppaua terbagi menjadi 29 Kabupaten/Kota, dengan 28 kabupaten dan
1 kota. Kabupaten terluas di provinsi Papua yaitu Kabupaten Merauke seluas 47.406,90 km2,
dan sebaliknya kabupaten terkecil di Provinsi Papua yaitu Kabupaten Supiori seluas 634,24
km2. Kota Jayapura memiliki luas 950,38 km2. Kota Jayapura merupakan Ibukota Provinsi
Papua yang menjadi pusat pemerintahan dan perekonomian di Provinsi Papua. Kabupaten
Merauke dan Kabupaten Supiori memiliki jarak terjauh dengan ibukota Provinsi Papua yaitu
662 km dan 605 km. Sebaliknya, Kabupaten Jayapura dan Kabupaten Keerom adalah
kabupaten dengan jarak terdekat dengan ibukota Provinsi Papua yaitu 27 km dan 71 km.

Pada tahun 2018 jumlah penduduk di Provinsi Papua sebanyak 3.322.526 dengan rasio
jenis kelamin di Provinsi Papua tahun 2018 adalah 110,85, yang artinya dari 100 penduduk
perempuan, terdapat 111 penduduk laki-laki. Penduduk di provinsi Papua lebih banyak laki-
laki dibandingkan dengan perempuan. Jumlah Penduduk terbanyak di Provinsi Papua
terdapat di Kota Jayapura sebanyak 297.775 jiwa dan jumlah penduduk paling sedikit
terdapat di kabupaten Supiori sebanyak 20.018 jiwa. Secara rata-rata, kepadatan penduduk di
Provinsi Papua sebesar 10,50 km2 yang berarti untuk setiap satu km2 wilayah Provinsi Papuaa
ditempati oleh 10 orang penduduk. Kota Jayapura menjadi wilayah terpadat di Provinsi
Papua dengan kepadatan penduduk 313,32 penduduk per km2.

1. Administrasi
Pada tahun 2018 Provinsi Papua tercatat memiliki 576 distrik/kecamatan
dengan 158 kelurahan dan 5.380 kampung. Kabupaten Yahukimo menjadi kabupaten
dengan jumlah distrik/kecamatan terbanyak di Provnsi Papua yaitu 51
distrik/kecamatan dan 517 kampung/desa. Sebaliknya, Kabupaten Tolikara menjadi
wilayah administrative dengan jumlah kampung terbanyak di provinsi Papua yaitu
545 kampung yang tersebar di 46 distrik.
2. Batasan wilayah

Papua berbatasan dengan Negara Papua Nugini sehingga sangat strategis


untuk pengembangan ekonomi daerah. Batasan-batasan wilayah Provinsi Papua
sebagai berikut :

 Bagian Utara : Samudra pasifik


1
 Bagian Barat : Provinsi Irian Jaya Barat
 Bagian Selatan : Laut Arafura
 Bagian Timur : Negara Papua Nugini
3. Geografi
 Curah Hujan : 1.800 – 3.000 mm
 Suhu Udara : 19-28°C
 Kelembapan 80%
4. Tata Guna lahan
Sebagai salah satu Provinsi dengan luas wilayah terbesar di Indonesia, Papua
memiliki potensi dalam halnya pengembangan wilayah dan tata guna lahan yang ada.
Papua memiliki dataran yang luas serta pegunungan dan lauran yang memiliki potensi
ekonomi yang sangat tinggi sebgai pijakan dalam pengembangan wilayah dan
peningkatan kesejahteraan masyarakat. Papua juga memiliki kekayaan alam hayati
yang tinggi dan dapat menjadi modal dalam pengembangan wilayah yang
berkelanjutan. Upaya pengembangan wilayah ini tentu harus didukung dengan adanya
ketersediaan infrastruktur yang mampu mendukung konektivitas antar pusat kegiatan,
menjamin ketersediaan air dan kualitas hidup masyarakat di Papua. Pengembangan
wilayan ini memiliki potensi yaitu baik dari aspek fisik, kependudukan dan
perekonomian.
Berdasarkan hasil penilaian menggunakan indeks LQ, Provinsi Papua
memiliki tata guna lehan dengan sector pertanian, sector kontruksi, sector administrasi
pemerintahan, sekor pariwisata alam, dan sector pertambangan. Pertama, sektor
pertanian ini memiliki peluang besar sebagai penggerak perekonomian di Pulau
Papua. Komoditas utama pada sector pertanian di Provinsi Papua mencakup tanaman
pangan seperti padi, sagu, jagung dan umbi-umbian. Komoditas perkebunan seperti
kopi, kelapa, dan kakao. Komoditas perikanan tangkap dan budidaya. Kedua, sector
kontruksi merupakan basis perekonomian pada masing-masing kabupaten. Kegiatan
pembangunan papua yang masih menjadikan nilai tambah pada sector konstruksi
dalam lima tahun terakhir yang mampu menjadi sector basis di Pulau Papua. Ketiga,
sector administrasi pemerintahan yang dikeluarkan oleh masing-masing pemerintah
kabupaten/kota mampu memberikan kontribusi signifikan sebagai nilai tambah.
Sektor pertanian sangat potensial untuk dikembangkan di Papua Karen sector
ini memiliki pendukung salah satunya factor alam yang memiliki dukungan untuk

2
penyediaan pangan yang tinggi. Perkembangan sector pertanian ini terpusat di Kota
Jayapura yang didukung dengan infrastuktur verupa jaringan irigasi dari bendung
Muara Tami, Kabupaten Jayapura yang didukung dengan jaringan irigasi dan
Bendung Lereh, Kabupaten Nabire yang didukung dengan daerah Irigasi Kalibumi
dan Bendung Kalibumi, Manokwari dan Manokwari Selatan, dan kabupaten Sorong.
Provinsi Papua juga memiliki daya Tarik wisata alam yang sangat luar biasa
berbeda dari wisata lainnya di Indonesia. Papua memiliki wisata alam mulai dari
atraksi wisata bahari dan bawah laut, atraksi wisata alam pengunungan glasial pada
wilayah pegunungan tengah Pulau Papua. Selain dari wisata alam papua juga
memiliki wisata Budaya yang sangat tradisional. Lokasi yang sangat potensial untuk
mengembangkan sektor pariwisata antara lain:
 Kabupaten Raja Ampat (wisata alam bahari, wisata alam hutan konservasi)
 Kabupaten Kaimana (wisata alam bahari)
 Kabupaten Teluk Wondama (wisata alam bahari)
 Kabupaten Biak (wisata alam bahari dan sejarah)
 Kabupaten Paniai (wisata alam tiga danau)
 Kabupaten Puncak dan Puncak Jaya (wisata alam pegunungan glasial)
 Kabupaten Wamena (wisata alam dan budaya)
 Kabupaten Asmat (wisata alam hutan TN Lorentz yang merupakan situs
bentang alam warisan budaya dunia)
 Kabupaten Jayapura (wisata alam danau Sentani)
 Kabupaten Merauke (wisata alam Taman Nasional Wasur)

Adapun Sektor pertambangan yang menjadi sektor basis di Kabupaten Mimika


dan Kabupaten Raja Ampat. Kendala utama pengembangan pariwisata di wilayah
Pulau Papua dihadapkan pada aksesibilitas dan amanitas yang masih sangat minim.
Kondisi ini menyebabkan minat wisatawan untuk berkunjung ke Papua masih sangat
sedikit. Sektor ekonomi lainnya yang menjadi potensial sebagai pendorong ekonomi
di Provinsi Papua adalah sector pertambangan. Khusunya pertambangan mineral dan
batuan serta pertambangan migas. Lokasi utama dalam sector pertambangan ini
adalah Kabupaten Mimika, Kabupaten Teluk Bintuni, Kabupaten Sorong dan
Kabupaten Raja Ampat.

5. Infrasturktur Wilayah

3
Fokus utama dalam pembangunan infrastruktur di Papua yaitu meningkatkan
konektivitas wilayah, peningkatan kualitas hidup melalui penyediaan infrastruktur
dasar dan peningkatan ketahanan pangan melalui infrastruktur sumber daya air. Pada
pengelolaan sumber daya air di Papua dilaksanakan berdasarkan batasan wilayah
sungai. Terdapat lima wilayah sungai di Papua, dua diantaranya adalah wilayah
sungai strategis nasional yang merupakan wilayah sungai lintas Negara yaitu wilayah
sungai Mamberamo-Tami-Apauvar dan wilayah sungai Einlanden-Digoel-Bikuma.
Wilayah hulu dari kedua wilayah sungai tersebut berada pada wilayah Negara Papua
Nugini, sedangkan hilinya berada pada Kabupaten Merauke (WS Einlanden-Digoel-
Bikuma) dan Kota Jayapura (WS Mamberamo-Tami-Apauvar). Wilayah sungai
berikutnya yaitu sungai litas Provinsi yaitu wilayah Sungai Omba yang melintasi
Provinsi Papua dan Papua Barat serta wilayah sungai kabupaten yaitu WS Wapoga-
Mimika dan WS Kamundyan-Sebyar.
Dalam mendukung system penyediaan air bersih, Pemerintah Papua melalui
Balai Wilayah Sungai Papua sedang mengembangkan system jaringan air beku yang
meliputi bangunan pengambil dan jaringan transmisi air beku. Pengembangan system
ini sudah dikembangkan pada wilayah Kota Jayapura, Kabupaten Jarawijaya,
Kabupaten Merauke, Kabupaten Biak Numfor, Kabupaten Kepulauan Yapen,
Kabupaten Sami, Kabupaten Waopen, Kabupaten Keerom, Kabupaten Lanny Jaya,
Kabupaten Yalimo, dan Dogiayi. Sistem air beku ini memanfaatkan potensi sumber
air permukaan yang baik seperti air sungai maupun mata air dan air tanah dalam.
Dalam rangka mendukung ketersediaan air sepanjang waktu pemerintah telah
membangun beberapa prasarana tampungan air berupa embung dan long storage
(pada daerah rawa). Embung ini diharapkan mampu menjadi tampungan air hujan dan
dapat digunakan pada saat musim kemarau.
Pada infrastruktu sumber air diatas, adapun sumber air bersih diPapua yang
terbilangsulit diakses. Sistem penyediaan air minum masih terbilang sulit diakses di
Papua. Masih banyak kabupaten/kota yang belum memiliki akses air bersih yang
memadai. Akses air minum terbesar di Papua masih dilayani oleh sumber air sumur
bor dan sumur gali. Sedangkan sumber air bersih perpipaan masih terbatas pada
wilayah perkotaan yang maju di Pulau Papua seperti Sorong, Jayapura, Fakfak, Yapen
Waropen, Biak dan Merauke baik yang dilayani oleh PDAM/UPTD aupun
perusahaan swasta yang bergerak dalam penyediaan air bersih. Permasalahan sumber

4
air bersih di Papua dapat berkaitan dengan kesehatan penduduk di Papua terutama
permasalahan gizi.

B. Analisis Derajat Kesehatan


 Morbiditas
Morbiditas (penyakit/kesakitan) adalah kondisi penyimpangan dari keadaan yang normal,
yang biasanya dibatasi pada kesehatan fisik dan mental.

2016 2017 2018 2019


Persentase Penduduk Persentase Penduduk Persentase Penduduk Persentase Penduduk
Kabupaten
yang Sakit (Persen) yang Sakit (Persen) yang Sakit (Persen) yang Sakit (Persen)
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak

Provinsi Papua 8.28 91.72 8.60 91.40 9.37 90.63 8.03 91.97

Sumber : Angka Kesakitan Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Papua, BPS 2019.

Angka morbiditas Provinsi Papua terjadi penurunan pada tahun 2019 dibandingkan pada
tahun 2016, 2017, dan 2018. Pola penyakit di Provinsi Papua sampai saat ini didominasi
penyait menular seperti malaria, TB Paru, HIV/AIDS dan lainnya. Disamping itu pola
penyakittidak menular juga telah muncul seperti DM, hipertensi, stroke, jantung coroner,
dan lainnya.
 Penyakit Menular
- Malaria

5
Angka kesakitan Provinsi Papua telah menurun dua tahun belakangan hingga
tahun 2017 menunjukkam angka API (Annual Malaria Insidence) sebesar 52.32%
dibandingkan tahun 2015 sebesar 54.24%. (sumber : Provil Kesehatan Provinsi Pa
pua Tahun 2017)
- HIV / AIDS
Prevalensi HIV pada populasi di Papua tahun 2017 adalah 2.3%. pada tahun 2006
dengan metode yang berbeda mendapatkan prevalen sebesar 2.4%.
Proporsi peduduk yang memiliiki pengetahuan komprehensif HIV di Papua masih
rendah (9.2%), penduduk yang tinggal di dataran rendah memiliki tingkat
pengetahuan komprehensif lebih baik dibandingkan penduduk di daerah
pegunungan. (sumber : Provil Kesehatan Provinsi Papua Tahun 2017)

- TB Paru
TBC dapat mengakibatkan kematian dan merupakan salah satu penyakit infeksi
yang menyebabkan kematian tertinggi. Angka kesakitan TB paru di papua pada
tahun 2017 meningkat jumlahnya dibandingkan tahun sebelumnya yang sempeat
menurun pd tahun 2018. (sumber : Provil Kesehatan Provinsi Papua Tahun 2017)

6
 Mortalitas
Mortalitas atau kematian dapat digunakan sebagai tolak ukur pembangunan manusianya.
Perubahan jumlah kematian (naik turunnya) di tiap daerah tidaklah sama, tergantung pada
berbagai macam faktor keadaan. Besar kecilnya tingkat kematian ini dapat dijadikan
petunjuk atau indikator bagi tingkat kesehatan dan tingkat kehidupan penduduk di suatu
wilayah. Konsep-konsep lain yang terkait dengan pengertian mortalitas adalah:
 Neo-natal deathadalah kematian yang terjadi pada bayi yang belum berumur satu
bulan.
 Lahir mati (stillbirth) atau yang sering disebut kematian janin (fetaldeath) adalah
kematian sebelum dikeluarkannya secara lengkap bayi dari ibunya pada saat
dilahurkan tanpa melihat lamanya dalam kandungan.
 Postneo-natal adalah kematian anak yang berumur antara satu bulan sampai dengan
kurang dari satu tahun.
 Infantdeath(kematian bayi) adalah kematian anak sebelum mencapai umur satu tahun.

Faktor Pengaruh dalam Mortalitas


Faktor-faktor yang mempengaruhi kematian dibagi menjadi dua yaitu:
 Faktor langsung (faktor dari dalam), faktor tersebut antara lain dipengaruhi oleh beberapa
variabel yaitu:
 Umur,
 Jenis kelamin,
 Penyakit,
 Kecelakaan, kekerasan, bunuh diri.

7
 Faktor tidak langsung (faktor dari luar), faktor tersebut antara lain dipengaruhi oleh
beberapa variabel yaitu:
 Tekanan, baik psikis maupun fisik,
 Kedudukan dalam perkawinan,
 Kedudukan sosial-ekonomi,
 Tingkat pendidikan,
 Pekerjaan,
 Beban anak yang dilahirkan,
 Tempat tinggal dan lingkungan,
 Tingkat pencemaran lingkungan,
 Fasilitas kesehatan dan kemampuan mencegah penyakit,
 Politik dan bencana alam.
 Mortalitas di Provinsi Papua
Angka Kematian Bayi
 Jumlah kematian bayi dari data rutin pada tahun 2017 sebanyak 257 yang mengalami
peningkatan disbanding tahun 2016 sebanyak 236 bayi. Hasil ini belym bias dijadikan
acuan perhitungan angka kematian bayi (AKB) dan Angka Kematian Anak Balita (A
KABA) karena beberapa Kabupaten tidak me;aporkan jumlah kematian bayi anak bali
ta.
(sumber : Provil Kesehatan Provinsi Papua Tahun 2017)
 Meskipun sudah ada kemajuan, angka kematian anak masih menjadi tantangan yang
signifikan. Tahun 2015 untuk setiap 1.000 kelahiran hidup, 27 bayi yang baru lahir
meninggal pada bulan pertama kehidupan dan 115 meninggal sebelum mencapai usia
5 tahun. (Sumber: Provil Singkat Provinsi : Papua. Kementrian PPN/Bappenas.
Unicef)

8
Angka Kematian Ibu
9
Jumlah kematian ibu dari data rutin pada tahun 2017 yang diperoleh yaitu sebanyak 111 o
rang, terlihat mengalami penurunan dari tahun 2012 dengan angka 573. Hasil ini belum b
isa dijadikan acuan perhitungan Angka Kematian Ibu (AKI). Beberapa penyebab kematia
n diantaranya adalah :
 Kematian bumil penyebabnya adalah pendarahan, infeksi, eklamasi, dan lain-lain.
 Kematian ibu melahirkan penyebabnya adalah pendarahan dan lain-lain
 Kematian ibu nifas penyebabnya adalah infeksi.
(sumber : Profil Kesehatan Provinsi Papua Tahun 2017)

C. Analisis Lingkungan Kesehatan


A. Sosial
1. Pendidikan
Tahun 2018, persentase penduduk usia 7-24 tahun di Provinsi Papua yang masih
bersekolah ada sebanyak 62,22 persen sedangkan sisanya sebanyak 16,40 persen dan
21,38 persen adalah penduduk yang tidak/belum pernah sekolah dan tidak sekolah
lagi. Pada periode yang sama, Angka Partisipasi Murni (APM) di Provinsi Papua
untuk tingkat Sekolah Dasar (SD)/ Madrasah Ibtidiyah (MI)/sederajat adalah sebesar
79,09 persen. Persentase ini semakin menurun pada setiap tingkatan pendidikan
sehingga APM terendah terdapat pada tingkat Sekolah Menengah Atas
(SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)/Madrasah Aliyah (MA)/sederajat sebesar
44,31 persen. Pola yang sama terjadi juga untuk Angka Partisipasi Kasar (APK)
dimana APK SD/MI/sederajat adalah sebesar 94,47 persen dan menurun hingga APK
SMA/SMK/MA/sederajat sebesar 65,07 persen.

10
2. Kesehatan
Fasilitas Kesehatan di Provinsi Papua pada tahun 2018 didominasi oleh Puskesmas
Pembantu sebanyak 1 146 unit sedangkan jumlah rumah sakit di Provinsi Papua ada
sebanyak 41 unit. Jumlah rumah sakit terbanyak ditemukan
3. Kriminalitas
Kepolisian Daerah Papua pada tahun 2018 mencatat ada sebanyak 7 153 tindak
kejahatan di Provinsi Papua. Jumlah ini menurun dibandingkan tiga tahun terakhir.
Secara lebih lanjut, tahun 2017 menjadi tahun dengan jumlah penyelesaian terendah
yaitu 3 641 penyelesaian selama tiga tahun terakhir dan tahun 2016 merupakan tahun
dengan jumlah penyelesaian tertinggi yaitu sebanyak 4 236 penyelesaian.

B. Air bersih
Pencapaian akses universal terhadap air minum, sanitasi dan kebersihan sangat penting
untuk mempercepat kemajuan di bidang kesehatan, pendidikan, dan pengentasan
kemiskinan. Pada tahun 2015, sekitar seperempat dari jumlah penduduk menggunakan
fasilitas sanitasi dasar di rumah, sementara sepertiga masih mempraktikkan BAB
sembarangan. Cakupan sumber air minum yang layak jauh lebih tinggi, baik di rumah
tangga maupun sekolah.

C. Sanitasi
Ketimpangan berdasarkan tingkat pendapatan dan tempat tinggal sangat mencolok, yang
menunjukkan pentingnya mengintegrasikan prinsip keadilan ke dalam kebijakan dan
praktik serta memperluas cakupan program sanitasi total berbasis masyarakat.

D. Analisis Perilaku Kesehatan


A. Kepercayaan
Pada tahun 2017 Provinsi Papua didominasi oleh penganut agama kristenprotestan
yaitu sebanyak 2.128.233 orang. Jumlah terbesar kedua dan ketiga adalah penganut
agama kristenkatolik dan islam yaitu sebanyak 841.990 orang dan 632.201 orang.
Sebanding dengan jumlah penganutnya, jumlah gereja kristenprotestan merupakan
yang terbanyak di Provinsi Papua pada tahun 2017 yaitu sebanyak 5.105 unit.

11
Sebaliknya vihara merupakan fasilitas peribadatan dengan jumlah terkecil di 2017
yaitu sebanyak 19 unit.
B. Perilaku dan Kebiasaan
Masyarakat Papua dikenal memiliki kerekatan yang kuat terhadap budaya dan suku
yang mereka tinggali. Dilansir dari situs resmi Pemerintah Provinsi Papua terdapat
sebanyak 225 suku yang ada di Provinsi Papua dengan bahasa dan kebiasaanya yang
berbeda-beda. Salah satunya adalah suku Dani, suku yang tinggal kabupaten
jayawijaya yang terkenal dengan suku yang cukup dingin dengan suhu rata-rata
pertahun berkisar di angka 17.8 derajat celcius. Suku Dani menganut kepercayaan
animisme, untuk kebiasaan makan suka Dani memakan umbi-umbian yang dimasak
diantara batu-batu panas.

E. Analisis Faktor Keturunan / Analisis Kependudukan


1. Persentase penduduk

2019 2018 2017


100,00 100,00 100,00

 Pada tahun 2019 persentasi penduduk yaitu 100,00 jiwa, pada 2018 yaitu
100,00 jiwa, pada 2017 yaitu 100,00 jiwa

2. Pertumbuhan penduduk

2019 2018 2017


1,71 1,89 1,80

 Pada tahun 2019 pertumbuhan penduduk yaitu 1,71 jiwa, pada tahun 2018
yaitu 1,89 jiwa, pada 2017 yaitu 1,80 jiwa

3. Jumlah penduduk menurut jenis kelamin laki-laki dan perempuan

Laki-laki Perempuan
2018 2017 2018 2017
1.746.771 1.718.513 1.575.755 1.546.689

 Pada tahun 2018 jumlah penduduk laki-laki yaitu 1.746.771 jiwa, dan pada
tahun 2017 yaitu 1.718.513 jiwa
 Pada tahun 2018 jumlah penduduk perempuan yaitu 1.575.755 jiwa, dan pada
tahun 2017 yaitu 1.546.689 jiwa
12
4. Kepadatan penduduk/km

2019 2018 2017


10,7 10,5 10,3

 Pada tahun 2019 kepadatan penduduk yaitu 10,7 jiwa, pada tahun 2018 yaitu
10,5 jiwa, pada tahun 2017 yaitu 10,3 jiwa

5. Rasio jenis kelamin

2020 2019 2018


110.35 110.60 110.85

 Rasio jenis kelamin pada tahun 2020 yaitu 110.35 jiwa, pada tahun 2019
110.60 jiwa, pada tahun 2018 yaitu 110.85 jiwa
(sumber: Badan Pusat Statistik Papua. (2018).

F. Analisis Program dan Pelayanan Kesehatan


Pada Riskesdas 2018 ini, ada 3 (tiga) jenis akses pelayanan kesehatan yang dihitung yaitu :
1. Akses ke fasilitas Rumah Sakit
2. Akses ke fasilitas Puskesmas
3. Akses ke fasilitas Klinik/Praktek Mandiri.

A. kesehatan lingkungan
a) Penanganan tinja balita
b) Pembuangan air limbah dari kamar mandi/cucian dapur
c) Penanganan sampah rumah tangga
d) Pengelolaan sampah rumah tangga
e) Perilaku menguras bak mandi, ember, dan drum
f) Pemberantasan sarang nyamuk
B. Penyakit menular
a) ISPA, Pneunomia, Tuberkulosis Paru, Hepatitis, Diare, Malaria, Filariasis :
Pemeriksaan/diagnosis oleh tenaga kesehatan (Dokter, perawat, bidan),
pemberian obat untuk penyakit menular, pemeriksaan darah untuk malaria
oleh NAKES, pemberian oralit dan zinc untuk diare, Proporsi Pemberian Obat

13
Pencegahan Masal (POPM) Filariasis di Daerah Endemis, minum obat sesuai
anjuran NAKES.
C. Penyakit tidak menular
a) Asma
b) Kanker : pembedahan operasi, penyinaran, kemoterapi
c) Diabetes : Obat anti DM dari tenaga medis, injeksi insulin, pengaturan makan,
olahraga, alternatif herbal, rutin memeriksa gula darah
d) Jantung
e) Hipertensi : rutin minum obat anti hipertensi
f) Stroke, gagal ginjal kronis, penyakit sendi
D. Kesehatan gigi dan mulut
a) Pengobatan/ minum obat
b) Konseling perawatan, kebersihan, dan kesehatan gigi dan mulut
c) Pencabutan gigi
d) Bedah gigi/mulut
e) Pemasangan gigi palsu
f) Pemasangan gigi tanam (Implantdenture)
g) Pembersihan karang gigi (scaling)
h) Perawatan gusi (Periodontaltreatment)
i) Perawatan orthodonti (behel/ kawat gigi)
j) Perilaku sikat gigi
E. Kesehatan Jiwa
a) Berobat ke RS Jiwa
b) Minum obat rutin gangguan jiwa 1 bulan terakhir
c) Pengobatan medis penderita depresi
F. Pelayanan kesehatan tradisional (Yankestrad)
a) Yankestrad ramuan
b) Yankestrad keterampilan manual
G. Konsumsi makanan berisiko
a) NAKES khususnya tenaga gizi mengedukasi masalah makanan gizi seimbang
H. Kesehatan ibu
a) Pemberian Vitamin A pada Ibu Nifas
b) Penggunaan KB setelah melahirkan
c) Kepemilikan buku KIA pada ibu hamil
14
I. Kesehatan Balita
a) Pemberian Buku Kesehatan Anak
b) Pemeriksaan bayi baru lahir
c) Imunisasi dan Vitamin A
d) Praktik pemberian makanan pada bayi dan anak
e) Pemberian Makanan/minuman Prelakteal
f) Pemberian Makanan Tambahan balita
J. Status Gizi Remaja Putri
a) TTD Program dan TTD yang diperoleh secara mandiri, TTD yang ditanyakan
adalah TTD dalam bentuk tablet/ kaplet/ kapsul.
b) Mengedukasi remaja agar makan makanan tinggi zat besi.
K. Gizi Pada Ibu Hamil
a) Pemberian tablet tambah darah (TTD) pada ibu hamil
b) Pemberian makanan tambahan ibu hamil
c) Ibu hamil mendapatkan pmt program

15
G. Daftar Masalah

16
Apa Masalah Berapa (Prevalensi) Siapa Terkena Perkiraan Penyebab
Stunting  29.4% Provinsi Balita  Kurangnya
Papua SSGBI Asupan energi
2019 dan protein
 30.8%  Penyakit infeksi
Riskesdas 2018  Pola makan
yang kurang
baik
 Frekuensi
pemberian
makan dan
Jenis makanan
yang diberikan
 Higiene dan
sanitasi
lingkungan
 Pekerjaan orang
tua
 Kurangnya
Pengetahuan
Orang tua

Overweight  85.2 % Profil Balita  Konsumsi


Kesehatan pangan yang
Provinsi Papua kurang beragam
2015 hanya
 13.2 % mengandalkan
Riskesdas 2018 pangan sumber
karbohidrat
 Pengetahuan
Orang tua

Gizi Buruk  Status gizi Balita umur 0-59 Lingkungan yang


balita umur 0- Bulan dan Anak penting terutama
59 bulan menyangkut
menurut indeks dibawah usia dua ketersediaan air
BB/U gizi tahun. bersih, fasilitas
buruk pada sanitasi dan
tahun 2016 keadaan
sebesar 15,1% pemukiman,
meningkat pengelolaan
menjadi 19,8% makanan sehat.
pada tahun Selain lingkungan
2017. faktor sosial
 Untuk ekonomi,
BADUTA kurangnya
(Bawah dua pengetahuan orang
tahun) pada tua tentang
tahun 2016 pemberian
sebesar 14,7% makanan gizi
meningkat seimbang. Tidak
menjadi 18,3% semua orang tua
pada tahun menyadari bahwa
2017. pentingnya
17 kunjungan anak ke
posyandu.
Anemia  57.10 % Profil  Remaja
1
putri  Kurang Zat besi
Kesehatan usia 10-14  Kekurangan
Provinsi Papua tahun1 asam folat
H. Analisis Alternatif
Person/Group Category Characteristic Interest, Motives, Potentials (Strength Implications For
Attitude & Weakness) Project
Ibu balita Benficiaries Menurut pada suami  Ingin memberikan Strength Menjadi sasaran
dan ibu balita asuhan terbaik  Motivasi ibu utama dengan
Ibu muda (anak kepada anak. untuk menyertakan keluarga
pertama) usia > 20  Pemberian memberikan yang
tahun MPASI sesuai terbaik untuk
gizi seimbang anaknya.
 Dipantau tenaga  Mudah menerima
kesahatan atau pengetahuan atau
kader di daerah informasi
setempat Weakness
 Kurangnya
edukasi
 Tidak memiliki
pengalaman
mengasuh anak
 Keterbatasan
dukungan
lingkungan dan
dana
18
Produsen Benficiaries Bertanggung jawab,  Ingin menanam Strength Menjadi Sasaean
pekerja keras, bersifat aneka ragam  Motivasi untuk utama dalam
terbuka. bahan makanan menanam aneka penyediaan bahan
 Mendapat bantuan ragam bahan pangan
usaha oleh makanan
pemerintah Weakness
 Biaya pupuk  Keadaan
terjangkau geografis yang
kurang
mendukung.
 Kurang
pengetahuan
Kader Pendukung Ramah, terampil,  Membantu Strength Koordinasi dan
bertanggung jawab. mendampingi  Terlatih dan kerjasama
jalannya program. berpengalaman
 Berwawasan luas
Weakness
 Aktivitas yang
padat
 Sulit membagi
waktu
Kepala Desa Pendukung Bertanggung jawab,  Membantu Strength Menjadi Sasaran

19
Memiliki pengaruh mendampingi  Berpengalaman pendukung dalam
jalannya program.  Berwawasan luas program
 Keinginan  Memiliki
membawa Pengaruh
masyarakat desa- Weakness
nya lebih baik  Aktivitas yang
padat
 Kurang-nya
Komunikasi dan
Koordinasi antar
Stakholder
Ketua Adat Pendukung Bertanggung jawab,  Membantu Strength Menjadi Sasaean
memilki pengaruh mendampingi  Berpengalaman pendukung dalam
jalannya program.  Berwawasan luas program

 Memiliki
Pengaruh
Weakness
 Pengetahuan yang
kurang
 Keterbatasan
mengenai bahasa
Tenaga Kesehatan Pendukung Bertanggung jawab,  Membantu Strength Menjadi Sasaean
20
memilki pengaruh, mendampingi  Berpengalaman pendukung dalam
memiliki sifat terbuka jalannya program.  Berwawasan luas program
Weakness
 Tumpang tindih-
nya program
Dinas Kesehatan Pendukung Bertanggung jawab,  Membantu Strength Menjadi Sasaean
memilki pengaruh, mendampingi  Berpengalaman pendukung dalam
memiliki sifat terbuka jalannya program.  Berwawasan luas program
Weakness
Tumpang tindih-nya
program
Dinas Sosial Pendukung Bertanggung jawab,  Membantu Strength Menjadi Sasaean
memilki pengaruh, mendampingi  Berpengalaman pendukung dalam
memiliki sifat terbuka jalannya program.  Berwawasan luas program
Weakness
Tumpang tindih-nya
program
Dinas Pendukung Bertanggung jawab,  Membantu Strength Menjadi Sasaean
Ketenagakerjaan memilki pengaruh, mendampingi  Berpengalaman pendukung dalam
memiliki sifat terbuka jalannya program.  Berwawasan luas program
Weakness
Tumpang tindih-nya

21
program
Dinas Pertanian Pendukung Bertanggung jawab,  Membantu Strength Menjadi Sasaean
memilki pengaruh, mendampingi  Berpengalaman pendukung dalam
memiliki sifat terbuka jalannya program.  Berwawasan luas program
Weakness
Tumpang tindih-nya
program

22
1. Tujuan Masalah
 Mengkaji kejadian stunting pada balita 0-59 bulan

 Faktor yang dapat menjadi penyebab kejadian stunting di Provinsi Papua


2. Kerangka Konsep

23
2. intake Asupan gizi 1.Stunting
jadi kurang
3. Penyakit Infeksi

3.1Diare,
2.1Frek. Muntah2 dll
2.2Kualitas makan
pemberian makan 14,5%

3.2Malaria 12%

2.1.1Ketersediaan
2.2.2Keanekaragaman
sumber BM
sumber BM 3.1.1Keamanan
Lingkungan
3.2.2Kualitas pelayanan
Kesehatan

Pengetahuan
Akses terhadap Ibu ttg gizi Ketersediaan Air
BM Bersih
Fasilitas Pelayanan Kuantitas
Sanitasi Kualitas Tenaga
Hygine Kesehatan Tenaga
Kesehatan
Kesehatan
Pengetahuan ttg
Tingkat kebersihan
Pendapat lingkungan yang
kurang

24
3. Analisa dan Interpretasi Penyebab Stunting

Variabel Indikator Metode Data yang ditampilkan Analisa dan


Interpretasi
Stunting TB/U Antropometri Prevalensi balita stunting Cut off point (WHO)
Studi dengan Zscore >3SD s.d < 20%: Low
Literatur <-2SD dan <-3SD adalah prevalence
(Riskesdas sebesar 30.8% 20-29%: Medium
2018) prevalence
30-39%: High
prevalence
≥ 40%: Very high
prevalence

Berdasarkan Cut off


point diatas prevalensi
stunting 30.8%
termasuk kategori
High Prevalence.
Asupan Makan Proporsi Food Recall Asupan makanan Proporsi asupan makan
asupan 24 jam, beragam pada anak umur beragam pada anak
makan Studi 6-23 bulan 25% umur 6-23 bulan di
beragam Literatur Provinsi Papua yaitu
pada anak (Riskesdas 25% merupakan
usia 6-23 2018) provinsi terendah ke
bulan. lima. Dibanding
dengan proporsi
nasional yaitu 46.6%.
Maka dapat dikatakan
keberagaman asupan
pada anak 6-23 bulan
di Papua masih kurang
beragam, hal ini dapat
mempengaruhi tumbuh

25
kembang anak dan
kesehatan anak dalam
pertahanan system
imun.
Pengetahuan Proporsi Studi Proporsi inisiasi IMD berhubungan
Ibu Ibu yang Literatur menyusui dini (IMD) dengan pengetahuan
melakukan (Riskesdas 40% dan perilaku ibu dalam
IMD dan 2018) Cakupan imunisasi dasar merawat dan
Cakupan lengkap anak umur 12-23 menangani anak.
imunisasi bulan 25% Proporsi di Papua yaitu
dasar 40% merupakan
lengkap provinsi terendah ke
anak umur lima di Indonesia.
12-23 Disbanding dengan
bulan. proporsi nasional yang
sudah mencapai
58.2%. Hal ini dapat
mempengaruhi tumbuh
kembang serta system
imun anak.
Imunisasi dasar
lengkap anak
berhubungan dengan
pengetahuan dan
perilaku ibu dalam
merawat dan
menangani kesehatan
anak. Proporsi di
Papua yaitu 25%
merupakan provinsi
terendah kedua setelah
Aceh di Indonesia.
Disbanding dengan
proporsi nasional yang
26
sudah mencapai
57.9%. Hal ini dapat
mempengaruhi tumbuh
kembang serta system
imun anak.
Penyakit Infeksi Prevalensi Studi Diare 14% Angka prevalensi
Penyakit Literatur Malaria 12% penyakit Diare di
Infeksi (Riskesdas ISPA 10% Provinsi Papua
2018) merupakah provinsi
tertinggi dengan
prevalensi 14%.
Dibandingkan dengan
prevalensi nasionalnya
yaitu 11%.
Angka prevalensi
penyakit malaria di
Provinsi Papua
merupakah provinsi
tertinggi dengan
prevalensi 12%.
Dibandingkan dengan
prevalensi nasionalnya
yaitu hanya 0.4%.
dapat disimpulkan
bahwa penyakit
malaria hanya
ditemukan pada
provinsi-provinsi di
bagian Indonesia timur.
Angka prevalensi ISPA
di Provinsi Papua
merupakan provinsi
tertinggi di Indonesia.
Dibandingkan dengan
27
prevalensi nasionalnya
yaitu 4.4%.
Ketersediaan air Keberadaa Studi Sanitas dan air bersih Sanitasi dan
bersih. Sanitasi n Sanitasi Literatur 27.55% pada anak penggunaan air bersih
dan hygiene dan Akses pendek 5-18 tahun berhubungan erat
air bersih dengan tingkat risiko
pada anak mengalami gangguan
pendej kesehatan. Semakin
usia5-18 rendah pemakaian air,
tahun semakin tinggi risiko
kesehatan
Proporsi air bersih
pada anak 5-18 tahun
yaitu 27.55%
dibanding dengan
proporsi pemakaian air
bersih nasional yaitu
46.5% dalam kategori
akses air bersih
optimal. Maka sanitasi
dan eir bersih di
Provinsi Ppaua masih
jauh dengan kategori
optimal nasional.
Tingkat Tingkat Studi Prevalensi penduduk Indeks pendapatan
pendapatan pendapatan Literatur miskin di papua th 2018 keluarga di Provinsi
penduduk (Provinsi 27.24% Papua termasuk rendah
pada Papua dalam dengan penghasilan
Provinsi angka 2019) Provinsi Papua dalam perbulan perorang
Papua. angka 2019 hanya 500.000. Jumlah
tersebut tentunya
sangat
memperihatinkan,
karen atingkat

28
pendapat yang minim
disertai dengan
tingginya harga jual
produk bahan makanan
di Papua.
Pengetahuan Akses Studi 20% mudah Indeks pengetahuan
terkait kemudahan Literatur 20% sulit terkait kemudahan
Kemudahan untuk (Riskesdas 60% sangat sulit akses kesehatan di
Akses mengakses 2018) Provinsi Papua yaitu
Kesehatan fasilitas 60% sanagt sulit
kesehatan merupakan Provinsi
Tertinggi di Indonesia.
Dibanding dengan
indeksi nasional yaitu
hanya 26% yang
kategori sangat suli.
Maka akses kesehatan
di Papu masih sangat
sulit untuk dijangkau
dan sangat tidak merata
keberadaanya.hal ini
dapat mempengaruhi
masyarakat dalam
penanganan penyakit
maupun informasi –
informasi terkait
kesehatan snagat
minim untuk
dijangkau.
Fasilitas Jumlah Studi Rumah sakit 41
Kesehatan Fasilitas Literatur RS Bersalin 1
Kesehatan (Provinsi Puskesmas 422
Papua dalam Puskesmas Pembantu
angka 2019) 1146

29
Dari 28 kabupaten dan
1 kota

Provinsi Papua dalam


angka 2019

Variabel Status Data


Antropometri Menurut WHO termasuk kategori High
Stunting 30.8% Prevalence
Penyakit Infeksi
Diare 14% Tinggi
Malaria 12% Tinggi
ISPA 10% Tinggi
Pengetahuan terhadap akses kesehatan 60% Sangat sulit (Riskesdas 2018)

Asupan Makan 25% Kurang beragam

4. Sintesa Data

5. Penetuan Masalah
Masalah Magnitude Severity Vulnerability Political Affordability Final
Concern Score

Stunting 4 5 5 3 3 900

P. Infeksi 3 4 3 3 3 324

Overweight 4 3 3 3 3 324
(0-59 bln)
nlis tinggi

Anemia 4 4 3 3 3 432

Gizi Buruk 4 4 4 4 3 768

30
Berdasarkan Hasil skoring diatas didapatkan prioritas masalah dari masalah gizi
adalah masalah stunting dengan skor total tertinggi yaitu 900 poin.
Keterangan :

1. Stunting :
 Besar Masalah : Menurut cut off prevalensi WHO, prevalensi balita stunting
sebesar 30.8% masuk ke dalam kategori High Prevalence (30-39%)
 Dampak yang dapat terjadi : Menurut World Health Organization (WHO)
dampak dari stunting terbagi menjadi dua, yaitu dampak jangka pendek dan
dampak jangka panjang. Untuk dampak jangka pendek seperti peningkatan
kejadian kesakitan dan kematian, perkembangan kognitif, motorik dan verbal
pada anak yang tidak optimal dan meningkatnya biaya kesehatan. Sementara,
untuk jangka panjang antara lain postur tubuh tidak optimal pada saat dewasa
(lebih pendek dibandingkan pada umunya), meningkatnya risiko obesitas dan
penyakit lainnya, menurunkan kesehatan reproduksi, kapasitas belajar dan
performa yang kurang optimal saat masa sekolah dan produktivitas serta
kapasitas kerja yang tidak optimal.
 Ketersediaan alat, tenaga atau akses : Kontur geografi papua yang berada di
daerah pegunungan dan kultur masyarakat-nya yang masih banyak tinggal
daerah yang sulit dijangkau membuat akses fasilitas kesehatan pun minim. Hal
ini berimplikasi kepada kunjungan masyarakat untuk memeriksakan kesehatan
di fasilitas kesehatan kurang.
 Dukungan Pemerintah serta Masyarakat setempat : Dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah atau RPJMN yang disusun oleh pemerintah
pusat. Stunting menjadi prioritas masalah yang harus ditekan dengan target
penurunan angka Stunting hingga tahun 2024 sebesar 14% di Indonesia.
 Dana : Provinsi papua merupakan Provinsi yang cukup menjadi fokus dalam
pembangunan pemerintah saat ini. Baik dari sektor pembangunan infrastruktur
maupun pembangunan sumber daya manusia. Untuk dana Stunting di papua
sendiri cukup besar diangka 7.8 Triliun rupiah. Pada tahun 2019, BKKBN
menyiapkan dana Rp 1,3 miliar untuk pendukung upaya pencegahan stunting.
Perkabupaten/Kota diberikan Rp60 juta.
2. Penyakit Infeksi :

31
 Besar Masalah : Terdapat tiga penyakit infeksi yang memiliki prevalensi
cukup tinggi. Antara lain adalah diare dengan 14%, Malaria yang merupakan
salah satu penyakit endemik di Papua menduduki prevelensi 12% dan ISPA
sebesar 10% dari total populasi. Ketiga penyakit diatas jika dibandingkan
dengan rata-rata nasional masuk kedalam prevalensi yang tinggi.
 Dampak yang dapat terjadi : Penyakit infeksi terjadi pada balita dapat
menyebabkan kurangnya nafsu makan pada anak yang dapat mengakitakan
kurangnya atau gagalnya pertumbuhan pada anak dan berpengaruh pada
status gizi anak. Penyakit infeksi seperti diare dan muntah dapat mengalangi
penyerapan makanan. Penyakit infeksi umumnya terjadi pada anak atau
balita yaitu, diare, ispa, malaria dan lain-lain.
 Ketersediaan alat, tenaga atau akses :Terdapat 1.146 puskesma pembantu di
Provinsi Papua, dan 41 rumah sakit.
 Dukungan Pemerintah serta masyarakat setempat : Menyelenggarakan
pelayanan kesehatan untuk memenuhi kebutuhan kesehatan masyarakat,
menyediakan tenaga kesehatan pada tempat-tempat pelayanan kesehatan,
mengalokasikan dana yang bersumber dari APBD Provinsi dan sumber-
sumber lain yang tidak mengikat bagi pelayanan kesehatan masyarakat.
 Dana : Mengalokasikan dana bagi penyelenggaraan pelayanan kesehatan
sebesar 15% (lima belas persen) dari penerimaan khusus yang diperuntukan
bagi Provinsi
3. Gizi Buruk & Gizi Kurang / Underweight :
 Besar Masalah : Berdasarkan data dari hasil riskesdas 2018 prevalensi
masalah gizi buruk balita 0-23 bulan di Provinsi Sulawesi Selatan
termasuk ke dalam medium prevalence yaitu sebesar 19.8% jika
dibandingkan dengan ambang batas WHO 1995 (10-19%) adalah medium
prevalence.
 Dampak yang dapat terjadi : Kekurangan gizi dapat mengakibatkan gagal
tumbuh kembang, meningkatkan angka kematian dan kesakitan serta
penyakit terutama pada kelompok usia rawan gizi yaitu Balita (Menurut
Zulfita, 2013). Umur 0 - 23 bulan lebih gawat daripada pada umur 0 - 59
bulan karena pada usia 0 - 23 bulan harus lebih diatasi agar didapatkan

32
hasil yang lebih baik, karena di usia 0 - 59 bulan akan lebih sulit untuk
mengatasi masalah ini.
 Ketersediaan alat, tenaga atau akses : Terdapat 1.146 puskesma pembantu
di Provinsi Papua, dan 41 rumah sakit.
 Dukungan Pemerintah serta masyarakat setempat : Pemerintah Papua telah
melakukan program dengan merencanakan KLB dan memberikan pangan
kepada masyarakat
 Dana : Pasalnya dalam APBN 2018 dana yang dikeluarkan pemerintah
sebesar 5,6 T untuk permasalahan gizi buruk di Papua
4. Gizi Lebih / Overweight
 Besar Masalah : Menurut cut off prevalensi WHO, prevalensi balita
stunting sebesar 13.2% masuk ke dalam kategori High Prevalence (5-
<10%)
 Dampak yang akan terjadi : Obesitas pada balita (0-59 bulan) dapat
berdampak buruk kepada taraf kesehatan. Dampak jangka pendek
kegemukan dapat menyebabkan balita cenderung tidak aktif dan mudah
lelah. Sementara dampak jangka panjang Obesitas menjadi salah satu
faktor resiko dari berbagai macam penyakit tidak menular seperti penyakit
jantung koroner, diabetes melitus, hipertensi hingga stroke.
 Ketersediaan alat, tenaga dan akses : Terdapat 1.146 puskesma pembantu
di Provinsi Papua, dan 41 rumah sakit.
 Dukungan Pemerintah dan masyarakat setempat : -
 Dana : -
5. Anemia
 Besar Masalah : 39.50 % Profil Kesehatan Provinsi Papua 2015 39.50 %
pada Wanita Usia Subur. Menurut WHO termasuk kategori Moderate
Public Health Problem (20% - 39%). 57.10 % Profil Kesehatan Provinsi
Papua 2015 pada Remaja putri usia 10 – 14 tahun menurut WHO termasuk
kategori Severe Public Helath Problem (≥ 40%).
 Dampak yang akan terjadi :
Dampak anemia pada ibu hamil.
 Abortus
 Terjadi kematian intra uteri

33
 Persalinan prematuritas tinggi
 Berat badan lahir rendah
 Kelahiran dengan anemia
 Dapat terjadi cacat bawaan
 Bayi mudah mendapat infeksi sampai kematian perinata
 Syok.
 Kehilangansejumlah besar darah
Dampak anemia pada remaja
 Penurunan imunitas
 Sulit konsentrasi
 Penurunan prestasi belajar
 Kebugaran dan produktivitas berkurang
 Beresiko untuk menjadi ibu hamil yang anemia
 Ketersediaan alat, tenaga dan akses : Terdapat 1.146 puskesma pembantu
di Provinsi Papua, dan 41 rumah sakit.
 Dukungan Pemerintah dan masyarakat setempat : Dengn memperikan
tablet besi yang dimaksudkan untuk mengatasi kasus anemia serta
meminimalisir dampak buruk akibat kekurangan Fe khususnya untuk ibu
hamil (bidang kesehatan masyarakat)
 Dana : -

34
PROBLEM TREE
STUNTING PADA BALITA

Menurut WHO prevalensi


Prevalensi balita Tingginya v
Prevalensi Stunting stunting 30.8% termasuk
kategori High Prevalence
stunting 30.8% di Provinsi Papua

Proporsi IMD 40% Diare 14% ; Malaria


merupakan terendah 12% ; ISPA 10%
ke 5 di Indonesia

Rendahnya Asupan Makan : Tingginya Prevalensi P


ASI , MPASI, Dan Lainnya enyakit Infeksi

Kurangnya Ketersediaan Kurangnya Pengetahuan Per Sulitnya Akses Kesehatan,


& Keberagaman Pangan ilaku/Asuh anak : Imunisasi Lingkungan : Hygiene S
Rumah Tangga anitasi

Asupan makanan beragam 60% sangat sulit akses

pada anak umur 6-23 bulan fasilitas kesehatan, Sanitas

25% terendah ke 5 di Tingkat Kemiskinan / Pe dan air bersih 27.55%

Indonesia ndapatan yang Rendah


Cakupan imunisasi dasar
lengkap anak umur 12-23
Prevalensi penduduk bulan hanya 25%
miskin di papua th
2018 27.24%
Krisis Politik, Ekonomi,
Sosial

35
OBJECTIVE TREE
Menurut WHO prevalensi
MenurunnyaAngka Prevalensi stunting <20% termasuk
Stunting Hingga 20% Di Provi kategori Medium
nsi Papua

Target Proporsi IMD


50%

Meningkatnya Asupan Makan Menurunnya Prevalensi P


: ASI , MPASI, Dan Lainnya enyakit Infeksi

Meningkatkannya Ketersedi Meningkatnya Pengetahuan/ Mudahnya Pelayanan Akses


aan & Keberagaman Perilaku Ibu Dalam Hal Kesehatan, Lingkungan :
Macam Pangan Rumah Tan Mengasuh Anak Dan Ketersediaannya Akses Air
gga Imunisasi Bersih dan Hygiene Sanitasi

Tingkat Pendapatan
Keluarga meningkat

Tidak Terjadinya Krisis


Politik, Ekonomi, Sosial

36
ANALISIS ALTERNATIF & PPM
1. ANALISIS ALTERNATIF
GOAL MENURUNKAN ANGKA STUNTING
Kriteria ALTERNATIF 1 ALTERNATIF 2
Meningkatkan Asupan Makan : ASI, MPASI, Menurunkan Prevelensi Penyakit Infeksi
dan lainnya.
1. Sumber Daya
Manusia 3 2
Dana 4 3
Sarana-Prasarana 2 2
Waktu 4 1
2. Dukungan Kebijakan 4 4
3. Dukungan Masyarakat 3 3
4. Keberlangsungan 4 3
Total Skor 24 18

37
3. PROJECT PLANING MATRIX (PPM)
SUMMARY OF OBJECTIVES INDICATOR OF OBJECTIVES MEANS OF VERIFICATION IMPORTANT ASSUMTION
OVERALL GOAL : Menurunkan angka stunting hingga WHO 1996 - Harga makanan yang lebih
<20% mahal
Menurunkan angka stunting Riskesdas
- Akses dan kertersediaan
pangan terbatas
- Kurang beragamannya
konsumsi bahan makanan

38
PROJECT PURPOSE : - Recall materi tentang penyuluhan
dengan tanya jawab.
- Meningkatkan pengetahuan Pada saat kegiatan terjadi distraksi
tentang pentingnya dengan lingkungan sehingga tidak
- Peningkatan pengetahuan ibu dan
ketersediaan dan keberagaman memperhatikan pada saat kegiatan
produsen sebanyak 70%
pangan (Edukasi Orang tua ,
edukasi produsen) - Adanya kesepakatan mengenai

- Meningkatkan pengetahuan penyelesaian masalah dari berbagai


sektoral.
ibu tentang pola asuh (Edukasi
orang tua)
- Melakukan musyawarah untuk
mendapatkan potensi
penyelesaian masalah dari
lintas sektoral
- Meningkatkan pengetahuan
terkait potensi pangan lokal.

39
RESULT :

- Meningkatnya pengetahuan Peningkatan pengetahuan produsen Recall dalam proses Tanya jawab
tentang pentingnya sebanyak 70%
ketersediaan dan keberagaman
pangan
- Meningkatnya pengetahuan Peningkatan pengetahuan ibu Recall materi penyuluhan dengan
Pada saat kegiatan terjadi distraksi
ibu tentang pola asuh sebanyak 70% tanya jawab.
dengan lingkungan sehingga tidak
memperhatikan pada saat kegiatan
- Terjalin-nya kesepakatan Adanya kesepakatan mengenai Mendapatkan jalan keluar terkait
mengenai penyelesaian penyelesaian masalah dari berbagai permasalahan yang terjadi
masalah dari berbagai sektoral sektoral.

- Meningkat-nya pengetahuan Peningkatan pengetahuan dan dapat Praktek langsung dan Recall materi
terkait pengolahan potensi mempraktekan yang diperagakan penyuluhan dengan tanya jawab
pangan lokal
ACTIVITIES : INPUT OUTPUT - Kondisi Geografis yang sulit

Penyuluhan : Ibu / Pengasuh - Man : Tim Penyuluhan - Peningkatan Pengetahuan - Keterbatasan sarana dan prasarana
Wanita (Mahasiswa), Masyarakat ( Ibu, kurang memadai
- Peningkatan Sikap
Pengasuh, suami, nenek, ketua
Penyuluhan pada ibu tentang - Distraksi saat pelaksanaan
adat) dan Perangkat desa atau - Peningkatan Prilaku
Pentingnya Pola makan bergizi penyuluhan.
Stakeholder terkait.

40
seimbang serta penerapan pola asuh - Money :
yang baik pada balita 0-59 bulan.
Perlengkapan, Konsumsi, Transport

- Method : Edukasi Gizi, Ceramah


Interaktif.

- Machinary :

Aula, Infocus, Proyektor,


Powerpoint, Leaflet, Microphone,
Sound System, Bangku, Meja.
Workshop Produsen : - Man : Tim Penyuluhan - Peningkatan Pengetahuan - Distraksi saat pelaksanaan
(Mahasiswa), Produsen / Petani dan penyuluhan
Penyuluhan dan Workshop tentang - Peningkatan Produksi berbagai
Perangkat desa atau Stakeholder
potensi pemberdayaan berbagai macam bahan pangan - Keterbatasan sarana dan prasarana
terkait (Dinas Pertanian).
macam bahan pangan
- Peningkatan Konsumsi - Motivasi Petani atau produsen
- Money :
Keberanekaragaman Pangan yang kurang
Perlengkapan, Konsumsi, Transport

- Method : Edukasi Gizi, Ceramah


Interaktif.

- Machinary :

41
Aula, Infocus, Proyektor,
Powerpoint, Leaflet, Microphone,
Sound System, Video Edukasi,
Bangku, Meja.
Musyarawah Masyarakat Desa : - Man : Mahasiswa, Masyarakat - Tercipta-nya kesepakatan terkait - kebiasaan dan kepercayaan
Musyawarah terkait potensi- yang berpengaruh, Ketua RT, RW, kebijakan penanganan masalah masyarakat yang sulit dirubah
potensi penanganan permasalahan Ketua Adat, Kepala Desa, Kepala yang akan dilakukan
- birokrasi yang panjang
Stunting berbasis kebijakan yang Puskesmas, Ahli Kesmas
- Meningkatkan partisipasi
sesuai dengan pendekatan, Puskesmas, Ahli Gizi Puskesmas, - distraksi dari banyak kebijakan
masyarakat dan pihak terkait untuk
kebiasaan dan kepercayaan Dokter, Perwakilan dinas tenaga lain-nya
penanganan masalah stunting
masyarakat sekitar. kerja dan dinas social. - partisipasi masyarakat yang

- Money : minim

Perlengkapan, Konsumsi, Transport

- Method : Fotim Group


Discussion

- Machinary :

Aula, Infocus, Proyektor,


Microphone, Sound System,
Bangku, Meja, AlatTulis Kantor,

42
Kertas HVS.
Teknologi Tepat Guna : - Man : Mahasiswa, Masyarakat - Peningkatan Pengetahuan dan - kebiasaan dan kepercayaan
Pemanfaatan bahan pangan lokal yang berpengaruh, Ketua RT, RW, perilaku terhadap pemanfaatan masyarakat yang sulit dirubah
yaitu buah pisang Ketua Adat, Kepala Desa, Kepala pangan lokal yang banyak
- birokrasi yang panjang
Puskesmas, Ahli Kesmas manfaatnya seperti pisang
Puskesmas, Ahli Gizi Puskesmas, - partisipasi masyarakat yang

Dokter. minim

- Money :

Perlengkapan, Konsumsi, Transport

- Method : Mempraktikn Teknologi


tepat guna pemanfaatan pangan
lokal yaitu pisang

- Machinary :

Aula, Infocus, Proyektor,


Microphone, Sound System,
Bangku, Meja, AlatTulis Kantor,
Kertas HVS, kompor, baskom,
sendok, wajan, spatula, piring

43
PLANING OF ACTION

Nama POA : Share Is Care

Wilayah : Papua
Strategi Kegiatan Sumber daya PJ
Langkah-
Tujuan Langkah Instansi / Personil Target & Waktu Jenis dan Sumber
Sasaran (Durasi) Jumlah
Kegiatan Langsung Pendukung
Langsung
Meningkatkan Persiapan : Mahasiswa Kader Target : 60 menit Leaflet (25 x Mahasiswa Ade Ayu
pengatahuan posyandu Rp 2.500) =
 Koordinasi ke 25 Ibu yang Persiapan :
ibu tentang Rp 62.500
posyandu. Ketua adat memiliki 15 menit
Pentingnya
 Mengundang anak balita. Aula,
Pola makan Pelaksanaan
seluruh Infocus,
bergizi : 35 menit
masyarakat Proyektor,
seimbang
yang akan Sasaran : Evaluasi : 10 Powerpoint,
serta
dilibatkan minimal 2 menit. Leaflet,
penerapan
melalui kader posyandu di Microphone,
pola asuh
di Posyandu. daerah Sound
yang baik
 Menyiapkan Papua System,
pada balita .
sarana dan pra- Bangku,
sarana serta alat Meja
yang akan di Air mineral
gunakan (2 x Rp
termasuk materi 50.000) =

44
yang akan Rp 100.000
disampaikan.
Pelaksanaan :
Snack box
 Mengumpulkan
(40 x Rp
partisipan yang
5.000) = Rp
diundang
200.000
 pembukaan
serta pemberian
materi.
Dana
 Melakukan
Tanya jawab Rp 362.500
sekaligus
games.
Monev :

 kehadiran
peserta
 Peningkatan
pengetahun ibu
(keaktifan
dalam
menjawab
pertanyaan).

45
Nama POA : Workshop Produsen Pangan

Wilayah : Papua
Strategi Kegiatan Sumber daya
Langkah-
Tujuan Langkah Instansi / Personil Target & Waktu Jenis dan Sumber PJ
Sasaran (Durasi) Jumlah
Kegiatan Langsung Pendukung
Langsung
Meningkatkan Persiapan : Mahasiswa Perangkat Target : 60 menit Leaflet (25 x Mahasiswa Syahidah
pengetahuan desa Rp 2.500) = Fat
 Mengundang 25 produsen Persiapan :
produsen Rp 62.500 Mardotillah
seluruh Ketua adat 15 menit
tentang
masyarakat Aula,
potensi Pelaksanaan
yang akan Sasaran : 2 Infocus,
pemberdayaa : 35 menit
dilibatkan wilayah Proyektor,
n berbagai
melalui yang Evaluasi : 10 Powerpoint,
macam bahan
perangkat desa. memiliki menit. Leaflet,
pangan
 Menyiapkan lahan Microphone,
sarana dan pra- produktif Sound
sarana serta alat System,
yang akan di Video
gunakan Edukasi,
termasuk materi Bangku,
yang akan Meja.
disampaikan.
Air mineral
Pelaksanaan :
(2 x Rp
 Mengumpulkan 50.000) =

46
partisipan yang Rp 100.000
diundang
 pembukaan
serta pemberian Snack box
materi tentang (40 x Rp
potensi 5.000) = Rp
pemberdayaan 200.000
berbagai
macam bahan
pangan. Dana
 Melakukan
Rp 362.500
games berisi
tanya jawab
 Melakukan
FGD untuk
mengetahui
kendala dll.
Serta
memberikan
motivasi
kepadan
produsen
Monev :

 kehadiran
produsen
 peningkatan

47
pengetahuan
terkait potensi
aneka ragam
bahan pangan

Nama POA : Musyawarah Masyarakat Desa

Wilayah : Papua
Strategi Kegiatan Sumber daya
Langkah-
Tujuan Langkah Instansi / Personil Target & Waktu Jenis dan Sumber PJ
Sasaran (Durasi) Jumlah
Kegiatan Langsung Pendukung
Langsung
Mendapatkan Persiapan : Mahasiswa Perangkat desa Target : 120 menit Aula, Mahasiswa Muhamad
potensi- Infocus, dan Desa Abid Rido S
 Koordinasi ke Ketua adat 80 %
potensi Proyektor,
perangkat desa Partisipan
penanganan Tenaga Persiapan : Microphone
dan puskesmas yang
permasalaha kesehatan 15 menit , Sound
 Mengundang diundang
n Stunting System,
seluruh Dinas hadir Pelaksanaan
berbasis Bangku,
masyarakat Ketenagakerjaan : 105 menit
kebijakan Meja,
yang akan .
yang sesuai AlatTulis
dilibatkan Sasaran :
dengan Dinas Sosial Kantor,
melalui Desa - Desa
pendekatan, Kertas HVS
perangkat desa. yang
kebiasaan
 Menyiapkan memiliki Air mineral
dan
sarana dan pra- prevalensi (2 x Rp
kepercayaan
sarana serta alat stunting yang 50.000) =
masyarakat

48
sekitar. yang akan di tinggi dan Rp 100.000
gunakan permasalaha
termasuk bahan n kesehatan
diskusiyang lain-nya yg Snack box=
akan mendukung (40 x Rp
disampaikan. 5.000) = Rp
Pelaksanaan : 200.000

 Mengumpulkan ATK = Rp
partisipan yang 50.000
diundang
 pembukaan
serta memulai Dana
forum
Rp 350.000
discussion.
Monev :

 kehadiran
peserta
 adanya solusi
terkait masalah
yang di
diskusikan.

49
Nama POA : Teknologi Tepat Guna Pemanfaatan Pangan Lokal

Wilayah : Papua
Strategi Kegiatan Sumber daya PJ
Langkah-
Langkah Instansi / Personil Target & Waktu Jenis dan Sumber
Tujuan
Langsung Pendukung Sasaran (Durasi) Jumlah
Kegiatan
Langsung
Terwujudnya Persiapan : Mahasiswa Perangkat Target : 90 menit Aula, Mahasiswa Adinda Fitri
sumber daya desa Infocus, Amir
 Koordinasi ke 20 Ibu yang
Proyektor,
yang perangkat desa Ketua adat memiliki
Microphone,
dan puskesmas anak balita. Persiapan :
berkualitas Tenaga Sound
dan  Mengundang kesehatan 15 menit System,
seluruh Bangku,
meningkatny Sasaran : Pelaksanaan
masyarakat Meja,
a derajat minimal 3
yang akan :75 menit AlatTulis
posyandu di
kesehatan dilibatkan Kantor,
daerah
melalui kader Kertas HVS,
gizi Papua
di Posyandu. kompor,
masyarakat  Menyiapkan baskom,
papua melalui sarana dan pra- sendok,
pemanfaatan wajan,
sarana serta alat
spatula,
pangan lokal dan bahan yang piring.
yaitu buah akan di Air mineral
pisang untuk

50
balita gunakan. (2 x Rp
Pelaksanaan : 50.000) =
Rp 100.000
 Mengumpulkan
partisipan yang
diundang Snack box
 pembukaan (40 x Rp
acara,serta 5.000) = Rp
pemberian 200.000
materi tentang
pemanfaatan
pangan lokal Pisang (1
yaitu pada buah
sisir x Rp
pisang
 kader posyandu 15.000) =

mempraktikan Rp. 15.000

cara mengelola Tepung


buah pisang terigu (1/4 x
untuk balita Rp. 3.000) =

Monev : Rp. 3.000

 kehadiran
peserta
Telur 1 butir
 peningkatan
(1 x Rp

51
pengetahuan 1.500) =Rp.
terkait 1.500
pemanfaatan
pangan lokal
seperti pisang Tepung
panir 500
gram Rp.
10.000

Minyak 1 L
x Rp. 15.000
= Rp. 15.000

Dana Rp.
344.500

52
SATUAN PELAKSANAAN
Nama Kegiatan : Share Is Care
Topik : Gizi Seimbang

Deskripsi Pokok Bahasan Sasaran & Metode Waktu Lokasi Alat Evaluasi
Kegiatan Target Bantu/Media
Serangkaian  gizi Sasaran : Ceramah dan 19-20 Januari Posyandu Infocus, Kehadiran
kegiatan seimbang seluruh ibu yang FGD Proyektor, peserta,
penyuluhan untuk anak memiliki anak Powerpoint, peningkatan
dengan metode balita balita Leaflet, pemahaman
ceramah, FGD,  makanan Microphone, dan
serta games sumber Target : 2 ibu Sound System, pengetahuan
dengan energy, zat untuk menjadi Video Edukasi, ibu yang
mengenal gizi gizi makro duta ibu terbaik. Bangku, Meja. memiliki
seimbang dan mikro balita
kepada ibu yang untuk anak (keaktifan
sudah balita dalam
mempunyai menjawab
anak. pertanyaan)

53
Nama Kegiatan : Workshop Produsen
Topik : Potensi Pemberdayaan Pangan

Deskripsi Pokok Bahasan Sasaran & Metode Waktu Lokasi Alat Evaluasi
Kegiatan Target Bantu/Media
Serangkaian  pemanfaatan Sasaran : 2 Ceramah dan 3-5 Februari Balai Desa Infocus,  Kehadiran
kegiatan lahan wilayan yang FGD Proyektor, peserta
penyuluhan dengan memiliki lahan Powerpoint,  peningkatan
kepada produsen menanam Produktif Leaflet, pengetahuan
pangan dengan bahan Microphone, terkait
metode ceramah pangan yang Target : Sound System, potensi aneka
dan FGD beragam. Produsen Video Edukasi, ragam bahan
tentang potensi  Pangan Bangku, Meja pangan
pemberdayaan
berbagai macam
bahan pangan

54
Nama Kegiatan : Musyawarah Mufakat Desa
Topik : Solusi Menangani Permasalahan

Deskripsi Pokok Bahasan Sasaran & Metode Waktu Lokasi Alat Evaluasi
Kegiatan Target Bantu/Media
Serangkaian  penurunan Sasaran : FGD 9-10 Februari Balai Desa Infocus,  kehadiran
kegiatan diskusi angka Desa - Desa Proyektor, peserta
dengan metode stunting yang memiliki Powerpoint,  mendapatkan
FGD, mencari  kebereagama prevalensi Leaflet, solusi terkait
solusi atau jalan n bahan stunting yang Microphone, permasalaha
keluar dari pangan. tinggi dan Sound System, yang
permasalahan  tingkat permasalahan Video Edukasi, didiskusikan.
yang terjadi di pendapatan kesehatan lain- Bangku, Meja
Papua. masyarakat nya yg
meningkat mendukung.
Target : 1 desa
dengan
prevelensi
stunting nya
menurun.

Nama Kegiatan : Teknologi Tepat Guna

55
Topik : Pemanfaat Buah Pisang

Deskripsi Pokok Bahasan Sasaran & Metode Waktu Lokasi Alat Evaluasi
Kegiatan Target Bantu/Media
Serangkaian  pemanfaatan Sasaran : TTG 17-18 Februari Balai Desa Infocus,  kehadiran
kegiatan dengan buah pisang seluruh ibu Proyektor, peserta.
mempraktekkan  mempraktekkan yang memiliki Powerpoint,  peningkatan
langsung kepada langsung di balita. Leaflet, pengetahuan
ibu balita depan ibu balita Microphone, terkait
bagaimana cara Target : 3 ibu Sound System, pemanfaatan
pemanfaatan balita yang Video Edukasi, buah pisang
buah pisang. mempraktekkan Bangku, Meja
langsung.

56
HIPOPOC TABEL
Nama Kegiatan : Penyuluhan Gizi Seimbang

Wilayah : Papua
Input Proses Output Outcome
 Personil langsung :Mahasiswa Persiapan :  70% peserta hadir  praktik pola gizi seimbang
 Personil pendukung : kader  70% peningkatan pengetahuan diterapkan dikehidupan
 Koordinasi ke posyandu.
posyandu dan ketua adat. peserta sehari-hari
 Mengundang seluruh
 Leaflet (25 x Rp 2.500) = Rp  perbaikan pola asuh terkait
masyarakat yang akan
62.500 gizi (pemberian MP-ASI, ASI
dilibatkan melalui kader di
 Air mineral (2 x Rp 50.000) = Ekslusif, melakukan
Posyandu.
Rp 100.000 imunisasi)
 Menyiapkan sarana dan pra-
 Snack box (40 x Rp 5.000) =
sarana serta alat yang akan di
Rp 200.000
gunakan termasuk materi yang
 Dana = Rp 362.500 akan disampaikan.
 sumber : Mahasiswa Pelaksanaan :

 Mengumpulkan partisipan
Lokasi : Balai Desa yang diundang
 pembukaan serta pemberian
materi.

57
 Melakukan Tanya jawab
sekaligus games.
Monev :

 kehadiran peserta
 peningkatan pengetahuan ibu
(keaktifan dalam menjawab
pertanyaan).

Nama Kegiatan : Workshop Potensi Pemberdayaan pangan

Wilayah : Papua

Input Proses Output Outcome


 Personil langsung :Mahasiswa Persiapan :  70% peserta hadir  Beragmnya bahan pangan
 Personil pendukung :  70% peningkatan pengetahuan yang ditanam
 Mengundang seluruh
perangkat desa dan Ketua peserta  ketersediaan keanekaragaman
masyarakat yang akan
Adat bahan pangan.
dilibatkan melalui perangkat
 Leaflet (25 x Rp 2.500) = Rp  meningkatnya potensi
desa.
62.500 diversifikasikan bahan pangan
 Menyiapkan sarana dan pra-
 Air mineral (2 x Rp 50.000) = sarana serta alat yang akan di
Rp 100.000 gunakan termasuk materi yang
 Snack box (40 x Rp 5.000) = akan disampaikan.

58
Rp 200.000 Pelaksanaan :
 Dana = Rp 362.500
 Mengumpulkan partisipan
 sumber : Mahasiswa
yang diundang
 pembukaan serta pemberian
Lokasi : Balai Desa materi tentang potensi
pemberdayaan berbagai
macam bahan pangan.
 Melakukan Tanya jawab
sekaligus games.
 Melakukan FGD untuk
mengetahui kendala dll. Serta
memberikan motivasi kepadan
produsen
Monev :

 kehadiran peserta
 peningkatan pengetahuan
terkait potensi aneka ragam
bahan pangan

Nama Kegiatan : Musyawarah Masyarakat Desa

59
Wilayah : Papua
Input Proses Output Outcome
 Personil langsung :Mahasiswa Persiapan :  80% peserta hadir  Mendapatkan potensi-potensi
 Personil pendukung : penanganan permasalahan
 Koordinasi ke perangkat desa
perangkat desa, Ketua Adat, Stunting berbasis kebijakan
dan puskesmas
Tenaga Kesehatan, Dinas yang sesuai dengan
 Mengundang seluruh
Ketenagakerjaan dan Dinas pendekatan, kebiasaan dan
masyarakat yang akan
Sosial. kepercayaan masyarakat
dilibatkan melalui perangkat
 Air mineral (2 x Rp 50.000) = sekitar.
desa.
Rp 100.000
 Menyiapkan sarana dan pra-
 Snack box (40 x Rp 5.000) =
sarana serta alat yang akan di
Rp 200.000
gunakan termasuk bahan
 ATK = Rp 50.000 diskusiyang akan
 Dana = Rp 350.000 disampaikan.
 sumber : Mahasiswa dan Desa Pelaksanaan :

 Mengumpulkan partisipan
Lokasi : Balai Desa yang diundang
 pembukaan serta memulai
forum discussion.
Monev :

60
 kehadiran peserta
 adanya solusi terkait masalah
yang di diskusikan.

Nama Kegiatan : Teknologi Tepat Guna Pemanfaatan Pangan Lokal yaitu Pisang

Wilayah : Papua
Input Proses Output Outcome
 Personil langsung :Mahasiswa Persiapan :  20 peserta hadir  Mengetahui dan menerapkan
 Personil pendukung :  20 Peserta mempraktikan di kehidupan sehari hari
 Koordinasi ke perangkat desa
perangkat desa, Ketua Adat, dan puskesmas tentang pengolahan dan
dan Tenaga Kesehatan  Mengundang seluruh pemnfaatan buah pisang untuk
masyarakat yang akan balita.
 Air mineral (2 x Rp 50.000) =
dilibatkan melalui kader di
Rp 100.000 Posyandu.
 Snack box (40 x Rp 5.000) =  Menyiapkan sarana dan pra-
Rp 200.000 sarana serta alat dan bahan
 Pisang (1 sisir x Rp 15.000) = yang akan di gunakan.
Rp. 15.000
 Tepung terigu (1/4 x Rp. Pelaksanaan :
3.000) = Rp. 3.000  Mengumpulkan partisipan
 Telur 1 butir (1 x Rp 1.500) yang diundang

61
=Rp. 1.500  pembukaan acara,serta
 Tepung panir 500 gram Rp. pemberian materi tentang
pemanfaatan pangan lokal
10.000
yaitu pada buah pisang
 Minyak 1 L x Rp. 15.000 =  kader posyandu mempraktikan
Rp. sumber : Mahasiswa dan cara mengelola buah pisang
Desa untuk balita

Monev :
Lokasi : Balai Desa
 kehadiran peserta
 peningkatan pengetahuan
terkait pemanfaatan pangan
lokal seperti pisang

62
MONITORING DAN EVALUASI
Keterangan Penjelasan
No Output
Terlaksana Tidak Terlaksana Terlaksana Solusi
Penyuluhan Gizi Seimbang (Share is Care)
Apabila peserta
belum mencapai
target pada waktu
yang ditentukan.
Kehadiran ibu balita
Sebanyak 70% Panitia, kader dan
dalam pelsanaan
peserta hadir dalam penanggung jawab
penyuluhan gizi
1. penyuluhan gizi √ mendatangi rumah
seimbang sebanyak
seimbang (Share is ibu balita kemudian
100% yaitu 25 ibu
Care) memberikan
balita
informasi ibu balita
terkait penyuluhan
yang akan
dilaksanakan
2. Peningkatan √ Ibu balita Apabila ibu balita
pengetahuan ibu berpartisipasi aktif belum memahami

63
informasi yang
sebanyak 70% diberikan, maka
dalam menjawab
berdasarkan hasil panitia dan kader
pertanyaan-
recall pertanyaan akan mengadakan
pertanyaan mengenai
setelah materi komunikasi lanjutan
materi
disampaikan setelah penyuluhan
selesai
Workshop Produsen
3. Sebanyak 70% √ Kehadiran Produsen Apabila peserta
peserta hadir dalam dalam pelsanaan belum mencapai
Workshop Produsen Workshop perodusen target pada waktu
sebanyak 100% yaitu yang ditentukan.
25 Produsen Panitia, kader dan
penanggung jawab
mendatangi tempat
produksi kemudian
memberikan
informasi produsen
terkait Workshop
yang akan

64
dilaksanakan
Apabila produsen
belum memahami
Peningkatan
Produsen balita informasi yang
pengetahuan
berpartisipasi aktif diberikan, maka
Produsen sebanyak
dalam menjawab panitia dan
4. 70% berdasarkan √
pertanyaan- pendukung
hasil recall
pertanyaan mengenai mengadakan
pertanyaan setelah
materi komunikasi lanjutan
materi disampaikan
setelah penyuluhan
selesai
Apabila produsen
Diketahui-nya Produsen tidak aktif dalam
Kendala dan berpartisipasi aktif FGD, Panitia harus

5. bertambahnya √ dalam FGD yang bisa memberikan


motivasi dari dilakukan setelah kesempatan dan
produsen penyampaian materi keleluasaan untuk
Produsen berbicara
Musyaeawah Masyarakat Desa
6. Sebanyak 80% Seluruh Perwakilan Apabila peserta

65
belum mencapai
target pada waktu
yang ditentukan.
Panitia dan
penanggung jawab
Partisipan yang dari Partisipan yang menjalin komunikasi
diiundang hadir diundang hadir, atau mendatangi
dalam MMD Kehadiran 100% tempat / lokasi
partisipan yang di
undang kemudian
memberikan
informasi kembali
terkait MMD
7. Disepakati-nya √ Adanya kebijakan dan Apabila kesepakatan
kebijakan untuk kesepakatan untuk tidak terjalin, maka
menangani menangani akan diadakan
permasalahan permasalah Stunting kembali MMD
Stunting dari lintas yang ada di Papua dengan masing-
sektoral masing stakeholder
sudah memberikan
masukan terkait

66
kesepakatan yang
mungkin bisa
dilakukan pada
pertemuan selanjut-
nya.

DAFTAR TILIK Pemanfaat Buah Pisang

Nama Responden : Ibu A Nama Posyandu : Cempaka Putih


Nama Pendamping : Adinda Tanggal/Hari : Rabu, 26 Januari 2020
Indicator Penilaian Bobot Skor Komentar
Ibu balita dapat mengaduk adonan snack pisang dengan baik 20 15 Ibu balita dapat mengaduk adonan snack pisang secara
merata dengan arah adukan yang beraturan atau searah.
Ibu balita dapat memanggang adonan snack pisang dengan 20 13 Ibu balita, belum begitu faham dalam memanggang
temperature dan waktu yang telah ditentukan dengan baik adonan karena belum terbiasa dalam memanggang snack
atau kue.
Ibu balita mampu mengupas dan memisahkan kulit pisang 20 19 Ibu balita, dalam mengupas pisang dengan baik karena
dengan baik sudah terbiasa.
Ibu balita mampu menghaluskan buah pisang dengan baik 20 17 Ibu balita, dalam menghaluskan buah pisang sangat baik
Ibu balita mampu menyajikan snack pisang dengan baik 20 16 Ibu balita, menyajikan snack pisang sesuai dengan apa
yang sudah dipraktekkan oleh mahasiswa
TOTAL SKOR 80

67
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik Papua. (2019), Provinsi Papua dalam Angka.

Dinas Kesehatan Provinsi Papua. (2017). Profil Kesehatan Provinsi Papua. 22 147.

Dinas Kesehatan Provinsi Papua. (2015). Profil Kesehatan Provinsi Papua.

Kementrian Kesehatan RI (2018). Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS).

Pudjohartono, M. F., Rinonce, H. T., Debora, J., Astari, P., Winata, M. G., & Kasim, F.
(2019). Survei status gizi balita di Agats, Asmat, Papua: Analisis situasi pascakejadian
luar biasa gizi buruk. JournalofCommunityEmpowermentforHealth, 2(1), 10.

Ramadhani, Fiyanita Nesa. BJ. IstitiKandarina. I Made Alit Gunawan. 2019. Pola Asuh
danPola Makan Sebagai Faktor ResikoStunting Balita Usia 6-24 Bulan Suku Papua dan
Non-Papua. Berita Kedokteran Masyarakat. Volume 35 No.4

Tim Riskesdas. (2018). Laporan Provinsi Papua Riskesdas 2018. 482.


Badan Pusat Statistik Papua. (2019), Provinsi Papua dalam Angka.

Kementrian Kesehatan RI (2018). Riset Kesehatan Dasar (RISKES

68
REFERENSI DIGITAL

http://sibasripipupr.pu.go.id/assets/files/gap_analysis/Profil%20Provinsi%20Papua.pdf.
“Profil Provinsi Papua”. Diunduh pada Senin, 2 November 2020 pukul 8.25 WIB

https://www.papua.go.id/view-detail-page-254/Sekilas-Papua-.html. “Papua”. Diunduh


pada Senin, 2 November 2020 pukul 10.30 WIB

69

Anda mungkin juga menyukai