Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Di Indonesia penggunaan minyak goreng bekas masih menjadi kebiasaan sehari-hari.
Biasanya minyak goreng bekas dipakai kembali agar lebih menghemat. Padahal, menggunakan
minyak tersebut apalagi sudah sampai berwarna hitam dapat memicu berbagai penyakit.
Fenomena ini banyak ditemui dipenjual - penjual makanan khususnya gorengan. Faktanya,
dalam minyak bekas/jelantah terdapat zat radikal bebas seperti peroksida yang mutagen dan
karsinogen. Bahkan ada beberapa pedagang gorengan yang curang dengan memasukkan plastik
seperti sedotan, kantong plastik dan botol ke dalam minyak goreng, agar makanan tersebut
terlihat menarik, renyah, gurih, dan tahan lama.
Minyak jelantah dapat menimbulkan berbagai dampak kesehatan. Minyak jelantah
menjadi sarang untuk perkembangbiakan berbagai jenis bakteri, salah satunya bakteri
clostridium botulium yang ada pada remaha – remah sisa gorengan sehingga membuat infeksi
bakteri. Radikal bebas akan ikut terserap ke dalam makanan yang digoreng, sehingga radikal
bebas akan menyerang sel – sel dalam tubuh dan menjadi karsinogen (penyebab kanker).
Menurut penelituan oleh para ahli dari Universitas Basque Country di Spanyol, minyak jelantah
mengandung senyawan oganik aldehid yang memicu penyakit degeneratif kronis seperti penyekit
janting, penyakit Alzheimer, dan penyakit Parkinson. Kandungan minyak jelantah adalah kadar
kalori dan lemak trans yang akan semakin meningkat dapat memicu kelebihan berat badan
(obesitas).
Namun minyak jelantah dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar minyak, bahan
tambahan pakan ternak pada percobaan burung puyuh, bahan baku tamabahn sabun cair, bahan
bakar biodiesel (sumber : https://bandung.merdeka.com/gaya-hidup/ini-dia-manfaat-minyak-goreng-
bekas-160112k.html)
Salah satu cara menghilangkan penyebab kerusakan minyak adalah dengan menggunakan
teknologi mikrofiltrasi. Mikrofiltrasi adalah proses dengan driving force beda tekanan dimana
koloid tersuspensi dan partikel dengan ukuran 0,1 – 20 µm dapat ditahan oleh membran
mikropori. Mikrofiltrasi biasanya dioperasikan pada TMP (Trans Membrane Pressure) yang
relativ rendah (< 50 psi atau 3,4 bar atau 0,35 Mpa) dan fluks permentnya sangat tinggi (10 -4 –
10-2 m/s untuk membran tanpa fauling). Mikrofiltrasi merupakan membran dengan poros
asimetrik, dengan ketebalan 10 -150 µm. Dengan ukuran pori – pori 0,05 – 10 µm, driving force
yang di ijinkan < 2 bar. Mikrofiltrasi bertujuan untuk mengurangi atau menghilangkan padatan
tersuspensi dan senyawa organik seperti protein, karbohidrat, dan asam lemak bebas.
Berdasarkan pemaparan diatas atas, untuk mengatasi hal tersebut perlu dilakukan
perancangan alat pemisahan dan pengolahan minyak jelantah menjadi minyak baru tanpa
mengandung senyawa – senyawa yang bersifat karsinogenik, serta menguji minyak hasil
pengolahan menggunakan alat yang telah dibuat.
I.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang timbul dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana cara merancang alat pemisahan dan pengolah minyak jelanta ?
2. Bagaimana cara kerja alat yang telah dibuat ?
3. Bagaimana efisiensi alat pemisahan dan pengolahan minyak jelantah ?

I.3 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk merancang alat pemisahan dan pengolah minyak jelanta menjadi minyak baru
tanpa mengandung senyawa – senyawa yang bersifat karsinogenik.
2. Untuk menguji minyak hasil pengolahan menggunakan alat yang telah dibuat.
3. Untuk mengetahui efisiensi alat pemisahan dan pengolahan minyak jelantah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Minyak
Sni minyak, sifat fisik dan kimia,
II.2 Minyak Jelanta
Sni minyak, sifat fisik dan kimia, kandungan senyawa minyak jelanta
II.3 Separator
Faktor – faktor yang mempengaruhi
Rumus separator
skema
II.4 Teknik Mikrofilter
Mikrofiltrasi adalah proses dengan driving force beda tekanan dimana koloid tersuspensi
dan partikel dengan ukuran 0,1 – 20 µm dapat ditahan oleh membrane mikrpori. Mikrofiltrasi
biasanya dioperasikan pada TMP (Trans Membrane Pressure) yang relative rendah (< 50 psi
atau 3,4 bar atau 0,35 Mpa) dan fluks permentnya sangat tinggi (10-4 – 10-2 m/s untuk membrane
tanpa fauling) (Scott, 1995). Mikrofiltrasi merupakan membrane dengan poros asimetrik, dengan
ketebalan 10 -150 µm. Dengan ukuran pori – pori 0,05 – 10 µm, driving force yang diijinkan < 2
bar (Mulder, 1996).
Mikrofiltrasi bertujuan untuk mengurangi atau menghilangkan padatan tersuspensi dan
senyawa oergani seperti protein, karbohidrat, dan asam lemak bebas (Nasir, dkk, 2002).
Faktor – faktor yang mempengaruhi
Macam macam teknik microfilter
II.5 Penelitian terkai

Anda mungkin juga menyukai