RHINOSINUSITIS
Oleh :
NIM. 10101023
PEMBIMBING
Dr.Hj.YUHANA, Sp.THT-KL
Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan referat dengan judul “Rhinosinusitis”. Referat
ini diajukan sebagai persyaratan untuk mengikuti KKS pada ilmu kesehaan THT-KL
di RSUD Siak.
Selain itu saya juga mengucapkan Terima kasih kepada dr,Hj.Yuhana, Sp. THT-KL
dan segenap staff bagian THT-KL RSUD Siak atas bimbingan dan pertolongannya
selama menjalani kepanitraan klinik bagian THT-KL dan dapat menyelesaikan
penulisan dan pembahasan referat ini.
Dalam penulisan ini, penulis menyadari bahwa referat ini masih jauh dari
kesempurnaan, penulis mohon maaf atas segala kesalahan, sehingga kritik dan saran
dari pembaca yang bersifat membangun sangat dibutuhkan untuk kesempurnaan
penulisan referat berikutnya.
Penulis
Kata Pengantar 2
Daftar Isi 3
BAB I : Pendahuluan 4
https://paranasalsinuses.files.wordpress.com/
Sinus Maksila
Sinus maksila merupakan sinus paranasal yang terbesar. Saat lahir sinus
maksila bervolume 6-8 ml, sinus kemudian berkembang dengan cepat
dan akhirnya mencapai ukuran maksimal, yaitu 15 ml saat dewasa.
Sinus Sfenoid
Sinus sfenoid terletak dalam os sfenoid di belakang sinus etmoid
posterior. Sinus sfenoid dibagi dua oleh sekat yang disebut septum
intersfenoid. Ukurannya adalah tinggi 2 cm , dalamnya 2.3 cm dan
lebarnya 1.7 cm. Volumenya bervariasi dari 5-7.5 ml. Saat sinus
berkembang, pembuluh darah dan nervus di bagian lateral os sfenoid
akan menjadi sangat berdekatan dengan rongga sinus dan tampak
sebagai indentasi pada dinding sinus etmoid.
Batas-batasnya ialah, sebelah superior terdapat fosa serebri media
dan kelenjar hipofisa, sebelah inferiornya atap nasofaring, sebelah lateral
berbatasan dengan sinus kavernosus dan a.karotis interna (sering tampak
sebagai indentasi) dan di sebelah posteriornya berbatasan dengan fosa
serebri posterior di daerah pons.
Kompleks Ostio-Meatal
Pada sepertiga tengah dinding lateral hidung yaitu di meatus medius,
ada muara-muara saluran dari sinus maksila, sinus frontal dan sinus
etmoid anterior. Daerah ini rumit dan sempit dan dinamakan kompleks
ostio-meatal (KOM), terdiri dari infundibulum etmoid yang terdapat di
belakang prosesus unsinatus, resesus frontalis, bula etmoid dan sel-sel
etmoid anterior dengan ostiumnya dan ostium sinus maksila.
Gambar 2 : Anatomi kompleks ostio-meatal
http://www.aaaai.org/Aaaai/media/MediaLibrary/
2. DEFINISI 1
Sinusitis didefinisikan sebagai inflamasi mukosa sinus paranasal.
Umumnya disertai atau dipicu oleh rinitis sehingga sering disebut
rhinosinusitis. Penyebab utamanya ialah selesma (common cold) yang
merupakan infeksi virus, yang selanjutnya dapat diikuti oleh infeksi bakteri.
Sinusitis dikarakteristikkan sebagai suatu peradangan pada sinus paranasal.
Sinusitis diberi nama sesuai dengan sinus yang terkena. Bila
mengenai beberapa sinus disebut multisinusitis. Bila mengenai semua sinus
paranasalis disebut pansinusitis. Disekitar rongga hidung terdapat empat
sinus yaitu sinus maksilaris (terletak di pipi), sinus etmoidalis (kedua mata),
sinus frontalis (terletak di dahi) dan sinus sfenoidalis (terletak di belakang
dahi).
3. EPIDEMIOLOGI 2,7
Rinosinusitis merupakan penyakit yang sering ditemukan, dengan
dampak signifikan pada kualitas hidup dan pengeluaran biaya kesehatan,
dan dampak ekonomi pada mereka yang produktivitas kerjanya menurun.
Diperkirakan setiap tahun 6 miliar dolar dihabiskan di Amerika Serikat untuk
pengobatan rhinosinusitis. Pada tahun 2007 di Amerika Serikat, dilaporkan
bahwa angka kejadian rhinosinusitis mencapai 26 juta individu. Di
Indonesia sendiri, data dari DEPKES RI tahun 2003 menyebutkan bahwa
penyakit hidung dan sinus berada pada urutan ke-25 dari 50 pola
penyakit peringkat utama atau sekitar 102.817 penderita rawat jalan di
rumah sakit.
Yang paling sering ditemukan adalah sinusitis maksila dan
sinusitis ethmoid, sedangkan sinusitis frontal dan sinusitis sfenoid lebih
jarang ditemukan. Pada anak hanya sinus maxilla dan sinus etmoid yang
berkembang sedangkan sinus frontal dan sinus sphenoid mulai berkembang
pada anak berusia kurang lebih 8 tahun. Sinusitis pada anak lebih banyak
ditemukan karena anak-anak mengalami infeksi saluran nafas atas 6 – 8
5. ETIOLOGI 1,8
Berbagai faktor infeksius dan nonifeksius dapat memberikan
kontribusi dalam terjadinya obstruksi akut ostium sinus atau gangguan
pengeluaran cairan oleh silia, yang akhirnya menyebabkan sinusitis. Penyebab
nonifeksius antara lain adalah rinitis alergika, barotrauma, atau iritan kimia.
Infeksi sinusitis akut dapat disebabkan berbagai organisme, termasuk
virus, bakteri, dan jamur. Virus yang sering ditemukan adalah
rhinovirus, virus parainfluenza, dan virus influenza. Bakteri yang sering
menyebabkan sinusitis adalah Streptococcus pneumoniae, Haemophilus
influenzae, dan Moraxella catarralis. Bakteri anaerob juga terkadang
ditemukan sebagai penyebab sinusitis maksilaris, terkait dengan infeksi pada
gigi premolar. Sedangkan jamur juga ditemukan sebagai penyebab sinusitis
pada pasien dengan gangguan sistem imun, yang menunjukkan infeksi invasif
8. KLASIFIKASI 1,9
Secara klinis sinusitis dapat dikategorikan sebagai sinusitis akut bila
gejalanya berlangsung kurang dari 12 minggu, sedangkan kronis berlangsung
lebih dari 12 minggu. Tetapi apabila dilihat dari gejala, maka sinusitis
dianggap sebagai sinusitis akut bila terdapat tanda-tanda radang akut.
Sinusitis kronis adalah suatu inflamasi mukosa hidung dan sinus
paranasal yang dapat ditegakkan berdasarkan riwayat gejala yang diderita
sudah lebih dari 12 minggu, dan sesuai dengan 2 kriteria mayor atau 1 kriteria
mayor ditambah 2 kriteria minor.
Berdasarkan beratnya penyakit, rinosinusitis dapat dibagi menjadi
ringan, sedang dan berat berdasarkan total skor visual analogue scale (VAS)
(0-10) :
- Ringan = VAS 0-3
- Sedang = VAS >3-7
- Berat = VAS >7-10
Untuk menilai beratnya penyakit, pasien diminta untuk menentukan
dalam VAS jawaban dari pertanyaan: Berapa besar gangguan dari gejala
rinosinusitis saudara?
9. DIAGNOSIS 1,3,8
2. Sinusitis Etmoidalis
Sinusitis etmoidalis akut terisolasi lebih lazim pada anak,
seringkali bermanifestasi sebagai selulitis orbita. Dari anamnesis
didapatkan nyeri yang dirasakan di pangkal hidung dan kantus medius,
kadang-kadang nyeri di bola mata atau di belakangnya, terutama bila mata
3. Sinusitis Frontalis
Nyeri berlokasi di atas alis mata, biasanya pada pagi hari dan
memburuk menjelang tengah hari, kemudian perlahan-lahan mereda
hingga menjelang malam. Pasien biasanya menyatakan bahwa dahi terasa
nyeri bila disentuh dan mungkin terdapat pembengkakan supra orbita.
Pemeriksaan fisik, nyeri yang hebat pada palpasi atau perkusi di atas daerah
sinus yang terinfeksi merupakan tanda patognomonik pada sinusitis frontalis.
4. Sinusitis Sfenoidalis
Sinusitis sfenoidalis dicirikan oleh nyeri kepala yang mengarah ke
verteks kranium. Penyakit ini lebih lazim menjadi bagian dari pansinusitis dan
oleh karena itu gejalanya menjadi satu dengan gejala infeksi sinus lainnya.
https://de.wikipedia.org/wiki/Sinusitis
b. Foto kepala lateral
Dilakukan dengan film terletak di sebelah lateral dengan sentrasi
di luar kantus mata, sehingga dinding posterior dan dasar sinus maksilaris
berhimpit satu sama lain. Pada sinusitis tampak : penebalan mukosa, air fluid
level (kadang-kadang), perselubungan homogen pada satu atau lebih sinus
para nasal, penebalan dinding sinus dengan sklerotik (pada kasus-kasus
kronik)
Gambar 4 : Foto lateral menunjukkan gambaran air fluid level di sinus maksila
http://www.ssmedika.co.id/ref/sinusitis/