Anda di halaman 1dari 22

NAMA : YEYEN A.

FAKU

TINGKAT 3 PPN/A

NIM : PO. 530320917174

KONSEP DASAR KELUARGA RESIKO TINGGI

1. Populasi berisiko tinggi,

  Kelompok tertentu yang mempunyai risiko lebih tinggi untuk terpapar dan
menderita

dari kelompok lainnya.

2. Perilaku risiko tinggi,

Perilaku yang menyebabkan seseorang mempunyai risiko besar terserang


penyakit.

3. Risti Sehat

  Adalah kondisi kesehatan seseorang yang mana secara fisik tidak mengidap
penyakit

apa pun namun keadaan fisiknya berisiko terhadap penyenrangan penyakit


tertentu

4. Risti Sakit

 Siapapun dikategorikan ke dalam kelompok risti sakit, jika ia menderita


penyakit kronis.

Kelompok Resiko Tinggi

1). Pekerja seks laki dan Perempuan

2). Pelanggan pekerja seks  


3). Penyalahgunaan narkoba 4) 

4). Waria pekerja seks dan pelanggannya 5)

  5). Lelaki sukai lelaki (Homogen) 6)

  6). Narapidana/warga binaan

Kelompok Rentan

1). Orang dengan mobilitas tinggi

2). Perempuan,remaja

3). Anak jalanan, pengungsi

4). Ibu hamil 5)Penerima transfuse darah 6) dan Petugas pelayanan kesehatan

PENDIDIKAN KESEHATAN

1. Pendidikan kesehatan merupakan penyampaian pesan kesehatan kepada


indifidu, keluarga, kelompok ataupun masyarakat agar mereka
memperoleh pengetahuankesehatan sehingga terjadi perubahan sikap
danperilaku kesehatan.

2. Merupakan salah satu kompetensi yang dituntut dari tenaga keperawatan


sebagai salah satu peranan yang harus dilaksanakan dalam setiap
memberikan asuhan keperawatan di tempat tugas, baik terhadap individu,
keluarga, kelompok, dan masyarakat (Effendy, 1998).

3. Usaha atau kegiatan untuk membantu individu, keluarga, dan masyarakat


dalam

meningkatkan kemampuannya untuk mencapai kesehatan secara optimal

( Digilib USU, 2010).

4. Pendidikan kesehatan erat kaitannya dengan penyuluhan kesehatan dan


berorientasi pada perubahan perilaku seseorang.

5. Pendidikan kesehatan tidak hanya bertujuan untuk membangun atau

mengembangkan kesadaran diri dengan berdasarkan pengetahuan


kesehatan.

6. Pendidikan kesehatan bertujuan untuk membangun perilaku kesehatan


individu dan masyarakat (Asmadi, 2008).

7. Pendidikan kesehatan berperanan dalam mengubah dan menguatkan


faktor perilaku (predisposisi, pendukung, dan pendorong) sehingga
menimbulkan perilaku positif dari masyarakat (Heri, 2007).

Tujuan Menurut

1. Menueurt WHO (1954),

1.1 . Merubah perilaku Individu, keluarga dan kelompok masyarakat dari perilaku
tidak sehat menjadi perilaku sehat.

1.2. Tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga, dan masyarakat dalam

memelihara perilaku sehat dalam meninkatkan derajat kesehatan yang


optimal sebagai tujuan pokok penkes.

2. Menurut Suryani 2009

2.1. Perilaku menjadikan kesehatan yang bernilai di masyarakat.

Kader kesehatan bertanggung jawab dalam penyuluhan mengarahkan cara

hidup sehat menjadi kebiasaan hidup masyarakat sehari-hari.

2.2.  Menciptakan perilaku sehat bagi dirinya sendiri maupun kelompok, sehingga

pelayanan kesehatan dasar (phc) diarahkan untuk dikelola sendiri oleh

masyarakat, dalam mencegah timbulnya penyakit.


2.3.  Mendorong penggunaan sarana pelayanan kesehatan secara tepat.

Masyarakat memanfaatkan sarana kesehatan yang ada secara efekti dan ada

yang sakit belum menggunakan sarana kesehatan yang ada

Tujuan Menurut

1. Menueurt WHO (1954),

1.1 . Merubah perilaku Individu, keluarga dan kelompok masyarakat dari perilaku
tidak sehat menjadi perilaku sehat.

1.2. Tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga, dan masyarakat dalam

memelihara perilaku sehat dalam meninkatkan derajat kesehatan yang


optimal sebagai tujuan pokok penkes.

2. Menurut Suryani 2009

2.1. Perilaku menjadikan kesehatan yang bernilai di masyarakat.

Kader kesehatan bertanggung jawab dalam penyuluhan mengarahkan cara

hidup sehat menjadi kebiasaan hidup masyarakat sehari-hari.

2.2.  Menciptakan perilaku sehat bagi dirinya sendiri maupun kelompok, sehingga

pelayanan kesehatan dasar (phc) diarahkan untuk dikelola sendiri oleh

masyarakat, dalam mencegah timbulnya penyakit.

2.3.  Mendorong penggunaan sarana pelayanan kesehatan secara tepat.

Masyarakat memanfaatkan sarana kesehatan yang ada secara efekti dan ada

yang sakit belum menggunakan sarana kesehatan yang ada

Tahap-tahap pendidikan kesehatan


a.Tahap sensitisasi

Tahap awal memberikan informasi tentang masalah kesehatan, pengetahuan

kesehatan, serta fasilitas kesehatan yang ada. tahap ini belum merujuk pada

perubahan perilaku.

b.Tahap publisistas

Melanjutkan tahap yang pertama dengan fokus pada publikasi layanan


kesehatan.

c.Tahap edukasi

Tahap ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, mengubah sikap apa


yang diinginkan, metode yang sesuai dengan proses belajar dan mengajar.

d.Tahap motivasi

Tahap ini masyarakat dapat merubah perilaku dan melanjutkan hal tersebut.

METODE PENDIDIKAN KESEHATAN KELUARGA

Definisi Metode pend

Cara untuk melaksanakan pendidikan kesehatan kepada sasaran, sedangkan


teknikadalah segala upaya tertentuagar cara yang dilaksanakan dapat terwujud
baik .

Pemilihan metode pendidikan kesehatan, disesuaikan dengan:

a. Pendidikan,

b. Kemampuan sasaran,

c. Kemampuan pemberi pendidikan kesehatan,

d. Besarnya kelompok masyarakat,


e. Tingkat pendidikan masyarakat serta waktu penyampaian pendidikan
kesehatan

Beberapa metode pendidikan kesehatan untuk merubah seip unsur perilaku :

1. Perubahan pengetahuan/knowledge, dapat menggunakan metode ceramah,


seminar, studi kasus, curah pendapat, panel, symposium.

2. Perubahan sikap/attitude, dapat menggunakan metode diskusi kelompok,


tanya jawab, roleplay, pemutaran film, siaran terprogram.

3. Perubahan tindakan/praktice, dapat menggunakan metode domonstrasi,


bengkel kerja, latihan mandiri, eksperimen

Jenis metode pendidikan kesehatan

1. Ceramah

Metode penyampaian informasi oleh perawat komunitas kepada masyarakat


untuk menjelaskan ide, pengertian atau pesan kesehatan disertai diskusi dan
tnya jawab

secara langsung; dengan tujuan:

1.1 Menyajikan satu pandangan tentang masalah yang menarik, secara langsung
dan logis,

1.2. Menyajikan satu masalah untuk dibahas b ersama dalam diskusi umum guna

  merangsang masyarakat untuk berfikir dan memecahkan masalah.

1.3 Keuntungan metode ceramah:

1.3.1. Dapat dipakai pada orang dewasa dengan kelompok besar,

1.3.2. Tidak melibatkan terlalu banyak alat bantu,

1.3.3. Mmuda untuk menyelenggarakannya,


1.3.4.Dapat dilakukan pada masyarakat berpendidikan tinggi maupun hanya
menggunakan kata-kata saja,

1.4. Kerugian metode Ceramah

1.4.1. Masyarakat dgan daya ingat terbatas menyebabkan pesan kesehatan tidak
sampai di masyarakat karena hanya menggunakan satu indera saja.

2. Diskusi kelompok

Dilakukan bila peserta diskusi kurang dari 15 orang dengan tujuan untuk
menyampaikan pendapat secara terbuka, sehingga diperlukan peran pemimpin
diskusi untuk mengatur jalannya diskusi agar semua orang mempunyai
kesempatan yang sama untuk menyampaikan pendapatnya tanpa ada dominasi
diantara mereka.

2.1.Keuntungan diskusi kelompok,

Mendorong rasa kesatuan dan menciptakan rasa kepemimpinan bersama


dengan salin memberikan pendapat dan memperoleh pendapat dari orang lain.

2.2.Kerugiannya, diskusi kelompok

2.2.1 Tidak dapat dipakai pada kelompok besar karena dianggap kurang effektif
dan disku dapat berlarut-larut,

2.2.2. Diskusi monoton oleh orang-orang tertentu

2.2.3. Pemimpin diskusi tidak dapat mengarahkan jalannya diskusi.

3. Curah pendapat (brain storming)

Merupakan proses pemecahan masalah yang disuslkan oleh anggota untuk


mencari jalan keluar secara bersma, tanpa ada kritik dan evaluasi atas pendapat
mereka; dengan tujuan untuk menciptakan suasana menyenangkan bagi peserta
diskusi, dengan cara mengembangkan daya kreatif untuk berfikir dan
menggalai pendapat masyarakat dengan merangsang partisipasi semua peserta
diskusi.

3.1 Keuntungan curah pendapat

3.1.1. Digunakan pada kelompok besar maupun kecil utnu merangsang pendapat
baru tanpa memberikan evaluasi atas pendapat yang disampaikan,

3.1.2. Semua peserta diberi kesempatan untuk berbicara dan mengeluarkan


pendapatnya

3.1.3. Tidak menyita wakti lama.

3.2. Kekurangan curah pendapat,

3.2.1. Sulit membuat anggota mengerti bahwa segala pendapatnya dapat diterima
dan kecendrungan peserta mengadakan evaluasi setelah pendapat diajukan,

3.2.2.Sering diskusi mudah terlepas kontrol bila pemimpin diskusi kurang


mengarah.

4. Demonstrasi

Cara penyampaian ide yang dipersiapkan dengan baik untuk mengevaluasi


adanya perubahan psikomotor dengan memperlihatkan bagaiman cara
melaksanakan suatu  tindakan, prosedur dan alat peraga termasuk tanya jawab.

4.1.Keuntungan demonstrasi,

4.1.1. Lebih meyakinkan masyarakat karena ditiru dan dibuktikan,

4.1.2. Ttidak hanya sekedar memberikan berita yang didengar dan dibaca saja.

4.2. Kerugiannya,

4.2.1. memerlukan waktu dan biaya besar dalam mempersiapkan bahan yang
diperlukan,

4.2.2. Menggunakan benda dan bahan yang sesungguhnya.


5. Studi kasus

Merupakan gambaran suatu masalah secara detail yang memungkinkan


kelompok menganalisamaslah.

5.1. Tujuan penggunaan metode studi kasus,

 Untuk manghubungkan masalah dengan situsi hidup,

 Menganalisa situasi masalah

 Membantu anggota mamahami suatu masalah,

 Mencari kemungkinan pemecahan masalah.

5.2. Keuntungan metode studi kasus,

memerikan kesempatan kepada anggota secara merata untuk mengusulkan


pemecahan,serta memungkinkan dilakukannya tindak lanjut dengan
menggunakan simulasi.

6. Panel

Pembicaraan tentang sebuah topik yang sudah direncanakan, dilakukan di


depan pengunjung.

6.1.Tujuan Panel

6.1.1.Untuk memberikan pendapat yg berbeda dari berbagai aspek tentang suatu

masalah,

6.1.2.Membahas pokok pembicaraan yang luas untuk didiskusikan dalam


kelompok danjuga untuk menggali suatu masalah.

6.1.3.Panel memerlukan persiapan yag matang dan waktu yang cukup,


6.2.Kerugian panel

6.2.1. Tujuan diskusi tidak tercapai

6.2.2. Pembicara terlalu banyak

6.2.3. Dapat memecahbelahkan peserta karena mereka mendukung pembicara


tertentu.

7. Simposium

Serangkaian pidato pendek di depan pengunjung dengan mengungkapakan


aspek yang berbeda dari suatu topik tertentu dan dipimpinn oleh moderator

7.1. Tujuan Simposium

7.1.1. Untuk mengupas aspek yang berbeda dari topik tertentu,

7.1.2. Mengungkapak pokok pembicaraan yang sudah ditentukan dengan tidak


memerluka reaksi peserta.

7.2. Kekurangan simposium

7.2.1. Membatasi pandapat pembicara,

7.2.2. Sulit kontrol waktu,

7.2.3. Kurang spontanitas dan kreatifitas,

7.2.4. Terlalu formal,

7.2.5. Hanya menekankan pada pokok pembicaraan

7.2.6. Tidak interaksi sosial.

8. Bermain peran/role play

Permaianan situasi dalam hidup manusia baik dengan latihan maupun tidak
latihan, yang dimainkan oleh beberapa orang sebagai bahan analisis oleh
kelompok.
8.1. Tujuan Role play

Untuk manganalisis kemungkinan pemecahan satu masalah yang melibatkan


emosi dengan memberikan gambaran tentang berbagai sikap yang berbeda
dalam satu masalah

9. Pemutaran film

Penyampaian informasi kepada sasaran melalui media film untuk mencapai


sasaran yang lebih besar, lebih menarik perhatian, memebantu proses
pengenalan dan ingatan yangbersifat visual.

9.1. Kekurangan pemutaran film,

9.1.1. Memerlukan peralatan dan teknologi tinggi,

9.1.2. Mahal,

9.1.3. Memerlukan ruangan khusus karena tidak dapat dilaksanakan di


sembarangan tempat serta kesulitan dalam menerima informasi tidak dapat
segera diatasi.

10. Siaran terprogram

Penyampaian informasi secara terprogram melalui radio dan televisi yang


bertujuan merubah pengetahuan, sikap dan tindakan masyarakat.  Dapat
dipakai secara efektif untuk menambah pengetahuan umum, mencakup
sasaran yang luas, tenaga pengajar dapat dikurangi sampai seminimal
mungkin.

10.1. Kekurangan penggunaan metode siaran terprogram,

 Rradio, televisi belum merata dimiliki oleh semua lapisan


masyarakat,

 Memerlukan perencanaan yang matang


 Membutuhkanpenyiar yang mahir.

11. Tanya jawab/interview

Tanya jawab yang diarahkan kepada pencapaian tujuan yang telah ditentukan
untuKmembahas masalah secara mendalam.

11.1. Keuntungan interview adalah

pemabahasan sesuai dengan minat dan perhatian publik, tidak kaku


ceramah/kuliah sehingga interviwer harus tahu permasalahan, tahu
kehendak publik serta menguasai teknik wawancara

MEDIA PENDIDIKAN KESEHATAN

1. Definisi Media

Alat bantu yang digunakan dalam menyampaikan pesan pendidikan karena


berfungsi memperagakan sesuatu untuk membantu agar pesan yang disampaikan
lebih jelas dan masyarakat dapat menerima pesan secara jelas, dengan
memanfaatkan seluruh panca indera sehingga mempermudah masyarakat
menerima pasan yang disampaikan. Media menjelaskan adanya fakta, prosedur,
tindakan yang sistimatis, karena semakin  banyak indera yang digunakan untuk
menerima pesan, semakin jelas pengetahuan yang diperoleh. Media mempermuda
penyampaian pesan kepada masyarakat, dapat menghindari kesalahan persepsi
dengan menampilkan objek secara jelas.Media menumbuhkan minatkelompok
sasaran, sehingga dapat menyampaikan dan meneruskan pesan terhadap orang lin
yang ada disekelilingnya.Penggunaan medi harus disesuaikan dengan sasaran,
apakah individu, kelompok dan atau masyarakat, bahasa yang digunakan oleh
sasaran, minat dan perhatian sasaran. pengetahuan dan pengalaman sasaran dalam
menerima pesan yang disampaikan, adat istiadat serta kebiasaan sasaran, serta
katagori sasaran seperti pendidikan, umur pekerjaan sasaran. Sehingga pembuatan
alat peraga harus memenuhi kebutuhan masyarakat, sesuai dengan situasi dan
kondisi sasaran.Setiap media mempunyai intensitas yang bebeda didalam
membantu persepsi masyarakat. Penggunaan media pendidikan kesehatan
menurut elger dale, yang mempunyai intensitas yang paling tinggi adalah benda
asli, sedangkan yang mempunyai intensitas yang paling rendah adalah

1. Kata-kata

2. Tulisan

3. Rekaman radio

4. Film

5. Televisi

6. Pameran

7. Field trip

8. Demonstrasi

9. Sandiwara

10. Benda tiruan

11. Benda asli

Manfaat media pendidikan kesehatan:

1.Merangsang sasaran untuk meneruskan pesan yg diterima kepada orang lain

2.Mempermudah penyampaian bahan pendidikan/informasi oleh para pendidik

3.Mempermudah penerimaan informasi oleh sasaran

4.Mendorong orang untuk mengetahui lebih mendalami dan mendapatkan

pengertian yang lebih baik.

5 Membantu menegakkan pengertian yang diperoleh

MACAM-MACAM MEDIA (ALAT PERAGA ) PENDIDIKAN KESEHATAN :


Media sederhana, yang dalam dilakukan saat kunjungan keluarga dirumah
seperti leaflet, buku cerita bergambar, diaroma, flash card, benda nyata.Media
yang digunakan diinstansi seperti kantor, rumah sakit, puskesmas dan sekolah
seperti papan tulis, poster, diaroma, flanel graph, fliph chart, buku cerita
bergambar.

Media yang sering digunakan di masyarakat seperti leaflet,poster, flip


chart, lembar balik, pemutaran film, VCD, OHP, papan tulis,televisi, majalah.

1. Leaflet

Lembaran kertas yang berisi tulisan tentang masalah kesehatan tertentu yang
ingin disampaikan, untuk menambah pengetahuan sasaran, dapat digunakan
sebagai bahan diskusi sehingga mencapai sasaran yang lebih luas.Leaflet dapat
disebarkan kepada sasaran oleh perawat komunitas sebelum ata sesudah
penyampaian pendidikan kesehatan, agar sasaran lebih memahami informasi
yang disampaikan. Leaflet dapat dibawa pulang dan dimanfaatkan untuk
menyebarkan informasi kepada sasaran yang lebih luas seperti keluarga dan
masyarakat lain yang ada dilingkungannya.

2. Poster

Lembar kertas dalam bentuk gambar untuk mempengaruhi seseorang agar


tertarik terhadap pesan yang disampaikan.Poster dibuat dengan gambar dan
warna yang merangsang, dapat menerangkan pesan yang disampikan secara
jelas, dibuat tidak lebih dari 7 kata dan dapat dibaca dengan jarak 6
meter.Poster dipasang ditempat umum seperti dipemberhentian bis, dekat
pasar,persimpangan jalan, rumah sakit, puskesmas, sekolah. Poster harus dapat
menggugah emosi bagi masyarakat yang melihatnya, sehingga mudah untuk
merubah perilaku masyarakat, poster dapat dibuat dengan ukuran 50x70 cm
atau 35x50 cm.

3. Papan tulis
Papan Tulis biasanya digunakan oleh perawat komunitas saat melakukan
pendidikan kesehatan pada setting sekolah.Papan tulis dapat digunakan
berulang kali, untuk mengungkapkan informasi yang akan
disampaikan.Pemanfaatan papan tulis harus disesuaikan dengan tempat duduk
sasaran, bagian bawah papan tulis harus diletakkan sejajar dengan mata sasaran
agar sasaran tidak menengadah atau terlalu menunduk. Papan tulis diletakkan
pada tempat yang mudah dilihatdan tidak terdapat pantulan sinar yang dapat
mengganggu pandangan sasaran.

4. Buletin

Alat peraga yang berukuran 90x120 cm biasanya ditempel gambar, tulisan dari
topik tertentu.Prinsip pembuatan buletin, tempatkan pada tempat yang mudah
dilihat, Digunakan pada peristiwa tertentu saja seperti pada waktu libur,Judul
harus menarik, tentukan jangka waktu pemasangan supaya tidak membosankan

5. Flash Card

Alat peraga berupa kartu bergambar ukuran 25x30 cm untuk menyampaikan


masalah tertentu, tulisan diletakkan di belakang gambar. Keuntungan
menggunakan flash card, mudah dibawa, dapat disimpan banyak data.

6. Buku cerita bergambar

Alat peraga berupa buku yang berisi gambar, garis-garis, foto yang terdiri dari
12 halaman, dapat digunakan sebagai bahan diskusi kelompok, keterangan
gambar ditulis pada setiap gambar. Keuntungan penggunaan buku cerita
bergambar adalah mudah dibuat, murah, mudah dibawa kemana-kemana.

7. Chart

Penyampaian pesan dengan menggunakan gambar atau diagram berukuran 50


x 75 cm atau 75 x 100 cm, yang digunakan pada kelompok kecil. Keuntungan
chart adalah mudah dibuat, pesan yang ruwet dapat diperlihatkan dengan cara
sederhana.
8. Diorama

Fisualisasi tiga dimensi yang disajikan seolah-olah nyata. Figur orang dan
lainnya disusun tata letak untuk menggambarkan situasi.

9. Flannel Graph

    Alat peraga yang menggunakan papan keras dititup dengan flannel.

Sasaran pelayanan perawatan

Praktik perawatan sebagai tindakan Mendiri Perawat Profesional (ners)

Melalui kerjasma yang bersifat kolaboratif baik klien dan tenaga kesehatan


dalam memberikan asuhan keperawatan yang holistic sesuai dengan wewenang
dan tanggung jawab

Praktik perawat Profesional:

Tindakan mandiri perawat dengan menggunakan teori ilmu keperawatan


sebagai dasar dan mengunakan proses keperawatan sebagai pendekatan dalam
melakukan asuhan keperawatan (Pokjakep CHS 2002)

Ciri Praktik perawat Profesional:

Otoritas,Akuntabilitas,Pengambilan keputusan secara mendiri, Kolaborasi,


Atvokasi, dan memfasilitasi sumberpotensi klien

Askep yang dilakukan mengacu pada:

Menggunakan pendekatan yang holistic berdasrkan ilmu dan kiat keperawatan


yang bersifat humastic, memenuhi kebutuhan klien yang dilakukan oleh perawat
profesional (Ners) dengan menggunakan manajemen dan kepemimpinan perawat
profesional (Creasia 2001)

Tujuan Praktik keperawatan profesiomal:


Meningkatkan kemnadirian masysrakat sehingga mau.tau dan mampu mengtasi
masalah kesehatan secara optiman dan mandiri

Prioritas dalam pemberianAskep

1. Individu

1.1. Balia Gizi Buruk

1.2 Ibu Hamil berisko

1.3 Lansia

1.4 Penderita penyakit meunlar (TBC,Fuluburung,Sars Korona dan

1.5 Penderita Penyaki degeratif (HT.DM.Kanke

2.Keluarga yang rentan atau risti)

2.1. Keluarga miski yang beuum pernah kotak dengan pelayan kesehatan dan
belum memiliki kartu sehatan

2.2 Keluarga miskin yang sudah kontak tetapi memiliki masalah kesehatan seperti
tumbuhkembang balita, kespro dan penyakit menular

2.3 Keluarga buka miski yang beuum kotak denganmasalah kesehatan prioritas

2.5. Penderita Penyaki degeratif (HT.DM.Kanke

3. Kelompok khusus

3.1. Dengan kebutuhan khusus (tumbuh kembang, Bumil, Blita, anak, anak

prasekolah, Remaja dan lansia

3.2. Dengan masalah kesehatan khusus yang membutuhkan bimbingan dan


pengawasan seperti Penyaki meular dan tidak menular

3.3. Risiko tinggi terhadap penyait (WTS, kelompok kerjan dan Pengguna


Napzah

4. Masyarakat

4.1. Dengan nasalah kesehatan aktual pada suatu wilayah.

4.2. Daerah Endemis penyakit meular

4.3. Diloakasi pengusian

4.4. Daerah terpencil dan perbatasan yang suliterjangkau

4.5. Daerah pemukiman baru yang sulit transportasi

Lingkup pemberian askep

1. Promotif

1.1. Penyluhan Kesehatan

1.2. Peningkatan Gizi

1.3. Pemeliharaan kesehatan indivisu

1.4. Pemeliharaan Kesehatan Lingkungan

1.5. Olahraga secara teratus

1.6. Rekreasi

1.7 Pendidkan Sexualitas

2. Prefentif

2.1. Imunisai
2.2. Pelaksnaan kesehatan berkalia memalui posyandu, puskesmas

dan kunjungan rumah

2.3. Pemberian Vitami A dan Garam yudium

2.4. Pemeriksaan dan pemeliharaan kehamilan, Nifas dan menyusui

3. Primari Prefentif

3.1. Dilakukan sebelum sakit

3.2. Peningkatan kesehatan umumnya dan perlindungan khusus terhadap penyakit

3.3.Health promtion

3.3.1 Pendidikan Kesehatan

3.3.2. Pengamatan Tumbuh Kembang

3.3.3. Pengadaan Rumah sehat

3.3.4. Konsultasoi Perkawinan

3.3.5 P2M dan Kesling

4. Secondary Prefention

Penekanan diagnosa dini dan intervensi yang tepat guna menghadbat


proses patologis guna memperpendek waktu sakit serta mencegah keparahan
penyakit

5. Tertery Prefention

Dimulai saat cacat atau tidak dapat diperbaiki Rehabilias sebagai upaya


pencegahan Primer yang nelebihan upaya penghambat proses penyakit sehingga
mampu mengembalikan kefungsi yang optimal

6. TKuratif
6.1. Perawatan orang sakit di rumah

6.2. perawatan orang sakit sebagai tidak lanjut dari Puskesmas atau rumah skit

6.3. Perawatn Ibu hamil dengan kondi patologis

6.4. Perawatan Payudara

6.5. Perawatan talipusat bay baru lahir

7.1. Latihan fisik pada penderita kusta dan pata tulang dsb

7.2. Fisioteraphi pada penderita stroke

7.3. Latihan batu efektif pada penderita TBC

8. Resosialitatif

Mengembalikan penderita ke masyarakat akibat penyaki yang dikucilkan


seperti penykait kusta, Aids, WTS

Anda mungkin juga menyukai