Anda di halaman 1dari 18

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum, Wr. Wb.


Puji syukur penulis sampaikan kepada Allah SWT karena atas nikmat dan rahmat-Nya penulis dapat
menyelesaikan tugas laporan PBL (Problem Based Learning) dengan baik. Shalawat dan salam marilah
senantiasa penulis sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW karena beliau telah membawa kita dari zaman
kebodohan hingga ke zaman yang penuh ilmu pengetahuan seperti sekarang ini.
Dalam tugas laporan PBL kali ini penulis membahas tentang “Modul 1 Sub Moduol 3–Diabetes
Melitus”. Tugas ini merupakan salah satu laporan pada Sistem Tropis program studi Pendidikan Dokter
Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta. Tugas laporan ini dibuat bukan
hanya untuk memenuhi syarat tugas saja melainkan untuk tambahan bacaan teman-teman semua.
Dalam proses pembuatan tugas laporan ini tentunya penulis mendapat bimbingan, arahan dan
pengetahuan, untuk itu penulis sampaikan terima kasih kepada dr. Abdul Baktiansyah, MKK,
Sp.OK selaku tutor pada modul 1ini.
Pembahasan di dalamnya penulis dapatkan dari buku-buku text book, jurnal, diskusi, dan lainnya.
Penulis sadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna. Kritik dan saran yang membangun dari
semua pihak sangat penulis harapkan demi kesempurnaannya. Demikian yang dapat penulis sampaikan, In
Syaa Allah laporan ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis yang sedang menempuh pendidikan dan
dapat dijadikan pelajaran bagi teman-teman semua.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Jakarta, 7 Maret 2017

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar 2

Daftar Isi 3

Pendahuluan 4

Pembahasan 9

1. Sebutkan penyakit-penyakit apa saja yang memberikan gejala penurunan kesadaran


yang berkaitan dengan scenario? 9

1. Jelaskan etiologi, patomekanisme dan factor pencetus dari KAD ! 10

2. Bagaimana alur diagnosis pada scenario? 11

3. Sebutkan pemeriksaan radiologis yang diperlukan untuk menegakkan diagnosis pada


skenario! dan bagaimana interpretasinya? 12

4. Sebutkan tes tes neurologis yag diperlukan untuk menegakkan diagnosis penyakit
penurunan kesadaran! 14

5. Jelaskan penatalaksanaan dari skenario, termasuk tindakan promotif dan preventif !


Serta bagaimana cara mengedukasi pasien dan keluarganya? 15

6. Apa saja komplikasi dari penyakit pada skenario? Dan bagaimana cara rujukan untuk
penyakit pada skenario...................................................................................................16
7. Bagaimana prognosis pada penyakit berdasarkan skenario? Berikut DD dan
WD…………………………………………………………………….................................16
Penutup 19

Daftar Pustaka... 20

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pada Semester 4 Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakata, kami mendapatkan mata kuliah sistem
Endokrin. Dalam modul satu pada Sistem Endokrin kami mempelajari Diabetes Melitus yaitu
mencakup definisi (pengertian), etiologi, patogenesis dan patomekanisme, manifestasi klinik,
cara menegakkan diagnosis, tata laksana, komplikasi, serta epidemiologi dari Diabetes
Melitus tersebut tersebut.

Dalam PBL modul satu ini yaitu mengenai Diabetes Melitus. Kelompok kami
mengharapkan agar pembaca dapat memahami dan mengaplikasikan ilmu yang didapat yaitu
mengenai Diabetes Melitus.

1.2. Tujuan Pembelajaran


Setelah mempelajari modul Diabetes Melitus, mahasiswa sistem Endokrin mampu
memahami Diabetes Melitus yang meliputi definisi (pengertian), etiologi, patogenesis dan
patomekanisme, manifestasi klinik, cara menegakkan diagnosis, tata laksana, komplikasi, serta
epidemiologi dari Diabetes Melitus tersebut.

1.3. Sasaran Pembelajaran


Setelah menyelesaikan modul ini, mahasiswa sistem kedokteran tropis mampu
memahami dan menjelaskan :
1. Menyebutkan penyakit-penyakit yang memberikan gejala penurunan kesadaran secara umum
dan yang berkaitan dengan penyakit di Sistem Endokrin secara khusus.
2. Menjelaskan tentang etiologi dan patomekanisme terjadinya penyakit-penyakit dengan gejala
penurunan kesadaran secara umum dan yang berkaitan dengan penyakit di Sistem Endokrin
dan Metabolisme secara khusus
3. Menjelaskna cara dan mampu mendiagnosis penyakit dengan gejala penurunan kesadaran,
khususnya yang berkaitan dengan Sistem Endokrin dan Metabolisme
a. Menyebutkan tentang cara menyususn dan melakukan anamnesis penyakit-
penyakit dengan gejala penurunan kesadaran : KAD,HHS,hipoglikemia berat.
b. Menyebutkan pemeriksaan fisik untuk mendiagnosis penyakit KAD,HHS,
hipoglikemia berat.
4. Menyebutkan pemeriksaan laboratorium yang diperlukan untuk menunjang penegakkan
diagnosis KAD,HHS, hipoglikemia berat, dan mampu melakukan interpretasi hasil
laboratorium tersebut

3
5. Menyebutkan tes-tes neurologis yang diperlukan untuk membantu penegakkan diagnosis
penyakit dengan gejala penurunan kesadaran
6. Menyebutkan pemeriksaan radiologis yang diperlukan untuk menunjang penegakkan
diagnosis penyakit dengan penurunan kesadaran dan mampu melakukan interpretasi hasil
pemeriksaan tersebut
7. Menjelaskan penatalaksanaan awal KAD,HHS, hipoglikemia berat.
8. Menjelaskan tentang komplikasi yang mungkin terjadi akibat KAD,HHS, hipoglikemia berat.
9. Menjelaskan tentang tindakan promotif dan preventif komplikasi akut
KAD,HHS,hipoglikemia berat.
10. Menjelaskan tentang prognsosis komplikasi akut DM : KAD,HHS,hipoglikemia berat.
11. Menjelaskan cara dan mampu melakukan rujukan kasus KAD,HHS,hipoglikenia berat.
12. Melakukan edukasi kepada pasien dan keluarga

1.4. Kegiatan yang Dilakukan dan Keluarannya

Pada saat melakukan PBL, kelompok kami berdiskusi untuk mempelajari kasus-kasus
yang ada di skenario. Kami melakukan pembelajaran dengan mengikuti tujuh langkah (seven
jumps) utuk dapat menyelesaikan masalah yang kami dapatkan.

1.5. Laporan Seven Jumps

Kelompok kami telah melakukan diskusi pada pertemuan pertama dan kami telah
menyelesaikan 5 langkah dari 7 langkah yang ada. Berikut laporan dari hasil yang telah kami
dapatkan :

 LANGKAH 1 (Clarify Unfamiliar)


Skenario :

Seorang perempuan berusia 36 tahun datang ke IGD Puskesmas perawatan dengan


keluhan penurunan kesadaran sejak 2 jam yang lalu. Sejak 3 hari yang lalu pasien mulai mual
muntah,sakit ulu hati,dan tidak nafsu makan, keluhan tersebut semakin memberat. Pasien
didiagnosis Diabetes sejak 3 tahun yang lalu dan mendapat terapi untuk diabetesnya. Sejak 2
bulan yang lalu pasien menghentikan sendiri pengobatannya.

Kalimat sulit

- Tidak ada

Kata / kalimat kunci

- Perempuan usia 36 tahun


- Penurunan kesadaran
- Mual muntah dan sakit ulu hati

4
- Tidak nafsu makan
- Diabetes
- Penghentiaan obat diabetes
- IMT : 22,26 (normal)

 LANGKAH 2 ( Define Problem )


1. Sebutkan penyakit-penyakit apa saja yang memberikan gejala penurunan kesadaran
yang berkaitan dengan scenario!
2. Jelaskan etiologic, patomekanisme dan factor pencetus dari penyakit pada scenario!
3. Bagaimana alur diagnosis pada scenario?
4. Sebutkan pemeriksaan radiologis yang diperlukan untuk menegakkan diagnosis pada
skenario! dan bagaimana interpretasinya?
5. Sebutkan tes tes neurologis yag diperlukan untuk menegakkan diagnosis penyakit
penurunan kesadaran!
6. Jelaskan penatalaksanaan dari skenario, termasuk tindakan promotif dan preventif !
Serta bagaimana cara mengedukasi pasien dan keluarganya?
7. Apa saja komplikasi dari penyakit pada skenario? Dan bagaimana cara rujukan untuk
penyakit pada skenario?
8. Bagaimana prognosis pada penyakit berdasarkan skenario? Berikut DD dan WD !

 LANGKAH 3 ( Brainstorme Possible)


Pada saat diskusi kami telah melakukan brain storming dengan cara menjawab pertanyan-
pertanyaan yang diajukan sebelumnya. Dalam langkah ke-3 ini beberapa pertanyaan yang
telah didapat dari langkah ke-2 telah ditemukan inti jawabannya.

 LANGKAH 4 (Mind Mapping)

5
 LANGKAH 5 ( Sasaran pembelajaran / Learning Objectif)
1. Menyebutkan penyakit-penyakit yang memberikan gejala penurunan kesadaran secara umum
dan yang berkaitan dengan penyakit di Sistem Endokrin secara khusus.
2. Menjelaskan tentang etiologi dan patomekanisme terjadinya penyakit-penyakit dengan gejala
penurunan kesadaran secara umum dan yang berkaitan dengan penyakit di Sistem Endokrin
dan Metabolisme secara khusus
3. Menjelaskna cara dan mampu mendiagnosis penyakit dengan gejala penurunan kesadaran,
khususnya yang berkaitan dengan Sistem Endokrin dan Metabolisme
c. Menyebutkan tentang cara menyususn dan melakukan anamnesis penyakit-
penyakit dengan gejala penurunan kesadaran : KAD,HHS,hipoglikemia berat.
d. Menyebutkan pemeriksaan fisik untuk mendiagnosis penyakit KAD,HHS,
hipoglikemia berat.
4. Menyebutkan pemeriksaan laboratorium yang diperlukan untuk menunjang penegakkan
diagnosis KAD,HHS, hipoglikemia berat, dan mampu melakukan interpretasi hasil
laboratorium tersebut
5. Menyebutkan tes-tes neurologis yang diperlukan untuk membantu penegakkan diagnosis
penyakit dengan gejala penurunan kesadaran
6. Menyebutkan pemeriksaan radiologis yang diperlukan untuk menunjang penegakkan
diagnosis penyakit dengan penurunan kesadaran dan mampu melakukan interpretasi hasil
pemeriksaan tersebut
7. Menjelaskan penatalaksanaan awal KAD,HHS, hipoglikemia berat.
8. Menjelaskan tentang komplikasi yang mungkin terjadi akibat KAD,HHS, hipoglikemia berat.
9. Menjelaskan tentang tindakan promotif dan preventif komplikasi akut
KAD,HHS,hipoglikemia berat.
10. Menjelaskan tentang prognsosis komplikasi akut DM : KAD,HHS,hipoglikemia berat.
11. Menjelaskan cara dan mampu melakukan rujukan kasus KAD,HHS,hipoglikenia berat.
12. Melakukan edukasi kepada pasien dan keluarga

 LANGKAH 6 ( Belajar Mandiri )


Kelompok kami melakukan belajar mandiri terlebih dahulu untuk mencari dasar
ilmiah, mengumpulkan data-data atau informasi yang dapat membantu meningkatkan
pemahaman dan penerapan konsep dasar yang telah ada yang pada tahap selanjutnya
akan dipersentasikan dan disajikan untuk dibahas bersama.

 LANGKAH 7 ( Pembahasan )
Kelompok kami telah melakukan diskusi kembali pada pertemuan kedua dan
kami telah menyelesaikan langkah yang belum tercapai pada pertemuan sebelumnya.
Semua anggota kelompok kami memaparkan semua hasil yang telah didapatkan pada
saat belajar mandiri. Pemaparan dari langkah teakhir ini akan kami bahas pada Bab II.

6
BAB II
PEMBAHASAN

1. Sebutkan penyakit-penyakit apa saja yang memberikan gejala penurunan kesadaran


yang berkaitan dengan skenario!

a. Ketoasidosis Diabetik (KAD) adalah komplikasi akut diabetes yang ditandai


dengan peningkatan kadar glukosa darah yang tinggi (300-600 mg/dl), disertai
tanda dan gejala asidosis dan plasma keton (+) kuat. Osmolaritas plasma
meningkat (300-320 mOs/ml) dan terjadi peningkatan anion gap.

b. Status Hiperglikemi Hiperosmolar (SHH) adalah suatu keadaan dimana terjadi


peningkatan glukosa darah sangat tinggi (600-1200 mg/dl), tanpa tanda dan gejala
asidosis, osmolaritas plasma sangat meningkat (330-380 mOs/ml), plasma keton
(+/-), anion gap normal atau sedikit meningkat.
Catatan:
Kedua keadaan (KAD dan SHH) tersebut mempunyai angka morbiditas dan
mortalitas yang tinggi, sehingga memerlukan perawatan di rumah sakit guna
mendapatkan penatalaksanaan yang memadai.

c. Koma hipoglikemia ditandai dengan menurunya kadar glukosa darah < 70 mg/dl.
Hipoglikemia adalah penurunan konsentrasi glukosa serum dengan atau tanpa adanya
gejala-gejala sistem otonom, seperti adanya whipple’s triad:
 Terdapat gejala-gejala hipoglikemia
 Kadar glukosa darah yang rendah
 Gejala berkurang dengan pengobatan.
Sebagian pasien dengan diabetes dapat menunjukkan gejala glukosa darah rendah
tetapi menunjukkan kadar glukosa darah normal. Di lain pihak, tidak semua pasien
diabetes mengalami gejala hipoglikemia meskipun pada pemeriksaan kadar glukosa
darahnya rendah.Penurunan kesadaran yang terjadi pada penyandang diabetes harus
selalu dipikirkan kemungkinan disebabkan oleh hipoglikemia. Hipoglikemia paling
sering disebabkan oleh penggunaan sulfonylurea dan insulin. Hipoglikemia akibat
sulfonilurea dapat berlangsung lama, sehingga harus diawasi sampai seluruh obat
diekskresi dan waktu kerja obat telah habis.
Pengawasan glukosa darah pasien harus dilakukan selama 24-72 jam, terutama pada
pasien dengan gagal ginjal kronik atau yang mendapatkan terapi dengan OHO kerja
panjang. Hipoglikemia pada usia lanjut merupakan suatu hal yang harus dihindari,
mengingat dampaknya yang fatal atau terjadinya kemunduran mental bermakna pada
pasien. Perbaikan kesadaran pada DM usia lanjut sering lebih lambat dan memerlukan
pengawasan yang lebih lama.
Pasien dengan resiko hipoglikemi harus diperiksa mengenai kemungkinan
hipoglikemia simtomatik ataupun asimtomatik pada setiap kesempatan.
Hipoglikemia dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa bagian terakit dengan derajat
keparahannya, yaitu :
 Hipoglikemia berat: Pasien membutuhkan bantuan orang lain untuk pemberian
karbohidrat, glukagon, atau resusitasi lainnya.
 Hipoglikemia simtomatik apabila GDS < 70mg/dL disertai gejala hipoglikemia.
 Hipoglikemia asimtomatik apabila GDS <70mg/dL tanpa gejala hipoglikemia.
 Hipoglikemia relatif apabila GDS > 70mg/dL dengan gejala hipoglikemia.
 Probable hipoglikemia apabila gejala hipogllikemia tanpa pemeriksaan GDS.
Hipoglikemia berat dapat ditemui pada berbagai keadaan, antara lain:
 Kendali glikemik terlalu ketat
 Hipoglikemia berulang
 Hilangnya respon glukagon terhadap hipoglikemia setelah 5 tahun terdiagnosis DMT1
 Attenuation of epinephrine, norepinephrine, growth hormone, cortisol responses
 Neuropati otonom
 Tidak menyadari hipoglikemia
 End Stage Renal Disease (ESRD)
 Penyakit / gangguan fungsi hati
 Malnutrisi
 Konsumsi alkohol tanpa makanan yang tepat
2. Jelaskan etiologic, patomekanisme dan factor pencetus dari penyakit pada
scenario!

• Faktor pencetus KAD :


- Infeksi
Pencetus tersering terjadinya KAD. Pada keadaan infeksi kebutuhan tubuh akan
insulin tiba-tiba meningkat.
- Infark Miokard Akut
Terjadi peningkatan kadar hormone epinefrin yang cukup untuk menstimulasi
lipolysis, hiperglikemia, ketogenesis dan glikogenolisis
- Penghentian insulin
Akibat insulin berkurang sehingga terjadi hiperglikemia dan diuresis osmotik yang
mengakibatkan dehidrasi dan gangguan elektrolit
- Hipokalemia
Penghambatan sekresi insulin dan turunnya kepekaan insulin. Ini dapat terjadi
pada penggunaan diuretik
- Obat
Banyak obat yang mengurangi sekresi insulin atau menambah resistensi insulin.
3. Bagaimana alur diagnosis pada scenario?

Anamnesis Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Laboratorium

Ketoasidosis • Riwayat • Tanda • Glukosa darah >250 mg/dl


diabetik pengidap dehidrasi • pH darah <7,35
diabetes • Nafas • Keton urin positif
• Rasa lelah kussmaul • Keton serum positif
• Kram otot • Hipotensi / • Osmolalitas serum <320
• Mual muntah syok • Kesadaran sopor/koma
• Nyeri perut • Flushing
• Penurunan
berat badan
Hiperosmolar • Penggunaan • Tanda • Glukosa plasma >600 mg/dl
Hiperglikemi obat diabetik dehidrasi • pH darah >7,35
k State • Rasa lemah berat • Keton urin sedikit/negatif
• Gangguan • Peningkatan • Keton serum sedikit/negatif
pengelihatan suhu tubuh • Osmolalitas serum >320
• Kaki kejang yang tidak • Kesadaran Stupor/koma
• Kadang mual terlalu tinggi
dan muntah
Hipoglikemia • Riwayat • Kulit lembap • Glukosa darah <60 mg/dl
berat pengidap dan pucat
diabetes • Keringat
• Riwayat berlebihan
penggunaan • Bingung
obat diabetes • Kejang –
• Gemetar kejang
• Rasa cemas • Koma
• Rasa lapar
• Penglihatan
kabur/kemba
r
• Sakit kepala
4. Sebutkan pemeriksaan radiologis yang diperlukan untuk menegakkan diagnosis
pada skenario! dan bagaimana interpretasinya?

Pemeriksaan radiologi pada Ketoasidosis Diabetikum

5. Sebutkan tes tes neurologis yag diperlukan untuk menegakkan diagnosis


penyakit penurunan kesadaran!

Tingkat Kesadaran
• Somnolen : keadaan ngantuk. Kesadaran dapat pulih penuh bila dirangsang.
Somnolen disebut juga sebagai: letargi, obtundasi. Tingkat kesadaran ini ditandai oleh
mudahnya penderita dibangunkan, mampu memberi jawaban verbal dan menangkis
rangsangan
• Sopor (Stupor): Kantuk yang dalam. Penderita masih dapat dibangunkan dengan
rangsang yang kuat, namun kesadarannya segera menurun lagi. Ia masih dapat
mengikuti suruhan yang singkat dan masih terlihat gerakan yang spontan. Tidak dapat
diperoleh jawaban yang verbal. Gerak morotik untuk menangkis rangsang nyeri masih
baik
• Koma-ringan: tidak ada respon terhadap rangsang verbal. Reflek (pupil, kornea dsb)
masih baik. Gerakan terutama timbul sebagai respon terhadap rangsang nyeri.
Penderita sama sekali tidak dapat dibangunkan.
• Koma: tidak ada gerakan spontan, tidak ada jawaban sama sekali terhadap
rangsangan nyeri yang bagaimanapun kuatnya.
Skala koma Glasgow

Kompos mentis : 14-15, Apatis: 12-13, Somnolen: 11-12, Stupor: 8-10, <5: Koma.
Pemerikaan Neurologis
• Cyeyne Stokes : bernafas makin lama makin dalam,dan diselingi oleh apneu. Dapat
disebabkan oleh gangguan metabolik dan gagal jantung
• Hiperventilasi neurogen-sentral: Berfrekuensi kira-kira 25 per menit (cepat dan
dalam), pola pernafasan ini didapatkan pada hipoglikemia. Koma dengan hiperventilasi
neurogen sentral sering dijumpai gangguan metabolic Ketoasidosis diabetiki.
• Apnestik: inspirasi yang memanjang diikuti oleh apne pada saat ekspirasi dengan
frekuensi 1-1,5 permenit.
• Ataksik (ireguler): pola pernafasan yang tidak teratur, baik dalamnya maupun
iramanya.

Pupil Mata
• Normal, Besar (midriasis) atau kecil (miosis)
• Pupil yang masih berinteraksi menandakan mesensefalon belum rusak. Pada
penderita koma dengan reaksi kornea dan gerak bola mata ekstraokuler yang negatif
sedangkan reaksi pupil masih ada maka perlu dipikirkan adanya kemungkinan
gangguan metabolik (seperto hipoglikemia)

Gerakan bola mata (doll’s eye)


Dengan cara: kepala penderita di gerakkan dengan cepat (mendadak) kearah lateral kanan
dan kiri sementara dokter memperhatikan bola mata pasien, bila normal maka bola mata
akan bergerak kearah yang berlawanan dengan gerak kepala. Bila ada gangguan maka
bola mata tidak akan bergerak

Motorik
Sikap Deserebrasi dan dekortikasi dijumpai pada pasien koma
6. Jelaskan penatalaksanaan dari skenario, termasuk tindakan promotif dan
preventif ! Serta bagaimana cara mengedukasi pasien dan keluarganya?

1. Tatalaksana KAD

a. Terapi cairan
Priotitas utama sebagai rehidrasi untuk ekspansi volume cairan
intravascular dan ekstravaskular dan menjaga perfusi ginjal. Targetnya adalah
50% dari kekurangan cairan dalam 8-12 jam pertama dan 12-16 jam
berikutnya.
Cairan yang diberikan berupa NaCl yang diberikan dengan kecepatan
15-20ml/kgBB/jam atau lebih selama satu jam pertama. Selain menggunakan
Nacl, pemakaian cairan ringer laktat juga dianjurkan untuk mengurangi
terjadinya hiperkloremia yang umumnya terjadi karena pemakaian normal
saline.

b. Terapi insulin
Terapi insulin harus segera dilakukan sesaat setelah diagnosis KAD
dan rehidrasi cairan yang memadai. Terapi insulin bertujuan untuk
menurunkan kadar glucagon dengan cara menekan produksi benda keton
dihati.
Terapi insulin boleh dilakukan dengan menggunakan insulin bolus
intravena, intramuscular atau subcutan.
Protocol pengendalian KAD dengan cara menggunakan drip insulin
insulin intravena dosis rendah karena lebih mudah mengontrol insulin,
menurunkan kadar glukosa darah lebih lama,komplikasi hipoglikemia dan
hiperglikemia lebih rendah.

c. Bikarbonat
Pemberian bikarbonat ketika pH <7,0. Natrium bikarbonat
ditambahkan kedalam 400 ml cairan fisiologis dan diberikan dengan
kecepatan 200ml/jam. Pada pasien dengan pH 6,9 – 7,0 , 50 mmol natrium
bikarbonat dicampur dalam 200 ml cairan fisiologis dan diberikan dengan
kecepatan 200ml/jam.
Sebagaimana diketahui bahwa natrium bikarbonat dan insulin dapat
menurunkan kalium serum, oleh karena itu pemberian kalium harus diberikan
secara intravena dan dimonitor secara berkala.
2. Tindakan preventif KAD

a. Edukasi tetang diabetes mellitus untuk pasien dan keluarga


b. Monitoring gula darah secara teratur
c. Manajemen hari-hari sakit
d. Memantau keton dan beta-hidroksibutirat
e. Suplementasi insulin kerja singkat saat dibutuhkan
f. Diet makanan cair mudah dicerna saat sakit
g. Mengurangi,bukan menghentikan insulin saat pasien tidak makan
h. Pedoman saat pasien butuh perhatian medis
i. Pemantauan ketat pada pasien beresiko tinggi
j. Edukasi khusus untuk pasien pengguna pompa insulin

7. Apa saja komplikasi dari penyakit pada skenario? Dan bagaimana cara rujukan
untuk penyakit pada skenario?

Komplikasi dari KAD


Komplikasi yang sering terjadi pada KAD adalah hipoglikemia yang
disebabkan karena penanganan yang berlebihan dengan insulin, hipokalemia yang
disebabkan oleh pemberian insulin dan terapi asidosis dengan bikarbonat,dan
hiperglikemia karena pemberian insulin yang tidak kontinu. Umumnyapada KAD
yang telah membaik mengalami hiperkloremia yang disebabkan oleh penggunaan
saline yang berlebih untuk pergantian cairan dan elektrolit.
Edema serebri umumnya terjadi pada anak-anak, jarangpadadewasa. Gejala
yang tampak berupa penueunan kesadaran, letargi, penurunan arousal, dan sakit
kepala. Kelainan neurologis dapat terjadi cepat, dengan ejang, inkontinensia,
perubahan pupil, bradikardi, kegagalan respirasi.meskipun mekansime edema serebri
belum diketahui, tampaknya hal ini merupakan akibat dari masuknya cairan ke
susunansaraf pusat lewat mkanisme osmosis, ketika osmolaritas plasma menurun
secara cepat saat terapi KAD.
Hipoksemia dan acute respiratory distress syndrome terjadi mengikuti
prnurunan tekanan koloid osmotic yang merupakan akibat peningkatan kadar cairan
paru.
Komplikasi Penyebab

Hipoglikemia Pemberian insulin yang berlebih

Hiperglikemia Pemberian insulin yang tidak kontinu

Hipokalemia Pemberian insulin


Pemberian bikarbonat

Hiperkloremia Pemberian cairan koloid berlebih

Edema serebral Belum diketahui secara jelas

Hipoksia / acute respiratory distress Menurunnya tekanan osmotik sehingga meningkatkan


syndrome cairan jantung

8. Bagaimana prognosis pada penyakit berdasarkan skenario? Berikut DD dan


WD !

a. Prognosis hiperosmolar
Prognosis biasanya buruk, sebenarnya kematian pasien bukan
disebabkan oleh sindrom hiperosmolar sendiri tetapi oleh penyakit yang
mendasari atau menyertainya. Angka kematian berkisar 30 - 50%. Dinegara
maju dapat dikatakan penyebab kematian adalah infeksi, usia lanjut, dan
osmolaritas darah yang terlalu tinggi.
b. Prognosis Hipoglikemia
Prognosis pada umumnya baik bila penanganan cepat dan tepat.
Hipoglikemia meningkatkan angka mortalitas pada pasien dalam kondisi
kritis. Pada 22% pasien mengalami episode hipoglikemia lebih dari 1 kali.
Angka mortalitas meningkat sesuai dengan parahnya derajat hipoglikemia.

c. Prognosis Ketoasidosis Diabetik


Umumnya Pasien membaik setelah diberikan insulin dan terapi standar
lainnya, jika komorbid tidak terlalu berat. Biasanya kematian pada pasien
KAD adalah karena penyakit penyerta berat yang datang pada fase lanjut.
Kematian meningkat seiring dengan meningkatnya usia dan beratnya penyakit
penyerta.
BAB III
PENUTUP

3.1. Simpulan

Berdasarkan hasil diskusi kami dalam system Endokrin dan Metabolisme


modul Diabetes Mellitus ini adalah pasien mengalami komplikasi berupa Ketoasidosis
Diabetikum, dikarenakan gejala dan tanda pada skenario, untuk dapat menegakkan
diagnosis pasti perlu beberapa data tambahan sebagaimana telah dibahas pada
pembahasan diatas.
DAFTAR PUSTAKA

Power M, Tyrrell PJ, Rudd AG, et al. Did a quality improvement collaborative make stroke
care better? A cluster randomized trial. Implement Sci 2014;9:40
med.unhas.ac.id/farmakologi/wp-content/uploads/2014/10/Panduan-Klinis-Endokrin.pdf
Sudoyo A W, Setyohadi B, Alwi I dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II Edisi VI.
Jakarta: Interna Publishing Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam. 2014
Alwi Idrus, Salim Simon, Hidayat R, Kurniawan J, Tahapary DL. Penatalaksanaan di
Bidang Ilmu Penyakit Dalam Panduan Praktis Klinis : Interna Publishing Pusat Penerbitan
Ilmu Penyakit Dalam. 2017
Steven Sumantri.2009. Pendekatan Diagnostik dan Tatalaksana Ketoasidosis
Diabetikum.Jakarta: Internal medicine department
Lumbantobing, 2012, Neurologi Klinik Pemeriksaan Fisik dan mental, Jakarta, Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai