Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar 2
Daftar Isi 3
Pendahuluan 4
Pembahasan 9
4. Sebutkan tes tes neurologis yag diperlukan untuk menegakkan diagnosis penyakit
penurunan kesadaran! 14
6. Apa saja komplikasi dari penyakit pada skenario? Dan bagaimana cara rujukan untuk
penyakit pada skenario...................................................................................................16
7. Bagaimana prognosis pada penyakit berdasarkan skenario? Berikut DD dan
WD…………………………………………………………………….................................16
Penutup 19
Daftar Pustaka... 20
2
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam PBL modul satu ini yaitu mengenai Diabetes Melitus. Kelompok kami
mengharapkan agar pembaca dapat memahami dan mengaplikasikan ilmu yang didapat yaitu
mengenai Diabetes Melitus.
3
5. Menyebutkan tes-tes neurologis yang diperlukan untuk membantu penegakkan diagnosis
penyakit dengan gejala penurunan kesadaran
6. Menyebutkan pemeriksaan radiologis yang diperlukan untuk menunjang penegakkan
diagnosis penyakit dengan penurunan kesadaran dan mampu melakukan interpretasi hasil
pemeriksaan tersebut
7. Menjelaskan penatalaksanaan awal KAD,HHS, hipoglikemia berat.
8. Menjelaskan tentang komplikasi yang mungkin terjadi akibat KAD,HHS, hipoglikemia berat.
9. Menjelaskan tentang tindakan promotif dan preventif komplikasi akut
KAD,HHS,hipoglikemia berat.
10. Menjelaskan tentang prognsosis komplikasi akut DM : KAD,HHS,hipoglikemia berat.
11. Menjelaskan cara dan mampu melakukan rujukan kasus KAD,HHS,hipoglikenia berat.
12. Melakukan edukasi kepada pasien dan keluarga
Pada saat melakukan PBL, kelompok kami berdiskusi untuk mempelajari kasus-kasus
yang ada di skenario. Kami melakukan pembelajaran dengan mengikuti tujuh langkah (seven
jumps) utuk dapat menyelesaikan masalah yang kami dapatkan.
Kelompok kami telah melakukan diskusi pada pertemuan pertama dan kami telah
menyelesaikan 5 langkah dari 7 langkah yang ada. Berikut laporan dari hasil yang telah kami
dapatkan :
Kalimat sulit
- Tidak ada
4
- Tidak nafsu makan
- Diabetes
- Penghentiaan obat diabetes
- IMT : 22,26 (normal)
5
LANGKAH 5 ( Sasaran pembelajaran / Learning Objectif)
1. Menyebutkan penyakit-penyakit yang memberikan gejala penurunan kesadaran secara umum
dan yang berkaitan dengan penyakit di Sistem Endokrin secara khusus.
2. Menjelaskan tentang etiologi dan patomekanisme terjadinya penyakit-penyakit dengan gejala
penurunan kesadaran secara umum dan yang berkaitan dengan penyakit di Sistem Endokrin
dan Metabolisme secara khusus
3. Menjelaskna cara dan mampu mendiagnosis penyakit dengan gejala penurunan kesadaran,
khususnya yang berkaitan dengan Sistem Endokrin dan Metabolisme
c. Menyebutkan tentang cara menyususn dan melakukan anamnesis penyakit-
penyakit dengan gejala penurunan kesadaran : KAD,HHS,hipoglikemia berat.
d. Menyebutkan pemeriksaan fisik untuk mendiagnosis penyakit KAD,HHS,
hipoglikemia berat.
4. Menyebutkan pemeriksaan laboratorium yang diperlukan untuk menunjang penegakkan
diagnosis KAD,HHS, hipoglikemia berat, dan mampu melakukan interpretasi hasil
laboratorium tersebut
5. Menyebutkan tes-tes neurologis yang diperlukan untuk membantu penegakkan diagnosis
penyakit dengan gejala penurunan kesadaran
6. Menyebutkan pemeriksaan radiologis yang diperlukan untuk menunjang penegakkan
diagnosis penyakit dengan penurunan kesadaran dan mampu melakukan interpretasi hasil
pemeriksaan tersebut
7. Menjelaskan penatalaksanaan awal KAD,HHS, hipoglikemia berat.
8. Menjelaskan tentang komplikasi yang mungkin terjadi akibat KAD,HHS, hipoglikemia berat.
9. Menjelaskan tentang tindakan promotif dan preventif komplikasi akut
KAD,HHS,hipoglikemia berat.
10. Menjelaskan tentang prognsosis komplikasi akut DM : KAD,HHS,hipoglikemia berat.
11. Menjelaskan cara dan mampu melakukan rujukan kasus KAD,HHS,hipoglikenia berat.
12. Melakukan edukasi kepada pasien dan keluarga
LANGKAH 7 ( Pembahasan )
Kelompok kami telah melakukan diskusi kembali pada pertemuan kedua dan
kami telah menyelesaikan langkah yang belum tercapai pada pertemuan sebelumnya.
Semua anggota kelompok kami memaparkan semua hasil yang telah didapatkan pada
saat belajar mandiri. Pemaparan dari langkah teakhir ini akan kami bahas pada Bab II.
6
BAB II
PEMBAHASAN
c. Koma hipoglikemia ditandai dengan menurunya kadar glukosa darah < 70 mg/dl.
Hipoglikemia adalah penurunan konsentrasi glukosa serum dengan atau tanpa adanya
gejala-gejala sistem otonom, seperti adanya whipple’s triad:
Terdapat gejala-gejala hipoglikemia
Kadar glukosa darah yang rendah
Gejala berkurang dengan pengobatan.
Sebagian pasien dengan diabetes dapat menunjukkan gejala glukosa darah rendah
tetapi menunjukkan kadar glukosa darah normal. Di lain pihak, tidak semua pasien
diabetes mengalami gejala hipoglikemia meskipun pada pemeriksaan kadar glukosa
darahnya rendah.Penurunan kesadaran yang terjadi pada penyandang diabetes harus
selalu dipikirkan kemungkinan disebabkan oleh hipoglikemia. Hipoglikemia paling
sering disebabkan oleh penggunaan sulfonylurea dan insulin. Hipoglikemia akibat
sulfonilurea dapat berlangsung lama, sehingga harus diawasi sampai seluruh obat
diekskresi dan waktu kerja obat telah habis.
Pengawasan glukosa darah pasien harus dilakukan selama 24-72 jam, terutama pada
pasien dengan gagal ginjal kronik atau yang mendapatkan terapi dengan OHO kerja
panjang. Hipoglikemia pada usia lanjut merupakan suatu hal yang harus dihindari,
mengingat dampaknya yang fatal atau terjadinya kemunduran mental bermakna pada
pasien. Perbaikan kesadaran pada DM usia lanjut sering lebih lambat dan memerlukan
pengawasan yang lebih lama.
Pasien dengan resiko hipoglikemi harus diperiksa mengenai kemungkinan
hipoglikemia simtomatik ataupun asimtomatik pada setiap kesempatan.
Hipoglikemia dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa bagian terakit dengan derajat
keparahannya, yaitu :
Hipoglikemia berat: Pasien membutuhkan bantuan orang lain untuk pemberian
karbohidrat, glukagon, atau resusitasi lainnya.
Hipoglikemia simtomatik apabila GDS < 70mg/dL disertai gejala hipoglikemia.
Hipoglikemia asimtomatik apabila GDS <70mg/dL tanpa gejala hipoglikemia.
Hipoglikemia relatif apabila GDS > 70mg/dL dengan gejala hipoglikemia.
Probable hipoglikemia apabila gejala hipogllikemia tanpa pemeriksaan GDS.
Hipoglikemia berat dapat ditemui pada berbagai keadaan, antara lain:
Kendali glikemik terlalu ketat
Hipoglikemia berulang
Hilangnya respon glukagon terhadap hipoglikemia setelah 5 tahun terdiagnosis DMT1
Attenuation of epinephrine, norepinephrine, growth hormone, cortisol responses
Neuropati otonom
Tidak menyadari hipoglikemia
End Stage Renal Disease (ESRD)
Penyakit / gangguan fungsi hati
Malnutrisi
Konsumsi alkohol tanpa makanan yang tepat
2. Jelaskan etiologic, patomekanisme dan factor pencetus dari penyakit pada
scenario!
Tingkat Kesadaran
• Somnolen : keadaan ngantuk. Kesadaran dapat pulih penuh bila dirangsang.
Somnolen disebut juga sebagai: letargi, obtundasi. Tingkat kesadaran ini ditandai oleh
mudahnya penderita dibangunkan, mampu memberi jawaban verbal dan menangkis
rangsangan
• Sopor (Stupor): Kantuk yang dalam. Penderita masih dapat dibangunkan dengan
rangsang yang kuat, namun kesadarannya segera menurun lagi. Ia masih dapat
mengikuti suruhan yang singkat dan masih terlihat gerakan yang spontan. Tidak dapat
diperoleh jawaban yang verbal. Gerak morotik untuk menangkis rangsang nyeri masih
baik
• Koma-ringan: tidak ada respon terhadap rangsang verbal. Reflek (pupil, kornea dsb)
masih baik. Gerakan terutama timbul sebagai respon terhadap rangsang nyeri.
Penderita sama sekali tidak dapat dibangunkan.
• Koma: tidak ada gerakan spontan, tidak ada jawaban sama sekali terhadap
rangsangan nyeri yang bagaimanapun kuatnya.
Skala koma Glasgow
Kompos mentis : 14-15, Apatis: 12-13, Somnolen: 11-12, Stupor: 8-10, <5: Koma.
Pemerikaan Neurologis
• Cyeyne Stokes : bernafas makin lama makin dalam,dan diselingi oleh apneu. Dapat
disebabkan oleh gangguan metabolik dan gagal jantung
• Hiperventilasi neurogen-sentral: Berfrekuensi kira-kira 25 per menit (cepat dan
dalam), pola pernafasan ini didapatkan pada hipoglikemia. Koma dengan hiperventilasi
neurogen sentral sering dijumpai gangguan metabolic Ketoasidosis diabetiki.
• Apnestik: inspirasi yang memanjang diikuti oleh apne pada saat ekspirasi dengan
frekuensi 1-1,5 permenit.
• Ataksik (ireguler): pola pernafasan yang tidak teratur, baik dalamnya maupun
iramanya.
Pupil Mata
• Normal, Besar (midriasis) atau kecil (miosis)
• Pupil yang masih berinteraksi menandakan mesensefalon belum rusak. Pada
penderita koma dengan reaksi kornea dan gerak bola mata ekstraokuler yang negatif
sedangkan reaksi pupil masih ada maka perlu dipikirkan adanya kemungkinan
gangguan metabolik (seperto hipoglikemia)
Motorik
Sikap Deserebrasi dan dekortikasi dijumpai pada pasien koma
6. Jelaskan penatalaksanaan dari skenario, termasuk tindakan promotif dan
preventif ! Serta bagaimana cara mengedukasi pasien dan keluarganya?
1. Tatalaksana KAD
a. Terapi cairan
Priotitas utama sebagai rehidrasi untuk ekspansi volume cairan
intravascular dan ekstravaskular dan menjaga perfusi ginjal. Targetnya adalah
50% dari kekurangan cairan dalam 8-12 jam pertama dan 12-16 jam
berikutnya.
Cairan yang diberikan berupa NaCl yang diberikan dengan kecepatan
15-20ml/kgBB/jam atau lebih selama satu jam pertama. Selain menggunakan
Nacl, pemakaian cairan ringer laktat juga dianjurkan untuk mengurangi
terjadinya hiperkloremia yang umumnya terjadi karena pemakaian normal
saline.
b. Terapi insulin
Terapi insulin harus segera dilakukan sesaat setelah diagnosis KAD
dan rehidrasi cairan yang memadai. Terapi insulin bertujuan untuk
menurunkan kadar glucagon dengan cara menekan produksi benda keton
dihati.
Terapi insulin boleh dilakukan dengan menggunakan insulin bolus
intravena, intramuscular atau subcutan.
Protocol pengendalian KAD dengan cara menggunakan drip insulin
insulin intravena dosis rendah karena lebih mudah mengontrol insulin,
menurunkan kadar glukosa darah lebih lama,komplikasi hipoglikemia dan
hiperglikemia lebih rendah.
c. Bikarbonat
Pemberian bikarbonat ketika pH <7,0. Natrium bikarbonat
ditambahkan kedalam 400 ml cairan fisiologis dan diberikan dengan
kecepatan 200ml/jam. Pada pasien dengan pH 6,9 – 7,0 , 50 mmol natrium
bikarbonat dicampur dalam 200 ml cairan fisiologis dan diberikan dengan
kecepatan 200ml/jam.
Sebagaimana diketahui bahwa natrium bikarbonat dan insulin dapat
menurunkan kalium serum, oleh karena itu pemberian kalium harus diberikan
secara intravena dan dimonitor secara berkala.
2. Tindakan preventif KAD
7. Apa saja komplikasi dari penyakit pada skenario? Dan bagaimana cara rujukan
untuk penyakit pada skenario?
a. Prognosis hiperosmolar
Prognosis biasanya buruk, sebenarnya kematian pasien bukan
disebabkan oleh sindrom hiperosmolar sendiri tetapi oleh penyakit yang
mendasari atau menyertainya. Angka kematian berkisar 30 - 50%. Dinegara
maju dapat dikatakan penyebab kematian adalah infeksi, usia lanjut, dan
osmolaritas darah yang terlalu tinggi.
b. Prognosis Hipoglikemia
Prognosis pada umumnya baik bila penanganan cepat dan tepat.
Hipoglikemia meningkatkan angka mortalitas pada pasien dalam kondisi
kritis. Pada 22% pasien mengalami episode hipoglikemia lebih dari 1 kali.
Angka mortalitas meningkat sesuai dengan parahnya derajat hipoglikemia.
3.1. Simpulan
Power M, Tyrrell PJ, Rudd AG, et al. Did a quality improvement collaborative make stroke
care better? A cluster randomized trial. Implement Sci 2014;9:40
med.unhas.ac.id/farmakologi/wp-content/uploads/2014/10/Panduan-Klinis-Endokrin.pdf
Sudoyo A W, Setyohadi B, Alwi I dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II Edisi VI.
Jakarta: Interna Publishing Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam. 2014
Alwi Idrus, Salim Simon, Hidayat R, Kurniawan J, Tahapary DL. Penatalaksanaan di
Bidang Ilmu Penyakit Dalam Panduan Praktis Klinis : Interna Publishing Pusat Penerbitan
Ilmu Penyakit Dalam. 2017
Steven Sumantri.2009. Pendekatan Diagnostik dan Tatalaksana Ketoasidosis
Diabetikum.Jakarta: Internal medicine department
Lumbantobing, 2012, Neurologi Klinik Pemeriksaan Fisik dan mental, Jakarta, Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia