Tutor :
: dr. Tirta Prawita Sari, M.Sc, Sp.GK
Nama Anggota Kelompok 7:
Tim Penyusun
DAFTAR ISI.................................................................................................................... 3
BAB I : PENDAHULUAN
BAB II : PEMBAHASAN
Skenario I
Seorang laki-laki umur 70 tahun MRS dengan keluhan mntah darah hitam bergumpal selama
2 hari. Pasien sudah 5 tahun mengeluh nyeri ulu hati yang hilang timbul. Sebelum muntah
darah, pasien minum obat anti nyeri sebanyak 3 tablet selama 2 minggu karena daerah sendi
lutut pasien juga mengaku sering minum jamu. Pasien belum berak setelah muntah darah
sampai saat ini.
Kata/Kalimat sulit
LANGKAH 7( Pembahasan )
Kelompok kami telah melakukan diskusi kembali pada pertemuan kedua dan kami telah
menyelesaikan langkah yang belum tercapai pada pertemuan sebelumnya. Semua anggota
kelompok kami memaparkan semua hasil yang telah didapatkan pada saat belajar mandiri.
Pemaparan dari langkah teakhir ini akan kami bahas pada Bab II.
Pada saluran pencernaan terdapat organ assesoris yang berguna untuk mengeluarkan enzim
untuk membantu metabolisme pencernaan, terdiri dari :
a. Kelenjar saliva
terdapat di dalam mulut dan meliputi Gl. Submandibula, Gl. Sublingua, dan Gl. Parotis.
Yang membantu untuk menghasilkan enzim amilase.
b. Pankreas
Pankreas yang berhubungan dengan sistem pencernaan adalah bagian eksokrin, yang
menghasilkan enzim-enzim pencernaan seperti, tripsin, kemotripsin, elastase,
Berfungsi untuk mengsekresikan garam empedu yang digunakan untuk emulsi lemak.
Saluran pencernaan adalah saluran yang panjang yang berkelanjutan menjalar dari
mulut sampai anus. Proses pencernaan berasal dari mulut disini kelenjar ludah mengeluarkan
air ludah yang memulai penghancuran zat pati. Lalu makanan awalnya berupa karbohidrat
komplek bias menjadi gula-gula sederhana dengan cara diuraikan. Gula-gula masuk ke
hati,insulin memberi tahu hati untuk menyimpan glukosa. Glucagon memberitahu hati untuk
,mengubah glikogen menjadi glukosa , lalu hati pun menyimpan sejumlah glukosa dalam
bentuk glikogen. Ketika kadar gula darah rendah pancreas mengirim hormone glucagon ke
hati. Sebaliknya ketika kadar gula darah tinggi pancreas mengirim hormone insulin ke hati.
Sejenis enzim dikeluarkan oleh pankreas ke dalam bagian ujung depan dari usus halus.
Didalam bagian ujung depan dari usus halus enzim ini memotong-motong rantai karbohidrat
menjadi gula-gula sederhana. Ada beberapa proses :
1. Proses pengunyahan
2. Proses penelanan
4. Proses penyerapan
Gelombang 1 dari bagian atas di bawah sfinkter superior dan berjalan langsung ke kardia.
Gelombang ini merupakan gerakan utama untuk mendorong makanan masuk ke dalam lambung.
Gelombang 2 mulai timbul setinggi arkus aorta biasanya lebih lemah dari gelombang peristaltic
pertama. Terjadi gelombang ini tidak hanya karena proses menelan makana akan tetapi distensi
dari esophagus. Makanan padat sampai di esophagus kurang lebih 5 detik Sedangkan makanan
cair hanya 1 detik.
Proses selanjutnya pencairan dan pencernaan dimana sudah dimulai dari mulutb dengan
mengeluarkan getah-getah saliva kurang lebih 1500cc/hari. Dalam saliva terdapat enzim ptyalin,
lisozym, kallkrein, dan mukoprotein. Lalu setelah dri mulut esophagus lanjut ke lambung.
Lambung memiliki 2 fungsi. Fungi muskuler berfungsi meneruskan makanan dalam lambung
dengan menunjukan gerakan peristaltic, dimulai dari pertengahan korpus menuju pylorus
memakan waktu 15-30 detik. Pada saat bolus sampai di pylorus , pylorus akan membuka. Kadang
sesampainya peristaltic di pylorus masih tertutup. Sehingga makanan terdorong ke lambung.
Maksudnya untuk mengaduk-ngaduk bolus dengan getah lambung. Fungsi muskuler selain
mempunyai gerakan peristaltic untuk meneruskan bolus, juga berfungsi untuk mengaduk getah
lambung.
Fungsi sekretoris dibagi menjadi sekresi interdigestive dan sekresi digestif. sekresi
interdigestif dapat dibagi atas sekresi terus menerus dan sekresi emotogenik. Kemudian sekresi
digestive dibagi menjadi fase sefalik, fase gastrik, dan fase intestinal. Fase sefalik ada 2 mekanisme
yaitu aksi vagal direk pada acid secreting glands, dan aksi indirek pada pengeluaran hormone
gastrin dari antral mukosa.
Dalam enzim keadaan biasa ke tiga fase terjadi bersama-sama. Sekresi getah lambung yang
normal 2.500 cc. setelah makanan masuk dalam duodenum selain terjadi fase intestinal, maka
dalam intestinum terjadi fase sekresi dan penyerapan. Proses penyerapan ( absorpsi) terjadi di usus
halus (intestinum). Karena makanan harus dalam bentuk larutan atau molekul-molekul kecil.
Penghancuran tersebut dilakukan secara mekanis dan oleh enzim. Agar absorpsi dapat berjalan
lebih cepat dan sempurna. Maka permukaan usus halus seluas-luasnya. Hal ini terjadi karena
mukosa usus berlipat-lipat dan adanya vili intestinalis. Absorpsi makanan dibagi menjadi 2 aktif
dan pasif. Absorpsi Aktif belum diketahui sampai sekarang. Absorpsi pasif terjadi karena difusi,
perbedaan kepekatan bahan dalam lumen dan milieu interior dan sebagainya.
3. Etiologi Hematemesis
Manifestasi klinis perdarahan saluran cerna bagian cerna (SCBA) dapat dalam bentuk
hematemesis (muntah darah) dan atau melena (buang air besar hitam). Pada hematemesis, yang
dimuntahkan adalah arah segar atau bercampur hitam yang berasal dari zat hematin. Hematin
ini terbentuk akibat paparan darah pada asam lambung. Perdarahan yang berasal dari
duodenum dapat bermanifes hanya dalam bentuk melena (feses hitam seperti kopi atau
aspal/ter) saja karena perdarahan tidak mengalir balik ke lambung. Di Indonesia sebagian besar
(lebih kurang 70%) disebabkan oleh pecahnya varises esophagus atau dampak lain dari akibat
adanya hipetensi portal.
Penyebab Hematemesis
Kelainan di esofagus
a. Varises esophagus
Penyakit yang ditandai dengan pembesaran abnormal pembuluh darah vena di esofagus
bagian bawah. Varises esofagus biasanya tidak bergejala, kecuali jika sudah robek dan
berdarah. Gejala yang bisa terjadi : Muntah darah, tinja hitam, kencing sedikit, sangat haus,
dan bisa syok.
c. Sindrom Mallory-Weis
Karena laserasi yang aktif disertai ulserasi pada daerah kardia dapat timbul perdarahan
yang masif. Timbulnya laserasi yang akut tersebut dapat terjadi sebagai akibat terlalu sering
muntah-muntah yang hebat, sehingga tekanan intra abdominal menaik yang dapat
menyebabkan pecahnya arteri di submukosa esofagus atau kardia.
d. Tumor esofagus
Tumor jinak esofagus jarang dijumpai, tipe yang paling sering adalah leiomioma
(tumor otot polos). Leiomioma kadang-kadang mengeluarkan darah tetapi kurang memiliki
klinis dan ditemukan secara kebetulan.
Kelainan di lambung
a. Gastritis erosiva hemorhagik
Sebagai penyebab terbanyak dari gastritis erosiva hemoragika ialah obat-obatan yang
dapat menimbulkan iritasi pada mukosa lambung atau obat yang dapat merangsang
timbulnya tukak. Misalnya beberapa jam setelah minum obat aspirin. Obat-obat lain yang
dapat menimbulkan hematemesis ialah ; golongan kortikosteroid, butazolidin, reserpin,
alkohol, dll.
b. Tukak Peptik
Tukak didefinisikan sebagai integritas mukosa lambung dan atau duodenum yang
menyebabkan terjadinya inflamasi lokal (valle,2005) disebut tukak apabila robekan mukosa
berdiameter lebih dari 5 mm kedalaman submukosa dan muskularis mukosa.
Kelainan di duodenum
a. Tukak duodeni
Tukak duodeni menyebabkan perdarahan secara panendoskopi terletak di bulbus.
Sebelum timbul perdarahan, semua kasus mengeluh merasa nyeri dan pedih di perut atas agak
kekanan. Keluhan ini juga dirasakan waktu tengah malam sedang tidur pulas, sehingga
terbangun.
Hematemesis adalah muntah darah . Darah bisa dalam bentuk segar (bekuan atau
gumpalan atau cairan berwarna merah cerah) atau berubah karena enzim dan asam
lambung, menjadi kecoklatan dan berbentuk seperti butiran kopi. Hematemesis dapat
dikarenakan oleh adanya luka atau pendarahan pada saluran pencernaan bagian atas.
Memuntahkan sedikit darah dengan warna yang telah berubah adalah gambaran
nonspesifik dari muntah berulang dan tidak selalu menandakan pendarahan saluran
pencernaan atas yang signifikan. Hematemesis dapat disebabkan oleh perdarahan akut dari
saluran pencernaan bagian atas atau mulut atau faring. Hematemesis akut adalah keadaan
darurat di rumah sakit yang sangat umum dan masih menyebabkan 8% - 14% kematian.
Diantara orang dewasa perdarahan dari Lambung atau duodenum, ulkus esophagus dandan
varises adalah penyebab yang paling sering. Pada anak-anak, lesi mukosa dan varises
perdarahan (biasanya sekunder untuk obstruksi vena di hati) yang umum & dalam
pengaturan perawatan intensif, manajemen ventilator, infeksi dan obat-obatan
mendominasi sebagai penyebab stres ulserasi . Warna hematemesis tergantung pada
lamanya hubungan atau kontak antara darah dengan asam lambung dan besar kecilnya
perdarahan, sehingga dapat berwarna seperti kopi atau kemerah-merahan dan bergumpal-
gumpal. Hematemesis yang luas (muntah 500-1000 ml darah) dapat membahayakan jiwa.
Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan Radiologi.
Barium Meal Kontras Ganda dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis tukak peptik.
Gambaran berupa kawah, batas jelas disertai lipatan mukosa teratur dari pinggiran tukak. Apabila
permukaan pinggir tukak tidak teratur dicurigai ganas.
2. Pemeriksaan Endoskopi
Berupa luka terbuka dengan pinggiran teratur, mukosa licin dan normal disertai lipatan
yang teratur yang keluar dari pinggiran tukak. Gambaran tukak akibat keganasan adalah
:Boorman-I/polipoid, B-II/ulcerative, B-III/infiltrative, B-IV/linitis plastika (scirrhus).
Dianjurkan untuk biopsi & endoskopi ulang 8-12 minggu setelah terapi eradikasi. Keunggulan
endoskopi
3. Invasive Test
Rapid Urea Test adalah tes kemampuan H.pylori untuk menghidrolisis urea. Enzim urea
katalase menguraikan urea menjadi amonia bikarbonat, membuat suasana menjadi basa, yang
diukur dengan indikator pH. Spesimen biopsi dari mukosa lambung diletakkan pada tempat yang
berisi cairan atau medium padat yang mengandung urea dan pH indikator, jika terdapat H.Pylori
pada spesimen tersebut maka akan diubah menjadi ammonia,terjadi perubahan pH dan
perubahan warna. Untuk pemeriksaan histologi, biopsi diambil dari pinggiran dan dasar tukak
minimum 4 sampel untuk 2 kuadran, bila ukuran tukak besar diambil sampel dari 3 kuadran dari
dasar, pinggir dan sekitar tukak, minimal 6 sampel. Pemeriksaan kultur tidak biasa dilakukan
pada pemeriksaan rutin.
ENDOSKOPI
Endoskopi yaitu suatu alat yang digunakan untuk memeriksa organ didalam tubuh
manusia visual dengan cara mengintip dengan alat tersebut , atau langsung melihat pada layar
monitor sehingga kelainan yang ada pada organ tersebut dapat dilihat dengan jelas .Pemeriksaan
endoskopi adalah pemeriksaan penunjang yang memakai alat endoskop untuk mendiagnosis
kelaianan kelainan organ didalam tubuh antara lain saluran cerna saluran kemih , rongga mulut
rongga abdomen , dan lain lain .
6. Diferensial Diagnosis
Definisi Luka terbuka dengan pinggir edema yang Ulkus didefinisikan sebagai
disertai proses indurasi dengan dasar ulkus hilangnya lapisan epitel mukosa
yang ditutupi debris. hingga submukosa
- Faktor stress
- Penyakit tertentu
- Faktor genetik
Gambaran Dispepsia : perut kembung, mual, rasa tidak • Nyeri atau rasa tidak nyaman
klinis nyaman disertai muntah, nyeri ulu hati. diepigastrium rasanya seperti
terbakar, hilang sementara
setelah makan, dan timbul
malam hari
• Mual muntah
• Perforasi/Penetrasi • Perforasi
• Keganasan
3.1 Kesimpulan
Dari diskusi yang telah kami lakukan, kami menyimpulkan bahwa Working
Diagnosis pasien adalah Tukak Gaster karena pasien memiliki gejala yang sama namun
masih diperlukan pemeriksaan penunjang lainnya yang mendukung untuk lebih
memperjelas dan meyakinkannya kembali.
Kumar, Vinay et.al. 2007. Buku Ajar Patologi Robbins. Jakarta: EGC
Aziz Rani, Marcellus Simadibrata dan Ari Fahrial Syam. 2011. Buku Ajar
Gastroenterologi. Jakarta: Interna Publishing
Siti Setiati, Idrus Alwi dkk. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi IV.
Jakarta: Interna Pulishing
Sylvia A Price, Lorraine M Wilson. Patofisiologi: Konsep Klinis Perjalanan Penyakit.
Jakarta: EGC; 2002.
Aru W Sudoyo, Bambang S, Idrus Alwi, Marcellus S, Siti S, ed. Penyakit-penyakit
pleura. In: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Ed 5. Jakarta: internal Publising; 2009.
p2329-33.
Almatsier, Sunita. 2006. Penuntun Diet Instalasi Gizi RS. Dr. Cipto Mangunkusumo dan
Asosiasi Dietisien Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama