Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PBL SISTEM GEH

MODUL 1 MUNTAH DARAH


SEMESTER 5

Tutor :
: dr. Tirta Prawita Sari, M.Sc, Sp.GK
Nama Anggota Kelompok 7:

Khoerunnisa Cahyani Kurnia 2016730056


Khowiyah 2016730057
Laela Fitriyah 2016730058
Muhammad Gufron Rabban 2016730060
M.Rifaldi Nabiu 2016730061
Meisa Masda Alifa 2016730063
Mellya Trisyane Mamad 2016730064
Muhammad Fahmi 2016730065
Muhammad Fahrul 2016730066
M.Shoulthan Aufa Athallah 2016730059

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADYAH JAKARTA
2018
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum, Wr. Wb.


Puji syukur penulis sampaikan kepada Allah SWT karena atas nikmat dan rahmat-Nya penulis dapat
menyelesaikan tugas laporan PBL (Problem Based Learning) dengan baik. Shalawat dan salam marilah senantiasa
penulis sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW karena beliau telah membawa kita dari zaman kebodohan
hingga ke zaman yang penuh ilmu pengetahuan seperti sekarang ini.
Dalam tugas laporan praktikum PBL kali ini penulis membahas tentang “Modul 1 tentang muntah darah”.
Tugas ini merupakan salah satu laporan pada Sistem GEH program studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran
dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta. Tugas laporan ini dibuat bukan hanya untuk memenuhi syarat
tugas saja melainkan untuk tambahan bacaan teman-teman semuanya.
Dalam proses pembuatan tugas laporan ini tentunya penulis mendapat bimbingan, arahan, pengetahuan,
dan semangat, untuk itu penulis sampaikan terima kasih kepada:
 dr.Tirta Prawitasari,M.Sc,Sp.GK selaku tutor pada modul 1 ini
 Para dosen dan dokter yang telah memberikan ilmu-ilmunya pada sistem GEH yang tidak
bisa disebutkan satu persatu
 Rekan-rekan mahasiswa yang telah memberikan banyak masukan dalam pembuatan tugas
laporan ini.
Pembahasan di dalamnya penulis dapatkan dari buku-buku text book, jurnal, internet, diskusi, dan lainnya.
Penulis sadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna. Kritik dan saran yang membangun dari semua
pihak sangat penulis harapkan demi kesempurnaannya. Demikian yang dapat penulis sampaikan, Insyaa Allah
laporan ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis yang sedang menempuh pendidikan dan dapat dijadikan
pelajaran bagi teman-teman semua.
Waalaikumsalam Wr. Wb.

Jakarta, 4 Oktober 2018

Tim Penyusun

Modul 1 – Muntah Darah |2


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................... 2

DAFTAR ISI.................................................................................................................... 3

BAB I : PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang .......................................................................................................... 4

1.2. Tujuan Pembelajaran ................................................................................................ 4

1.3.Kegiatan yang dilakukan dan keluarannya ................................................................ 5

1.4. Laporan Seven Jumps ............................................................................................... 5

BAB II : PEMBAHASAN

2.1. Modul Muntah Darah ............................................................................................... 8

BAB III : PENUTUP

3.1 Simpulan ................................................................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 21

Modul 1 – Muntah Darah |3


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pada Semester 5 Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Jakata, kami mendapatkan mata kuliah sistem GEH. Pada Sistem
GEH ini kami mempelajari konsep dasar Muntah Darah sehingga kami dapat mengetahui
beserta memahami pengertian, dan macam-macamnya.
Dalam PBL modul satu ini yaitu mengenai Muntah Darah. Kelompok kami mengharapkan
agar pembaca dapat mendapat pengetahuan mengenai muntah darah itu sendiri.

1.2. Tujuan Pembelajaran


1.2.1 Modul Muntah Darah
Setelah mempelajari modul ini mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan tetang
patogenesa,penyebab,diagnosis,serta penanganan dan pencegahan keluhan
hematemesis ini.
1.3. Kegiatan yang Dilakukan dan Keluarannya
Pada saat melakukan PBL, kelompok kami berdiskusi untuk mempelajari kasus yang ada
di skenario satu. Kami melakukan pembelajaran dengan mengikuti tujuh langkah (seven
jumps) utuk dapat menyelesaikan masalah yang kami dapatkan.

1.4. Laporan Seven Jumps


Kelompok kami telah melakukan diskusi pada pertemuan pertama dan kami telah
menyelesaikan 5 langkah dari 7 langkah yang ada. Berikut laporan dari hasil yang telah kami
dapatkan :

1.4.1 Sub Modul 1

 LANGKAH 1 (Clarify Unfamiliar)

Skenario I
Seorang laki-laki umur 70 tahun MRS dengan keluhan mntah darah hitam bergumpal selama
2 hari. Pasien sudah 5 tahun mengeluh nyeri ulu hati yang hilang timbul. Sebelum muntah
darah, pasien minum obat anti nyeri sebanyak 3 tablet selama 2 minggu karena daerah sendi
lutut pasien juga mengaku sering minum jamu. Pasien belum berak setelah muntah darah
sampai saat ini.

Kata/Kalimat sulit

Modul 1 – Muntah Darah |4


Kata/ Kalimat Kunci

• Laki – laki 70 tahun


• Ku : muntah darah hitam bergumpal selama 2 hari
• 5 tahun mengeluh nyeri ulu hati hilang timbul
• Pasien minum obat nyeri 3 tablet selama 2 minggu
• Pasien belum berak setelah muntah darah
• Pasien sering minum jamu

 LANGKAH 2 ( Define Problem )


Pertanyaan

1. Jelaskan anatomi saluran pencernaan bagian atas!


2. Jelaskan fisiologi saluran pencernaan !
3. Apa saja etilogi dari hematemesis?
4. Bagaimana patomekanisme muntah darah dan hubungannya dengan nyeri ulu hati ?
5. Bagaimana alur diagnosis pada scenario ?
6. Apa DD 1 pada skenario ?
7. Apa DD 2 pada skenario ?

 LANGKAH 3 ( Brainstorme Possible)


Pada saat diskusi kami telah melakukan brain storming dengan cara menjawab pertanyan-
pertanyaan yang diajukan sebelumnya. Dalam langkah ke-3 ini beberapa pertanyaan yang
telah didapat dari langkah ke-2 telah ditemukan inti jawabannya.

Modul 1 – Muntah Darah |5


 LANGKAH 4 (Mind Mapping)

 LANGKAH 5 ( Sasaran pembelajaran / Learning Objectif

Setelah mempelajari modul ini mahasiswa diharapkan dapat:


1. Menjelaskan patomekanisme muntah
- Anatomi saluran cerna bagian atas
- Fisiologi saluran cerna bagian atas
- Mekanisme & patofisiologi muntah
2. Menjelaskan penyebab hematemesis
Didalam saluran cerna :
- Esofagus : varises esofagus,ulserasi, Mallory-Weiss tear, tumor esofagus
- Lambung : tukak peptic,stress ulcer,tumor lambung, teleangiektasis
herediter,gastritis erosive/hemoragik,Dieulafoy’s lesion
- Duodenum : tukak peptic, duodenitis erosive
- Diluar saluran cerna : defek hemostatik, angiodisplasia
3. Menjelaskan langkah-langkah pemeriksaan untuk diagnosis kelainan dengan keluhan
hematemesis
- Menjelaskann cara pemeriksaan klinis pada keluhan hematemesis
- Menjelaskan pemeriksaan laboratorium klinik yang diperlukan pada keluhan
hematemesis
- Menjelaskan pemeiksaan penunjang diagnostic yang diperlukan pada keluhan
hematemesis
4. Menjelaskan penatalaksanaan bedah dan non bedah pada penyakit dengan keluhan
hematemesis
- Menjelaskan terapi farmakologis padaa penyakit dengan keluhan hematemesis
- Menjelaskan terapi non farmakologis pada penyakit dengan keluhan hematemesis
Modul 1 – Muntah Darah |6
- Menjelaskan oba-obatan yang sifatnya ulserogenik pada saaluran cerna bagian atas
- Menjelaskan asuhan gizi pada penyakit dengan keluhan hematemesis
5. Menjeaskan metode pencegahan pada kelainan dengan keluhan hematemesis
- Menjelaskan tentang epidemiologi penyakit dengan keluhan hematemesis

 LANGKAH 6( Belajar Mandiri )


Kelompok kami melakukan belajar mandiri terlebih dahulu untuk mencari dasar ilmiah,
mengumpulkan data-data atau informasi yang dapat membantu meningkatkan pemahaman
dan penerapan konsep dasar yang telah ada yang pada tahap selanjutnya akan dipersentasikan
dan disajikan untuk dibahas bersama.

 LANGKAH 7( Pembahasan )
Kelompok kami telah melakukan diskusi kembali pada pertemuan kedua dan kami telah
menyelesaikan langkah yang belum tercapai pada pertemuan sebelumnya. Semua anggota
kelompok kami memaparkan semua hasil yang telah didapatkan pada saat belajar mandiri.
Pemaparan dari langkah teakhir ini akan kami bahas pada Bab II.

Modul 1 – Muntah Darah |7


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Modul Muntah Darah

1. Anatomi Saluran Cerna Bagian Atas


a. Cavum Oris
Organ pencernaan yang terdapat di mulut terdiri dari gigi (insisifus,
caninus, premolar, molar ), lingua (radiks, corpus, apex). Makanan dicerna untuk
pertama kali dimulut.

b. Faring dan esofagus


Terdiri dari Nasofaring, Orofaring, laringofaring, dan esophagus (pars
servikalis, Thoracalis, dan abdominalis ) makanan masuk ke dalam laring dan bolus
makanan dengan gerakan peristaktik dari oesaphagus.

Modul 1 – Muntah Darah |8


c. Gaster
Merupakan bagian saluran pencernaan yang melebar terletak dibagian atas
abdomen. Lambung berbentuk seperti huruf J. mempunyai (ostium cardiacum dan
ostium pyloricum) dan (curvature major dan curvature minor) serta dua permukaan
(fascies anterior dan fascies posterior) Gaster dibagi dalam bagian bagian fundus,
corpus, antrum, dan pilorus. Di gaster terjadi empat fase, pengisian, pencernaan,
pencampuran, dan pengosongan.

Pada saluran pencernaan terdapat organ assesoris yang berguna untuk mengeluarkan enzim
untuk membantu metabolisme pencernaan, terdiri dari :

a. Kelenjar saliva

terdapat di dalam mulut dan meliputi Gl. Submandibula, Gl. Sublingua, dan Gl. Parotis.
Yang membantu untuk menghasilkan enzim amilase.

b. Pankreas

Pankreas yang berhubungan dengan sistem pencernaan adalah bagian eksokrin, yang
menghasilkan enzim-enzim pencernaan seperti, tripsin, kemotripsin, elastase,

Modul 1 – Muntah Darah |9


c. Hepar & fesica vellea

Berfungsi untuk mengsekresikan garam empedu yang digunakan untuk emulsi lemak.

2. Fisiologi saluran pencernaan

Saluran pencernaan adalah saluran yang panjang yang berkelanjutan menjalar dari
mulut sampai anus. Proses pencernaan berasal dari mulut disini kelenjar ludah mengeluarkan
air ludah yang memulai penghancuran zat pati. Lalu makanan awalnya berupa karbohidrat
komplek bias menjadi gula-gula sederhana dengan cara diuraikan. Gula-gula masuk ke
hati,insulin memberi tahu hati untuk menyimpan glukosa. Glucagon memberitahu hati untuk
,mengubah glikogen menjadi glukosa , lalu hati pun menyimpan sejumlah glukosa dalam
bentuk glikogen. Ketika kadar gula darah rendah pancreas mengirim hormone glucagon ke
hati. Sebaliknya ketika kadar gula darah tinggi pancreas mengirim hormone insulin ke hati.
Sejenis enzim dikeluarkan oleh pankreas ke dalam bagian ujung depan dari usus halus.
Didalam bagian ujung depan dari usus halus enzim ini memotong-motong rantai karbohidrat
menjadi gula-gula sederhana. Ada beberapa proses :

1. Proses pengunyahan

2. Proses penelanan

3. Proses pencairan dan proses pencernaan

4. Proses penyerapan

Modul 1 – Muntah Darah |10


Proses pengunyahan makanan didalam mulut mengalami suatu proses pengunyahan, yaitu
makanan dicampur aduk dengan saliva sedemikian rupa sampai menjadi bolus. Kemudian proses
penelanan dimanan terdiri dari 3 fase yaitu: fase 1 penelanan fase ini dimulai dengan gerak bolus
dari mulut ke dalam faring yang dibantu oleh gerak lidah ke atas yang disertai penekanan dan
pendorongan. Fase 1 berlangsung cepat 0,3 detik oleh karena pengaruh saraf-saraf otak dan
kesadaran. Fase 2 penelanan, selama fase ini makanan bolus akan ke melalui ke dalam esophagus
yang terjadi secara reflektoris. Karena rangsangan , fase ini berjalan 1 detik. Fase 3, terjadi di
esophagus maka akan terjadi gerak peristaltic. Yang terdiri dari 2 gelombang :

Gelombang 1 dari bagian atas di bawah sfinkter superior dan berjalan langsung ke kardia.
Gelombang ini merupakan gerakan utama untuk mendorong makanan masuk ke dalam lambung.
Gelombang 2 mulai timbul setinggi arkus aorta biasanya lebih lemah dari gelombang peristaltic
pertama. Terjadi gelombang ini tidak hanya karena proses menelan makana akan tetapi distensi
dari esophagus. Makanan padat sampai di esophagus kurang lebih 5 detik Sedangkan makanan
cair hanya 1 detik.

Proses selanjutnya pencairan dan pencernaan dimana sudah dimulai dari mulutb dengan
mengeluarkan getah-getah saliva kurang lebih 1500cc/hari. Dalam saliva terdapat enzim ptyalin,
lisozym, kallkrein, dan mukoprotein. Lalu setelah dri mulut esophagus lanjut ke lambung.
Lambung memiliki 2 fungsi. Fungi muskuler berfungsi meneruskan makanan dalam lambung
dengan menunjukan gerakan peristaltic, dimulai dari pertengahan korpus menuju pylorus
memakan waktu 15-30 detik. Pada saat bolus sampai di pylorus , pylorus akan membuka. Kadang
sesampainya peristaltic di pylorus masih tertutup. Sehingga makanan terdorong ke lambung.
Maksudnya untuk mengaduk-ngaduk bolus dengan getah lambung. Fungsi muskuler selain
mempunyai gerakan peristaltic untuk meneruskan bolus, juga berfungsi untuk mengaduk getah
lambung.

Fungsi sekretoris dibagi menjadi sekresi interdigestive dan sekresi digestif. sekresi
interdigestif dapat dibagi atas sekresi terus menerus dan sekresi emotogenik. Kemudian sekresi
digestive dibagi menjadi fase sefalik, fase gastrik, dan fase intestinal. Fase sefalik ada 2 mekanisme
yaitu aksi vagal direk pada acid secreting glands, dan aksi indirek pada pengeluaran hormone
gastrin dari antral mukosa.

Modul 1 – Muntah Darah |11


Fase gastrik pada saat makan masuk lambung terutama bilamana bolus telah diantrum. Fase ini
akan berakhir 3-4 jam kemudian. Sekresi yang harus di keluarkan bersifat asam dan banyak
mengandung pepsin. Fase intestinal bolus telah sampai di duodenum dan yeyunum sekresi getah
lambung tetap berjalan teru menerus setelah 1-3 jam. Fase ini terjadi mungkin karena pengaruh-
pengaruh hormone atau absorpsi zat-zat makanan yang langsung merangsang kelenjar.

Dalam enzim keadaan biasa ke tiga fase terjadi bersama-sama. Sekresi getah lambung yang
normal 2.500 cc. setelah makanan masuk dalam duodenum selain terjadi fase intestinal, maka
dalam intestinum terjadi fase sekresi dan penyerapan. Proses penyerapan ( absorpsi) terjadi di usus
halus (intestinum). Karena makanan harus dalam bentuk larutan atau molekul-molekul kecil.
Penghancuran tersebut dilakukan secara mekanis dan oleh enzim. Agar absorpsi dapat berjalan
lebih cepat dan sempurna. Maka permukaan usus halus seluas-luasnya. Hal ini terjadi karena
mukosa usus berlipat-lipat dan adanya vili intestinalis. Absorpsi makanan dibagi menjadi 2 aktif
dan pasif. Absorpsi Aktif belum diketahui sampai sekarang. Absorpsi pasif terjadi karena difusi,
perbedaan kepekatan bahan dalam lumen dan milieu interior dan sebagainya.

3. Etiologi Hematemesis

Manifestasi klinis perdarahan saluran cerna bagian cerna (SCBA) dapat dalam bentuk
hematemesis (muntah darah) dan atau melena (buang air besar hitam). Pada hematemesis, yang
dimuntahkan adalah arah segar atau bercampur hitam yang berasal dari zat hematin. Hematin
ini terbentuk akibat paparan darah pada asam lambung. Perdarahan yang berasal dari
duodenum dapat bermanifes hanya dalam bentuk melena (feses hitam seperti kopi atau
aspal/ter) saja karena perdarahan tidak mengalir balik ke lambung. Di Indonesia sebagian besar
(lebih kurang 70%) disebabkan oleh pecahnya varises esophagus atau dampak lain dari akibat
adanya hipetensi portal.

Penyebab Hematemesis

Kelainan di esofagus
a. Varises esophagus
Penyakit yang ditandai dengan pembesaran abnormal pembuluh darah vena di esofagus
bagian bawah. Varises esofagus biasanya tidak bergejala, kecuali jika sudah robek dan
berdarah. Gejala yang bisa terjadi : Muntah darah, tinja hitam, kencing sedikit, sangat haus,
dan bisa syok.

Modul 1 – Muntah Darah |12


b. Esofagogastritis Korosiva
Pada sebuah penelitian penulis ditemukan seorang penderita wanita dan pria yang
muntah darah setelah minum air keras. Hasil analisis air keras tersebut mengandung asam sitrat
dan asam Hcl, yang bersifat korosif untuk mukosa mulut, esofagus, lambung. Disamping
muntah darah, penderita juga mengeluh rasa nyeri dan panas seperti terbakar dimulut, dada,
epigastrium.

c. Sindrom Mallory-Weis
Karena laserasi yang aktif disertai ulserasi pada daerah kardia dapat timbul perdarahan
yang masif. Timbulnya laserasi yang akut tersebut dapat terjadi sebagai akibat terlalu sering
muntah-muntah yang hebat, sehingga tekanan intra abdominal menaik yang dapat
menyebabkan pecahnya arteri di submukosa esofagus atau kardia.

d. Tumor esofagus
Tumor jinak esofagus jarang dijumpai, tipe yang paling sering adalah leiomioma
(tumor otot polos). Leiomioma kadang-kadang mengeluarkan darah tetapi kurang memiliki
klinis dan ditemukan secara kebetulan.

Kelainan di lambung
a. Gastritis erosiva hemorhagik
Sebagai penyebab terbanyak dari gastritis erosiva hemoragika ialah obat-obatan yang
dapat menimbulkan iritasi pada mukosa lambung atau obat yang dapat merangsang
timbulnya tukak. Misalnya beberapa jam setelah minum obat aspirin. Obat-obat lain yang
dapat menimbulkan hematemesis ialah ; golongan kortikosteroid, butazolidin, reserpin,
alkohol, dll.

b. Tukak Peptik
Tukak didefinisikan sebagai integritas mukosa lambung dan atau duodenum yang
menyebabkan terjadinya inflamasi lokal (valle,2005) disebut tukak apabila robekan mukosa
berdiameter lebih dari 5 mm kedalaman submukosa dan muskularis mukosa.

Kelainan di duodenum
a. Tukak duodeni
Tukak duodeni menyebabkan perdarahan secara panendoskopi terletak di bulbus.
Sebelum timbul perdarahan, semua kasus mengeluh merasa nyeri dan pedih di perut atas agak
kekanan. Keluhan ini juga dirasakan waktu tengah malam sedang tidur pulas, sehingga
terbangun.

Modul 1 – Muntah Darah |13


b. Karsinoma papila veterii
Karsinoma papila vaterii merupakan penyebaran dari karsinoma di ampula,
menyebabkan penyumbatan saluran empedu dan saluran pankreas yang pada umumnya sudah
dalam fase lanjut. Gejala yangt ditimbulkan selain kolestatik ekstrahepal, juga dapat
menyebabkan timbulnya perdarahan. Perdarahan yang terjadi bersifat perdarahan tersembunyi.

4. Patomekanisme Muntah Darah

Hematemesis adalah muntah darah . Darah bisa dalam bentuk segar (bekuan atau
gumpalan atau cairan berwarna merah cerah) atau berubah karena enzim dan asam
lambung, menjadi kecoklatan dan berbentuk seperti butiran kopi. Hematemesis dapat
dikarenakan oleh adanya luka atau pendarahan pada saluran pencernaan bagian atas.
Memuntahkan sedikit darah dengan warna yang telah berubah adalah gambaran
nonspesifik dari muntah berulang dan tidak selalu menandakan pendarahan saluran
pencernaan atas yang signifikan. Hematemesis dapat disebabkan oleh perdarahan akut dari
saluran pencernaan bagian atas atau mulut atau faring. Hematemesis akut adalah keadaan
darurat di rumah sakit yang sangat umum dan masih menyebabkan 8% - 14% kematian.
Diantara orang dewasa perdarahan dari Lambung atau duodenum, ulkus esophagus dandan
varises adalah penyebab yang paling sering. Pada anak-anak, lesi mukosa dan varises
perdarahan (biasanya sekunder untuk obstruksi vena di hati) yang umum & dalam
pengaturan perawatan intensif, manajemen ventilator, infeksi dan obat-obatan
mendominasi sebagai penyebab stres ulserasi . Warna hematemesis tergantung pada
lamanya hubungan atau kontak antara darah dengan asam lambung dan besar kecilnya
perdarahan, sehingga dapat berwarna seperti kopi atau kemerah-merahan dan bergumpal-
gumpal. Hematemesis yang luas (muntah 500-1000 ml darah) dapat membahayakan jiwa.

Modul 1 – Muntah Darah |14


Hematemesis yang terjadi karena penggunaan obat-obatan steroid (NSAID) yang
lama. NSAID menyebabkan kerusakan mukosa saluran cerna melalui dua mekanisme:
iritasi topikal, dan inhibisi sistemik sintesis PG. Siklooksigenase (COX) berperan dalam
pembentukan PG. COX terdapat dalam dua bentuk: COX-1 dan COX-2. COX-1
menghasilkan PG yang dapat melindungi mukosa saluran cerna, sedangkan COX-2
merupakan enzim yang merespon stimulus inflamasi dan menghasilkan PG yang
berhubungan dengan inflamasi. Penghambatan COX-1 dapat menyebabkan penurunan
agregasi platelet dan terjadinya pendarahan mukosa saluran cerna. Darah yang masuk
dalam saluran cerna ini akan menyebabkan muntah karena lambung sensitive dengan
benda asing yang berbeda pHnya. Muntah yang terjadi akan bercampur dengan darah
dan bergumpal-gumpal akibat bercampur dengan HCl.

5. Alur diagnosis pada skenario

Modul 1 – Muntah Darah |15


Pemeriksaan Fisik
• Apakah pasien tampak sakit berat atau ringan?
• Periksa Tanda Vital
• Apakah ada tanda tanda anemia?
• Apakah ada tanda tanda Obstruksi usus?
• Periksa muntahan pasien jika ada, nilailah volume darah yang hilang
• Lakukan pemeriksaan abdomen untuk mengetahui adanya nyeri tekan, distensi, atau
massa

Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan Radiologi.
Barium Meal Kontras Ganda dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis tukak peptik.
Gambaran berupa kawah, batas jelas disertai lipatan mukosa teratur dari pinggiran tukak. Apabila
permukaan pinggir tukak tidak teratur dicurigai ganas.

2. Pemeriksaan Endoskopi
Berupa luka terbuka dengan pinggiran teratur, mukosa licin dan normal disertai lipatan
yang teratur yang keluar dari pinggiran tukak. Gambaran tukak akibat keganasan adalah
:Boorman-I/polipoid, B-II/ulcerative, B-III/infiltrative, B-IV/linitis plastika (scirrhus).
Dianjurkan untuk biopsi & endoskopi ulang 8-12 minggu setelah terapi eradikasi. Keunggulan
endoskopi

3. Invasive Test

Rapid Urea Test adalah tes kemampuan H.pylori untuk menghidrolisis urea. Enzim urea
katalase menguraikan urea menjadi amonia bikarbonat, membuat suasana menjadi basa, yang
diukur dengan indikator pH. Spesimen biopsi dari mukosa lambung diletakkan pada tempat yang
berisi cairan atau medium padat yang mengandung urea dan pH indikator, jika terdapat H.Pylori
pada spesimen tersebut maka akan diubah menjadi ammonia,terjadi perubahan pH dan
perubahan warna. Untuk pemeriksaan histologi, biopsi diambil dari pinggiran dan dasar tukak
minimum 4 sampel untuk 2 kuadran, bila ukuran tukak besar diambil sampel dari 3 kuadran dari
dasar, pinggir dan sekitar tukak, minimal 6 sampel. Pemeriksaan kultur tidak biasa dilakukan
pada pemeriksaan rutin.

Modul 1 – Muntah Darah |16


4. Non Invasive Test.
Urea Breath Test adalah untuk mendeteksi adanya infeksi H.pylori dengan keberadaan urea
yang dihasilkan H.pylori, labeled karbondioksida (isotop berat,C-13,C-14) produksi dalam perut,
diabsorpsi dalam pembuluh darah, menyebar dalam paru-paru dan akhirnya dikeluarkan lewat
pernapasan. Stool antigen test juga mengidentifikasi adanya infeksi H.Pylori melalui mendeteksi
keadaan antigen H.Pylori dalam feses.

ENDOSKOPI
Endoskopi yaitu suatu alat yang digunakan untuk memeriksa organ didalam tubuh
manusia visual dengan cara mengintip dengan alat tersebut , atau langsung melihat pada layar
monitor sehingga kelainan yang ada pada organ tersebut dapat dilihat dengan jelas .Pemeriksaan
endoskopi adalah pemeriksaan penunjang yang memakai alat endoskop untuk mendiagnosis
kelaianan kelainan organ didalam tubuh antara lain saluran cerna saluran kemih , rongga mulut
rongga abdomen , dan lain lain .

6. Diferensial Diagnosis

Tukak gaster Ulkus duodenum

Definisi Luka terbuka dengan pinggir edema yang Ulkus didefinisikan sebagai
disertai proses indurasi dengan dasar ulkus hilangnya lapisan epitel mukosa
yang ditutupi debris. hingga submukosa

Etiologic - Factor asam lambung - Helicobacter pylori


- Disfungsi pilorik
- OAINS
- Helycobacter Pylori
- Merokok

- Faktor stress

- Penyakit tertentu

- Faktor genetik

Epidemiologi • Tukak gaster tersebar diseluruh dunia • Usia 40 - 50 tahun


dengan prevalensi berbeda tergantung
• Laki-laki : perempuan = 4:1
pada sosial ekonomi, demografi.

• Dijumpai lebih banyak pada pria.

Modul 1 – Muntah Darah |17


• Meningkat pada usia lanjut dan
kelompok sosial ekonomi rendah.

• Di Britania Raya sekitar 6-20%


penduduk menderita tukak gaster
pada usia 55 tahun, sedang
prevalensinya 2-4%.

• Di USA ada 4 juta pasien tukak


gaster, dengan prevalensi 12% pada
pria dan 10% pada perempuan.

Gambaran Dispepsia : perut kembung, mual, rasa tidak • Nyeri atau rasa tidak nyaman
klinis nyaman disertai muntah, nyeri ulu hati. diepigastrium rasanya seperti
terbakar, hilang sementara
setelah makan, dan timbul
malam hari

• Mual muntah

• Perdarahan (melena atau


hematemesis)

• Biasanya gizi penderita baik

Pemeriksaan • Endoskopi • Pemeriksaan endoskopi


penunjang saluran cerna bagian atas
• Feces/Analisa tinja
• Foto barium kontras ganda
• Pem. Sekretori lambung
• Tes serologi
• Biopsi dan histopatologi
• Urea Breath Test

Tatalaksana • Non-Medikamentosa - Antibiotik

- Istirahat - OAINS spesifik COX-2


inhibitor
- Diet
- Antasida
• Medikamentosa
- H2 Receptor Antagonis
- Antasida (3x1 tablet, 4x30 cc) 3x
sehari dan sebelum tidur 3 jam setelah - Diet
makan

- Koloid bismuth (2x2 tablet sehari)

Modul 1 – Muntah Darah |18


- Sukralfat (4x1 gram sehari)

- Prostaglandin (4x200 mg atau 2x400


mg pagi dan malam hari)

Komplikasi • Perdarahan • Perdarahan

• Perforasi/Penetrasi • Perforasi

• Obstruksi/Stenosis • Penetrasi tukak yang


mengenai pankreas

• Gastris outlet obstruction

• Keganasan

Preventif • Perhatikan pola makan dan jenis • Menghindari faktor risiko


makanan seperti stress

• Hindari mengkonsumsi alkohol • Menghentikan pemasukan


bahan agresif
• Hindari merokok
• Obat-obat mengurangi asam
• Hindari penggunaan obat yang
lambung
tergolong anti inflamasi non steroid
(OAINS)

Prognosis Dubia ad bonam • Terapi medikamentosa saja


memberi kesembuhan >85%

• Jika tdk diterapi,


menyebabkan obstruksi
saluran keluar lambung akibat
perdangan kronik

Modul 1 – Muntah Darah |19


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari diskusi yang telah kami lakukan, kami menyimpulkan bahwa Working
Diagnosis pasien adalah Tukak Gaster karena pasien memiliki gejala yang sama namun
masih diperlukan pemeriksaan penunjang lainnya yang mendukung untuk lebih
memperjelas dan meyakinkannya kembali.

Modul 1 – Muntah Darah |20


DAFTAR PUSTAKA

 Kumar, Vinay et.al. 2007. Buku Ajar Patologi Robbins. Jakarta: EGC

 Aziz Rani, Marcellus Simadibrata dan Ari Fahrial Syam. 2011. Buku Ajar
Gastroenterologi. Jakarta: Interna Publishing

 Siti Setiati, Idrus Alwi dkk. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi IV.
Jakarta: Interna Pulishing

 Sylvia A Price, Lorraine M Wilson. Patofisiologi: Konsep Klinis Perjalanan Penyakit.
Jakarta: EGC; 2002.

 Aru W Sudoyo, Bambang S, Idrus Alwi, Marcellus S, Siti S, ed. Penyakit-penyakit
pleura. In: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Ed 5. Jakarta: internal Publising; 2009.
p2329-33.

 Almatsier, Sunita. 2006. Penuntun Diet Instalasi Gizi RS. Dr. Cipto Mangunkusumo dan
Asosiasi Dietisien Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Modul 1 – Muntah Darah |21


Modul 1 – Muntah Darah |22
Modul 1 – Muntah Darah |23
Modul 1 – Muntah Darah |24
Modul 1 – Muntah Darah |25

Anda mungkin juga menyukai