Anda di halaman 1dari 4

Migren (4A)

 Definisi
Migren menurut international headache society merupakan penyebab nyeri kepala
kedua setelah TTH dan menyerang 4-7 jam yang ditandai dengan nyeri kepala yang
umumnya uniteral dengan sifat nyeri yang berdenyut dan lokasinya di daerah
frontotemporal. Intensitas nyeri kepala pada migren sedang sampai berat diperberat
dengan aktivitas dan dapat disertai dengan mual muntah, fotofobia dan fonofobia.
 Patofisiologi
a. Teori vascular
Adanya gangguan vasospasme menyebabkan pembuluh darah otak
berkonstriksi sehingga terjadi hipoperfussi otak yang dimulai pada korteks
visual dan menyebar ke depan. Penyebaran frontal berlanjutkan dan
menyebabkan fase nyeri kepala dimulai.
b. Teori neurovascular-neurokimia
c. Teori Cortical Spreading Depresion

 Manifestasi klinis
Pada penderita migren bervariasi setiap individu. Terdapat 4 fase umum yang
dapat terjadi. (note : ngga semua penderita migren mengalami 4 fase ini )
a. Fase prodnormal (dialami oleh 40-60% penderita migren, gejala muncul
beberapa jam atau hari sebelum nyeri kepala)
Gejala :
- Perubahan mood - Perasaan lemah
- Irritable (grumpy) - Tidur berlebihan
- Depresi - Menginginkan makanan trtnt
- Euphoria
b. Fase Aura (fase ini munul bertahap selama 5-20 menit kemudian hilang
beberapa menit kemudian dan muncul nyeri kepala)
Aura : gejala neurologis fokal kompleks yang mendahului atau menyertai
serangan migren, dapat berupa sensasi motoric, sensorik, visual atau
gabungan diantaranya. (aura visual 64% plg sering muncul berupa
fotofobia ataufotopsia)
c. Fase nyeri kepala (serangan berlangsung 4-72 jam pd dewasa dan 1-48
jam pada anak-anak. Intensitas sedang-berat sampai mengganggu
aktivitas sehari hari)
Nyeri kepala pada migren biasanya berdenyut, unilateral dan biasanya
berawal di daerah frontotemporalis dan ocular. Setelah 1-2 jam
menyebar secara difus kearah posterior.
d. Fase Postdormal atau pemulihan
Pasien merasa lelah, irritable, konsentrasi menurun dan terjadi
perubahan mood. Pasien dapat tertidur dalam jangka waktu yang
panjang.

 Differential Diagnose
- Tension type headache
- Cluster headache
- Tumor intracranial
- Infeksi intracranial
 Pemeriksaan Penunjang
Ngga ada pemeriksaan penunjang yang spesifik kecuali kecurigaan adanya
tumor,perdarahan otak atau infeksi (MRI,CT scan, dan Punksi Lumbal)
 Penatalaksanaan
Tujuan : membantu penyesuaian psikologis dan fisiologis.
a. Terapi abortif non spesifik (OAINS)
- Parasetamol 500-1000mg tiap 6–8 jam, dosis maksimal 4g/hari
- Ibuprofen 400–800mg tiap 6 jam, dosis maksimal 2,4g/hari
- Natrium naproksen 275–550mg tiap 2–6jam, dosis maksimal
1,5g/hari
- Kalium diklofenak (powder) 50–100mg/ hari dosis tunggal
- Metoklopramid 10 mg IV atau oral 20–30 menit sebelum atau
bersamaan dengan pemberian analgetik, OAINS atau derivat
ergotamin intravena
- Ketorolak 60mg IM per 15–30 menit. Dosis maksimal 12mg/hari
dan diberikan tidak lebih dari 5 hari
- Butorfanol spray 1mg dalam sediaan nostril yang dapat diberikan
dan diulang tiap 1 jam. Maksimal 4 spray/ hari dan
penggunaannya terbatas 2 kali dalam seminggu
- Proklorperazin 25mg oral atau suppositoria. Dosis maksimal 75mg
dalam 24 jam
- Steroid seperti deksametason atau metilprednisolon merupakan
obat pilihan untuk status migrenosus.
b. Terapi abortif spesifik
- Obat golongan agonis serotonin 5HTIB/ID (triptans) seperti
sumatriptan 6mg subkutan atau sumatriptan 50–100mg peroral.
- Derivat ergot seperti ergotamin 1–2mg yang dapat diberikan
secara oral, subkutan, maupun per rektal. Ergotamin adalah
agonis alpha adrenergik yang memiliki afinitas kuat terhadap
reseptor serotonin dan menyebabkan terjadinya vasokonstriksi.
Pemberian cafein 100mg, mampu meningkatkan potensi
ergotamin. Pemberian ergotamin pada tahap awal serangan nyeri
kepala, mampu mengurangi severitas dan durasi nyeri kepala
sampai 70-75%.
- Serotonin agonis dan ergot harus dihindari pada pasien dengan
ongoing dan prolong aura

Notes : Terapi abortif dikatakan berhasil apabila

- Pasien bebas nyeri sesudah 2 jam pengobatan


- Terdapat perbaikan nyeri kepala dari skala sedang-berat menjadi skala
ringan sesudah 2 jam
- Efikasi penobatan konsisten pada 2-3 kali serangan
- Tidak ada nyeri kepala rekuren atau tidak ada pemakaian obat kemali
dalam waktu 24 jam sesudah pengobatan terakhir berhasil

 Alur skema penanganan migren

 Terapi non medikamentosa


Hindari factor pencetus : perubahan pola tidur, makanan/minuman
(keju,coklat,MSG,Alkohol), stress, cahaya terang dan kelap kelip,perubahan cuaca
tempat yang tinggi dan aktivitas sehari hari yang dapat memicu serangan migren.
 Terapi profilaksis migren
Indikasi terapi profilaksis:
• Terganggunya aktivitas sehari-hari akibat serangan migren walaupun pasien telah
mendapat pengobatan nonmedikamentosa maupun abortif
• Frekuensi serangan migren terlalu sering sehingga pasien berisiko mengalami
ketergantungan terhadap obat abortif migren (medication overuse).
• Pasien mengalami serangan nyeri kepala migren sedang sampai berat lebih dari 3
hari dalam 1 bulan dan sudah tidak responsif dengan pemberian pengobatan
abortif.
• Pasien mengalami serangan nyeri kepala migren lebih dari 8 kali sehari walaupun
pengobatan abortifnya efektif.
• Pasien mengalami serangan nyeri kepala migren yang berulang >2x/minggu dan
mengganggu aktivitas, walaupun telah diberikan pengobatan abortif yang
adekuat
• Nyeri kepala migren yang berlangsung sering dan >48 jam
• Pengobatan abortif gagal atau tidak efektif
• Munculnya gejala-gejala dan kondisi yang luar biasa, misalnya migren basiler
hemiplegik, aura yang memanjang
• Pasien menginginkan obat profilaksis.

• Antidepresan Trisiklik
• amitriptilin 30–150mg/hari, nortriptilin 25-100mg/hari, dan doksepin 30–
150mg/hari.
• Cara kerja menginhibisi norepinefrin dan ambilan serotonin (serotonin
uptake), serta menurunkan regulasi reseptor beta-adrenergik dan eksitasi.
Obat golongan ini juga meningkatkan regulasi reseptor gamma amino butyric
acid-B (GABA-B) dan menginhibisi ambilan kembali (reuptake) adenosin oleh
neuron.
• Serotonin Reuptake Inhibitors
• Bekerja dengan cara menginhibisi ambilan kembali (reuptake) serotonin
• fluoksetin 10–80mg/hari.
• Serotonin Norepinephrine Reuptake Inhibitor
• Beta Blocker: propanolol 120–140mg/hari
• Calcium Channel Blocker: diltiazem 60-90mg sebanyak 4 kali sehari.
• Sodium Valproat : menurunkan respons glutamat. Sodium valproat 500–1500mg/
hari
• Topiramat : berkaitan dengan kanal natrium dan kalsium, reseptor GABA A, dan
reseptor glutamat, serta memiliki efek inhibisi enzim karbonik anhidrase. Topiramat
50mg dan 100mg/hari

Anda mungkin juga menyukai