Anda di halaman 1dari 31

BABI

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Angka kejadian Diabetes Mellitus (DM) di dunia dari tahun ke tahun terus
meningkat, data terakhir dari World Health Organization (WHO) menunjukkan pada tahun
2000 sebanyak 150 juta penduduk dunia menderita DM dan angka ini akan menjadi dua kali
lipat pada tahun 2025. Peningkatan angka penderita penyakit ini akan terjadi di negara
berkembang karena pertumbuhan populasi, penuaan, diet yang tidak sehat, obesitas dan
kurang aktivitas fisik. Di Indonesia, menurut data Riset Kesehatan Dasar 2013 didapatkan
proporsi kejadian DM sebesar 6,9% pada penduduk usia ≥ 15 tahun. 2DM Gestasional
adalah salah satu jenis DM yang terjadi pada ibu hamil.(Кокс, 2013)

WHO (2013)mendefinisikan DM Gestasional sebagai derajat apapun intoleransi


glukosa dengan onset atau pengakuan pertama selama kehamilan.Kehamilan sendiri
merupakan stres bagi metabolisme karbohidrat ibu. Pada kehamilan terjadi peningkatan
produksi hormon-hormon antagonis insulin, antara lain: progesteron, estrogen, human
placenta lactogen, dan kortisol. Peningkatan hormonhormon tersebut menyebabkan
terjadinya resistensi insulin dan peningkatan kadar glukosa darah. DM Gestasional
menyebabkan komplikasi yang signifikan dan berpotensi bagi ibu dan janin termasuk
preeklampsia, eklampsia, polihidramnion, makrosomia janin, trauma kelahiran, kelahiran
operatif, komplikasi metabolik neonatal dan kematian perinatal. (Кокс, 2013)

DM Gestasional meningkatkan morbiditas neonatus, yaitu hipoglikemia, ikterus,


polisitemia, dan makrosomia.Hal ini terjadi karena bayi dari ibu DM Gestasional
mensekresi insulin lebih besar sehingga merangsang pertumbuhan bayi dan makrosomia.
DM Gestasional juga dapat meningkatkan risiko bagi ibu 3-5% untuk menjadi DM di masa
mendatang.(Кокс, 2013)

Di Indonesia insiden DMG sekitar 1,9-3,6% dan sekitar 40-60% wanita yang pernah
mengalami DMG pada pengamatan lanjut pasca persalinan akan mengidap diabetes mellitus atau
gangguan toleransi glukosa. Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan dengan pemeriksaan
glukosa darah sewaktu dan 2 jam post prandial (pp). Bila hasilnya belum dapat memastikan

1
diagnosis DM, dapat diikuti dengan test toleransi glukosa oral. DM ditegakkan apabila kadar
glukosa darah sewaktu melebihi 200 mg%. Jika didapatkan nilai di bawah 100 mg% berarti
bukan DM dan bila nilainya diantara 100-200 mg% belum pasti DM. (Кокс, 2013)
Pada wanita hamil, sampai saat ini pemeriksaan yang terbaik adalah dengan test
tantangan glukosa yaitu dengan pembebanan 50 gram glukosa dan kadar glikosa darah diukur 1
jam kemudian. Jika kadar glukosa darah setelah 1 jam pembebanan melebihi 140 mg% maka
dilanjutkan dengan pemeriksaan test tolesansi glukosa oral. Gangguan DM terjadi 2 % dari
semua wanita hamil, kejadian meningkat sejalan dengan umur kehamilan, tetapi tidak merupakan
kecenderungan orang dengan gangguan toleransi glokusa,25%kemungkinan akan berkembang
menjadi DM gestasional merupakan keadaan yang perlu ditangani dengan professional, karena
dapat mempengaruhi kehidupan janin/ bayi dimasa yang akan dating, juga saat persalinan.(Кокс,
2013)
Diabetes Gestational merupakan komplikasi medis yang paling umum terjadi selama
kehamilan tetapi dapat juga berlanjut meski sudah tidak hamil lagi. Pengendalian kadar glukosa
darah adalah hal penting selama kehamilan. Menurut penelitian sekitar 40-60 persen ibu yang
mengalami diabetes mellitus pada kehamilan dapat berlanjut mengidap diabetes mellitus setelah
persalinan. Disarankan agar setelah persalinan pemeriksaan gula darah diulang secara berkala
misalnya setiap enam bulan sekali.(Tito Putri, Wahjudi, & Prasetyowati, 2018)
Pada pasien yang telah menderita DM sebelumnya jika kemudian hamil maka akan cukup
rawan untuk terjadi komplikasi pada janin yang dikandung, dan juga kesehatan si ibu dapat
memburuk apabila terjadi komplikasi-komplikasi diabetik. Akhir dari kehamilan penderita DM
dapat dibuat lebih aman apabila ditangani dengan penatalaksanaan yang tepat, perawatan yang
optimum meliputi inisiasi terapi intensif sebelum konsepsi. Pasien-pasien ini memerlukan
diagnosis dan penatalaksanaan prenatal yang khusus.(Tito Putri et al., 2018)
Faktor risiko diabetes mellitus pada kehamilan adalah riwayat keguguran berulang,
pernah melahirkan bayi yang beratnya sama dengan atau melebihi 4000 g, pernah mengalami
preeklamsia (keracunan kehamilan), atau pernah melahirkan bayi mati tanpa sebab yang jelas
atau bayi dengan cacat bawaan.(Tito Putri et al., 2018)
Selain itu yang juga merupakan faktor risiko adalah usia ibu hamil yang melebihi 30
tahun, riwayat diabetes mellitus dalam keluarga, serta pernah mengalami diabetes mellitus pada
kehamilan sebelumnya. (Tito Putri et al., 2018)

2
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan  permasalah
sebagai berikut :
1.      Apa yang dimaksud dengan Diabetes Meliitus Gestasional?
2.      Apa saja yang menjadi penyebab Diabetes Meliitus Gestasional?
3.      Bagaimana manifestasi klinis dan patofisiologi Diabetes Meliitus Gestasional?
4.      Bagaimana asuhan keperawatan Diabetes Meliitus Gestasional?
1.3Tujuan Pembahasan
Adapun tujuan penulisan makalah ini anatara lain :
1.      Mengetahui apa dan bagaimana terjadinya Diabetes Melitus Gestasional.
2.      Mengetahui Asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan Diabetes Diabetes Melitus
Gestasional.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

Diabetes gastasional merupakan diabetes temporer yang timbul akibat perubahan


metabolisme karbohidrat selama kehamilan. Akibat yang ditimbulkan oleh bentuk diabetes ini
bisa sama berat nya seperti yang terjadi pada diabetes yang sudah ada sebelumnya. Diabetes
Mellitus Gestasional (DMG) adalah kelainan pada metabolisme karbohidrat dari faktor yang
memberatkan yang terjadi selama kehamilan. Diabetes Mellitus Gestational adalah kehamilan
normal yang disertai dengan peningkatan insulin resistance (ibu hamil gagal mempertahankan
euglycemia). Kehamilan yang disertai diabetes mellitus merupakan kondisi yang berisiko tinggi,
oleh karena itu perlu penanganan dan pendekatan multidisiplin untuk mencapai hasil akhir yang
baik. Perawat yang memberikan asuhan keperawatan kepada wanita diabetik yang sedang hamil
harus memahami respon fisiologis normal terhadap kehamilan dan perubahan metabolisme
akibat diabetes, perawat juga harus mengetahui implikasi– implikasi psikososial kehamilan

4
diabetik, sehingga ia dapat mengarahkan wanita yang sedang hamil dalam perencanaan
pengimplementasian dan pengevaluasian terhadap wanita dan keluarganya.(Rahayu, 2016)
             
Diabetes melitus dengan kehamilan (diabetes melitus gestational/DMG) adalah
kehamilan normal yang disertai dengan peningkatan insulin resistance (ibu hamil gagal
mempertahankan euglycemia). Kondisi diabetes seperti ini biasa di alami sementara oleh ibu
hamil selama masa kehamilan. Diabetes melitus gestasional pada saat kehamilan terjadi karena
perubahan hormonal dan metabolik. Perubahan metabolik ini ditandai dengan peningkatan
dari kadar glukosa dalam darah akibat pemenuhan kebutuhan energi untuk ibu dan janin.
Perubahan hormonal ini ditandai dengan meningkatnya hormon esterogen dan hormon
progestin. Peningkatan hormon estrogen dan hormon progestin inimengakibatkan keadaan
jumlah atau fungsi insulin ibu hamil tidak optimal sehingga terjadi perubahan kinetika insulin
dan resistensi terhadap efek insulin. (Muhtar, 2018)
Efek dari resistensi insulin ini mengakibatkan kadar gula darah ibu hamil tinggi
sehingga terjadilah diabetes gestasional. Keadaan ini dapat berdampak pada janin, sebab
kadar gula darah ibu akan mempengaruhi gula darah janin sehingga gula darah janin juga
meningkat dan pada gilirannyaakan menimbulkan hiperglikemik dalam lingkungan uterus
sehingga dapat merubah pertumbuhan dan komposisi tubuh janin.Dampaknya bayi yang lahir
dari ibu yang mengalami diabetes melitus gestasional ini berisiko tinggi untuk terkena
makrosomia. Makrosomia menggambarkan fetus atau bayi dengan ukuran yang lebih besar
dari ukuran normal yaitu berat badan lahir lebih dari 4000 gram.Beberapa faktor risiko
yang berhubungan dengan makrosomia fetus antaranya obesitas, diabetes melitus gestasional,
dan diabetes melitus tipe 2. Ibu hamil dengan riwayat melahirkan bayi makrosomia akan
berisiko 5-10 kali lebih tinggi untuk kembali melahirkan bayi makrosomia dibandingkan
dengan ibu yang belum pernah melahirkan bayi makrosomia.(Setiawan, Fratidhina, & Ali,
2014)
           

5
 Klasifikasi Diabetes Mellitus Gestasional

Diabetes Pada DM dengan kehamilan, ada 2 kemungkinan yang dialami oleh si Ibu:
1.      Ibu tersebut memang telah menderita DM sejak sebelum hamil
2.      Si ibu mengalami/menderita DM saat hamil.
Klasifikasi DM dengan Kehamilan menurut Pyke:
a.       Klas I : Gestasional diabetes, yaitu diabetes yang timbul pada waktu hamil dan
menghilang setelah melahirkan.
b.      Klas II : Pregestasional diabetes, yaitu diabetes mulai sejak sebelum hamil dan
berlanjut setelah hamil.
c.       Klas III : Pregestasional diabetes yang disertai dengan komplikasi penyakit
pembuluh darah seperti retinopati, nefropati, penyakit pemburuh darah panggul dan
pembuluh darah perifer.

6
2.3Etiologi
1.      Faktor autoimun setelah infeksi mumps, rubella dan coxsakie B4.
2.      Genetik
Diabetes mellitus dapat diwariskan dari orang tua kepada anak. Gen penyebab diabetes
mellitus akan dibawa oleh anak jika orang tuanya menderita diabetes mellitus. Pewarisan gen ini
dapat sampai ke cucunya bahkan cicit walaupun resikonya sangat kecil.
Secara klinis, penyakit DM awalnya didominasi oleh resistensi insulin yang disertai
defect fungsi sekresi. Tetapi, pada tahap yang lebih lanjut, hal itu didominasi defect fungsi
sekresi yang disertai dengan resistensi insulin. Kaitannya dengan mutasi DNA mitokondria yakni
karena proses produksi hormon insulin sangat erat kaitannya dengan mekanisme proses oxidative
phosphorylation (OXPHOS) di dalam sel beta pankreas. Penderita DM proses pengeluaran
insulin dalam tubuhnya mengalami gangguan sebagai akibat dari peningkatan kadar glukosa
darah. Mitokondria menghasilkan adenosin trifosfat (ATP). Pada penderita DM, ATP yang
dihasilkan dari proses OXPHOS ini mengalami peningkatan. (Rahmawati et al., 2016)
Peningkatan kadar ATP tersebut otomatis menyebabkan peningkatan beberapa senyawa
kimia yang terkandung dalam ATP. Peningkatan tersebut antara lain yang memicu tercetusnya
proses pengeluaran hormon insulin. Berbagai mutasi yang menyebabkan DM telah dapat
diidentifikasi. Kalangan klinis menyebutnya sebagai mutasi A3243G yang merupakan mutasi
kausal pada DM. Mutasi ini terletak pada gen penyandi ribo nucleid acid (RNA). Pada
perkembangannya, terkadang para penderita DM menderita penyakit lainnya sebagai akibat
menderita DM. Penyakit yang menyertai itu antara lain tuli sensoris, epilepsi, dan stroke. Hal itu
telah diidentifikasi sebagai akibat dari mutasi DNA pada mitokondria. Hal ini terjadi karena
makin tinggi proporsi sel mutan pada sel beta pankreas maka fungsi OXPHOS akan makin
rendah dan defect fungsi sekresi makin berat.(Rahmawati et al., 2016)
Prevalensi mutasi tersebut biasanya akan meningkat jumlahnya bila penderita DM itu
menderita penyakit penyerta tadi.
3.      Kerusakan / kelainan pangkreas sehingga kekurangan produksi insulin
Infeksi mikroorganisme dan virus pada pankreas juga dapat menyebabkan radang
pankreas yang otomatis akan menyebabkan fungsi pankreas turun sehingga tidak ada sekresi
hormon-hormon untuk proses metabolisme tubuh termasuk insulin. Penyakit seperti kolesterol
tinggi dan dislipidemia dapat meningkatkan resiko terkema diabetes mellitus. Menurut Park et al

7
(2002) dalam Zahtamal dkk (2007), diabetes melitus merupakan penyakit yang terjadi akibat
penurunan fungsi organ tubuh (degeneratif) terutama gangguan organ pangkreas dalam
menghasilkan hormon insulin, sehingga DM akan meningkat kasusnya sejalan dengan
pertambahan usia. Zahtamal dkk (2007) menambahkan, pada usia lanjut terjadi perubahan
gaya hidup, mulai dari pola makan/jenis makanan yang dikonsumsi sampai berkurangnya
kegiatan jasmani. Hal ini terjadi terutama pada kelompok usia dewasa ke atas pada seluruh status
sosial ekonomi. Semakin tinggi usia maka semakin berisiko untuk menderita prediabetes/
diabetes mellitus gestasional oleh karena itu, ibu perlu menghindari kehamilan pada usia
risiko tinggi.(Kadar, Darah, & Mellitus, 2015)
4.      Meningkatnya hormon antiinsulin seperti GH, glukogen, ACTH, kortisol, dan epineprin.
5.      Obat-obatan.
Bahan-bahan kimia dapat mengiritasi pankreas yang menyebabkan radang pankreas,
radang pada pankreas akan mengakibatkan fungsi pankreas menurun sehingga tidak ada sekresi
hormon-hormon untuk proses metabolisme tubuh termasuk insulin. Segala jenis residu obat yang
terakumulasi dalam waktu yang lama dapat mengiritasi pankreas.
Contohnya Minum soda dalam keadaan perut kososng (misalnya stelah berpuasa atau
waktu bangun tidur dipagi hari) juga harus dihindari. Sirup dengan kadar fruktosa tinggi, soda,
dan pemanis buatan yang terdapat dalam minuman soda dapat merusak pangkreas yang
menyebabkan meningkatnya berat badan, jika kebiasaan ini diteruskan, lama kelamaan akan
menderita penyakit DM. Penelitian membuktikan bahwa perempuan yang mengkonsumsi soda
lebih dari 1 kaleng per hari memiliki resiko 2 kali terkena diabeters tipe 2 dalam jangka waktu 4
tahun kedepannya.
6.      Wanita obesitas
Sebenarnya DM bisa menjadi penyebab ataupun akibat. Sebagai penyebab, obesitas
menyebabkan sel beta pankreas penghasil insulin hipertropi yang pada gilirannya akan kelelahan
dan “jebol” sehingga insulin menjadi kurang prodeksinya dan terjadilah DM. Sebagai akibat
biasanya akibat penggunaan insulin sebagai terapi DM berlebihan menyebabkan penimbunan
lemak subkutan yang berlebihan pula. Riwayat overweight juga merupakan salah satu faktor
yang dapat berkontribusi secara tidak langsung pada kejadian prediabetes/ diabetes mellitus
gestasional.

8
2.4 Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala dari diabetes mellitus gestasional sangatlah mirip denga penderita
diabetes melitus pada umum nya:
a. Poliuria ( banyak kening)
b. Polidipsia ( haus dan banyak minum ) dan polofagia ( banyak makan)
c. Pusing, mual, dan muntah
d. Obesitas, TFU>normal
e. Lemah badan, kesemutan, gatal, pandangan kabur, dan pruritus vulva
f. Ketonemia (kadar katon berlebihan dalam darah)
g. Glikosuria (ekresi kedalam urin)
h. Gula darah 2 jam > 200 mg/dl
i. Gula darah se
j. waktu>126 mg/dl

2.5 Patofisiologis

9
Diabetes mellitus ditandai dengan hiperglikemia (peningkatan glukosa darah) diakibatkan
karena Produksi  insulin yang tidak adekuat atau penggunaan insulin secara tidak efektif pada
tingkat seluler.  Insulin– insulin yang diproduksi sel– sel beta pulau langerhans di prankeas
bertanggung jawab mentranspor glukosa ke dalam sel .apabila insulin tidak cukup / tidak efektif,
glukosa berakumulasi dalam aliran darah dan terjadi hiperglikemia. Hiperglikemia 
menyebabkan hiperosmolaritas dalam darah yang menarik cairan intarsel ke dalam sisitem
vaskular sehingga terjadi dehidrasi dan peningkatan volume darah. Akibatnya ginjal menyekresi
urine dalam volume besar (poliuria) sebagai upaya untuk mengatur kelebihan volume darah  dan
menyekresi glukosa yang tidak digunakan (gliousuria). Dehidrasi seluler, menimbulkan rasa haus
berlebihan (polidipsi). Diabetes melitus (DM) merupakan sekelompok kelainan kadar
glukosa dalam darah atau hiperglikemia. Kemampuan tubuh pada orang dengan diabetes
untuk bereaksi terhadap insulin dapat menurunatau pankreas dapat menghentikan sama sekali
produksi insulin. (Rahayu, 2016)
Diabetes melitus dengan kehamilan (diabetes melitus gestational/DMG) adalah
kehamilan normal yang disertai dengan peningkatan insulin resistance (ibu hamil gagal
mempertahankan euglycemia). Pada golongan ini, kondisi diabetes dialami sementara selama
masa kehamilan, artinya kondisi diabetes atau intoleransi glukosa pertama kali didapati selama
masa kehamilan, biasanya pada trimester kedua atau ketiga.Kriteria diabetes gestasional bila
gangguan toleransi glukosa yang terjadi sewaktu hamil kembali normal dalam 6 minggu
setelah persalinan.
Dianggap diabetes melitus (bukan gestasi) bila gangguan toleransi glukosa menetap
setelah persalinan.Diabetes gestasional terjadi pada minggu ke 24 sampai ke 28 masa
kehamilan. Walaupun diabetes pada masa kehamilan termasuk salah satu faktor risiko
terkena diabetes tipe II. Kondisi ini adalah kondisi sementara dimana kadar gula darah akan
kembali normal setelah melahirkan. Ibu hamil yang menderita diabetes gestasional
mempunyai risiko tinggi mengalami diabetes melitus gestasional lagi pada kehamilan
berikutnya.Diabetes melitus gestasional dapat terjadi pada ibu yang hamil di atas usia 30
tahun, perempuan dengan obesitas (IMT >30), perempuan dengan riwayat diabetes melitus
pada orang tua atau riwayat diabetes melitus gestasional pada kehamilan sebelumnya dan
melahirkan bayi dengan berat lahir >4000 gram dan adanya glukosuria.Diabetes melitus

10
gestasional dapat merupakan kelainan genetik dengan cara insufisiensi atau berkurangnya
insulin dalam sirkulasi darah, berkurangnya glikogenesis, dan konsentrasi gula darah tinggi.
Diabetes dalam kehamilan menimbulkan banyak kesulitan. Penyakit ini akan
menyebabkan perubahanperubahan metabolik dan hormonal pada penderita. Beberapa
hormon tertentu mengalami peningkatan jumlah, misalnya hormon kortisol, estrogen, dan
human placental lactogen (HPL). Peningkatan jumlah semua hormon tersebut saat hamil
ternyata mempunyai pengaruh terhadap fungsi insulin dalam mengatur kadar gula darah.
Kondisi ini menyebabkan suatu kondisi yang kebal terhadap insulin yang disebut sebagai
resisten insulin. Sehingga menimbulkan dampak peningkatan kadar glukosa pada ibu
hamil.Pada diabetes melitus gestasional, selain perubahan-perubahan fisiologi tersebut, akan
terjadi suatu keadaan di mana fungsi insulin menjadi tidak optimal. Terjadi perubahan
kinetika insulin dan resistensi terhadap efek insulin, akibatnyakandungan glukosa dalam
plasma ibu bertambah, kadar gula darah tinggi, tetapi kadar insulin tetap tinggi. Melalui difusi
terfasilitasi dalam membran plasenta, dimana sirkulasi janin juga ikut terjadi kandungan
glukosa abnormal.Peningkatan tingkat serum metabolit pada ibu yang mengalami diabetes
(misalnyaglukosa, asam lemak bebas, senyawa keton dalam tubuh, trigliserida, dan asamasam
amino) akan memicu peningkatan transfer nutrien pada janin yang pada gilirannya akan
menimbulkan hiperglikemik dalam lingkungan uterus sehingga dapat merubah pertumbuhan
dan komposisi tubuh janin.(Fatimah & Indrawati, 2018)
Penurunan berat badan akibat pemecahan lemak dan jaringan otot, pemecahan jaringan
ini menimbulkan rasa lapar yang membuat individu makan secara berlebihan (polifalgia). Setelah
jangka waktu tertentu, diabetes menyebabkan perubahan vaskuler yang bermakna. Perubahan ini
terutama mempungaruhi jantung, mata dan ginjal. Komplikasi akibat diabetes mencakup
aterosklerosis, premature, retinopati dan nefropati. Diabetes tipe I dan II biasanysa dikenal
sebagai sindrom yang disebabkan oleh factor genetic. Diabetes biasanya diwariskan sebagai sifat
resesif, tetapi muncul sebagai sifat dominan pada beberapa keluarga. Pewarisan sifat genetik
(genotip) diabetes mellitus tidak selalu berarti bahwa individu akan mengalami intoleransi
glukosa diabetik (fenotip). Banyak individu yang memiliki genotip, tidak memperlihatkan
satupun gejala diabetes sampai mereka mengalami satu atau lebih stressor atau faktor presipitasi.
Contoh stressor tersebut adalah peningkatan usia, periode perkembangan normal, perubahan
hormonal yang cepat, obesitas, infeksi, pembedahan, krisis emosi dan tumor atau infeksi

11
pangkreas. Diabetes Gestasional (diabetes kehamilan) intoleransi glukosa selama kehamilan,
tidak dikelompokkan kedalam NIDDM pada pertengahan kehamilan meningkat sekresi hormon
pertumbuhan dan hormon chorionik somatomamotropin (HCS). Hormon ini meningkat untuk
mensuplai asam amino dan glukosa ke fetus.
Dalam kehamilan terjadi perubahan metabolism endokrin dan karbohidrat yang
menunjang pemasokan makanan bagi janin serta persiapan untuk menyusui. Glukosa dapat
berdifusi secara tetap melalui plasenta kepada janin sehingga kadarnya dalam darah janin hampir
menyerupai kadar darah ibu. Insulin ibu tak dapat mencapai janin, sehingga kadar gula ibu yang
mempengaruhi kadar pada janin. Pengendalian kadar gula terutama dipengaruhi oleh insulin,
disamping beberapa hormone lain seperti estrogen, steroid dan plasenta laktogen. Akibat
lambatnya resorpsi makanan maka terjadi hiperglikemia yang relatif lama dan ini menuntut
kebutuhan insulin. Menjelang aterm kebutuhan insulin meningkat sehingga mencapai 3 kali dari
keadaan normal. Hal ini disebut sebagai tekanan diabetojenik dalam kehamilan. Secara fisiologik
telah terjadi resistensi insulin yaitu bila ia ditambah dengan insulin eksogen ia tidak mudah
menjadi hipoglikemi. Akan tetapi, bila ibu tidak mampu meningkatkan produksi insulin,
sehingga ia relative hipoinsulin yang menyebabkan hiperglikemia atau diabetes kehamilan.
(Fatimah & Indrawati, 2018)
Pada DMG, selain perubahan-perubahan fisiologi tersebut, akan terjadi suatu keadaan di
mana jumlah/fungsi insulin menjadi tidak optimal. Terjadi perubahan kinetika insulin dan
resistensi terhadap efek insulin. Akibatnya, komposisi sumber energi dalam plasma ibu
bertambah (kadar gula darah tinggi, kadar insulin tetap tinggi). Melalui difusi terfasilitasi dalam
membran plasenta, dimana sirkulasi janin juga ikut terjadi komposisi sumber energi abnormal.
(menyebabkan kemungkinan terjadi berbagai komplikasi). Selain itu terjadi juga
hiperinsulinemia sehingga janin juga mengalami gangguan metabolik (hipoglikemia,
hipomagnesemia, hipokalsemia, hiperbilirubinemia.

12
2.6 Faktor Risiko
Faktor risiko ibu hamil dengan diabetes melitus adalah :
a.       Riwayat keluarga dengan diabetes melitus
b.      Glukosuria dua kali berturut-turut
c.       Obesitas
d.      Keguguran kehamilan yang tidak bisa dijelaskan (abortus spontan)
e.       Adanya hidramnion
f.       Kelahiran anak sebelumnya besar
g.      Umur mulai tua
h.      Herediter

13
2.7 Perubahan Metabolic Selama dan Setelah Masa Kehamilan
Kehamilan normal dikatakan sebagai suatu kondisi diabetogenik, dimana kebutuhan akan
glukosa meningkat. Metabolisme maternal mengalami perubahan untuk memastikan suplai
glukosa yang adekuat dan konstan untuk perkembangan janin. Glukosa maternal ditransfer ke
janin melalui proses difusi-difasilitasi. Insulin ibu tidak menembus plasenta. Pada usia gentasi
sepuluh minggu, janin mensekresi insulinnya sendiri dengan kadar yang adekuat, yang
memungkinnya menggunankan glukosa yang diperoleh dari ibu.
Pada trimester pertama kehamilan, kadar glukosa ibu menurun dengan cepat dibawah
kadar glukosa tidak hamil sampai antara 55 dan 65 mg/dl. Akibat pengaruh estrogen dan
progesterone, pancreas meningkatkan produksi insulin, yang meningkatkan penggunaan glukosa.
Pada saat yang sama, penggunaan glukosa oleh janin meningkat, sehingga menurunkan kadar
glukosa ibu. Selain itu, trimester pertama juga ditandai dengan nausea, vomitus, dan penurunan
asupan makanan sehingga kadar glukosa ibu semakin menurun dan selama tri mester kedua dan
ketiga peningkatan kadar laktogen plasental human, estrogen, progesterone, kortisol,prolaktin,
dan insulin meningkatkan resistansi insulin melalui kerjanya sebagai suatu antagonis. Resistansi
insulin merupakan suatu mekanisme penghematan glukosa yang memastikan suplai glukosa yang
berlimpah untuk janin. Kebutuhan ibu akan insulin meningkat sejak trimester ke 2. Kebutuhan
insulin dapat meningkat 2-4 kali lipat pada kehamilan cukup bulan.
Pada saat bayi lahir, lepasnya plasenta menyebabkan penurunan mendadak kadar
hormone plasenta, kortisol dan insulin yang bersirkulasi. Ke jaringan maternal dengan cepat
kembali peka terhadap insulin seperti pada periode sebelum hamil. Pada ibu yagn tidak menyusui
bayi, keseimbangan insulin – karbohidrat prakehamilan biasanya dicapai kembali dalam sekitar
7-10 hari. Dalam laktasi, glukosa maternal digunakan sehinggu kebutuhan insulin ibu yang
menyusui ibu tetap rendah selama 9 bulan. Setelah penyapihan berakhir, kebutuhan insulin ibu
kembali ke kebutuhan insulinnya sebelum hamil.

2.8 Skrining Diabetes Melitus Gestasional


Skrining selektif seharusnya digunakan pada diabetes gestasional seperti skrining
diabetes pada umumnya. Teknik skrining dianjurkan bagi semua wanita hamil menurut:
1.      American Diabetes Association (2005) dengan menggunakan :

14
a.       Pasien diberikan 50 g beban glukosa oral, dan kadar gula darahnya diperiksa 1 jam
kemudian.Bila kadar glukosa plasma > 140 mg/dl maka perlu dilanjutkan dengan tes toleransi
glukosa 3 jam. Tes ini cukup efektif untuk mengidentifikasikan wanita dengan diabetes
gestational
b.      Tes toleransi glukosa oral adalah tes dimana pasien diberikan 100 g beban glukosa
oral,kemudian diperiksa kadar gula darahnya dengan hasil pada pasien normal :
Pemeriksaan Kadar Gula darah (mg/dl)

Puasa < 95
Jam 1 < 180
Jam 2 < 155
Jam 3 < 140
               Tabel 1. Tes Beban Glukosa Oral (American Diabetes Association,2005)
Bila ditemukan 2 nilai abnormal maka ibu tersebut menderita diabetes melitus. Tes
tersebut dilakukan pada awal kehamilan kemudian diulangi lagi pada usia kehamilan 34 minggu.

2.      World Health Organization (WHO)


Merekomendasikan kriteria diagnostik menggunakan tes beban glukosa oral 75 g.
Diabetes gestasional didiagnosis bila:
Pemeriksaan Kadar Gula darah (mg/dl)
Puasa > 126
Jam 2 > 140
Tabel 2. Tes Beban Glukosa Oral (WHO)
Pencarian diabetes gestational dilakukan untuk meningkatkan kewaspadaan ibu hamil
dan meyakinkan seorang ibu untuk melakukan pemeriksaan skrining untuk tes setelah
melahirkan.

2.9    Komplikasi Pada Ibu dan Bayi


1.      Pada Perinatal :
a.     Kematian perinatal bayi dengann ibu DMG ( BIDMG ) sangat tergantung dari keadaan
hiperglikemia ibu. Di klinik yang maju sekalipun angka kematian di laporkan 3-5%. Angka
kejadian komplikasi BIDMG di Subbagian Perinatologi FKUI/RSUPNCM dari tahun 1994-1995
adalah 5/10.000 kelahiran.
b.      Makrosomia

15
Ibu dengan DMG 40% akan melahirkan bayi dengan BB berlebihan pada semua usia kehamilan.
Makrosomia mempertinggi terjadinya trauma lahir, sinhdrom aspirasi mekoneum dan hipertensi
pulmonal persisten. Trauma lahir biasanya terjadi akibat distosia bahu, sehingga dapat
menyebabkan fraktur humerus, klavikula, palsi Erb syaraf frenikus, bahkan kematian janin.
Sekitar 20-50% bayi dengan ibu DMG mengalami hipoglikemia (GD < 30 mg/dl) pada 24 jam
pertama setelah lahir dan biasanya terjadi pada bayi makrosomia. 
c.     Hambatan pertumbuhan janin Ibu DMG dengan komplikasi vaskular akan memberikan bayi
dengan BB rendah pada kehamilan 37-40 minggu. Hal ini dapat terjadi juga karena adanya
perubahan metabolik ibu selama masa awal persalinan. 
d.     Cacat bawaan Kejadian cacat bawaan adalah 4,1% BIDMG. Cacat bawaan terjadi paling
banyak pada kehamilan dengan DMG yang tidak terpantau sebelum kehamilan dan pada
trimester pertama. Lima puluh persen kematian perinatal disebabkan kelainan jantung (TAB,
VSD, ASD), kelainan ginjal (agenesis ginjal), kelainan saluran cerna (situs inversus, syndrome
kolon kiri kecil), kelainan neurologi dan skelet. Kekerapan cacat bawaan ringan lebih besar,
mencapai sekitar 20%. 
e.  Hipokalsemi dan hipomagnesemia Bayi dikatakan hipokalsemia bila kadar kalsium darahnya
< 7 mg/dl (kalsium ion < 3 mg/dl). Beratnya hipokalsemia berhubungan dengan tingkat
terkendalinya kadar glukosa ibu DMG. Bayi mengidap hipomagnesemia bila kadar magnesium <
1,5 mg/dl. Biasanya hipomasgnesemia terjadi bersamaan dengan hipokalsemia. 
f.      Hiperbilirubinemia Meningkatnya kadar bilirubin indirect pada 20-25% BIDMG, akibat
pengrusakan eritrosit yang mungkin terjadi karena perubahan pada membran eritrosit. 
g.      Polisitemia hematologis 
h.   Asfiksia perinatal Asfiksia perinatal terjadi pada 25% BIDMG, mungkin disebabkan oleh
makrosomia, prematuritas, penyakit vaskulat ibu yang menyebabkan hipoksia intrauterin atau
pada bayi yang lahir dengan seksio sesarea. 
i.   Syndrom gawat nafas neonatal Kejadian sindrom gawat nafas neonatal berkolerasi dengan
tingkat pengendalin kadar glukosa ibu DMG. Angka kejadian sindrom gawat nafass jelas sekali
menurun pada ibu DMG dengan kadar glukosa darah yang terkendali baik. Sebagian lagi gawat
nafas ini disebabkan karena prematuritas, dengan produksi surfaktan paru belum cukup atau bayi
dilahirkan dengan seksio sesarea.
Perawatan janin pada antenatal:

16
a. perawatan antenatal perlu dilakukan pada ahli penyakit dalam, khususnya permintaan D.M
pertahanan glukosa 130 mgr.
b. evaluasi kesejahteraan janin:
a. pemeriksaan gula darah setiap bulan
b. kesejahteraan janin dengan menggunakan ultrasonografi unutuk menentukan:
- tumbuh kembang janin
- kemungkinan cacat congenital
- kemungkinan IUGR atau janin besar, dan
- terutama setelah umur kehamilan 28 minggu
kardiotografi:
- nonstress test (NST)
- KP oxytocin challenge test (OCT)
c. evaluasi gerak janin/12 jam, minimal 10 kali.
d. Kematangan paru dengan pemeriksaan air ketuban.
e. Indikasi untuk terminasi kehamila:
1. Praeklampsia
2. Asidosis dengan pH sekitar 7,2 dan
3. Kadar glukosa takterkendali.

2.      Pada ibu :


a.    Hipertensi
Gestational diabetes akan meningkatkan resiko ibu untuk mengalami tekanan darah yang tinggi
selama kehamilan. Hal tersebut juga akan meningkatkan resiko ibu untuk terkena preeclampsia
dan eclampsia, yaitu 2 buah komplikasi serius dari kehamilan yang menyebabkan naiknya
tekanan darah & gejala lain, yang dapat membahayakan ibu maupun sang buah hati.
b.    Preeklampsia
c.    Peningkatan resiko operasi caesar

2.10 Penatalaksanaan
Pengobatan dan penanganan penderita diabetes yang hamil dilakukan untuk mencapai 3
maksud utama, yaitu:

17
1.    Menghindari ketosis dan hipoglikemia.
2.    Mengurangi terjadinya hiperglikemia dan glisuria.
3.    Mengoptimalkan gestasi.

Penanganan pada penderita DM meliputi:


1.    Diet
Penderita harus mendapatkan lebih banyak kalori karena berat badannya bertambah
menurun. Penderita DM dengan berat badan rata-rata cukup diberi diet yang mengandung 1200-
1800 kalori sehari selama kehamilan. Pemeriksaan urine dan darah berkala dilakukan untuk
mengubah dietnya apabila perlu. Diet dianjurkan ialah karbohidrat 40%, protein 2 gr/kg berat
badan, lemak 45-60gr. Garam perlu dibatasi untuk mengurangi kecenderungan retensi air dan
garam.
2.    Olah raga
Wanita hamil perlu olah raga, tetapi sekedar untuk menjaga kesehatannya. Kita tidak bisa
memaksakan olah raga pada ibu hamil hanya untuk menurunkan gula dalam darahnya.
3. Obat-obat antidiabetik
Selama kehamilan kadar darah diatur dengan antidiabetik. Pemeriksaan kadar darah harus
dilakukan lebih sering. Pemberian suntikan insulin merupakan salah satu pengobatan bagi
penderita penyakit DMG untuk mengontrol kadar gula darahnya. Beberapa jenis obat-obat untuk
penderita DM yang dapat dikonsumsi dengan dimakan dan yang beredar di Indonesia hingga saat
ini memang tidak seluruhnya boleh diberikan pada ibu hamil, karena dapat menimbulkan efek
yang merugikan bagi janin yang dikandung. Misalnya menimbulkan cacat bawaan pada janin.
Pada trimester pertama paling sukar dilakukan pengobatan karena adanya nausea dan vomitus.
Pada timester kedua pengobatan tidak begitu sukar lagi karena tidak perlu perubahan diet dan
dosis antidiabetik. Dalam trimester ketiga sering diperlukan lebih banyak antidiabetik karena
meningginya toleransi hidrat arang.
4. Diuretik
Jika ada hipertensi atau tanda-tanda retensi cairan dianjurkan miskin garam. Jika ini tidak
menolong dapat diberikan deuretik.

18
5. Steroid-steroid seks
Sekresi estrogen berkurang pada wanita hamil diabetik. Komplikasi pada fetus berkurang
jika selama kehamilan diberi estrogen dan progesteron dalan dosis besar.
6. Penatalaksanaan obstetric
Pada pemeriksaan antenatal dilakukan pemantauan keadaanklinis ibu dan janin, terutama
tekanan darah, pembesaran/ tinggi fundus uteri, denyut jantung janin, kadar gula darah ibu,
pemeriksaan USG dan kardiotokografi (jika memungkinkan).
Pada tingkat Polindes dilakukan pemantauan ibu dan janin dengan pengukuran tinggi
fundus uteri dan mendengarkan denyut jantung janin.
Pada tingkat Puskesmas dilakukan pemantauan ibu dan janin dengan pengukuran tinggi fundus
uteri dan mendengarkan denyut jantung janin.
Pada tingkat rumah sakit, pemantauan ibu dan janin dilakukan dengan cara :
a.    Pengukuran tinggi fundus uteri
b.    USG serial
c.    Penilaian menyeluruh janin dengan skor dinamik janin plasenta (FDJP), nilai FDJP < 5
merupakan tanda gawat janin.
d.   Penilaian ini dilakukan setiap minggu sejak usia kehamilan 36 minggu. Adanya makrosomia,
pertumbuhan janin terhambat (PJT) dan gawat janin merupakan indikasi untuk melakukan
persalinan secara seksio sesarea.
e.    Pada janin yang sehat, dengan nilai FDJP > 6, dapat dilahirkan pada usia kehamilan cukup
waktu (40-42 mg) dengan persalinan biasa. Pemantauan pergerakan janin (normal >l0x/12 jam).
f.     Bayi yang dilahirkan dari ibu DMG memerlukan perawatan khusus.
g.    Bila akan melakukan terminasi kehamilan harus dilakukan amniosentesis terlebih dahulu
untuk memastikan kematangan janin (bila usia kehamilan < 38 mg).
h.    Kehamilan DMG dengan komplikasi (hipertensi, preeklamsia, kelainan vaskuler dan infeksi
seperti glomerulonefritis, sistitis dan monilisasis) harus dirawat sejak usia kehamilan 34 minggu.
Penderita DMG dengan komplikasi biasanya memerlukan insulin.
i.      Penilaian paling ideal adalah penilaian janin dengan skor fungsi dinamik janin-plasenta
(FDJP).
1. Persalinan dilakukan:
a.       Pertahankan sampai aterm dan spontan.

19
b.      Induksi persalinan pada minggu 37-38.
c.       Primer seksio sesarea.
2. Penanganan bayi dengan DM:
a.       Disamakan dengan bayi prematur.
b.      Observasi kemungkinan hipoglisemia.
c.       Perawatan intensif: neonatus intensif unit care dengan pengawasan ahli neonatologi.
2.11 Pemeriksaan
1. Pemeriksaan Diagnostik
a.  Adanya kadar glukosa darah yang tinggi secara abnormal. Kadar gula darah pada waktu puasa
> 140 mg/dl. Kadar gula sewaktu >200 mg/dl.
b.    Tes toleransi glukosa. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam pp >200 mg/dl.
c.    Glukosa darah: darah arteri / kapiler 5-10% lebih tinggi daripada darah vena, serum/plasma
10-15% daripada darah utuh, metode dengan deproteinisasi 5% lebih tinggi daripada metode
tanpa deproteinisasi
d. Glukosa urin: 95% glukosa direabsorpsi tubulus, bila glukosa darah > 160-180% maka sekresi
dalam urine akan naik secara eksponensial, uji dalam urin: + nilai ambang ini akan naik pada
orang tua. Metode yang populer: carik celup memakai GOD.
e.  Benda keton dalam urine: bahan urine segar karena asam asetoasetat cepat didekrboksilasi
menjadi aseton. Metode yang dipakai Natroprusid, 3-hidroksibutirat tidak terdeteksi
f.    Pemeriksan lain: fungsi ginjal ( Ureum, creatinin), Lemak darah: (Kholesterol, HDL, LDL,
Trigleserid), Ffungsi hati, antibodi anti sel insula langerhans ( islet cellantibody)
2.    Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang diperlukan adalah pemeriksaan kadar gula darah atau skrining glukosa
darah, ultrasonografi untuk mendeteksi adanya kelainan bawaan dan makrosomia, Hemoglobin
glikosida (HbA1c) yang menunjukkan control diabetik (HbA1c lebih besar dari 8,5% khususnya
sebelum kehamilan, membuat janin berisiko anomaly kongenital).

2.12 Pencegahan
1.    Mengurangi makan-makanan manis
2.  Menjaga jumlah asupan makanan terutama ketika trisemester ketiga kehamilan agar berat
badan tidak bertambah, akan tetapi ibu hamil tidak boleh sampai kekurangan makanan

20
3.  Berolahraga dengan teratur serta melakukan aktivitas fisik dari mulai yang ringan hingga
sedang sehingga kalori yang tidak diperlukan dalam tubuh akan terbakar dengan sendirinya.
4. menghindari stress
5. menjaga berat badan
6. pada penderita diabetes tidak boleh meminum- minuman yang bersoda
7. dilaran untuk merokok.

BAB III

ASKEP KEPERAWATAN SECARA KONSEP

21
3. 1 Pengkajian
1. Identitas klien:
Memuat tentang:
- Nama
- Umur
- Jenis Kelamin
- Alamat
- Status perkawinan
- Agama
- Suku
- Pekerjaan
- Tanggal masuk RS
- Tanggal pengkajian
- Sumber informasi
2.Riwayat Kesehatan
Keluhan utama
Mual, muntah, penambahan berat badan berlebihan atau tidak adekuat, polipdipsi,
poliphagi, poluri, nyeri tekan abdomen dan retinopati.
2.     Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat diabetes mellitus dalam keluarga.
3.      Riwayat kehamilan
a.    Diabetes mellitus gestasional.
b.    Hipertensi karena kehamilan.
c.    Infertilitas.
d.   Bayi low gestasional age.
e.    Riwayat kematian janin.
f.     Lahir mati tanpa sebab jelas.
g.    Anomali congenital.
h.    Aborsi spontan.
i.      Polihidramnion.
j.      Makrosomia.

22
k.    Pernah keracunan selama kehamilan.
4.      Pemeriksaan Fisik
a.    Sirkulasi
        Nadi pedalis dan pengisian kapiler ekstrimitas menurun atau lambat pada diabetes
yang lama.
         Edema pada pergelangan kaki atau tungkai.
         Peningkatan tekanan darah.
         Nadi cepat, pucat, diaforesis atau hipoglikemi.

b.    Eliminasi
Riwayat pielonefritis, infeksi saluran kencing berulang, nefropati dan poliuri.
c.    Nutrisi dan Cairan
       Polidipsi.
       Poliuri.
       Mual dan muntah.
       Obesitas.
       Nyeri tekan abdomen.
       Hipoglikemi.
       Glukosuria.
       Ketonuria.
       Kulit.
   Sensasi kulit lengan, paha, pantat dan perut dapat berubah karena ada bekas injeksi
insulin yang sering.
        Mata.
        Kerusakan penglihatan atau retinopati.
        Uterus.
      Tinggi fundus uteri mungkin lebih tinggi atau lebih rendah dari normal terhadap usia
gestasi.
5.      Psikososial
a.    Resiko meningkatnya komplikasi karena faktor sosioekonomi rendah.

23
b.    Sistem pendukung kurang dapat mempengaruhi kontrol emosi.
c.    Cemas, peka rangsang dan peningkatan ketegangan.
3.2 Diagnosa Keperawatan

1. Resiko berat badan berlebih berhubungan dengan gangguan kebiasaan makan .


2. Resiko tinggi terhadap cedera janin berhubungan dengan peningkatan kadar glukosa
maternal, perubahan pada sirkulasi.
3. Obesitas berhubungan dengan gaguan persepsi makan.
4. Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan resistensi insulin.

3.3Perencanaan keperawatan
no SDKI SLKI SIKI
1. Resiko berat badan Luaran utama : berat Intervensi utama: edukasi
berlebih dd gangguan badan Setelah dilakukan diet :
kebiaasaan makan. tindakan keperawatan -observasi
selama 3x24 jam di a.identifikasi kemampuan
harakan KH: pasien dan keluarga
-Berat badan diharapkan menerima informasi.
menurun 1-3 b. indentifikasi
-Indeks masa tubuh pengetahuan saat ini.
diharapkan kembali c. identifikasi presepsi
normal 1-3 pasien dan keluarga
tentang diet yang
diprogramkan.
- teraupetik
a. persiapkan materi,
media dn alat peraga
b. jadwalkan waktu yang
tepat untuk memberikan
pendidikan kesehatan.
c. berikan kesempatan
pasien dan keluarga

24
bertanya
- edukasi
a. jelaskan tujuan
kepatuhan diet terhadap
kesehatan.
b. informasikan makan
yang di perboleh dan
dilarang.
c. anjurkan mengganti
bahan maka sesuai dengan
diet.
- kolaborasi
Rujuk keahli gizi dan
sertakan keluarga jika
perlu.

2. Resiko tinggi terhadap Luaran utama: tingkat Intervensi utama:


janin dd peningkatan cidera. Setelah dilakukan pemantauan denyut
kadar glukosa tindakan keperawatan jantung janin.
maternal, perubahan selama 3x24 jam di Tindakan:
pada sirkulasi. harapkan KH: -obsevasi
-Toleransi makanan 1-3 a. identifikasi status
membaik obstetric
- gangguan mobilitas 1-3 b. identifiksi riwayat
di harapkan membaik obsterik
- nafsu makan 1-2 c. identifikasi
diharap membaik pemeriksaan kehamiilan
sebelumnya
d. monitor denyut jantung
janin.
- terauoetik

25
a. atur posisi pasien
b. lakukan maneuver
Leopold untuk
menentukan posisi janin
- edukasi
Jelaskan tujuan
pemantauan
Informasikan
pemanatauan
3. Obesitas dd gaguan Luaran utama : berat Intervensi utama:
persepsi makan. badan Setelah dilakukan manajemen berat
tindakan keperawatan Tindakan:
selama 3x24 jam di - observasi
harakan KH: a. identifikasi kondisi
-Berat badan diharapkan kesehatan pasien yang
menurun 1-3 dapat mempengaruhi berat
-Indeks masa tubuh badan
diharapkan kembali - teraupetik
normal 1-3 Hitung berat badan ideal
pasien.
Fasilitasi menentukan
target berat badan yang
realistis.
-edukasi
Jelaskan hubungan antara
asupan makanan, aktivitas
fisik, penambahan berat
badan dan penurunan
berat badan.
Jelaskan faktor resiko
berat badan berlebih dan

26
berkurang.

4. Ketidakstabilan kadar Luaran utama: kestabilan Intrvensi utama:


glukosa darah dd glukosa darah. Setelah manajemen hiperglikemia.
resistensi insulin dilakukan tindakan Tindakan
keperawatan selama 3x24 -obsevasi
jam diharapkan KH: Identifikasi kemungkinan
-lelah/lesu 1-3 dihrapkan penyebab hiperglikemia
menurun. Identifikasi situasi yang
-Rasa lapar 1-3 menyebab kebutuhan
diharapkanmembaik insulin meningkat.
-mulut kering 1-2 Monitor kadar glukosa
membaik darah jika perlu
-berkeringan 1-3 Monitor tanda dan gejala
membaik hiperglikemia
Kadar glukosa dalam Monitor intake dan output
urin 1-2 menurun cairan
Monitor keton urin, kadar
analisa gas darah,
elektrolit, tekanan darah
ortosstatik dan frekuensi.
-teraupetik
Berikan asupan cairan oral
Konsultasi dengan medis
jika tanda dan gejala
hiperglikemia tetap ada
tau memburuk
-edukasi
Anjurkan hinndari
olahraga apabila kadar
glukosa lebi dari 250

27
mg/dl
Anjurkan keptuhan
terhadap diet dan olah
raga
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
insulin
Kolaborasi pemberian
cairan IV jika prlu
Kolaborasi pemberian
kalium, jika perlu.

3.4 Terapi komplementer DM pada ibu hamil

Pengelolaan DM merupakan hal yang paling penting mengingat penyakit ini


diderita seumur hidup. Oleh karena itu, upaya untuk mencegah dan memperlambat
terjadinya komplikasi perlu dilakukan, yaitu melalui upaya pengendalian kadar gula

28
darah. Perawatan berkelanjutan serta penanganan mandiri bagi penderita diabetes
merupakan hal yang penting. Upaya peningkatan pengetahuan penderita tentang
penyakit dan perbaikan perilaku dikembangkan untuk mendukung perbaikan kualitas
hidup penderita. Penanganan konservatif DM adalah adanya pendidikan kesehatan,
perencanaan makan, latihan jasmani, intervensi farmakologi/pengobatan dan monitor
kadar gula darah. Kelima hal tersebut merupakan satu kesatuan penanganan klien
dengan DM. Pengendalian diabetes melitus melalui peran maupun kolaborasi tim,
mempunyai tujuan untuk menurunkan insiden, mencegah resiko penyakit dan
komplikasi lainnya, serta mempertahankan kadar gula darah dalam rentang normal
bagi klien diabetes melitus. Pengendalian ini dengan menggunakan terapi farmakologi
dan non farmakologi.

Pengendalian kadar gula darah pada pasien diabetes melitus (DM) tipe II
merupakan komponen penting dalam pengendalian komplikasi. Pengendalian kadar gula
darah dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu self management dan terapi
komplemeter (terapi akupresur). Lalu dapat di tangani juga dengan melakukan senam
aerobic, jalan santai, berolah raga yang bertujuan untuk mencegah nya terjadinya
gestatisional diabetes militus. Senam hamil merupakan salah satu pelayanan prenatal
alternative yang dapat dilakukan pada ibu hamil. Selain itu terdapat penelitian yang
menunjukan bahwa olahrag yang seperti senam selama kehamilan dapat menurun kadar
glukosa pada wanita dengan DMG, dan menunjukan penurunan berat badan secara
keseluruhan (1-2 kg) pada wnita dengan berat badan normal, kelebihan berat badan, dan
obesitas.

BAB IV

PENUTUP

29
4.1 Kesimpulan
DM yang terjadi dan diketahuinya saat hamil, maka ini dinamakan dengan DM
gestasional, sedangkan bila DM telah diketahui sebelum hamil, maka dinamakan DM pregestasi.
DM yang terjadi pada ibu hamil dan diketahui saat hamil kemudian akan pulih kembali 6 minggu
pasca persalinan, maka ini dinamakan DM gestasional, namun apabila setelah 6 minggu
persalinan DM belum juga sembuh, maka ini bukannya diabetes Gestasional, tetapi DM.
DM gstasional perlu penanganan yang serius, karena dapat mempengaruhi perkembangan
janin, dan dapat mengancam kehidupan janin kedepannya. sehingga perlu diberikan asuhan
keperawatan secara professional terhadap ibu hamil dengan DM,  supaya tidak lagi terjadi
berbagai komplikasi-komplikasi yang tidak diinginkan.

4.2 Saran
Penulis berharap dengan makalah ini, semoga mahasiswa dapat mengerti bagaimana
asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan DM, dan paham bagaimana patofiologi yang terjadi
pada ibu hamil yang mengalami DM. sehingga bisa berpikir kritis dalam melakukan tindakan
keperawatan.

DAFTAR PUSTAKA

Helen farer (2001). Buku perawatan maternitas esdisi dua jilid 1: EGC, 1999. Hal 103

30
Buku care your self diabetes mellitus

Prof. dr. Ida Bagus Gde Manuaba, Sp.OG (2004). Buku kepaniteraan klinik obstetric
&ginekologi edisi dua hal 83: EGC, 2003

Fatimah, S., & Indrawati, F. (2018). Higeia Journal of Public Health. Higeia Journal of Public
Health Research and Development, 1(3), 84–94.
Kadar, P., Darah, G., & Mellitus, D. (2015). Musiana *, Titi Astuti *, Ratna Dewi *. XI(2), 224–
232.
Muhtar, A. (2018). Hubungan Diabetes Gestasional Pada Ibu Hamil Sitti Khadijah I
Muhammadiyah. Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis, 12(5), 487–490.
Rahayu, A. (2016). Efek Diabetes Melitus Gestasional terhadap Kelahiran Bayi Makrosomia
Effect of Gestational Diabetes Mellitus toMacrosomia Birth Baby. Majority, 5, 17–22.
Rahmawati, F., Natosba, J., Studi, P., Keperawatan, I., Kedokteran, F., & Sriwijaya, U. (2016).
SKRINING DIABETES MELLITUS GESTASIONALDAN FAKTOR RISIKO E-. 3(2355),
33–43.
Setiawan, H., Fratidhina, Y., & Ali, M. (2014). Hubungan ibu hamil pengidap diabetes mellitus
dengan kelahirkan bayi makrosomia di rsab harapan kita jakarta. Jurnal Ilmu Dan
Teknologi Kesehatan, 1(2), 101–105.
Tito Putri, M. D. M., Wahjudi, P., & Prasetyowati, I. (2018). Gambaran Kondisi Ibu Hamil
dengan Diabetes Mellitus di RSD dr. Soebandi Jember Tahun 2013-2017 (Description of
Pregnant Women Condition with Diabetes Mellitus in RSD dr. Soebandi Jember on 2013-
2017). Pustaka Kesehatan, 6(1), 46. https://doi.org/10.19184/pk.v6i1.6766
Кокс, Д. (2013). faktor risiko kejadian prediabetes/diabetes melitus gestasional di RISIA siti
khadijah I kota maksar. The Russian Union Catalog of Scientific Literature (Russian), 1–6.
https://doi.org/10.13841/j.cnki.jxsj.2013.01.021

31

Anda mungkin juga menyukai