Anda di halaman 1dari 12

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1  Latar belakang

Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan


pada praktik keperawatan, yang diberikan kepada pasien pada berbagai
tatanan pelayanan kesehatan dengan menggunakan proses keperawatan,
berpedoman pada standar asuhan keperawatan dalam lingkup wewenang
serta tanggung  jawab       keperawatan (Hartianah.Z, 1997), dalam
menjalankan asuhan keperawatan, Perawat selalu mengadakan hubungan
dengan  pasien (Robert Priharjo,1995). Disisi lain peningkatan hubungan
antara perawat dengan pasien dapat dilakukan melalui penerapan proses
keperawatan (Nursalam, 2001).

 Dasar hubungan perawat, dokter, dan pasien  merupakan mutual


humanity  dan pada hakekatnya hubungan yang saling ketergantungan
dalam mewujudkan harapan pasien terhadap keputusan tindakan asuhan
keperawatan .

Untuk memulai memahami hubungan secara manusiawi pada


pasien, perawat sebagai pelaksana asuhan keperawatan harus memahami
bahwa penyebab bertambahnya kebutuhan manusiawi secara universal
menimbulkan kebutuhan baru, dan membuat seseorang (pasien) yang
rentan untuk menyalahgunakan.

Dengan demikian  bagaimanapun hakekat hubungan tersebut adalah


bersifat dinamis, dimana pada waktu tertentu hubungan tersebut dapat
memperlihatkan karakteristik dari  salah satu atau semua pada jenis
hubungan, dan perawat harus mengetahui bahwa pasien  yang
berbeda  akan memperlihatkan reaksi- reaksi yang berbeda terhadap
ancaman suatu penyakit yang telah dialami, dan dapat mengancam
humanitas pasien.

Oleh sebab itu sebagai perawat professional, harus dapat


mengidentifikasi komponen- konponen yang berpengaruh terhadap
seseorang dalam membuat keputusan etik. Faktor-faktor tersebut adalah :
faktor agama, sosial, pendidikan, ekonomi, pekerjaan/posisi pasien
termasuk perawat, dokter dan hak-hak pasien, yang dapat mengakibatkan
pasien perlu mendapat bantuan perawat dan dokter dalan ruang lingkup
pelayanan kesehatan. Disamping harus menentukan bagaimana keadaan
tersebut dapat mengganggu humanitas pasien sehubungan dengan
integritas pasien sebagai manusia yang holistic.

1.2  Tujuan Penulisan

Setelah penulisan makalah ini diharapkan mahasiswa dapat :

1)      Memahami etika hubungan tim keperawatan.

2)      Memahami hubungan perawat - pasien – dokter.

3)      Memahami hubungan perawat – pasien dalam konteks etik.

4)      Penerapan  hubungan antara perawat – pasien, perawat dan perawat,


perawat – profesi lain dan perawatan dengan masyarakat.
BAB 2

Pembahasan

            Dalam memberikan tindakan asuhan keperawatan kepada


pasien  berdasarkan rencana  yang telah ditetapkan, perawat secara
kolaboratif terlibat pula dalam program tim kesehatan lain. Perawat dituntut
mampu berkomunikasi dan mengambil keputusan  etis dengan sesama
profesi, pasien, dan tim kesehatan lain khususnya dokter.

2.1   Etika hubungan tim keperawatan

 dari semua individu yang terlibat dalam pemberian asuhan keperawatan


kepada pasien. Komposisi anggota tim keperawatan bervariasi, tergantung
pada tenaga keperawatan yang ada, sensus pasien, jenis unit
keperawatan, dan program pendidikan keperawatan yang
berafiliasi/kerjasama Faktor-faktor tim keperawatan yang diarahkan
terhadap kualitas
asuhan keperawatan . Dalam kerjasama dengan sesama tim, semua
perawat harus berprinsip dan ingat bahwa fokus dan semua upaya yang
dilakukan adalah mengutamakan kepentingan pasien serta kualitas asuhan
keperawatan dan semua perawat harus mampu mengadakan komunikasi
secara efektif. Latar belakang pendidikan, jenis pekerjaan maupun
kemampuan bervariasi, maka dalam pemberian tugas asuhan
keperawatan, perawatan dibagi dalam berbagai kategori, misalnya perawat
pelaksana, kepala bangsal, kepala unit perawat, kepala seksi perawatan
(supervisor), dan kepala bidang keperawatan (direktor president of
nursing). Dalam memberikan asuhan keperawatan, setiap anggota harus
mampu mengkomunikasikan dengan perawat anggota lain, dimana
permasalahan etis dapat didiskusikan dengan sesama perawat atau
atasannya.

2.2  Perawat, pasien, dan dokter

Perawat, pasien, dan dokter adalah tiga unsur manusia yang saling
berhubungan selama mereka terkait dalam hubungan timbal balik
pelayanan kesehatan. Hubungan perawat dengan dokter telah terjalin
seiring perkembangan kedua kedua profesi ini, tidak terlepas dari sejarah,
sifat ilmu/ pendidikan, latar belakang personal dan lain- lain.

Kedokteran dan keperawatan, walaupun kedua disiplin ilmu ini sama-


sama berfokus pada manusia, mempunyai beberapa
perbedaan. Kedokteran lebih bersifat paternal, yang mencermin figur
seorang bapak, pemimpin dan pembuat keputusan (judgent). Sedangkan
keperawatan lebih bersifat mothernalistik, yang mencerminkan figure
seorang ibu (mother insthink) dalam memberikan asuhan keperawatan,
kasih sayang, dan bantuan (helping relationship).

Berbagai model hubungan antara perawat, dokter dan pasien telah


dikembangkan, berikut ini model hubungan perawat, dokter, dan pasien
yang dikembangkan oleh: Szasz dan Hollander mengembangkan tiga
model hubungan dokter, perawat, dimana model ini terjadi pada semua
hubungan antar manusia, termasuk hubungan antar perawat dan dokter.
Model mereka kembangkan meliputi :

              

2.2.1        Model aktivitas- pasivitas

Suatu model dimana perawat dan dokter berperan aktif dan pasien
berperan pasif. Model ini tepat untuk bayi, pasien koma, pasien dibius, dan
pasien dalam keadaan darurat. Dokter  berada pada posisi
mengatur  semuanya, merasa mempunyai kekuasaan, dan identitas pasien
kurang diperhatikan. Model ini bersifat otoriter dan paternalistic.

2.2.2        Model hubungan membantu

              Merupakan dasar  untuk sebagian besar dari praktik keperawatan


atau praktik kedokteran. Model ini terdiri dari pasien yang mempunyai
gejala mencari bantuan dan perawat atau dokter yang mempunyai
pengetahuan terkait dengan kebutuhan pasien. Perawat dan dokter
memberi bantuan dalam bentuk perlakuan/ perawatan atau pengobatan.
Timbal baliknya pasien diharapkan bekerja sama dengan mentaati anjuran
perawat atau dokter. Dalam model ini, perawat dan dokter mengetahui apa
yang terbaik bagi pasien, memegang apa yang diminati pasien dan bebas
dari prioritas yang lain. Model ini bersifat paternalistik walau sedikit lebih
rendah.

2.2.3        Model partisipasi mutual

Model ini berdasarkan pada anggapan bahwa hak yang sama atau
kesejahteraan antara umat manusia merupakan nilai yang tinggi, model ini
mencerminkan asumsi dasar dari proses demokrasi. Interaksi, menurut
model ini, menyebutkan  kekuasaan  yang sama, saling membutuhkan, dan
aktivitas yang dilakukan akan memberikan kepuasan kedua pihak. 

Model ini mempunyai ciri bahwa setiap pasien mempunyai


kemampuan untuk menolong dirinya sendiri yang merupakan aspek
penting  pada layanan kesehatan saat ini. Peran dokter dalama model ini
adalah membantu pasien menolong dirinya sendiri.

Dari perspektif keperawatan, model partisipasi mutual ini penting


untuk mengenal dari pasien dan kemampuan diri pasien. Model ini
menjelaskan bahwa manusia mempunyai kemampuan untuk tumbuh dan
berkembang. Keperawatan bersifat menghargai martabat individu yang
unik, berbeda satu sama lain dan membantu kemampuan dalam
menentukan dan mengatur diri sendiri ( Bandman and Bandman,1999.
dikutip dari American Nurses Assocication, Nursing: Asocial Policy. Kansas
City. MO: 1980. hal:6 ).  

2.3 Hubungan  perawat dan  pasien  dalam  konteks  etis

  Seorang pasien dalam situasi menjadi pasien mempunyai tujuan


tertentu. Seorang perawat dalam memberikan asuhan keperawatan juga
mempunyai tujuan tertentu. Kondisi yang dihadapi pasien merupakan
penentu peran perawat terhadap pasien ( Husted dan Husted, 1990 ).

Untuk menjelaskan peran perawat secara umum dapat digunakan


kerangka yang mengacu pada pandangan dasar Helldegard .E  Pepley,
tentang hubungan perawat dan pasien dalam asuhan keperawatan,
merupakan rasa percaya, pengukuran pemecahan masalah (Problem
Solving ), dan kolaborasi.

Dalam konteks hubungan perawat dan pasien, perawat dapat


berperan Sebagai konselor pada saat pasien mengungkapkan kejadian
dan perasaan tentang penyakitnya. Perawat juga dapat berperan sebagai
pengganti orang tua (terutama pada pasien anak), saudara kandung, atau
teman bagi pasien dalam ungkapan perasaan-perasaannya.

2.1    Penerapan hubungan antara perawat dan pasien, perawat dan


perawat, perawat dan profesi lain, dan perawat dengan
masyarakat        
Bentuk-bentuk penerapan, Dalam konteks hubungan perawat dan pasien,
perawat dapat berperan Sebagai konselor pada saat pasien
mengungkapkan kejadian dan perasaan tentang penyakitnya. Perawat juga
dapat berperan sebagai pengganti orang tua (terutama pada pasien anak),
saudara kandung, atau teman bagi pasien dalam ungkapan perasaan-
perasaannya.

Perawat dan perawat memiliki etika khusus mengatur tanggung jawab


moral perawat yang disusun oleh  organisasi perawat itu
sendiri. berdasarkan suatu sumber yang ada dilingkungan baik
lingkungan   kesehatan, lingkungan konsumen dan lingkungan Komunitas
Keperawatan. Contoh penerapannya yaitu :

1 Tritmen pada pasien yang menghadapi ajal :


- Pemberian O2 -> diteruskan / di stop.
- Program pengobatan diteruskan / tidak
- Suport terapi ( RJP ) sampai kapan.
- dalam kondisi MBO.

2. Mengijinkan unsur mengakhiri penderitaan dan hidup pasien dengan


sengaja atas permintaan pasien sendiri,pembatasan perilaku, dan
infomrmed consent.
- Pasien teriminal
- Status vegetatif
- pasien HIV /AID
- pasien mendapat terapi diet
- pasien menghadapi tindakan medik
-operasi, pemakaian obat yangharganya mahal dll.
3 Bioetika :
- aborsi, pembatasan kelahiran,sterilisasi, bayi tabung, tranplantasi organ
dll.

4 Pengungkapan kebenaran dan kerahasiaan dalam bidang kedokteran.


- permintaan informasi data pasien,
- Catatan medik,
- Pembicaraan kasus pasien.

penerapan hubungan antara perawat dan profesi lain yang memiliki bidang
kesehatan yang saling berketergantungan satu sama lain misalnya
seorang dokter pasti membutuhkan, perawat, apoteker dan lain-lain , yang
saling berkaitan satu sama lain.
Selain penerapan-penerapan dengan perawat dan profesi lain, perawat
juga harus menerapkan hubungan antara perawat dan
masyarakat  Perawat mengemban tugas tanggung jawab bersama
masyarakat untuk memprakarsai dan medukung berbagai kegiatan dalam
memenuhi kebutuhan kesehatan masyarakat.dan tetap menghargai privasi
yang ada dalam masyarakat berupa Privasi pasien. Menghargai harkat
martabat pasien,Sopan santun dalam pergaulan,saling menghormati,
saling membantu, peduli terhadap lingkung
BAB 3

PEMBAHASAN

Fokus utama dari perhatian etis dalam keputusan tindakan asuhan


keperawatan seharusnya adalah kesejahteraan individu, dan walaupun
pasien mempunyai peran integral dan bahan peran sentral dalam
pengambilan keputusan, maka pasien tidak lagi mempunyai hak untuk
memaksa perawat, sebagai pelaksana asuhan keperawatan.

Bila perbedaan antara perawat dan pasien tidak dapat di selesaikan,


maka pelaksana asuhan keperawatan harus menarik diri dari pelaksana
asuhan keperawatan dan merujuknya kepada seseorang yang sistim
valuenya sesuai dengan keinginan pasien. Dan bila tidak ada juga, pasien
mungkin harus mempertimbangkan kembali keputusannya atau dapat
menarik diri dari asuhan keperawatan

        Berdasarkan peran dan fungsi perawat, perawat menerima tugas


secara pribadi untum memenuhi kabutuhan asuhan keperawatan dari
pasien. Bagaimanapun perawat tidak mempunyai kewajiban khusus untuk
mencoba mengisi semua (atau beberapa) keinginan asuhan keperawatan
dari individu, meskipun perawat dapat melakukannnya tetapi tidak ada
kewajiban moral secara khusus untuk melakukannya.

Terlebih lagi perawat sebagai pelaksana asuhan keperawatan, tidak


mempunyai kewajiban untuk memenuhi kebutuhan pasien yang diluar
bidang keahliannya, dan mempunyai hak untuk mengakhiri tindakan
asuhan keperawatan yang diluar batas kemampuannya.

Oleh sebab itu, hubungan parawat dan pasien sebenarnya


merupakan keputusan– keputusan yang dibuat berdasarkan kesepakatan
bersama sebagai pencerminan suatu penghargaan terhadap value dari
kedua belah pihak. Disamping itu dalam memberikan asuhan keperawatan
kepada pasien , perawat juga mempunyai hubungan dengan dokter dalam
peran dependen (tergantung) mengingat dalam melaksanakan  asuhan
keperawatan didalamnya terdapat program kesehatan  dimana
pertanggung jawaban dipegang oleh dokter, disamping peran  kolaborasi
(interdependen) yang dilaksanakan dalam mengatasi permasalahan
secarateam work dengan tim kesehatan lain.

            Untuk membuat keputusan terdapat permasalahan etika


keperawatan secara tepat, maka perawat perlu mengetahui dan
memahami konsep dasar etika keperawatan. Berbagai permasalahan etika
dapat terjadi dalam tatannan tindakan asuhan keperawatan, dimana terjadi
intervensi antara pasien dengan perawat. Permasalahan bisa menyangkut
penentuan antara mempertahankan hidup dengan kebebasan dalam
menentukan kamatian.

Upaya menjaga keselamatan pasien yang bertentangan dengan berbagai


sector lain, dan penerapan asuhan keperawatan yang tidak ilmiah dalam
mengatasi permasalahan kesehatan pasien. Dalam membuat keputusan
terhadap dua masalah yang dihadapi, perawat dituntut untuk dapat
mengambil keputusan yang menguntungkan pasien dan dirinya, yang tidak
bertentangan dengan nilai-nilai yang diyakini oleh pas
BAB 4

PENUTUP

Berdasarkan   uraian pada  latar belakang  dan analisa dari studi


perpustakaan diatas, maka penyusun dapat mengambil kesimpulan dan
saran- saran, sebagai berikut:

4.1   Kesimpulan

Pada  dasaranya hubungan antara perawat dan pasien berdasarkan


pada sifat alamiah perawat dan pasien. Dalam interaksi perawat dan
pasien, peran yang dimiliki masing–masing membentuk suatu kesepakatan
atau persetujuan dimana pasien pempunyai peran dan hak sebagai pasien
dan perawat dapat melaksanakan asuhan keparawatan mempunyai peran
dan hak sebagai perawat.

       Dalam konteks hubungan perawat dan pasien, maka


setiap hubungan harus didahului dengan kontrak dan kesepakatan
bersama, dimana pasien mempunyai peran sebagai pasien dan perawat
sebagai pelaksana asuhan keperawatan. Kesepakatan ini menjadi
pramater bagi perawat dalam menentukan setiap tindakan etis
4.2  Saran
            Untuk memulai memahami hubungan manusiawi dalam kontek
profesional seseorang harus mengerti bahwa penyebab bertambahnya
kebutuhan manusiawi secara universal menimbulkan kebutuhan baru, dan
membuat seseorang yang rutin untuk menyalahgunakan.

            Oleh karena itu sebagai perawat harus dapat mengidentifikasi


kerusakan fisiologis yang spesifik yang disebabkan oleh gejala-gejala
penyakit atau kelainan lain, tetapi juga harus menemukan bagaimana
keadaan tersebut dapat mengganggu humanitas pasien sehubungan
dengan integritas pasien sebagai manusia.

Dengan mengetahui bahwa pasien yang berbeda akan


memperlihatkan reaksi- reaksi yang berbeda terhadap ancaman penyakit
yang telah dialami dan dapat mengancam humanitas pasien, maka
perawat harus melakukan pengidentifikasian respon-respon manusia
terhadap ancaman-ancaman tersebut.

Anda mungkin juga menyukai