Anda di halaman 1dari 13

TUGAS

Perawatan Luka Akut dan Kronik

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas


Mata Kuliah : Keperawatan Luka
Dosen Pengampu : Risma D Manurung S.Kep Ns M.Biomed ,CWCCA

Kelompok 2:
1.Antoni
2.Bertari Simamora
3.Evelyn Aulia Simamora
4.Mahanta Julio Sinukaban
5.Mian Sianipar
6.Nurul Fadhilah Harahap
7.Tia Ramadani

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN


JURUSAN D-IV KEPERAWATAN
TAHUN 2020
Kata Pengantar
Puji Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat
dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ Perawatan luka akut
dan kronik ”.
Makalah ini dibuat dan diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan
luka dalam Keperawatan. Selain itu, tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk
memberikan pengetahuan kepada pembaca.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna karena adanya
keterbatasan ilmu dan pengalaman yang dimiliki. Oleh karena itu, semua kritik dan saran
yang bersifat membangun akan kami terima dengan senang hati. Kami berharap, semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan.
Daftar Isi
Kata Pengantar......................................................................................................................i
Daftar Isi..............................................................................................................................ii
BAB I : PENDAHULUAN..................................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................1
1.3 Tujuan.............................................................................................................1

BAB II : PEMBAHASAN...................................................................................................2
2.1 Pengertian luka...............................................................................................2
2.2 Penyebab luka.................................................................................................2
2.3 Klasifikasi luka...............................................................................................2
2.4 Fase penyembuhan luka..................................................................................5
2.5 Implementasi...................................................................................................7

BAB II : PENUTUP.............................................................................................................9
3.1 Simpulan.........................................................................................................9
3.2 Saran...............................................................................................................9

Daftar Pustaka....................................................................................................................10
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Luka merupakan rusak atau hilangnya sebagian dari jaringan tubuh. Penyebab
keadaan ini dapat terjadi karena adanya trauma benda tajam atau tumpul, perubahan
suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik maupun gigitan hewan (Pusponegoro, 2005).
Adapun klasifikasi luka berdasarkan penyebab dasar dari luka adalah luka terbuka dan
tertutup. Jenis luka yang dikategorikan sebagai luka terbuka yaitu luka insisi, luka
laserasi, abrasi atau luka dangkal, luka tusuk, luka penetrasi, dan luka tembak (Nagori
and Solanki, 2011).
Luka dapat dibagi menjadi 2, yaitu luka akut dan kronik. Luka dikatakan akut apabila
penyembuhan luka terjadi antara 2-3 minggu, sedangkan luka kronis adalah luka yang
tidak ada tanda-tanda untuk sembuh dalam jangka waktu lebih dari 4-6 minggu. Luka
insisi bisa dikategorikan luka akut jika proses penyembuhan berlangsung sesuai dengan
kaidah penyembuhan normal tetapi bisa juga dikatakan luka kronis jika mengalami
keterlambatan penyembuhan (delayed healing) atau menunjukkan tanda-tanda infeksi
(Agustina, 2009).
Proses penyembuhan luka pada umumnya terdiri dari 3 fase yaitu fase inflamasi, fase
proliferasi, dan fase maturasi (remodelling) (Nagori and Solanki, 2011). Pada fase
inflamasi, terjadi hemostasis dimana pembuluh darah yang terputus pada luka akan
dihentikan dengan terjadinya reaksi vasokonstriksi untuk memulihkan aliran darah serta
inflamasi untuk membuang jaringan rusak dan mencegah infeksi yang disebabkan oleh
bakteri. Pada fase intermediate, terjadi proliferasi sel mesenkim, epitelisasi dan
angiogenesis. Selain itu, terjadi kontraksi luka dan sintesis kolagen. 2 Sedangkan untuk
fase akhir, terjadi pembentukan luka/remodeling (Lawrence, 2002).

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa itu luka?
b. Apa saja klasifikasi luka?
c. Bagaimana fase penyembuhan luka dan jenis balutannya?

1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui apa itu luka
b. Untuk mengetahui klasifikasi luka
c. Untuk mengetahui cara penyembuhan dan jenis balutan luka
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Luka
Luka didefinisikan sebagai suatu kerusakan integritas epithel dari kulit atau
terputusnya kesatuan struktur anatomi normal dari suatu jaringan akibat suatu
trauma. Definisi lain menyebutkan luka sebagai hilang atau rusaknya sebagian
jaringan tubuh.

2.2 Penyebab Luka


Luka dapat disebabkan oleh trauma tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat
kimia, ledakan, sengatan listrik dan animal bite.

2.3 Klasifikasi luka

Ada beberapa cara untuk membuat klasifikasi luka. Namun yang umum luka
dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Berdasarkan sifat luka yaitu :
a. Aberasi
Aberasi adalah luka dimana lapisan terluar dari kulit tergores. Luka tersebut akan
sangat nyeri dan mempunyai resiko tinggi terhadap infeksi, karena benda asing dapat
masuk ke lapisan kulit yang lebih dalam dan dalam jaringan subkutan.
Perdarahan biasanya sedikit.
b. Punktur (Luka Tusuk)
Luka tusuk merupakan cedera penetrasi. Penyebabnya berkisar dari paku sampai
pisau atau peluru. Walaupun perdarahan nyata seringkali sedikit, kerusakan jaringan
internal dan perdarahan dapat sangat meluas dan mempunyai resiko tinggi terhadap
infeksi sehubungan adanya benda asing pada tubuh
c.  Avulsi
Avulsi terjadi sebagai akibat jaringan tubuh tersobek. Avulsi seringkali dihubungkan
dengan perdarahan yang hebat. Kulit kepala dapat tersobek dari tengkorak pada
cedera degloving. Cedera dramatis seringkali dapat diperbaiki dengan scar-scar kecil.
Apabila semua bagian tubuh seperti telinga, jari tangan tangan, jari kaki, mengalaqmi
sobekan maka pasien harus dikirim ke rumah sakit dengan segera untuk
memungkinkan perbaikan (penyambungan kembali).
d. Insisi (Luka sayatan)
Insisi adalah terpotong dengan kedalaman yang bervariasi. Hal ini seringkali
menimbulkan perdarahan hebat dan kemungkinan bisa terdapat kerusakan pada
struktur dibawahnya sedemikian rupa, seperti saraf, otot atau tendon. Luka-
luka ini harus dilindungi utuk menghambat terjadinya infeksi, bersamaan dengan
pengontrolan perdarahan.
e. Laserasi
Laserasi adalah luka bergerigi yang tidak teratur. Seringkali meliputi kerusakan
jaringan yang berat. Luka-luka ini seringkali menyebabkan perdarahan yang serius
dan kemudian pasien akan mengalami syok hipovolemik. Penolong pertama harus
mempertimbangkan kondisi luka yang terjadi sepeti  perlukaan itu dapat merupakan
akibat cedera oleh dirinya sendiri.
f. Dekubitus
Ulkus Dekubitus (Luka akibat penekanan, Ulkus kulit, Bedsores) adalah kerusakan
kulit yang terjadi akibat kekurangan aliran darah dan iritasi pada kulit yang menutupi
tulang yang menonjol, dimana kulit tersebut mendapatkan tekanan dari tempat tidur, kursi
roda, gips, pembidaian atau benda keras lainnya dalam jangka panjang.

2. Berdasarkan terjadinya mekanisme luka


a. Luka insisi (Incised wounds), terjadi karena teriris oleh instrumen yang tajam.
Misal yang terjadi akibat pembedahan. Luka bersih (aseptik) biasanya tertutup
oleh sutura seterah seluruh pembuluh darah yang luka diikat (Ligasi).
b. Luka memar (Contusion Wound), terjadi akibat benturan oleh suatu tekanan dan
dikarakteristikkan oleh cedera pada jaringan lunak, perdarahan dan bengkak.
c. Luka lecet (Abraded Wound), terjadi akibat kulit bergesekan dengan benda lain
yang biasanya dengan benda yang tidak tajam.
d. Luka tusuk (Punctured Wound), terjadi akibat adanya benda, seperti peluru atau
pisau yang masuk kedalam kulit dengan diameter yang kecil.
e. Luka gores (Lacerated Wound), terjadi akibat benda yang tajam seperti oleh kaca
atau oleh kawat.
f. Luka tembus (Penetrating Wound), yaitu luka yang menembus organ tubuh
biasanya pada bagian awal luka masuk diameternya kecil tetapi pada bagian ujung
biasanya lukanya akan melebar.
g. Luka Bakar (Combustio) adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus
listrik, bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang
lebih dalam.

3. Berdasarkan proses penyembuhan, dapat dikategorikan menjadi :


a. Healing by primary intention
Tepi luka bisa menyatu kembali, permukan bersih, biasanya terjadi karena suatu
insisi, tidak ada jaringan yang hilang. Penyembuhan luka berlangsung dari bagian
internal ke ekseternal.
b. Healing by secondary intention
Terdapat sebagian jaringan yang hilang, proses penyembuhan akan berlangsung
mulai dari pembentukan jaringan granulasi pada dasar luka dan sekitarnya.
c. Delayed primary healing (tertiary healing)
Penyembuhan luka berlangsung lambat, biasanya sering disertai dengan infeksi,
diperlukan penutupan luka secara manual.

4. Berdasarkan usia luka ( Wound Age ) atau lama penyembuhan bisa dibedakan
menjadi dua yaitu:
a. Luka Akut
Luka dikatakan akut jika penyembuhan yang terjadi dalam jangka waktu 2-3
minggu atau luka dengan masa penyembuhan sesuai dengan konsep penyembuhan
yang telah disepakati atau diharapkan. Luka akut biasanya terjadi pada individu
yang normal, sehat dan dapat dilakukan penutupan luka secara primer atau
dibiarkan menyembuh secara sekunder. Sebagian besar luka yang terjadi akibat
trauma pada organ atau jaringan dapat dikatagorikan sebagai luka akut.
Menurut Cohen,dkk luka akut akan mencapai penyembuhan normal melalui
proses
penyembuhan yang diharapkan dalam waktu tertentu untuk mencapai pemulihan
integritas anatomi dan fungsi. luka disebut akut bila luka tersebut baru atau
mencapai kemajuan penyembuhan luka sesuai yang diharapkan.
b. Luka Kronik 
Luka kronis adalah segala jenis luka yang tidak tanda-tanda untuk sembuh
dalam jangka lebih dari 4-6 minggu. luka kronik adalah luka yang tidak sembuh
dalam waktu yang diharapkan. Hal yang penting adalah pada luka kronik proses
penyembuhan melambat atau berhenti dan luka tidak bertambah kecil atau tidak
bertambah dangkal. Meskipun dasar luka tampak merah, lembab dan sehat tetapi
bila proses penyembuhan luka tidak mengalami kemajuan maka dikatagorikan
sebagai luka kronik.
Pada luka kronik terjadi kegagalan untuk mencapai penyembuhan yang
diharapkan dalam waktu tertentu untuk menghasilkan pemulihan integritas
anatomi dan fungsi. Penyembuhan luka kronik biasanya berkepanjangan dan tidak
lengkap.
Luka kronik terjadi karena kegagalan proses penyembuhan luka akibat ada
kondisi patologis yang mendasarinya. Luka kronik tidak akan sembuh bila
penyebab yang mendasarinya tidak dikoreksi. Seringkali luka kronik mengalami
rekurensi. Diantara kondisi patologis tersebut adalah penyakit vaskuler, oedema,
diabetes melitus, malnutrisi dan tekanan (pressure). Torre menyebutkan penyebab
luka kronik diantaranya infeksi, hipoksia jaringan, trauma berulang, adanya
jaringan nekrotik/debris dan sebab sistemik seperti diabetes melitus, malnutrisi,
imunodefisiensi dan pemakaian obat-obatan tertentu.
Luka insisi bisa dikategorikan luka akut jika proses penyembuhan berlangsung
sesuai dengan kaidah penyembuhan normal tetapi bisa juga dikatakan luka kronis
jika mengalami keterlambatan penyembuhan (delayed healing) atau jika
menunjukkan tanda- tanda infeksi.

5. Berdasarkan kedalaman luka


a. Superficial, yakni hanya mengenai epidermis saja
b. Partial Thickness, mengenai epidermis dan sebagian dermis, dan
c. Full Thickness, yakni luka menembus kulit melampaui dermis dapat mencapai
lemak subkutan, fascia, otot bahkan tulang.

6. Berdasarkan warna luka


a. Merah (warna jaringan granulasi yang sehat)
b. Kuning ( warna lapisan fibrin melekat pada jaringan)
c. Hitam (warna jaringan nekrotik atau avaskuler diatas luka)

7. Berdasarkan waktu terjadinya luka


a. Luka Kontaminasi
Luka Kontaminasi yakni luka yang belum melewati batas waktu kontaminasi atau
golden periode ( kurang dari 6 jam ). Pembagian luka ini berdasarkan waktu
kontaminasi (golden periode) yaitu 6-8 jam.
b. Luka Infeksi
Luka Infeksi yakni luka yang sudah melewati batas waktu kontaminasi atau
golden periode ( lebih dari 6 jam ), dimana setelah waktu 6-8 jam setelah
terjadi luka maka bakteri yang ada telah mencapai koloni tertentu dan
mengadakan invasi ke dalam jaringan sekitar luka atau pembuluh darah. Pada
kondisi ini luka disebut sebagai luka infeksi.

8. Berdasarkan jenis luka operasi


Berdasarkan hubungan antara luka dengan beberapa faktor seperti situasi,
mekanisme luka, adanya kontaminasi atau infeksi pada saat operasi maka luka
operasi diklasifikasikan menjadi empat jenis, yakni : (5,6)

a. Tipe I, Luka Bersih, adalah luka operasi yang dibuat diatas kulit yang utuh
tanpa tanda infeksi atau peradangan. Luka jenis ini tidak membuka traktus
respiratorius, traktus urinarius, traktus gastrointestinal maupun traktus bilier.
Luka dibuat terencana dan penutupan luka dilakukan secara primer dan
tanpa pemakaian drain tertutup.
b. Tipe II, Luka Bersih Terkontaminasi, adalah luka operasi yang membuka
traktus respiratorius, traktus urinarius, traktus gastrointestinal dimana tanpa
adanya spillage atau tumpahan kontaminan. Khusus pada operasi traktus
bilier, appendiks, vagina dan orofaring pada saat dilakukan operasi tidak
ditemukan tanda infeksi.
c. Tipe III, Luka Terkontaminasi, adalah luka operasi yang dilakukan pada kulit
yang mengalami trauma terbuka yang masih baru, operasi dengan spillage dari
traktus gastrointestinal atau incisi pada lapangan operasi dengan inflamasi
akut dan non-purulen.
d. Tipe IV, Luka Terinfeksi, adalah luka operasi yang dilakukan pada kulit yang
mengalami trauma melewati waktu golden periode, serta ditemukan adanya
infeksi atau adanya perforasi pada organ viscera. Disini organisme penyebab
infeksi luka post-operatif sudah ada sebelum operasi.

2.4 Fase Penyembuhan Luka


Proses penyembuhan luka bersifat dinamis dengan tujuan akhir pemulihan fungsi dan
integritas jaringan. Dengan memahami biologi penyembuhan luka, kita dapat
mengoptimalkan lingkungan jaringan dimana luka berada.
Proses penyembuhan luka merupakan hasil akumulasi dari proses-proses yang
meliputi koagulasi, inflamasi, sintesis matriks dan substansi dasar, angiogenesis,
fibroplasias, epitelisasi, kontraksi dan remodeling. Tetapi secara garis besar proses
kompleks ini dibagi menjadi tiga fase penyembuhan luka : Fase inflamasi, fase
proloferasi dan fase maturasi.
a. Jenis-jenis balutan dan terapi alternative lainnya
1. Film Dressing
 Semi-permeable primary atau secondary dressings
 Clear polyurethane yang disertai perekat adhesive
 Conformable, anti robek atau tergores
 Tidak menyerap eksudat
 Indikasi : luka dgn epitelisasi, low exudate, luka insisi
 Kontraindikasi : luka terinfeksi, eksudat banyak 
 Contoh: Tegaderm, Op-site, Mefilm
2. Hydrocolloid
 Pectin, gelatin, carboxymethylcellulose dan elastomers
 Support autolysis untuk mengangkat jaringan nekrotik atau slough
 Occlusive –> hypoxic environment untuk mensupport angiogenesis
 Waterproof 
 Indikasi : luka dengan epitelisasi, eksudat minimal
 Kontraindikasi : luka yang terinfeksi atau luka grade III-IV
 Contoh: Duoderm extra thin, Hydrocoll, Comfeel
3. Alginate
 Terbuat dari rumput laut
 Membentuk gel diatas permukaan luka
 Mudah diangkat dan dibersihkan
 Bisa menyebabkan nyeri
 Membantu untuk mengangkat jaringan mati
 Tersedia dalam bentuk lembaran dan pita
 Indikasi : luka dengan eksudat sedang s.d berat
 Kontraindikasi : luka dengan jaringan nekrotik dan kering
 Contoh : Kaltostat, Sorbalgon, Sorbsan
4. Foam Dressings
 Polyurethane
 Non-adherent wound contact layer 
 Highly absorptive
 Semi-permeable
 Jenis bervariasi
 Adhesive dan non-adhesive
 Indikasi: eksudat sedang s.d berat
 Kontraindikasi : luka dengan eksudat minimal, jaringan nekrotik hitam
 Contoh : Cutinova, Lyofoam, Tielle, Allevyn, Versiva
5. Terapi alternatif 
 Zinc Oxide (ZnO cream)
 Madu (Honey)
 Sugar paste (gula)
 Larvae therapy/Maggot Therapy
 Vacuum Assisted Closure
 Hyperbaric Oxygen

2.5 Implementasi
a. Luka dengan eksudat & jaringan nekrotik (sloughy wound)
 Bertujuan untuk melunakkan dan mengangkat jaringan mati (slough tissue)
 Sel-sel mati terakumulasi dalam eksudat
 Untuk merangsang granulasi
 Mengkaji kedalaman luka dan jumlah eksudat
 Balutan yang dipakai antara lain: hydrogels, hydrocolloids, alginates dan
hydrofibre dressings
b. Luka Nekrotik 
 Bertujuan untuk melunakan dan mengangkat jaringan nekrotik (eschar)
 Berikan lingkungan yg kondusif u/autolisis
 Kaji kedalaman luka dan jumlah eksudat
 Hydrogels, hydrocolloid dressing
c. Luka terinfeksi
 Bertujuan untuk mengurangi eksudat, bau dan mempercepat penyembuhan luka
 Identifikasi tanda-tanda klinis dari infeksi pada luka
 Wound culture – systemic antibiotics
 Kontrol eksudat dan bau
 Ganti balutan tiap hari
 Hydrogel, hydrofibre, alginate, metronidazole gel (0,75%), carbon dressings,
silver dressings
d. Luka Granulasi
 Bertujuan untuk meningkatkan proses granulasi, melindungi jaringan yang baru,
 jaga kelembaban luka
 Kaji kedalaman luka dan jumlah eksudat
 Moist wound surface – non-adherent dressing
 Treatment overgranulasi
 Hydrocolloids, foams, alginates
e. Luka epitelisasi
 Bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang kondusif untuk “re-surfacing”
 Transparent films, hydrocolloids
 Balutan tidak terlalu sering diganti
f. Balutan kombinasi
 Untuk hidrasi luka : hydrogel + film atau hanya hydrocolloid
 Untuk debridement (deslough) : hydrogel + film/foam atau hanya hydrocolloid
atau alginate + film/foam atau hydrofibre + film/foam
 Untuk memanage eksudat sedang s.d berat : extra absorbent foam atau extra
absorbent alginate + foam atau hydrofibre + foam atau cavity filler plus foam.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Luka merupakan rusak atau hilangnya sebagian dari jaringan tubuh. Penyebab
keadaan ini dapat terjadi karena adanya trauma benda tajam atau tumpul, perubahan
suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik maupun gigitan hewan (Pusponegoro, 2005).
Adapun klasifikasi luka berdasarkan penyebab dasar dari luka adalah luka terbuka dan
tertutup. Jenis luka yang dikategorikan sebagai luka terbuka yaitu luka insisi, luka
laserasi, abrasi atau luka dangkal, luka tusuk, luka penetrasi, dan luka tembak (Nagori
and Solanki, 2011).
Luka dapat dibagi menjadi 2, yaitu luka akut dan kronik. Luka dikatakan akut apabila
penyembuhan luka terjadi antara 2-3 minggu, sedangkan luka kronis adalah luka yang
tidak ada tanda-tanda untuk sembuh dalam jangka waktu lebih dari 4-6 minggu. Luka
insisi bisa dikategorikan luka akut jika proses penyembuhan berlangsung sesuai dengan
kaidah penyembuhan normal tetapi bisa juga dikatakan luka kronis jika mengalami
keterlambatan penyembuhan (delayed healing) atau menunjukkan tanda-tanda infeksi
(Agustina, 2009).
3.4 Saran
Sebaiknya dalam perawatan luka dilakukan dengan cara yang benar sesuai dengan
prosedur. Peralatan yang steril dan kemampuan yang bisa dipertanggungjawabkan.
Agar luka tidak bertambah parah dan cepat disembuhkan. Untuk pemerintah daerah
sebaiknya mengadakan sosialisasi kepada masyarakat awam tentang pentingnya
merawat luka agar meminimalisasi terjadinya penularan penyakit yang disebabkan
oleh luka yang tidak dirawat dengan baik
Daftar Pustaka
Rizmadewi, Hana. (2010).Manajemen Perawatan Luka Modern.
 http://blogs.unpad.ac.id/hana/uncategorized/manajemen-perawatan-luka-modern.html/

Anda mungkin juga menyukai