Anda di halaman 1dari 18

REFERAT

ILMU PENYAKIT MATA

HORDEOLUM

Pembimbing:
dr. Yulia Fitriani, Sp.M

Disusun oleh:
Firman Pranoto
G4A016002

SMF ILMU PENYAKIT MATA


RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARDJO
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO

2018
2

LEMBAR PENGESAHAN
TUGAS REFERAT

HORDEOLUM

Disusun oleh:
Firman Pranoto
G4A016002

diajukan untuk memenuhi persyaratan mengikuti program profesi dokter pada


SMF Ilmu Penyakit Mata RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto

Telah disetujui dan dipresentasikan


Pada tanggal, Juli 2018

Pembimbing,

dr. Yulia Fitriani, Sp. M


NIP. 19820730 201412 2 001
3

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim.
Puji serta syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT., karena atas rahmat
dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas referat ini. Shalawat serta
salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta para
pengikut setianya.
Terima kasih penulis sampaikan kepada para pengajar, fasilitator, dan
narasumber SMF Ilmu Penyakit Mata, terutama dr. Yulia Fitriani, Sp.M selaku
pembimbing penulis. Penulis menyadari referat ini masih sangat jauh dari
kesempurnaan. Kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat
penulis harapkan demi kesempurnaannya.
Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga referat ini dapat bermanfaat
khususnya bagi penulis yang sedang menempuh pendidikan dan dapat dijadikan
pelajaran bagi yang membacanya.

Purwokerto, Juli 2018

Penulis
4

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN.........................................................................................2
KATA PENGANTAR..................................................................................................3
DAFTAR ISI.................................................................................................................4
I. PENDAHULUAN..................................................................................................5
A. Latar Belakang Masalah....................................................................................5
II. TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................6
A. Anatomi dan Fisiologi Palpebra.........................................................................6
B. Definisi.............................................................................................................10
C. Etiologi.............................................................................................................11
D. Epidemiologi....................................................................................................11
E. Patofisiologi.....................................................................................................12
F. Penegakan Diagnosis.......................................................................................12
G. Penatalaksanaan...............................................................................................14
H. Komplikasi.......................................................................................................15
I. Prognosis..........................................................................................................16
III.KESIMPULAN....................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................18
5

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Palpebra berfungsi untuk melindungi bola mata serta mengeluarkan
sekresi kelenjarnya yang membentuk film air mata di depan kornea. Palpebra
merupakan alat menutup mata yang berguna untuk melindungi bola mata
terhadap trauma, trauma sinar, dan pengeringan bola mata. Palpebra
mempunyai lapis kulit yang tipis pada bagian depan, sedangkan di bagian
belakang ditutupi selaput lendir tarsus yang disebut konjungtiva tarsal.
Beberapa kelainan palpebra adalah hordeolum dan kalazion (Camara et al.,
2002).
Hordeolum merupakan inflamasi akut supuratif yang terjadi pada satu atau
lebih kelenjar palpebra oleh karena infeksi bakteri. Kalazion adalah inflamasi
kronis non-infeksi granulomatosa kelenjar Meibom yang tersumbat. Kedua
penyakit tersebut memiliki karakteristik yang hampir serupa tetapi memiliki
perbedaan dalam etiologinya dimana hordeolum disebabkan oleh infeksi
sedangkan kalazion tidak, sehingga menimbulkan tanda dan gejala yang
berbeda (Khurana, 2007).
Hampir setiap orang beresiko terkena hordeolum dan kalazion. Penyakit
ini dapat menyerang siapa saja mulai dari anak anak, dewasa, hingga orang
tua. Disebutkan bahwa anka kejadian pada usia dewasa lebih banyak
dibandingkan usia anak anak. Oleh karena itu, penting bagi kita semua untuk
mengetahui tentang hordeolum dan kalazion secara holistic untu dapat
mengenal hingga mencegah penyakit tersebut.
6

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi dan Fisiologi Palpebra


Kelopak mata atau palpebra mempunyai fungsi melindungi bola mata,
serta mengeluarkan sekresi kelenjarnya membentuk film air mata di depan
kornea. Palpebra merupakan alat menutup mata yang berguna untuk
melindungi bola mata terhadap trauma, trauma sinar, dan pengeringan bola
mata.

Gambar 1. Anatomi Palpebra (Ilyas, 2009).

Palpebra superior dan inferior merupakan modifikasi dari lipatan kulit


yang dapat menutup dan melindungi bola mata bagian anterior. Berkedip
dapat melindungi kornea dan konjungtiva dari dehidrasi. Palpebra superior
berakhir pada alis mata, sementara palpebra inferior menyatu dengan pipi.
Palpebra terdiri atas lima bidang jaringan utama. Dari superfisial ke profunda
terdapat lapis kulit, lapis otot rangka (m. orbicularis oculi), jaringan areolar,
jaringan fibrosa (tarsus), dan lapis membran mukosa (konjungtiva pelpabrae)
(Vaughan, 2010).
7

1. Kulit
Kulit pada palpebra berbeda dari kulit bagian lain tubuh karena tipis,
longgar, dan elastis, dengan sedikit folikel rambut, tanpa lemak subkutan.
2. Musculus Orbicularis oculi
Fungsi otot ini adalah untuk munutup palpebra. Serat ototnya mengelilingi
fissura palpebra secara konsentris dan meluas sedikit melewati tepian
orbita. Sebagian serat berjalan ke pipi dan dahi. Bagian otot yang terdapat
di dalam palpebra dikenal sebagai bagian pratarsal; bagian diatas septum
orbitae adalah bagian praseptal. Segmen luar palpebra disebut bagian
orbita. M. orbicularis oculi yang dipersarafi oleh N. facialis.
3. Jaringan Areolar
Terdapat di bawah musculus orbicularis oculi, berhubungan degan lapis
subaponeurotik dari kulit kepala.
4. Tarsus
Struktur penyokong utama dari palpebra adalah lapis jaringan fibrosa
padat yang disebut tarsus superior dan inferior. Tarsus terdiri atas jaringan
penyokong kelopak mata dengan kelenjar Meibom (40 buah di kelopak
atas dan 20 buah di kelopak bawah). Sudut lateral dan medial dan juluran
tarsus tertambat pada tepian orbita oleh ligament palpebra lateralis dan
medialis. Tarsus superior dan inferior juga tertambat oleh fascia tipis dan
padat pada margo atas dan bawah orbita. Fascia tipis ini membentuk
septum orbita
5. Konjungtiva Palpebra
Bagian posterior palpebra dilapisi selapis membran mukosa, konjungtiva
palpebra, yang melekat erat pada tarsus. Insisi bedah melalui garis kelabu
dari margo palpebra membelah palpebra menjadi lamela kulit dan
musculus orbicularis okuli di anterior dan lamella tarsal serta konjungtiva
palpebra di posterior
Tepian palpebra dipisahkan oleh garis kelabu (batas mukokutan) menjadi
tepian anterior dan posterior. Tepian anterior terdiri dari bulu mata, glandula
Zeiss dan Moll. Glandula Zeiss adalah modifikasi kelenjar sebasea kecil yang
bermuara dalam folikel rambut pada dasar bulu mata. Glandula Moll adalah
8

modifikasi kelenjar keringat yang bermuara ke dalam satu baris dekat bulu
mata. Tepian posterior berkontak dengan bola mata, dan sepanjang tepian ini
terdapat muara-muara kecil dari kelenjar sebasesa yang telah dimodifikasi
(glandula Meibom atau tarsal).
Punctum lacrimalis terletak pada ujung medial dari tepian posterior
palpebra. Punctum ini berfungsi menghantarkan air mata ke bawah melalui
kanalikulus terkait ke sakus lacrimalis. Fisura palpebra adalah ruang elips di
antara kedua palpebra yang dibuka. Fisura ini berakhir di cantus medialis dan
lateralis. Cantus lateralis kira-kira 0,5 cm dari tepian lateral orbita dan
membentuk sudut tajam.
Septum orbitale adalah fascia di belakang bagian muscularis orbicularis
yang terletak di antara tepian orbita dan tarsus dan berfungsi sebagai sawar
antara palpebra orbita. Septum orbitale superius menyatu dengan tendo dari
levator palpebra superior dan tarsus superior; septum orbitale inferius menyatu
dengan tarsus inferior.
Retractor palpebra berfungsi membuka palpebra. Pada palpebra superior,
bagian otot rangka adalah levator palpebra superioris, yang berasal dari apeks
orbita dan berjalan ke depan dan bercabang menjadi sebuah aponeurosis dan
bagian yang lebih dalam yang mengandung serat-serat otot polos dari
musculus Muller (tarsalis superior). Pada palpebra inferior, retractor utama
adalah musculus rektus inferior, yang menjulurkan jaringan fibrosa untuk
membungkus musculus obliquus inferior dan berinsersio ke dalam batas
bawah tarsus inferior dan orbicularis oculi. Otot polos dari retractor palpebra
dipersarafi oleh nervus simpatis. Levator dan musculus rektus inferior
dipersarafi oleh nervus okulomotoris.
Pembuluh darah yang memperdarahi palpebra adalah a. Palpebra.
Persarafan sensorik kelopak mata atas didapatkan dari ramus frontal nervus
trigeminus, sedangkan kelopak mata bawah oleh cabang kedua nervus
trigeminus.
Panjang tepian bebas palpebra adalah 25-30 mm dan lebar 2 mm. Tepian
palpebra dipisahkan oleh garis kelabu (batas mukokutan) menjadi tepian
anterior dan posterior. Tepian anterior terdiri dari (Ilyas, 2009):
9

1. Bulu mata muncul dari tepian palpebra dan tersusun tidak teratur. Bulu
mata atas lebih panjang dan lebih banyak dari yang di bawah dan
melengkung ke atas; bulu mata bawah melengkung ke bawah.
2. Glandula Zeiss adalah modifikasi kelenjar sebasea kecil yang bermuara
dalam folikel rambut pada dasar bulu mata.
3. Glandula Moll adalah modifikasi kelenjar keringat yang bermuara
kedalam satu baris dekat bulu mata.

Gambar 2. Anatomi Palpebra Superior et Inferior (Ilyas, 2009).

Pasokan darah palpebra datang dari arteri lacrimalis dan arteri ophtalmica
melalui cabang-cabang palpebra lateral dan medialnya. Anastomosis di antara
arteri palpebralis lateralis dan medialis membentuk cabang – cabang tarsal
10

yang terletak di dalam jaringan areolar submuskular. Drainase vena dari


palpebra mengalir kedalam vena ophtalmica dan vena yang membawa darah
dari temporal. Vena-vena tersebut tersusun dalam pleksus pratarsal dan
pascatarsal. Pembuluh limfe segmen lateral palpebra berjalan ke dalam
kelenjar getah bening preaurikuler dan parotis. Pembuluh limfe dari sisi
medial palpebra mengalirkan isinya ke dalam getah bening submandibular.

B. Definisi
Hordeolum merupakan inflamasi akut supuratif yang terjadi pada satu atau
lebih kelenjar palpebra oleh karena infeksi bakteri. Hordeolum biasanya
disebabkan oleh infeksi bakteri Staphylococcus aureus. Jika terjadi infeksi
pada beberapa kelenjar, maka hordeolum disebut hordeolosis. Berdasarkan
jenis kelenjar yang terkena, hordeolum dibagi menjadi 2 jenis yaitu:
1. Hordeolum interna : Infeksi hordeolum pada kelenjar Meibom dengan
penonjolan kearah konjungtiva tarsal.
2. Hordeolum eksterna : Infeksi hordeolum pada kelenjar Zeiss dan Moll
dengan penonjolan kearah kulit palpebra.
Kalazion adalah inflamasi kronis non-infeksi granulomatosa kelenjar
Meibom yang tersumbat. Pada kalazion terjadi penyumbatan kelenjar meibom
dengan infeksi ringan yang mengakibatkan peradangan kronis kelenjar
tersebut.

Gambar 3. Hordeolum dan Kalazion


11

C. Etiologi
Hordeolum biasanya disebabkan oleh kuman Stafilokokus
(Staphylococcus aureus adalah penyebab pada 90 – 95% kasus). Biasanya
dapat dicetuskan oleh stress, nutrisi yang buruk, penggunaan pisau cukur yang
sama untuk mencukur rambut disekitar mata dan kumisatau tempat lain.
Infeksi ini mudah menyebar, sehingga diperlukan pencegahan terutama
mengenai kebersihan individual. Yaitu dengan tidak menyentuh mata yang
terinfeksi, pemakaian kosmetik bersama-sama, pemakaian handuk dan
washcloth bersama-sama.
Kalazion timbul spontan disebabkan oleh sumbatan pada saluran kelenjar
atau sekunder dari hordeolum internum. Chalazion lebih sering merupakan
proses kronis dan berawal dari reaksi tubuh asing yang meradang ke sebum.
Penyumbatan drainase normal kelenjar sebaceous, terutama pada kelopak
mata, oleh blepharitis, acne rosacea, atau hordeolum dapat berkontribusi pada
pengembangan chalazia.

D. Epidemiologi
Data epidemiologi internasional menyebutkan bahwa hordeolum
merupakan jenis penyakit infeksi kelopak mata yang paling sering ditemukan
pada praktek kedokteran. Insidensitidak bergantung pada ras dan jenis
kelamin. Dapat mengenai semua usia, tapi lebih sering padaorang dewasa,
kemungkinan karena kombinasi dari beberapa faktor seperti tingginya level
androgen.
Meski kalazion terjadi pada semua kelompok usia, terutama pada usia 30-
50 tahun, dibanding pada anak-anak, kiranya karena hormon androgenik
meningkatkan viskositas sebum. Pengaruh hormon pada sekresi dan kelekatan
sebaceous dapat menjelaskan pengelompokan pada saat pubertas dan selama
kehamilan; Namun, sejumlah besar pasien tanpa bukti perubahan hormonal
menunjukkan bahwa mekanisme lain juga berlaku. Chalazia jarang terjadi
pada usia yang ekstrem, namun kasus anak-anak mungkin ditemui.
Chalazion rekuren, terutama pada pasien lanjut usia, harus meminta
praktisi untuk mempertimbangkan kondisi yang mungkin menyamar sebagai
12

chalazion (misalnya karsinoma sebaceous, karsinoma sel skuamosa,


karsinoma adheks mikro, tuberkulosis). Kaldu berulang pada anak atau
dewasa muda harus segera melakukan evaluasi untuk sindroma konjungtivitis
dan hyperimmunoglobulinemia E (hiper-IgE).

E. Patofisiologi
Infeksi pada hordeolum disebabkan oleh infeksi bakteri Staphylococcus
aureus. Bakteri yang masuk ke palpebra ini kemudian menyerang kelenjar
kelenjar yang ada di palpebra. Infeksi yang terdapat pada kelenjar Meibom
menimbulkan hordeolum interna. Sedangkan hordeolum externa timbul dari
blokade dan infeksi kelenjar Zeiss dan Moll. Obstruksi dari kelenjar kelenjar
ini kemudian memberikan reaksi pada tarsus dan jaringan sekitarnya berupa
tanda-tanda inflamasi seperti tumor, rubor, kalor, dolor, dan function lessa.
Pada kasus kalazion, biasanya diawali oleh terjadinya infeksi ringan pada
kelenjar meibom oleh organisme dengan virulensi sangat rendah. Akibatnya,
terjadi proliferasi epitel dan infiltrasi dinding saluran, yang tersumbat.
Selanjutnya, terjadi retensi sekresi (sebum) di kelenjar yang kemudian
menyebabkan terjadinya pembengkakan kelenjar meibom. Sekresi yang
terpendam didalam kelenjar meibom menjadi iritasi dan merangsang inflamasi
granulomatosa non-infektif pada kelenjar meibom.

F. Penegakan Diagnosis
1. Anamnesis
Secara umum, gejala yang sering dikeluhkan oleh penderita hordeolum
adalah adanya keluhan berupa pembengkakan pada palpebra, terdapat
nyeri tekan pada palpebra, hiperemis, rasa kelilipan, penglihatan
terganggu, dan pseudoptosis. Pada hordeolum interna, pembengkakan
berada pada permukaan konjungtiva. Sedangkan hordeolum externa
pembengkakan terjadi pada permukaan kulit palpebra.
Sedangkan pada penderita kalazion, gejala yang muncul hampir serupa
dengan hordeolum yaitu berupa benjolan pada palpebra yang terjadi
selama berminggu-minggu, akan tetapi yang membedakan adalah tidak
13

adanya tanda tanda inflamasi akut seperti hiperemis, nyeri tekan, dan
adanya pseudoptosis. Sebagian besar chalazia mengarah ke permukaan
konjungtiva, yang mungkin sedikit memerah atau tinggi. Jika cukup besar,
chalazion bisa menekan dunia dan menyebabkan astigmatisme (Vaughan,
2011).

2. Pemeriksaan Fisik
Secara umum, dalam melakukan pemeriksaan fisik mata terlebih
dahulu dilakukan pemeriksaan visus untuk mengetahui apakah terjadi
gangguan visus pada pasien atau tidak. Kemudian, dilakukan pemeriksaan
fisik selanjutnya sebagai berikut:
a. Hordeolum
1) Inspeksi
Terlihat adanya tanda inflamasi seperti tumor, rubor, kalor,
dolor, dan functio lessa yang menandakan adanya inflamasi seperti
pembengkakan pada palpebra, hiperemis, dan pseudoptosis.
2) Palpasi
Teraba adanya penonjolan pada palpebra dan adanya nyeri
tekan. Untuk hordeolum interna, dilakukan eversi palpebra untuk
menilai pembengkakan yang terjadi. Palpasi juga dapat dilakukan
di limfe nodi preaurikuler untuk mengetahui apakah ada
pembesaran limfe nodi preaurikuler atau tidak.
b. Kalazion
1) Inspeksi
Terlihat adanya pembengkakan pada palpebra dibagian
konjungtiva. Pada pembengkakan terjadi kemerahan dan
dibeberapa kasus dapat berwarna ungu atau abu-abu
2) Palpasi
Teraba adanya penonjolan pada palpebra dan tidak adanya
nyeri tekan. Dapat dilakukan eversi palpebra untuk menilai
pembengkakan yang terjadi.
14

G. Penatalaksanaan
1. Hordeolum
a. Medikamentosa
Pada pasien hordeolum interna atau eksterna, dapat diberikan salep
antibiotik Neomicyn 3,5 gram sebanyak 3-4 kali sehari. Dapat juga
diberikan obat anti inflamasi per oral Natrium Diklofenak 100mg
sebanyak 3 kali sehari. Dan untuk meredakan rasa sakit, dapat
diberikan obat analgesik Paracetamol 500mg sebanyak 3 kali sehari.
Bila terdapat infeksi Staphilococcus aureus di bagian tubuh lain
sebaiknya diberikan antibiotik sistemik yaitu Ciprofloksasin 250-500
mg atau Amoxicillin 3 kali sehari.
b. Non-Medikamentosa
Untuk mempercepat peradangan, kelenjar dapat diberikan kompres
hangat sebanyak 3 atau 4 kali sehari selama 10-15 menit sampai pus
keluar. Pencabutan bulu mata juga dapat memberi jalan untuk drainase
c. Pembedahan
Apabila penatalaksanaan dengan kompres hangat selama 48 jam
tidak terjadi perbaikan, indikasi penatalaksanaan selanjutnya adalah
dengan melakukan insisi dan drainase hordeolum (Vaughan, 2011).
Pada insisi hordeolum, terlebih dahulu diberikan anestesi lokal dengan
patokain tetes mata. Dilakukan anestesi filtrasi dengan lidokain
didaerah hordeolum dan kemudian dilakukan insisi dengan ketentuan
sebagai berikut:
1) Hordeolum interna : dibuat insisi pada daerah fluktuasi pus,
tegak lurus pada tarsal konjungtiva untuk menghindari cidera pada
kelenjar Meibom..
2) Hordeolum eksterna : dibuat insisi sejajar dengan margo palpebra
untuk meninggalkan bekas luka yang minimal..
Setelah dilakukan insisi, dilakukan ekskohleasi atau kuretase isi
jaringan radang didalam kantong dan kemudian diberi salep antibiotic
di bagian post insisi.
15

2. Kalazion
a. Medikamentosa
Pada pasien kalazion, terapi medikamentosa yang dapat diberikan
adalah pemberian salep antibiotik Neomicyn 3,5 gram sebanyak 3-4
kali sehari selama 7-10 hari. Dapat juga diberikan obat anti inflamasi
per oral Natrium Diklofenak 100mg sebanyak 3 kali sehari. Dan untuk
meredakan rasa sakit, dapat diberikan obat analgesik Paracetamol
500mg sebanyak 3 kali sehari.
b. Non-Medikamentosa
Untuk mempercepat peradangan, kelenjar dapat diberikan kompres
hangat sebanyak 3 atau 4 kali sehari selama 10-15 menit sampai
peradangan mereda.
c. Pembedahan
Apabila penatalaksanaan dengan kompres hangat selama 48 jam
tidak terjadi perbaikan, indikasi penatalaksanaan selanjutnya adalah
dengan melakukan insisi kalazion (Vaughan, 2011). Pada insisi
kalazion, terlebih dahulu diberikan anestesi lokal dengan xylocain tetes
mata. Dilakukan anestesi filtrasi dengan xylocain didaerah kalazion
dan kemudian dilakukan insisi pada daerah inflamasi dengan insisi
vertikal pada konjungtiva untuk menghindari cidera pada kelenjar
Meibom.
Setelah dilakukan insisi, dilakukan kuretase isi jaringan radang
didalam kantong dan kemudian diberi salep antibiotik di bagian post
insisi.

H. Komplikasi
Komplikasi paling sering pada kejadian hordeolum adalah terjadinya
infeksi sekunder sehingga menginduksi terjadinya kalazion. Selain itu,
hordeolum yang terjadi di palpebral superior juga dapet menginduksi
terjadinya deformitas kosmetik seperti kasus yang paling sering adalah
terjadinya blepharoptosis. Pada beberapa kasus, ketika pus pada hordeolum
16

terutama hordeolum interna mengenai bagian bola mata, seringkali terjadi


komplikasi berupa iritasi kornea.
Kalazion seringkali perlahan mengalami peningkatan ukuran dan menjadi
sangat besar. Kalazion yang besar pada palpebra superior dapat menekan
kornea dan menyebabkan penglihatan kabur sehingga menginduksi terjadinya
astigmatisme. Sedangkan kalazion yang besar pada palpebral inferior jarang
menyebabkan eversi punctum atau bahkan terjadinya ektropion dan epifora.
Pada beberapa kasus, kalazion yang sudah berkembang menjadi sangat besar
dapat dengan mudah pecah di sisi konjungtiva, sehingga membentuk jaringan
granulasi pada konjungtiva. Infeksi sekunder dari kalazion dapat menginduksi
pada pembentukan hordeolum interna. Kalsifikasi bisa terjadi, meski sangat
jarang. Pada orang dengan usia lanjut, sering terjadi perubahan yang bersifat
ganas yang dapat mengkaibatkan kalazion berkembang menjadi karsinoma
kelenjar meibom.

I. Prognosis
Hordeolum biasanya sembuh spontan dalam waktu 1-2 minggu. Resolusi
lebih cepat dengan penggunaan kompres hangat dan ditutup bersih.
Hordeolum internal terkadang berkembang menjadi kalazion, sehingga dalam
penatalaksanaannya sangat memerlukan penggunaan steroid topikal atau insisi
hordeolum (Wessels, 2010).
Penatalaksanaan secara konservatif akan mempermudah pengobatan pada
kalazion, dan pasien yang menerima terapi biasanya akan menghasilkan hasil
terapi yang sangat baik. Kalazion yang tidak ditatalaksana dengan baik
seringkali mengakibatkan peradangan yang semakin parah dan cenderung
untuk terus bertahan dengan peradangan akut intermiten dibandingkan dengan
kalazion yang ditatalaksana dengan baik. Bila tidak diobati, lesi baru sering
terjadi, dan drainase yang tidak memadai dapat menyebabkan kekambuhan
lokal, terutama jika kondisi kulit terdapat faktor predisposisi.
Apabila terjadi kalazion berulang kali, maka sebaiknya dilakukan
pemeriksaan histopatologi untuk menyingkirkan kemungkinan terjadinya
keganasan (Ilyas, 2009).
17

III. KESIMPULAN

Hordeolum merupakan peradangan supuratif yang terjadi pada satu atau lebih
kelenjar palpebra oleh karena infeksi akut bakteri. Apabila infeksi hordeolum
terjadi pada kelenjar Meibom maka disebut dengan hordeolum interna, sedangkan
apabila infeksi hordeolum terjadi pada kelenjar Zeiss dan Moll makadisebut
dengan hordeolum eksterna. Jika terjadi infeksi pada beberapa kelenjar, maka
hordeolum disebut hordeolosis.
Kalazion adalah peradangan granulomatosa kelenjar Meibom yang tersumbat.
Pada kalazion terjadi penyumbatan kelenjar meibom dengan infeksi ringan yang
mengakibatkan peradangan kronis kelenjar tersebut.
Hordeolum biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri Staphylococcus aureus.
Sedangkan kalazion timbul spontan disebabkan oleh sumbatan pada saluran
kelenjar atau sekunder dari hordeolum internum. Kalazion juga dapat disebabkan
oleh karena infeksi sekunder dari hordeolum interna.
Kedua penyakit tersebut memiliki karakteristik tanda dan gejala yang hampir
serupa tetapi memiliki perbedaan dalam etiologinya dimana hordeolum
disebabkan oleh infeksi sedangkan kalazion tidak, sehingga menimbulkan tanda
dan gejala yang berbeda.
Penatalaksanaan pada hordeolum baik hordeolum interna ataupun hordeolum
eksterna pada dasarnya memiliki prinsip yang sama. Yang membedakan adalah
cara melakukan insisi pada penatalaksanaan pembedahan.
Komplikasi pada kedua jenis penyakit ini juga memiliki komplikasi yang
sama yaitu apabila terus dibiarkan tanpa penatalaksanaan yang baik, maka akan
mengarah kepada terjadinya keganasan. Begitu juga dengan prognosis kedua
penyakit ini, apabila ditatalaksana dengan baik maka akan menghasilkan hasil
terapi yang baik. Akan tetapi, apabila tidak ditatalaksana dengan baik, maka akan
menginduksi terjadinya keganasan.
.
18

DAFTAR PUSTAKA

American Academy of Ophtalmology. 2014. Orbital, Eyelids, and Lacrimal


System
American Optometric Association. 2014. Age-Related Macular Degeneration
Ilyas, S. 2013. Ilmu Penyakit Mata Edisi Ketiga. FK UI
Jogi, R. 2009. Basic Ophthalmology 4th Edition. Jaypee Brothers Medical
Publishers (P) Ltd: New Delhi
Khurana, A.K. 2007. Comprehensive Ophtalmology 4th Edition. New Age
International: New Delhi
Olver, J. 2005. Opthalmology at A Glance. Blackwell Science Ltd: United States
Vaughan. 2011. General Ophtalmology. 18th edition. The McGraw-Hill
Companies, Inc: United States
Wessels, I.F. 2010. Chalazion. Taken from: www.emedicine.com

Anda mungkin juga menyukai