Anda di halaman 1dari 6

1.

Soal ke 1
a.Riwayat Kejang Epilepsy
b.Sulit menyusu
c. Batuk Pilek
d.Demam
e.Diare

A. KONTRAINDIKASI
1.Tak dapat diberikan pada anak yang
menderita penyakit akut atau demam tinggi
(diatas 380C)
2.muntah atau diare, penyakit kanker atau
keganasan, HIV/AIDS, sedang menjalani
pengobatan radiasi umum
3.Keadaan kekebalan tubuh yang rendah atau
tinggal serumah dengan pasien yang
memiliki kekebalanm tubuh yang rendah
misalnya : penyakit steroid, kanker dan
kemoterapi
(Atikah, 2010).

Sedangkan menurut Halodoc 2018 jika sakit yang


dialami anak lebih parah dari sekadar batuk dan
pilek, maka ada baiknya  pemberian vaksin
ditunda. Apalagi kalau anak mengalami demam
tinggi dan rewel alias terlalu sensitif dengan segala
hal. Ibu bisa menunda memberikan vaksin hingga
1-2 minggu kemudian atau setelah demam anak
turun dan tubuhnya kembali sehat dan bugar.
Apa yang terjadi jika memberi vaksin pada anak
yang sakit?
Pemberian vaksin pada anak masih boleh
diberikan jika sakit yang dialami tidak terlalu
parah. Apalgi kalau anak tidak menunjukkan
tanda-tanda menurunnya kondisi tubuh.
Misalnya, meski sakit anak tidak mengalami
penurunan nafsu makan, tidak sering menangis
dan masih tidur dengan teratur. Hal ini
menunjukkan bahwa tubuh anak masih baik-baik
saja untuk menerima vaksin.
Ketika vaksin diberikan pada anaak yang sakiit
dapt meenyebabkan vaksin tersebut tidak optimal
dalam meningkatkan kekebalan tubuh anak.
Selain tak dapat diserap tubuh dengan baik,
memberi suntikan saat anak sakit mungkin hanya
akan menambah rasa sakit dan nyeri badan, dan
lbih rewel. malah bisa membuatnya menjadi lebih
sakit dan memperlambat proses pemulihan

2. Soal ke 2
a.0,05 ml
b.0,5 ml
c. 0,1 ml
d.1 ml
e.2 ml

Menururt kuntarti (2014) Komponen dalam


pemberin obaat yaitu (1) tepat pasien, (2) tepat
waktu, (3) tepat obat, (4) tepat cara, (5) tepat
dokumentasi, dan terakhir (6) tepat dosis

Menurut buku panduan praktikum milik


(Rokhanawati, 2014) bahwa sebelum pemberian
obat dilakukan cek 6 benar, salah satunya adalah
tepat dosisi, untuk dosis bisa dilihat di vial bagian
belakang IPV tertera 0,5 ml, namun untuk
mengambilnya yaitu 0,6 ml agar saat
mengeluarkan gelembung udara dlm spuit tidak
mengurangi dosis yang akan diberikan.

3. Soal ke 3
a.1/3 tengah bagian atas paha luar
b.1/3 tengah bagian atas lengan kiri
c. 1/3 tengah bagian bawah paha luar
d.1/3 tengah bagian atas lengan kanan
e.1/3 tengah bagian atas bokong kanan

(Hadinegoro, S.R.S, 2011). Paha adalah


bagian yang mempunyai lebih banyak otot
dan sedikit pembulh darah besar. Injeksi IM
ini diabsorbsi lebih cepat daripada injeksi SC,
karena suplai darah yang lebih besar ke otot
tubuh.

4. Soal ke 4
Injeksi IM dimasukannnya obat ke dalam otot,
otot mempunyai laju penyerapan obat yang
lebih cepat karena didaerah ini banyak
pembuluh darah, sedikit saraf dan sedikit
pembuluh darah besar, sedangkan pemberian
obat langsung ke dalam vena (IV) terbilang
berbahaya dapat emngakibatkan keracunan
dan infeksi, tidak semua obat aman untuk
dierikan secara langsung pada vena (IV)
sehingga perlu dicek terlebih dahulu cara
pemberiannya (Potter, Perry, 2010).
a.Intra muscular
b.Intracutan
c. Subcutan
d.Intavena
e.Peroral

5. Soal ke 5
a.Polio 1
b.DPT 1
c. Polio 2
d.DPT 2
e.BCG
Menurut BUMN (2014) Ada dua macam
imunisasi polio yang tersedia:
1.Imunisasi polio oral (OPV) dengan jadwal
pemberian: saat lahir, usia 2, 4, 6, dan 18
bulan
2.Imunisasi polio suntik (IPV) dengan jadwal
pemberian: usia 2, 4, 6, 18-24 bulan dan 6
– 8 tahun
Bila imunisasi polio terlambat diberikan,
tidak perlu mengulang pemberiannya dari
awal lagi. Cukup melanjutkan dan
melengkapinya sesuai jadwal tidak peduli
berapa pun interval keterlambatan dari
pemberian sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai