Anda di halaman 1dari 12

PROFESI, Volume 14, Nomor 2 Maret 2017

NAMA : TUFAELATIL MAKKIYATUL CITRA


KELAS : 1 A
NIM : P17220193039

HUBUNGAN MOTIVASI PERAWAT DENGAN TINGKAT KEPATUHAN


MELAKUKAN CUCI TANGAN

THE CORELATION BETWEEN NURSE MOTIVATION AND THE


COMPLIANCE LEVEL AT HAND WASHING

Fakhrudin Nasrul Sani 1), Muthiah Rissa Pratiwi 2)


1
D3 Keperawatan, STIKes Kusuma Husada Surakarta email:
fakhrudin_ns@ymail.com
2
D3 Keperawatan, STIKes Kusuma Husada Surakarta email:
msicha27@gmail.com

Abstrak

Salah satu strategi keselamatan pasien adalah pengurangan risiko berbagai infeksi dengan cara
mencuci tangan. Cuci tangan dilakukan dengan prosedur yang benar yaitu 6 teknik secara
berurutan pada waktu/momen yang tepat.Tingkat kepatuhan mencuci tangan perawat dipengaruhi
oleh beberapa faktor, diantaranya adalah motivasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
apakah ada hubungan motivasi perawat rawat inap dengan tingkat kepatuhan dalam melakukan 6
langkah cuci tangan yang benar di RSI Klaten. Desain penelitian ini adalah deskriptif korelatif
dengan pendekatan cross sectional. Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner untuk
mengetahui motivasi perawat dan lembar observasi untuk mengetahui kepatuhan cuci tangan
perawat dengan sampel 61 orang perawat. Hasil penelitian sebagian besar perawat rawat inap di
RSI Klaten memiliki motivasi 6 langkah cuci tangan dengan benar dengan katagori lemah (52,5%),
sedangkan tingkat kepatuhan cuci tangan sebagian besar tidak patuh (57,4%). Hasil uji chi square
didapatkan ada hubungan motivasi perawat rawat inap dengan tingkat kepatuhan dalam
melakukan 6 langkah cuci tangan yang benar di RSI Klaten (p=0,000<0,05). Disarankan kepada
perawat hendaknya membiasakan prosedur 6 langkah cuci tangan yang benar untuk mencegah
terjadinya infeksi dari berbagai penyakit.

Kata Kunci: Motivasi, tingkat kepatuhan, cuci tangan.

Abstract

One of the patient safety strategies is to reduce the risk of various infections by washing hands.
Wash your hands with the correct procedure that is 6 techniques in sequence at the right time /
moment. The level of compliance hand washing of nurses is influenced by several factors, such as
motivation. This study aims to determine whether there is a corelation between nurses motivation
with the level of compliance in doing 6 steps of hand washing properly in RSI Klaten. The design of
this research was descriptive correlative with cross sectional approach. The data was collected by
questionnaire to know the nurse motivation and observation sheet to know the compliance of nurse

11
PROFESI, Volume 14, Nomor 2 Maret 2017
hand washing with samples of 61 nurses. The results obtained of most of the inpatient nurses at RSI
Klaten were motivated by 6 steps of handwashing properly with the weak category (52.5%), while
the hand washing compliance level was largely disobedient (57.4%). The result of ujichi square
showed that there was a correlation between in-patient nurse motivation and complained level in
performing 6 handwashing steps properly in RSI Klaten (p = 0,000 <0,05). It is recommended that
nurses should familiarize the correct 6-step handwashing procedure to prevent infection from
various diseases.

Keywords: Motivation, compliance level, handwashing.

12
PROFESI, Volume 14, Nomor 2 Maret 2017

PENDAHULUAN dalam pencegahan dan pengontrolan infeksi


Rumah sakit sebagai fasilitas pelayanan nosokomial. Perawat dapat memperhatikan
kesehatan mempunyai peran sangat penting apakah mereka sudah melakukan prosedur cuci
dalam meningkatkan derajat kesehatan tangan yang baik dan benar, karena perawat
masyarakat. Oleh karena itu rumah sakit dituntut adalah petugas kesehatan yang paling rentan
memberikan perlayanan yang bermutu, efektif menjadi perantara terjadi infeksi (Nita,dkk 2012).
dan efisien untuk menjamin patient safety sesuai Cuci tangan menjadi salah satu langkah yang
dengan standar yang telah ditentukan. Salah satu efektif untuk memutuskan rantai transmisi
indikator patient safety adalah pengurangan infeksi, sehingga insidensi nosokomial dapat
resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan (WHO, berkurang. Pencegahan dan pengendalian infeksi
2012). mutlak harus dilakukan oleh perawat, dokter, dan
Infeksi atau yang sekarang disebut sebagai seluruh orang yang terlibat dalam perawatan
infeksi yang berhubungan dengan pelayanan pasien. Salah satu komponen standar
kesehatan atau Health-care Associated Infection kewaspadaan dan usaha menurunkan infeksi
(HAIs) merupakan masalah penting diseluruh nosokomial adalah menggunakan panduan
dunia yang meningkat (Depkes RI, 2012). kebersihan tangan yang benar dan
Tingkat infeksi yang terjadi di beberapa negara mengimplementasikan secara efektif (Joko,
Eropa dan Amerika masih sangat rendah yaitu 2012). Praktek cuci tangan oleh perawat yang
sekitar 19% dibandingkan dengan kejadian di direkomendasikan adalah lima moment yaitu
negara-negara Asia, Amerika Latin, Afrika yang sebelum kontak dengan pasien, sebelum
tinggi hingga mencapai lebih dari 40% dan melakukan tindakan aseptik, setelah kontak
menurut WHO, angka kejadian infeksi di RS di dengan pasien, setelah kontak dengan cairan
negara-negara Asia sekitar 3-21% (rata-rata 9%) tubuh pasien, setelah kontak dengan peralatan
(Depkes, 2012.) lingkungan sekitar pasien.
Rata- rata kejadian infeksi nosokomial Cuci tangan yang benar adalah cuci tangan
Indonesia sekitar 9,1 % dengan variasi 6,1%- yang telah dilaksanakan dengan prosedur yang
16,0%. Penelitian yang pernah dilakukan di 11 benar dengan langkah-langkah enam langkah
rumah sakit di DKI Jakarta pada 2004 yang secara berurutan. Tujuan dilakukannya cuci
menunjukkan bahwa 9,8 % pasien rawat inap tangan adalah mengangkat mikroorganisme yang
mendapat infeksi nosokomial selama dirawat. ada di tangan, mencegah infeksi silang (cross
Angka kejadian infeksi nosokomial RSUP Dr. infection), menjaga kondisi steril, melindungi diri
Sardjito Yogyakarta tahun 2005 sebesar 7,95 %, dan pasien dari infeksi, memberikan perasaan
dan kejadian infeksi nosokomial RSUP segar dan bersih. Kepatuhan cuci tangan perawat
Dr.Wahidin Sudirohusodo pada trimester III khususya di RSI klaten sangat perlu diperhatikan
tahun 2009 sebesar 4,4 %. Data dari panitia agar tetap dilaksanakan dengan prosedur 6
pengendali infeksi nosokomial RSI Klaten langkah cuci tangan yang tepat. Pelaksanaan cuci
diperoleh kejadian infeksi nosokomial pada tahun tangan yang baik dan benar perlu dilakukan
2012 masih termasuk tinggi yaitu sekitar 15 % dengan keinginan dari perawat itu sendiri yang
(Survey PPI RSI Klaten, 2012). sering disebut motivasi. Motivasi yang dimiliki
Undang-undang Nomor 4 tahun 2009 dapat meningkatkan kepatuhan dalam
tentang rumah sakit, menyatakan bahwa “setiap melaksanakan 6 langkah cuci tangan yang baik
pasien mempunyai hak memperoleh keamanan dan benar. Motivasi adalah suatu dorongan atau
dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan keinginan dalam diri manusia yang menyebabkan
di Rumah Sakit”. Salah satu poinya yaitu individu melakukan sesuatu untuk memenuhi
menghindari adanya resiko infeksi nosokomial di kebutuhannya.
rumah sakit, dan mencegah terjadinya kerugian Menurut Hamzah (2013) menyimpulkan dari
pada pasien yang diakibatkan kesalahan dari beberapa psikolog menyebutkan motivasi sebagai
petugas medis, paramedis, atau non medis (Dep konstruk hipotesis yang digunakan untuk
Kes, 2013). Salah satu cara untuk mengurangi menjelaskan keinginan, arah intensitas, dan
infeksi nosokomial yaitu dengan cuci tangan. keajegan perilaku yang diarahkan oleh tujuan.
Menurut pendapat Perry & Potter (2005), Motivasi merupakan proses psikologis yang dapat
mencuci tangan salah satu kewajiban dari tenaga menjelaskan perilaku seseorang. Perilaku
kesehatan yaitu dengan mencuci tangan hakikatnya merupakan orientasi pada satu tujuan,
merupakan teknik dasar yang paling penting dengan kata lain perilaku seseorang dirancang

13
PROFESI, Volume 14, Nomor 2 Maret 2017

untuk mencapai tujuan. (dikutip dari Rolly, Penelitian ini merupakan penelitian
2015). kuantitatif dengan metode observasi analitik yaitu
Berdasarkan studi pendahuluan yang untuk mencari hubungan antara variabel bebas
dilakukan oleh peneliti yang dilakukan di ruang dengan variabel terikat yang analisisnya untuk
perawatan RSI klaten melalui teknik wawancara menentukan ada tidaknya hubungan antara
dan observasi didapatkan motivasi perawat untuk variabel sehingga perlu disusun hipotesisnya,
cuci tangan lima moment sudah bagus, meliputi: dengan pendekatan subjek cross sectional dimana
perawat melakukan cuci tangan sebelum dan peneliti menekankan waktu pengukuran/observasi
setelah kontak dengan pasien, cairan tubuh data variabel independen dan variabel dependen
pasien, lingkungan sekitar pasien, sebelum hanya satu kali satu saat. Penilitian ini dilakukan
melakukan tindakan aseptik. Sedangkan untuk di RSI Klaten, pada bulan Juli 2016. Sampel
motivasi perawat dalam melakukan cuci tangan 6 dalam penelitian ini sebanyak 61 responden,
langkah yang benar masih kurang hal ini Teknik pengambilan sampel menggunakan
disebabkan karena perawat merasa terlalu rumit, Purposive Sampling. Kriteria inklusi yang
merasa kurang bersih saat cuci tangan, merasa digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:
takut kalau ada sidak dari petugas PPI. perawat pelaksana asuhan keperawatan, perawat
RSI Klaten telah mebuat prosedur tetap cuci yang bertugas di ruang rawat inap, minimal masa
tangan yang benar, menyediakan sarana cuci kerja 1 tahun, dan bersedia menjadi responden
tangan berupa wastafel yang dilengkapi sabun penelitian
antimikroba maupun dengan teknik handrub, dan Kriteria eksklusif yang digunakan dalam
pengetahuan tentang prosedur cuci tangan yang penelitian ini sebagai berikut: perawat yang
benar semakin diperbaiki dan ditingkatkan bekerja dibagian administrasi, Perawat di ruang
melalui studi dan kerjasama dengan berbagai Khusus, dan perawat yang mengalami luka
pihak. Berdasarkan hasil pengamatan awal ditangan sehingga tidak bisa melakukan tindakan
peneliti di ruang arofah Rumah Sakit Islam keperawatan.
Klaten pada perawat yang jaga dan banyak Instrumen penelitian ini adalah kuesioner
intensitas melakukan perawatan pada pasien dan observasi. Kuesioner adalah jenis pengukuran
didapatkan kurangya kepatuhan perawat untuk dengan mengumpulkan data secara formal kepada
melakukan cuci tangan enam langkah yang benar. subjek untuk menjawab pertanyaan secara tertulis
Padahal diruang tersebut untuk fasilitas gambar (Nursalam 2011). Kuesioner dalam penelitian ini
enam langkah dan prosedur cuci tangan sudah dibuat sendiri berupa pertanyaan yang digunakan
tersedia dengan baik. Untuk sosialisasi yang untuk mengumpulkan data dari responden
diberikan dari petugas PPI tentang 6 langkah cuci mengenai motivasi perawat untuk melakukan 6
tangan dilakukan terakhir bulan February 2015 langkah cuci tangan yang benar. Skala
untuk menghadapi Re-Surve Akreditasi dari pengukuran kuesioner dengan menggunakan
KARS. skala Likert sebanyak 25 pertanyaan. Dengan
Berdasarkan pengamatan data surveilans dan pertanyaan 13 favorable, penilaianya SS = sangat
standar kewaspadaan komite PPI RSI Klaten pada setuju (4), S = setuju (3), TS = tidak setuju (2),
bulan Januari 2016 untuk kepatuhan kebersihan 6 STS = sangat tidak setuju (1)dan pertanyaan 12
langkah cuci tangan dokter 28%, perawat 39%, unfavorable, penilaianyaSS = sangat setuju (1), S
laboratorium 20%. Sedangkan untuk kepatuhan = setuju (2), TS = Tidak setuju (3), STS = Sangat
kebersihan tangan (Five Moment) dokter 85,9%, tidak setuju (4).
perawat 90,4%, laboratorium 88,7%. Hasil Peneliti juga menggunakan lembar observasi
wawancara dari petugas surveilans PPI kepatuhan 6 langkah cuci tangan yang benar.
didapatkan kurang lebih 170 perawat yang belum Penilaian kepatuhan 6 langkah cuci tangan yang
melakukan cuci tangan sesuai prosedur yang benar adalah:
ditetapkan RS. Berdasarkan fenomena tersebut
peneliti tertarik untuk meneliti tentang 1. Patuh jika 6 langkah cuci tangan
“Hubungan antara motivasi perawat rawat inap dilakukan.
dengan tingkat kepatuhan dalam melakukan 6 2. Tidak patuh jika salah satu dari 6 langkah
langkah cuci tangan yang benar di Rumah Sakit cuci tangan tidak dilakukan.
Islam Klaten”.
Analisa data dilakukan untuk menjawab
METODE PENELITIAN hipotesis penelitian. Untuk alasan tersebut

14
PROFESI, Volume 14, Nomor 2 Maret 2017

dipergunakan uji statistik yang cocok dengan Jenis Kelamin Frekuensi Prosentase
variabel penelitian (Notoatmodjo, 2005). Analisa Laki-laki 21 41,2
data terdiri dari:
Perempuan 40 58,8
1. Analisa univariat
Analisa univariat yaitu analisa yang Jumlah 61 100
dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil
penelitian yaitu karakteristik respondent, motivasi Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa
perawat, kepatuhan perawat dalam melakukan 6 jenis kelamin responden sebagian besar adalah
langkah cuci tangan yang benar. perempuan.
2. Analisa bivariat
Analisa bivariat adalah analisis yang Tabel 3. Distribusi Frekuensi Responden
dilakukan terhadap dua variabel yang diduga Berdasarkan Tingkat Pendidikan
berhubungan atau berkorelasi (Sugiyono, 2014).
Analisa bivariat pada penelitian ini yaitu dengan Tingkat
Frekuensi Prosentase
menggunakan Chi-square (x²) adalah teknik Pendidikan
statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis D3 61 100
bila dalam populasi terdiri atas dua atau lebih klas Jumlah 61 100
dimana data berbentuk nominal dan sampelya
besar, untuk melihat hubungan antara variabel Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa
bebas dengan variabel terikat, uji statistik yang tingkat pendidikan perawat kesemuanya
digunakan adalah penghitungan Chi-square test. berpendidikan D3 yaitu sebanyak 61 responden
Pengambilan keputusan hasil didasarkan pada (100%) .
batas kemaknaan 0,05. Jika p value α 0,05 maka
hasil yang diperoleh bermakna secara statistik, Tabel 4. Distribusi Frekuensi Motivasi Perawat
dan jika nilai p value α 0,05 maka hasil Rawat Inap dalam Melakukan 6 Langkah Cuci
penghitungan tidak bermakna secara stastistik. Tangan yang Benar di Rumah Sakit Islam Klaten
Tahun 2016
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik responden dalam penelitian ini Motivasi Frekuensi Prosentase
adalah berdasarkan umurdan jenis kelamin. Kuat 16 26,2
Sedang 13 21,3
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden
Berdasarkan Umur ( n = 61) Lemah 32 52,5
Jumlah 61 100
Umur Frekuensi Prosentase
20-30 26 42,6 Berdasarkan tabel 4 diketahui
31-40 27 44,3 bahwa sebagian besar responden
41-50 7 11,5 memiliki motivasi lemah dalam melakukan 6
51-60 1 1,7 langkah cuci tangan yang benar yaitu dengan
kategori motivasi sedang atau 13 responden
Jumlah 61 100
(21,3%).
Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa Tabel 5. Kepatuhan Cuci Tangan Perawat Rawat
umur responden terbanyak adalah pada rentang Inap dalam Melakukan 6 Langkah Cuci Tangan
31- 40 tahun. Hal tersebut menunjukkan perawat yang Benar di Rumah Sakit Islam Klaten
dirawat inap tempat penelitian sebagian besar Tahun 2016
adalah tenaga pada usia produktif dan masih jauh
dari masa pensiun. Motivasi Frekuensi Prosentase
Patuh 26 42,6
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden Tidak Patuh 35 57,4
Berdasarkan Jenis Kelamin Jumlah 61 100

15
PROFESI, Volume 14, Nomor 2 Maret 2017

Berdasarkan tabel 5 diketahui bahwa lemah dalam melakukan enam langkah cuci
sebagian besar responden memiliki kepatuhan tangan yang benar dan dia patuh sebanyak4
dalam melakukan 6 langkah cuci tangan yang responden atau sebesar 6,5%, serta untuk
benar yaitu dengan kategori tidak patuh 57,4%. responden yang memiliki motivasi yang lemah
Pengujian hipotesis dilakukan dengan dalam melakukan enam langkah cuci tangan yang
dengan menggunakan uji Chi-square (X2). Uji benar dan dia tidak patuh sebanyak 28 responden
Chi-square merupakan teknik analisis statistik atau sebesar 45,9%.
yang digunakan untuk menguji hipotesis bila Berdasarkan hasil analisis tabel 4.6 diatas
dalam populasi terdiri atas dua atau lebih kelas kemudian diperoleh nilaip.Value 0.000 jika di
dimana data berbentuk nominal dan sampelnya bandingkan dengan α = 0,05 maka Pearson
besar, untuk melihat hubungan antara variabel ChiSquare ≤0,05, hal ini berarti ada hubungan
bebas dengan variabel terikat, uji sttaistik yang antara motivasi perawat rawat inap dengan
digunakan adalah uji Chi-square. Pengambilan tingkat kepatuhan dalam melakukan 6 langkah
keputusan hasil berdasarkan pada batas cuci tangan yang benar di RSI Klaten. Untuk
kemaknaan 0,05. Jika p value < 0,05 maka yang lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 8 di bawah
diperoleh kemaknaan secara statistik, dan jika ini.
nilai p value > 0,05 maka hasil perhitungan tidak
bermakna secara statistik. Tabel 7. Hasil Analisis Chi Square
Adapun hasil analisis bivariat tentang
hubungan motivasi perawat rawat inap dengan Chi-Square Tests
tingkat kepatuhan daam melakukan 6 langkah
cuci tangan yang benar di RSI Klaten dapat Asymp.
dilihat pada tabel dibawah ini. Value Df Sig. (2-
sided)
Tabel 6. Hubungan Motivasi Perawat Rawat Inap
6,5%. Responden yang memiliki motivasi yang Pearson Chi- 25,398a 2 ,000
Square
di RSI Klaten Responden yang memiliki motivasi sedang
dalam melakukan enam langkah cuci tangan yang
Kepatuhan benar dan mereka patuh sebanyak 9 responden
Motivasi Patuh Tidak Jumlah
atau sebesar 14,8%, dan responden yang memiliki
P
Perawat Patuh motivasi sedang dalam melakukan enam langkah
N % N % n cuci tangan yang benar dan mereka tidak patuh
% sebanyak 4 responden atau sebesar N of Valid
Cases 61
Lemah 4 6,5 28 45,9 20 a. 0 cells (0,0%) have expected count less than
52,4 0,000 5. The minimum expected count is 6,82.
Sedang 9 14,8 4 6,5 25
21,3 Usia
Kuat 13 21,3 3 5 16
26,3
Jumlah responden penelitian diketahui
bahwa mayoritas responden berumur 31-40 tahun
Jml 61 100
P = probabilitas dengan uji chi square sebanyak 27 responden (44,3%).Berdasarkan
pendapat peneliti bahwa seperti kondisi ditempat
penelitian memang sebagian besar dari responden
Berdasarkan tabel 6 terlihat bahwa
ialah mereka yang masih berumur dewasa awal,
responden yang memiliki motivasi yang kuat
dimana mereka masih memiliki fisik yang kuat,
dalam melakukan 6 langkah cuci tangan yang
semangat yang cukup tinggi dan juga kemampuan
benar dan patuh yaitu sebanyak 13 responden
daya ingat dan daya serat ketika diberi ilmu atau
atau sebesar 21,3%, dan responden yang memiliki
ketrampilan baru, mereka lebih mudah menguasai
motivasi yang kuat dalam melakukan 6 langkah
dari pada responden yang berusia tua. Hal ini
cuci tangan yang benar tetapi mereka tidak patuh
sejalan dengan teori yang telah dikemukakan
yaitu sebanyak 3 responden atau sebesar 5%.
bahwa faktor internal yang mempengaruhi

dengan Tingkat Kepatuhan dalam Melakukan Likelihood Ratio 27,627 2 ,000 6 Langkah Cuci
Tangan yang Benar Linear-by-Linear 22,979 1 ,000

16
PROFESI, Volume 14, Nomor 2 Maret 2017

motivasi diantaranya adalah kematangan pribadi/ Syadan (dalam Sayuti, 2006) menyatakan
umur seseorang. Orang bersifat egois dan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
kemanja-manjaan biasanya akan kurang peka motivasi diantaranya adalah tingkat pendidikan
dalam menerima motivasi yang diberikan seseorang. Sebagai seorang perawat yang
sehingga agak sulit untuk diajak bekerjasama memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi,
dalam mmebuat motivasi kerja. Oleh sebab itu biasanya akan lebih termotivasi karena sudah
kebiasaan yang dibawanya sejak kecil, nilai yang memiliki wawasan yang lebih luas dibandingkan
dianut dan sikap bawaan seseorang sangat dengan perawat yang lebih rendah
memotivasinya (Sayuti, 2006). pendidikannya.
Usia berpengaruh terhadap kepatuhan Hasil penelitian hubungan antara motivasi
seseorang dalam melakukan enam langkah cuci perawat rawat inap dengan tingkat kepatuhan
tangan dengan benar. Usia seseorangsecara garis dalam melakukan 6 langkah cuci tangan yang
besar menjadi indikator dalamsetiap mengambil benar di RSI Klaten sebagian besar responden
keputusan yang mengacu pada setiap yang memiliki motivasi yang lemah dalam
pengalamannya (Niven, 2002). Berdasarkan hasil melakukan 6 langkah cuci tangan yang benar
penelitian diperoleh sebagian besar responden yaitu sebanyak 32 responden atau sebesar 52,5%.
berusia 31–40tahun.Umur 31-40 tahun bagi Hal ini membuktikan bahwa aspek cuci
peawat dianggap sebagai umur yang sudah tangan sebelum melakukan tindakan diperhatikan
matang, sehingga umur 31-40 tahun bagi perawat oleh perawat. Sedangkan kegunaan cuci tangan
diharapkan dapat meningkatkan kepatuhannya, menurut Tietjen (2004) untuk mencegah infeksi
pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya yang ditularkan melalui tangan dengan
untuk meningkatkan pelayanan kepada pasien menyingkirkan kotoran dan debu serta
(Saragih dan Rumapea, 2010). menghambat atau membunuh mikroorganisme
Jenis kelamin pada kulit.Hal ini sesuai dengan teori dari Garner
Berdasarkan hasil penelitian jenis kelamin dan Favero (1985) cit Majid (2000) yang
perawat mayoritas adalah perempuan 40 merekomendasikan kepada perawat untuk selalu
responden (58,8%). Hasil penelitian ini sesuai mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan
dengan penelitian oleh Asnan (2011), yang perawatan. Teori ini juga sesuai dengan pendapat
didapatkan hasil 75,4% perawat berjenis kelamin Depkes RI (2003), yang menyatakan cuci tangan
perempuan. Hal ini berdasarkan survey secara harus selalu dilakukan dengan benar sebelum dan
keseluruhan di Rumah Sakit Liun Kendage sesudah melakukan tindakan perawatan walaupun
didominasi oleh perawat perempuan yang memakai sarung tangan atau alat pelindung lain
terbesar diseluruh ruangan rawat inap maupun untuk menghilangkan mikroorganisme yang ada
rawat jalan. ditangan sehingga penyebaran penyakit dapat
Hal ini sesuai dengan pendapat Kozier & dikurangi dan lingkungan terjaga dari infeksi.
Erb‟s (2005) tentang filosofi mother instinct Hal ini senada dengan penelitian Ahmad
bahwa mayoritas perawat datang dari kaum Mudayana (2010), yang berjudul pengaruh
perempuan, dimana seorang perempuan memiliki motivasi dan beban kerja terhadap kinerja
naluri untuk merawat diri sendiri dan orang lain karyawan di rumah sakit Nur Hidayah Bantul
sebagaimana tercermin pada seorang itu serta dengan hasil Ada pengaruh motivasi kerja
naluri yang sederhana dalam memelihara terhadap kinerja karyawan di RS Nur Hidayah
kesehatan keluarganya. Bantul. Ada pengaruh faktor motivasi intrinsik
dan motivasi ekstrinsik terhadap kinerja
Pendidikan karyawan di RS Nur Hidayah Bantul. Ada
Berdasarkan dari 61 responden sebagian pengaruh sub variabel motivasi intrinsik
kesemuanya berpendidikan D3. Hal ini sesuai (tanggung jawab, pengakuan, prestasi kerja,
dengan Keputusan Menteri Kesehatan pengembangan karir, pekerjaan, promosi)
(Kepmenkes) Nomor 1239 tahun 201 yang terhadap kinerja karyawan di RS Nur Hidayah
menyatakan bahwa standar minimal pendidikan Bantul. pengembangan karir memiliki pengaruh
perawat pada institusi pelayanan kesehatan tertinggi dibandingkan dengan sub variabel
adalah Diploma Iii Keperawatan (Depkes RI, motivasi intrinsik lainnya. Tidak ada pengaruh
2001). Sesuai yang dikemukakan oleh Soeroso sub variabel motivasi ekstrinsik (hubungan kerja
(2003) bahwa lebih dari 60% perawat masih dan gaji) terhadap kinerja karyawan di RS Nur
berpendidikan Diploma III di Indonesia. Hidayah Bantul. Ada pengaruh sub variabel

17
PROFESI, Volume 14, Nomor 2 Maret 2017

kondisi kerja dalam motivasi ekstrinsik terhadap perusahaan yang bersangkutan dan lembaga lain
kinerja karyawan di RS Nur Hidayah Bantul. yang berwenang (Saifuddin dalamWardani,
2009)
Hubungan motivasi perawat rawat inap
dengan tingkat kepatuhan dalam melakukan 6
Kepatuhan perawat rawat inap dalam angkah cuci tangan yang benar di RSI Klaten
melakukan 6 langkah cuci tangan yang benar diperkuat dengan hasil penelitian yang
Hasil penelitian hubungan antara motivasi menunjukkan tabulasi silang yang sesuai dengan
perawat rawat inap dengan tingkat kepatuhan teori kepatuhan dan cuci tangan.Pada penelitian
dalam melakukan 6 langkah cuci tangan yang ini didapatkan bahwa sebagian besar responden
benar di RSI Klaten sebagian besar responden memiliki motivasi yang lemah dalam melakukan
yang memiliki kepatuhan tidak patuh dalam 6 langkah cuci tangan yang benar, begitu juga
melakukan 6 langkah cuci tangan yang benar sebagian besar responden memiliki kepatuhan
yaitu sebanyak 26 responden atau sebesar 42,6%. dalam melakukan 6 langkah cuci tangan yang
Menurut data Riset Kesehatan Dasar benar yaitu dengan kategori tidak patuh.
(RISKESDAS) tahun 2013, prevalensi nasional Hal ini senada dengan penelitian dengan
berperilaku benar dalam cuci tangan adalah judul Hubungan Motivasi dengan Kepatuhan
23,2%. Kepatuhan adalah suatu kondisi yang Perawat dalam Praktik Hand Hygienedi Ruang
tercipta dan terbentuk melalui proses dari Cendana IRNA RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta
serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai – (Quirina, dkk, 2015) didapatkan hasil Motivasi
nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan perawat sebagian besar baik yaitu 97,5%,
dan ketertiban. Sikap atau perbuatan yang kepatuhan perawat sebagian besar dalam kategori
dilakukan bukan lagi atau sama sekali tidak baik sebesar 97,5%, ada hubungan antara
dirasakan sebagai beban, bahkan sebaliknya akan motivasi dengan kepatuhan perawat dalam
membebani dirinya bila tidak dapat berbuat praktik hand higiene di ruang Cendana IRNA I
sebagaimana lazimnya (Prijadarminto,2003) RSUP Dr Sardjito Yogykarta dengan nilai
Kepatuhan perawat dalam melakukan cuci signifikansi p< 0,05 yaitu sebesar 0,000 dan nilai
tangan enam langkah dalam penelitian ini koefisiaensi sebasar 0,559.
sebagian besar adalah tidak patuh. Mayoritas Motivasi merupakan proses prikologis yang
perawat berperilaku negatif yang ditunjukkan dapat menjelaskan perilaku seseorang.
dengan ketidak patuhan dalam melakukan 6 Berdasarkan hasil penelitian melalui penyebaran
langkah cuci tangan untuk menghindari kejadian kuesioner tentang motivasi perawat diketahui
berbagai penyakit. bahwa motivasi perawat dalam melakukan enam
Menurut jurnal dari Roly Marwan, 2015 langkah cuci tangan dengan benar di ruang
dengan judul hubungan umur, lama kerja, perawatan RSI Klaten adalah sedang sementara
pendidikan, dan motivasi, dengan kepatuhan itu tingkat kepatuhan perawat adalah mayoritas
perawat melakukan 6 langkah 5 moment cuci tidak patuh dalam melakukan enam langkah cuci
tangan di ruang ICU RSUD Ulin Banjarmasin tangan dengan benar. Sementara itu untuk
ada hubungan yang sangat kuat pada motivasi tabulasi silang antara motivasi perawat dengan
dengan kepatuhan perawat dalam melakukan 6 tingkat kepatuhan dalam melakukan enam
langkah lima moment cuci tangan. langkah cuci tangan dengan benar dikehatui
bahwa motivasi perawat berhubungan dengan
Hubungan antara motivasi perawat rawat inap tingkat kepatuhan perawat dalam melakukan
dengan tingkat kepatuhan dalam melakukan 6 enam langkah cuci tangan dengan benar. Karena
langkah cuci tangan yang benar di RSI Klaten dengan motivasi yang tinggi yang dimiliki oleh
Ada hubungan yang signifikan (bermakna) perawat maka akan dapat meningkatkan
antara motivasi perawat rawat inap dengan kepatuhan perawat dalam melaksanakan enam
tingkat kepatuhan dalam melakukan 6 langkah langkah cuci tangan yang benar.
cuci tangan yang benar di RSI Klaten
(pvalue=0,000).
Kepatuhan merupakan sikap seseorang untuk SIMPULAN
bersedia mentaati dan mengikuti spesifikasi, Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah
standar atau aturan yang telah diatur dengan jelas, dilaksanakan maka simpulan yang dapat diambil
dimana aturan tersebut diterbitkan oleh adalah sebagai berikut :

18
PROFESI, Volume 14, Nomor 2 Maret 2017

1. Berdasarkan hasil penelitian diketahui


bahwa dari 61 reponden yang dijadikan
sampel bahwa mayoritas responden berumur
antara 31-40 tahun dengan jenis kelamin
terbanyak adalah perempuan dan tingkat
pendidikan perawat mayoritas adalah D3
Keperawatan.
2. Motivasi perawat dalam cuci tangan
enam 6 langkah cuci tangan yang benar di RSI
Klaten sebagian besar responden adalah lemah
sebanyak 32 responden (52,5%)
3. Tingkat kepatuhan perawat dalam
melakukan cuci tangan enam 6 langkah cuci
tangan yang benar di RSI Klaten sebagian
besar tidak patuh yaitu 35 responden (57,4%)
4. Ada hubungan motivasi perawat rawat
inap dengan tingkat kepatuhan dalam
melakukan 6 langkah cuci tangan yang benar
di RSI Klaten
(p value = 0,000)

REFERENSI

Depkes RI. 2003. Pedoman Pengendalian Infeksi


Nosokomial. Jakarta.
Hamzah B. Uno, 2008. Teori Motivasi dan
Pengukurannya Analisis di Bidang
Pendidikan, Bumi Aksara, Jakarta.
Kozier. B. 2007. Buku Ajar Perawatan Klinis.
Edisi 5. Jakarta: ECG.
Mudayana, Ahmad Ahid. 2010. Pengaruh
Motivasi Dan Beban Kerja Terhadap
Kinerja Karyawan Di Rumah Sakit Nur
Hidayah Bantul. Jurnal Universitas
Ahmad Dahlan
Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian
Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Niven, N. 2002. Psikologi kesehatan pengantar
untuk perawat dan
professional kesehatan lain. Jakarta:
EGC.
Nursalam. 2011. Konsep dan Penerapan
Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Potter & Perry. 2005. Fundamental
Keperawatan. Volume 1. Jakarta: EGC.
Rolly. 2015. Hubungan umur, lama kerja, p

19
PROFESI, Volume 14, Nomor 2 Maret 2017

ANALISA JURNAL

1. Judul jurnal
Hubungan motivasi perawat dengan kepatuhan melakukan cuci tangan
2. Kata kunci
Motivasi, tingkat kepatuhan, cuci tangan
3. Penulis jurnal
Fakhrudin nasrul sani, muthiah rissa pratiwi
4. Latar belakang masalah
kejadian infeksi nosokomial Indonesia sekitar 9,1 % dengan variasi 6,1%-16,0%. Penelitian
yang pernah dilakukan di 11 rumah sakit di DKI Jakarta pada 2004 menunjukkan bahwa 9,8 %
pasien rawat inap mendapat infeksi nosokomial selama dirawat. Angka kejadian infeksi
nosokomial RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2005 sebesar 7,95 %, dan kejadian infeksi
nosokomial RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo pada trimester III tahun 2009 sebesar 4,4 %. Data
dari panitia pengendali infeksi nosokomial RSI Klaten diperoleh kejadian infeksi nosokomial
pada tahun 2012 masih termasuk tinggi yaitu sekitar 15 %(Survey PPI RSI Klaten, 2012).
5. Tujuan penelitian
untuk mengetahui apakah ada hubungan motivasi perawat rawat inap dengan tingkat
kepatuhan dalam melakukan 6 langkah cuci tangan yang benar di RSI Klaten.
6. Metode peneitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode observasi analitik yaitu untuk
mencari hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat yang analisisnya untuk
menentukan ada tidaknya hubungan antara variabel sehingga perlu disusun hipotesisnya, dengan
pendekatan subjek cross sectional dimana peneliti menekankan waktu pengukuran/observasi data
variabel independen dan variabel dependen hanya satu kali satu saat. Penilitian ini dilakukan di
RSI Klaten, pada bulan Juli 2016. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 61 responden, Teknik
pengambilan sampel menggunakan Purposive Sampling.
7. Hasil penelitian
Hasil penelitian hubungan antara motivasi perawat rawat inap dengan tingkat kepatuhan
dalam melakukan 6 langkah cuci tangan yang benar di RSI Klaten sebagian besar responden yang
memiliki kepatuhan tidak patuh dalam melakukan 6 langkah cuci tangan yang benar yaitu
sebanyak 26 responden atau sebesar 42,6%
Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan maka simpulan yang dapat diambil
adalah sebagai berikut : 1. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dari 61 reponden yang
dijadikan sampel bahwa mayoritas responden berumur antara 31-40 tahun dengan jenis kelamin
terbanyak adalah perempuan dan tingkat pendidikan perawat mayoritas adalah D3 Keperawatan.
2. Motivasi perawat dalam cuci tangan enam 6 langkah cuci tangan yang benar di RSI Klaten
sebagian besar responden adalah lemah sebanyak 32 responden (52,5%) 3. Tingkat kepatuhan
perawat dalam melakukan cuci tangan enam 6 langkah cuci tangan yang benar di RSI Klaten
sebagian besar tidak patuh yaitu 35 responden (57,4%) 4. Ada hubungan motivasi perawat rawat
inap dengan tingkat kepatuhan dalam melakukan 6 langkah cuci tangan yang benar di RSI Klaten
(p value = 0,000)
8. Kelemaham penelitian yang terdapat pada jurnal
o Peneliti hanya tidak menjelaskan berapa lama penelitian di lakukan

9. Kelebihanpenelitian yang terdapat pada jurnal

20
PROFESI, Volume 14, Nomor 2 Maret 2017

o Dapat menjelaskan secara jelas cara cuci tangan kepada semua usia

10. Manfaat penelitian yang di dapat pada jurnal


o Memberikan sumber referensi

o Bagi perawat dapat melakukan tindakan cuci tangan 6 langkah

21
PROFESI, Volume 14, Nomor 2 Maret 2017

22

Anda mungkin juga menyukai