Anda di halaman 1dari 16

5 contoh kasus kesalahan etika akuntansi

1. Kasus atas laporan Keuangan PT. Muzatek, PT Luhur Artha Kencana dan Apartemen
Nuansa Hijau.
Kasus pelanggaran Standar Profesional Akuntan Publik kembali muncul. Menteri Keuangan
pun memberi sanksi pembekuan. Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati
membekukan izin Akuntan Publik (AP) Drs. Petrus Mitra Winata dari Kantor Akuntan Publik
(KAP) Drs. Mitra Winata dan Rekan selama dua tahun, terhitung sejak 15 Maret 2007.
Kepala Biro Hubungan Masyarakat Departemen Keuangan Samsuar Said dalam siaran pers
yang diterima Hukumonline, Selasa (27/3), menjelaskan sanksi pembekuan izin diberikan
karena akuntan publik tersebut melakukan pelanggaran terhadap Standar Profesional Akuntan
Publik (SPAP). Pelanggaran itu berkaitan dengan pelaksanaan audit atas Laporan Keuangan
PT Muzatek Jaya tahun buku berakhir 31 Desember 2004 yang dilakukan oleh Petrus. Selain
itu, Petrus juga telah melakukan pelanggaran atas pembatasan penugasan audit umum dengan
melakukan audit umum atas laporan keuangan PT Muzatek Jaya, PT Luhur Artha Kencana
dan Apartemen Nuansa Hijau sejak tahun buku 2001 sampai dengan 2004. Komentar : Dalam
kasus PT. Muzatek, kiranya adanya pemeriksaan atas kinerja yang di lakukan lapangan, agar
tidak kecurangan seperti kasus di atas, dan hukuman dalam penyalagunaan SPAP kiranya
lebih di pertegas. Walau hukum di negara ini adalah Uang, susah juga. :)

2. Manipulasi Laporan Keuangan PT KAI


Transparansi serta kejujuran dalam pengelolaan lembaga yang merupakan salah satu derivasi
amanah reformasi ternyata belum sepenuhnya dilaksanakan oleh salah satu badan usaha milik
negara, yakni PT Kereta Api Indonesia. Dalam laporan kinerja keuangan tahunan yang
diterbitkannya pada tahun 2005, ia mengumumkan bahwa keuntungan sebesar Rp. 6,90
milyar telah diraihnya. Padahal, apabila dicermati, sebenarnya ia harus dinyatakan menderita
kerugian sebesar Rp. 63 milyar. Kerugian ini terjadi karena PT Kereta Api Indonesia telah
tiga tahun tidak dapat menagih pajak pihak ketiga. Tetapi, dalam laporan keuangan itu, pajak
pihak ketiga dinyatakan sebagai pendapatan. Padahal, berdasarkan standar akuntansi
keuangan, ia tidak dapat dikelompokkan dalam bentuk pendapatan atau asset. Dengan
demikian, kekeliruan dalam pencatatan transaksi atau perubahan keuangan telah terjadi di
sini. Di lain pihak, PT Kereta Api Indonesia memandang bahwa kekeliruan pencatatan
tersebut hanya terjadi karena perbedaan persepsi mengenai pencatatan piutang yang tidak
tertagih. Terdapat pihak yang menilai bahwa piutang pada pihak ketiga yang tidak tertagih itu
bukan pendapatan. Sehingga, sebagai konsekuensinya PT Kereta Api Indonesia seharusnya
mengakui menderita kerugian sebesar Rp. 63 milyar. Sebaliknya, ada pula pihak lain yang
berpendapat bahwa piutang yang tidak tertagih tetap dapat dimasukkan sebagai pendapatan
PT Kereta Api Indonesia sehingga keuntungan sebesar Rp. 6,90 milyar dapat diraih pada
tahun tersebut. Diduga, manipulasi laporan keuangan PT Kereta Api Indonesia telah terjadi
pada tahun-tahun sebelumnya. Sehingga, akumulasi permasalahan terjadi disini.
KOMENTAR : Dalam hal ini PT.KAI indonesia mengabaikan adanya organisisai lembaga
keuangan yang difungsikan untuk mengaudit hasil laporan keuangan pertahun yang terdapat
oleh PT. KAI, dan ternyata hal tersebut tak dipungkiri karena adanya proud yang di alami
oleh PT Kereta Api Indonesia. Kiranya ada pembenahan yang lebih baik lagi dari PT. KAI
indonesia.

3. Kasus KPMG-Siddharta Siddharta & Harsono yang diduga menyuap pajak.


September tahun 2001, KPMG-Siddharta Siddharta & Harsono harus menanggung malu.
Kantor akuntan publik ternama ini terbukti menyogok aparat pajak di Indonesia sebesar US$
75 ribu. Sebagai siasat, diterbitkan faktur palsu untuk biaya jasa profesional KPMG yang
harus dibayar kliennya PT Easman Christensen, anak perusahaan Baker Hughes Inc. yang
tercatat di bursa New York. Berkat aksi sogok ini, kewajiban pajak Easman memang susut
drastis. Dari semula US$ 3,2 juta menjadi hanya US$ 270 ribu. Namun, Penasihat Anti Suap
Baker rupanya was-was dengan polah anak perusahaannya. Maka, ketimbang menanggung
risiko lebih besar, Baker melaporkan secara suka rela kasus ini dan memecat eksekutifnya.
Badan pengawas pasar modal AS, Securities & Exchange Commission, menjeratnya dengan
Foreign Corrupt Practices Act, undang-undang anti korupsi buat perusahaan Amerika di luar
negeri. Akibatnya, hampir saja Baker dan KPMG terseret ke pengadilan distrik Texas.
Namun, karena Baker mohon ampun, kasus ini akhirnya diselesaikan di luar pengadilan.
KPMG pun terselamatan. Sumber : http://keluarmaenmaen.blogspot.com/2010/11/beberapa-
contoh-kasus-pelanggaran-etika.html Komentar : KPMG juga telah melanggar prinsip
objektivitas karena telah memihak kepada kliennya dan melakukan kecurangan dengan
menyogok aparat pajak di Indonesia. Seharusnya adanya UU yang pertegas tentang hukuman
para orang yang melakukan kecurangan tersebut.

4. Kasus KAP Anderson dan Enron


Kasus KAP Anderson dan Enron terungkap saat Enron mendaftarkan kebangkrutannya ke
pengadilan pada tanggal 2 Desember 2001. Saat itu terungkap, terdapat hutang perusahaan
yang tidak dilaporkan, yang menyebabkan nilai investasi dan laba yang ditahan berkurang
dalam jumlah yang sama. Sebelum kebangkrutan Enron terungkap, KAP Anderson
mempertahankan Enron sebagai klien perusahaan dengan memanipulasi laporan keuangan
dan penghancuran dokumen atas kebangkrutan Enron, dimana sebelumnya Enron
menyatakan bahwa periode pelaporan keuangan yang bersangkutan tersebut, perusahaan
mendapatkan laba bersih sebesar $ 393, padahal pada periode tersebut perusahaan mengalami
kerugian sebesar $ 644 juta yang disebabkan oleh transaksi yang dilakukan oleh perusahaan-
perusahaan yang didirikan oleh Enron. Sumber :
http://www.scribd.com/doc/40228705/KASUS-ENRON Komentar : Kecurangan yang
dilakukan oleh Arthur Andersen telah banyak melanggar prinsip etika profesi akuntan
diantaranya yaitu melanggar prinsip integritas dan perilaku profesional. Dalam hal untuk para
akuntan sebaiknya tidak meniru apa yang di lakukan oleh anderson yang merugikan Enron.

5. Kredit Macet Rp 52 Miliar, Akuntan Publik Diduga Terlibat JAMBI, KOMPAS.com


Seorang akuntan publik yang membuat laporan keuangan perusahaan Raden Motor untuk
mendapatkan pinjaman modal senilai Rp 52 miliar dari BRI Cabang Jambi pada 2009, diduga
terlibat kasus korupsi dalam kredit macet. Hal ini terungkap setelah pihak Kejati Jambi
mengungkap kasus dugaan korupsi tersebut pada kredit macet untuk pengembangan usaha di
bidang otomotif tersebut. Fitri Susanti, kuasa hukum tersangka Effendi Syam, pegawai BRI
yang terlibat kasus itu, Selasa (18/5/2010) mengatakan, setelah kliennya diperiksa dan
dikonfrontir keterangannya dengan para saksi, terungkap ada dugaan kuat keterlibatan dari
Biasa Sitepu sebagai akuntan publik dalam kasus ini. Hasil pemeriksaan dan konfrontir
keterangan tersangka dengan saksi Biasa Sitepu terungkap ada kesalahan dalam laporan
keuangan perusahaan Raden Motor dalam mengajukan pinjaman ke BRI. Ada empat kegiatan
data laporan keuangan yang tidak dibuat dalam laporan tersebut oleh akuntan publik,
sehingga terjadilah kesalahan dalam proses kredit dan ditemukan dugaan korupsinya. “Ada
empat kegiatan laporan keuangan milik Raden Motor yang tidak masuk dalam laporan
keuangan yang diajukan ke BRI, sehingga menjadi temuan dan kejanggalan pihak kejaksaan
dalam mengungkap kasus kredit macet tersebut,” tegas Fitri. Keterangan dan fakta tersebut
terungkap setelah tersangka Effendi Syam diperiksa dan dikonfrontir keterangannya dengan
saksi Biasa Sitepu sebagai akuntan publik dalam kasus tersebut di Kejati Jambi. Semestinya
data laporan keuangan Raden Motor yang diajukan ke BRI saat itu harus lengkap, namun
dalam laporan keuangan yang diberikan tersangka Zein Muhamad sebagai pimpinan Raden
Motor ada data yang diduga tidak dibuat semestinya dan tidak lengkap oleh akuntan publik.
Tersangka Effendi Syam melalui kuasa hukumnya berharap pihak penyidik Kejati Jambi
dapat menjalankan pemeriksaan dan mengungkap kasus dengan adil dan menetapkan siapa
saja yang juga terlibat dalam kasus kredit macet senilai Rp 52 miliar, sehingga terungkap
kasus korupsinya. Sementara itu pihak penyidik Kejaksaan yang memeriksa kasus ini belum
maumemberikan komentar banyak atas temuan keterangan hasil konfrontir tersangka Effendi
Syam dengan saksi Biasa Sitepu sebagai akuntan publik tersebut. Kasus kredit macet yang
menjadi perkara tindak pidana korupsi itu terungkap setelah kejaksaan mendapatkan laporan
adanya penyalahgunaan kredit yang diajukan tersangka Zein Muhamad sebagai pimpinan
Raden Motor. Dalam kasus ini pihak Kejati Jambi baru menetapkan dua orang tersangka,
pertama Zein Muhamad sebagai pimpinan Raden Motor yang mengajukan pinjaman dan
tersangka Effedi Syam dari BRI yang saat itu menjabat sebagai pejabat penilai pengajuan
kredit. komentar: Dalam kasus ini, seorang akuntan publik (Biasa Sitepu) sudah melanggar
prinsip kode etik yang ditetapkan oleh KAP ( Kantor Akuntan Publik ). Biasa Sitepu telah
melanggar beberapa prinsip kode etik diantaranya yaitu : 1. Prinsip tanggung jawab : Adanya
Moral, Kepercayaan, dan Tanggung jawab, yang akhirnya kepercayaan tersebut hilang karena
adanya Proud. 2. Prinsip integritas : Adanya PROUD dan akhirnya pelaku mengakui dari
para saksi. 3. Prinsip obyektivitas : Tidak Obyektif terhadap laporan keuangan yang ada. 4.
Prinsip perilaku profesional : Tidak memenuhi syarat etika akuntansi yang telah di terapkan.
5. Prinsip standar teknis : Tidak mengikuti Aturan SAP dan UU yang berlaku pada etika
akuntansi.
KASUS ENRON : TUGAS ETIKA PROFESI AKUNTANSI PUBLIK 1C

NAMA            : TIA LORA NUROSHOBAH


KELAS          : 4EB25
NPM              : 27211093

  Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatNya saya
dapat menyelesaikan tugas softskill ini. Dengan adanya tugas ini bisa menambah
pengetahuan saya. Dalam tugas softskill yang saya buat ini,mungkin terdapat banyak
kesalahaan secara tidak sengaja. Banyak kelemahan dalam tugas softskill ini. Oleh
sebab itu, mengingat akan tujuan saya membuat tugas softskill ini adalah untuk
menambah pengetahuan dan sebagai tugas mata kuliah softskill Etika Profesi
Akuntansi, maka saya mohon maklum atas segala kesalahan dalam penulisan tugas
softskill ini

KASUS ENRON
Enron adalah sebuah perusahaan energi Amerika yang berbasis di Houston,
Texas, Amerika Serikat. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1930 sebagai Northern
Natural Gas.
Enron Corporation adalah sebuah perusahaan energi Amerika yang berbasis
di Houston, Texas, Amerika Serikat. Sebelum bangkrutnya pada akhir 2001, Enron
sebelum tahun 2001 mempekerjakan sekitar 21.000 orang pegawai dan merupakan
salah satu Perusahaan terkemuka di dunia dalam bidang listrik, gas alam, bubur
kertas dan kertas, serta komunikasi.Enron mengaku penghasilannya pada tahun
2000 berjumlah $101 milyar.

Tokoh Penting :
Pendiri Enron : Kenneth Lay,
CEO dan CRO Sementara : Stephen F. Cooper,
Ketua : John J. Ray, III
Wakil Komisaris : Clifford Baxter

  Fortune menamakan Enron "Perusahaan Amerika yang Paling Inovatif"


selama enam tahun berturut-turut. Enron menjadi sorotan masyarakat luas pada
akhir 2001, ketika terungkapkan bahwa kondisi keuangan yang dilaporkannya
didukung terutama oleh penipuan akuntansi yang sistematis, terlembaga, dan
direncanakan secara kreatif. Operasinya di Eropa melaporkan kebangkrutannya
pada 30 November 2001, dan dua hari kemudian, pada 2 Desember, di AS Enron
mengajukan permohonan perlindungan Chapter 11. Saat itu, kasus itu merupakan
kebangkrutan terbesar dalam sejarah AS dan menyebabkan 4.000 pegawai
kehilangan pekerjaan mereka.

KAP ARTHUR ANDERSON


salah satu firma akuntansi terbesar di AS yang berdiri sejak 1913 Kantor
Akuntan Publik yang termasuk dalam “the big four” (PricewaterhouseCoopers,
Deloitte, Ernst & Young, KPMG) lalu pecah menjadi “the big five” Sejak pemisahan
bisnis jasa atestasi (fungsi akuntansi dan konsultasi) Arthur Andersen, (1999)

KERJA SAMA KAP ARTHUR ANDERSON dan ENRON


Arthur andersen Perusahaan akuntan yang mengaudit laporan keuangan
Enron, juga sebagai konsultan manajemen Enron. KAP tersebut memiliki kebijakan
pemusnahan dokumen yang tidak menjadi bagian dari kertas kerja audit formal.

Kasus Enron dan Kap Arthur Anderson


Enron dan KAP Andersen dituduh telah melakukan kriminal dalam bentuk
penghancuran dokumen yang berkaitan dengan investigasi atas kebangkrutan
Enron (penghambatan terhadap proses peradilan).
KAP Andersen diberhentikan sebagai auditor enron pada pertengahan juni
2002. sementara KAP Andersen menyatakan bahwa penugasan Audit oleh Enron
telah berakhir pada saat Enron mengajukan proses kebangkrutan pada 2 Desember
2001. Pemerintahan Amerika (The US General Services Administration) melarang
Enron dan KAP Andersen untuk melakukan kontrak pekerjaan dengan lembaga
pemerintahan di Amerika. Tanggal 28 Pebruari 2002 KAP Andersen menawarkan
ganti rugi 750 Juta US dollar untuk menyelesaikan berbagai gugatan hukum yang
diajukan kepada KAP Andersen.
Tanggal 22 Maret 2002 mantan ketua Federal Reserve, Paul Volkcer, yang direkrut
untuk melakukan revisi terhadap praktek audit dan meningkatkan kembali citra KAP
Andersen mengusulkan agar manajeman KAP Andersen yang ada diberhentikan
dan membentuk suatu komite yang diketuai oleh Paul sendiri untuk menyusun
manajemen baru.

Lembaga - Lembaga Eksternal juga Ikut Bertanggung Jawab Terjadinya Kasus


Enron Auditor.
Arthur Andersen (satu dari lima perusahaan akuntansi terbesar) adalah kantor
akuntan Enron. Tugas dari Andersen adalah melakukan pemeriksaan dan
memberikan kesaksian apakah laporan keuangan Enron memenuhi GAAP
(generally accepted accounting practices). Andersen mengalami konflik kepentingan
akibat pembayaran yang begitu besar dari Enron, $5 juta untuk biaya audit dan $50
juta untuk biaya konsultasi.

Konsultan hukum.
Konsultan hukum Enron, khususnya Vinson & Elkins juga disewa oleh Enron.
Konsultan hukum ini bertanggungjawab untuk menyediakan opini hukum atas
strategi, struktur, dan legalitas umum atas semua yang dilakukan oleh Enron.

Regulator.
Enron sebagai perusahaan yang melakukan perdagangan di pasar energi
diawasi oleh Federal Energy Regulatory Commission (FERC), akan tetapi FERC
tidak melakukan pengawasan secara mendalam. Hal ini dikarenakan Enron
melakukan aktivitasnya dalam perdagangan listrik tidak di satu negara, yaitu antar
negara.

Pasar ekuitas.
Sebagai perusahaan publik, Enron diharuskan mengikuti peraturan dari SEC.
Akan tetapi dalam pengawasannya SEC, tidak melakukan investigasi secara
mendalam atau melakukan konfirmasi ulang terhadap Enron. SEC hanya
mengandalkan pada testimoni yang dibuat oleh lembaga lain seperti auditor
perusahaan (Arthur Andersen). Sedangkan NYSE mengharuskan Enron memenuhi
peraturan perdagangan di NYSE. Berbeda dengan SEC, NYSE tidak hanya
melakukan verifikasi firsthand.

Pasar hutang.
Enron menginginkan dan membutuhkan sebuah nilai rating. Sehingga Enron
membayar Standard & Poors serta Moody’s untuk memberikan nilai rating. Rating ini
dibutuhkan untuk sekuritas hutang perusahaan yang diterbitkan dan diperdagangkan
di pasar. Yang menjadi masalah, perusahaan rating tersebut hanya melakukan
analisis sebatas pada data yang diberikan kepada mereka oleh Enron, operasional
dan aktivitas keuangan Enron.

MUNCULNYA KASUS
MANAJEMEN ENRON MELAKUKAN KECURANGAN
Window dressing (Memanipulasi akun – akun laporan keuangan agar nampak
menarik di mata investor dengan cara menyembunyikan hutang – hutang $12 billion.
Teknik- off balance sheet (mencatat di buku besar sehingga tidak nampak di laporan
keuangan)Special purpose partnership (Mendirikan ± 90 Perusahaan diluar enron
untuk
mengalihkan hutang – hutang enron)

KASUS TERUNGKAP
Penyebabnya:
®  Masalah kepentingan pemegang saham mayoritas dan manajemen Transaksi
dengan pihak beberapa perusahaan afiliasi
®  Pemberian opsi saham (stock option plan) yang masif tidak hanya kepada
karyawan  kunci, bahkan komite audit, karyawan bisa, serta program pensiun
karyawan dengan memperoleh opsi saham perusahaan.
®  Penjualan saham dalam skala besar oleh pihak orang dalam.

Dampak Keruntuhan Enron


Keruntuhan perusahaan energi Enron cukup banyak berdampak bagi dunia
bisnis internasional. Akibat kebangkrutan Enron pada tahun 2001 sedikitnya 4.000
karyawan kehilangan pekerjaan. Kolapsnya Enron juga mengguncang neraca keuangan
para kreditornya yang telah mengucurkan milyaran dolar (JP Morgan Chase dan
Citigroup adalah dua kreditor terbesarnya). Para karyawan Enron dan investor kecil-
kecilan juga dirugikan karena simpanan hari tua mereka yang musnah. Sebagian besar
dana pensiun dan tabungan 20.000 karyawan Enron terikat dalam saham yang kini
tanpa nilai.
Arthur Andersen LLP (member di Amerika Serikat) yang dianggap ikut bersalah
dalam kebangkrutan Enron juga terkena imbasnya. Member Arthur Andersen di
beberapa negara seperti, Jepang dan Thailand, telah membuat kesepakatan merger
dengan KPMG, Australia dan Selandia Baru dengan Ernst & Young, dan Spanyol
dengan Deloitte Touche Tohmatsu. Di Amerika sendiri, aktivitas seluruh member
Andersen dibekukan pemerintah. Akibatnya, menurut Asian Wall Street Journal klien-
klien Andersen LLP beralih ke berbagai auditor. Antara lain Delotte and Touche (10
persen), KPMG (11 persen), PriceWaterhouseCooper (20 persen), dan Ernst & Young
(28 persen). Dan yang berpindah ke auditor-auditor kecil lainnya atau mengaku belum
tahu berpindah kemana sebanyak 40 persen. Masih banyak lagi hal-hal yang
dipengaruhi oleh keruntuhan Enron, seperti munculnya trauma dalam bursa saham
terhadap efek domino skandal Enron. Hal ini membuat para investor mengurangi
aktivitasnya di bursa saham sehingga gairah bursa dunia menjadi lesu.
BERAKHIRNYA KASUS ENRON

PERUBAHAN YANG TERJADI SETELAH KASUS


- Disahkan UU baru, Sarbannes Oxley, Act 2002 :
- Larangan melakukan jasa konsultasi bersamaan dengan audit keuangan
- Pembatasan masa partner audit (7thn)
- Keharusan Auditor untuk memberikan opini terhadap keandalan SPI

Kesimpulan
Enron dan KAP Arthur Andersen sudah melanggar kode etik yang seharusnya menjadi
pedoman dalam melaksanakan tugasnya dan bukan untuk dilanggar. Yang
menyebabkan kebangkrutan dan keterpurukan pada perusahaan Enron adalah Editor,
Arthur Andersen (satu dari lima perusahaan akuntansi terbesar) yang merupakan kantor
akuntan Enron. Keduanya telah bekerja sama dalam memanipulasi laporan keuangan
sehingga merugikan berbagai pihak baik pihak eksternal seperti para pemegang saham
dan pihak internal yang berasal dari dalam perusahaan enron. Enron telah melanggar
etika dalam bisnis dengan tidak melakukan manipulasi-manipulasi guna menarik
investor. Sedangkan Arthur Andersen yang bertindak sebagai auditor pun telah
melanggar etika profesinya sebagai seorang akuntan. Arthur Andersen telah melakukan
“kerjasama” dalam memanipulasi laporan keuangan enron. Hal ini jelas Arthur Andersen
tidak bersikap independent sebagaimana yang seharusnya sebagai seorang akuntan.

1C.      Kemahiran profesional Arthur Anderson terhadap enron.


Arthur Andersen merupakan KAP yang ahli dan profesional dalam bidangnya sebagai
auditor, tetapi sangat disayangkan ke profesionalisme yang dimilikinya harus salah
digunakan, karena ia tidak memiliki sikap independensi mental dan tidak memiliki sifat
tanggung jawab atas pekerjaan yang dimilikinya, ia lebih memilih untuk melakukan
kecurangan bersama dengan petinggi enron demi mendapatkan keuntungan untuk
dirinya maupun pihak enron.Jelas ini sudah sangat melanggar etika profesi dirinya
sebagai seoarang auditor atau auntan. Karena tindakannya ini maka Arthur Andersen
menerima hukuman memberikan uang $32 milyar untuk para pemegang saham enron,
karena sudah melanggar kode etik profesinya sebagai auditor dalam mengaudit dan
menerima tuntutan dari para karyawan.

Tanggapan    :
             Menurut saya, dari kasus ini dapat di simpulkan bahwa Enron
dan KAP Arthur Andersen telah melanggar kode etik dan ingkar dari
tanggung jawab yang seharusnya menjadi pedoman dalam
melaksanakan tugasnya dan bukan untuk dilanggar. Pelanggaran
tersebut awalnya mendatangkan keuntungan bagi Enron, tetapi
akhirnya dapat saja menjatuhkan kredibilitas bahkan menghancurkan
Enron dan KAP Arthur Andersen. Di dalam kasus ini, KAP yang
seharusnya bisa bersikap menjunjung tinggi independensi dan
profesionalisme tidak dilakukan oleh KAP Arthur Andersen. Karena
perbuatan mereka inilah, kedua-duanya telah menuai kehancuran
dimana Enron bangkrut dengan meninggalkan hutang milyaran dolar
sedangakan KAP Arthur Andersen sendiri kehilangan ke-
independensiannya dan kepercayaan dari masyarakat terhadap KAP
tersebut dan dapat juga berdampak pada karyawan yang bekerja di
KAP Arthur Andersen dimana mereka menjadi sulit untuk
mendapatkan pekerjaan akibat kasus ini. Dimana pentingnya peran
profesi Akuntan khususnya Akuntan Publik di pasar modal guna
melindungi kepentingan publik.Tantangan Akuntan Publik yakni
menjaga kualitas dan kepercayaan yang diberikan oleh masyarakat
dalam memberikan informasi mengenai kondisi keuangan suatu
perusahaan.
SEJARAH KASUS ENRON
September 10, 2013

By hafikahadiyanti

Enron dibentuk pada tahun 1985 oleh sebuah perusahaan “ Houston Natural Gas” dengan
“InterNorth” (penyalur gas alam melalui pipa), sebuah Perusahaan lain dalam pemipaan
minyak sebagai hasil merger yang diwajibkan oleh peraturan perundangan Pemerintah federal
Amerika.  Pada tahun 1997 Enron membeli perusahaan pembangkit listrik “Portland General
Electric Corp” senilai $ 2 milyar. Sebelum tahun 1997 berakhir, manajemen mengubah
perusahaan tersebut menjadi “Enron Capital and Trade Resources” yang menjadi perusahaan
Amerika terbesar yang memperjualbelikan gas alam serta listrik. Pendapatan meningkat
drastis dari $ 2 milyar menjadi $ 7 milyar dengan karyawan yang juga tumbuh dari 200 orang
menjadi 2.000 orang.
Tidak cukup dengan prestasi tersebut, Enron membentuk pula “Enron Online” (EOL) pada
bulan oktober 1999. EOL merupakan unit usaha Enron yang secara online memasarkan
produk energi secara elektronik lewat website. Dalam sekejap, EOL berhasil melaksanakan
transaksi senilai $ 335 milyar pada tahun 2000. Pada Januari 2000, Enron mengumumkan
sebuah rencana besar yang amat ambisius untuk membangun jaringan elektronik broadbrand
yang berkecepatan tinggi (high speed broadbrand) dengan kapasitas jaringan penjualan
brandwidth untuk melakukan penjualan gas serta listrik. Enron membiayai ratusan juta dollar
guna melaksanakan program ini, walaupun keuntungannya belum nampak, namun harga
saham Enron di Wall Street melonjak menjadi $ 40, bahkan meningkat menjadi $ 90,56,
sehingga Enron dinyatakan oleh majalah Fortune maupun media lain sebagai “one of the
most admired and innovative companies in the world” (Perusahaan Amerika yang Paling
Inovatif) selama enam tahun berturut-turut.
Enron menjadi sorotan masyarakat luas pada akhir 2001, ketika terungkapkan bahwa kondisi
keuangan yang dilaporkannya didukung terutama oleh penipuan akuntansi yang sistematis,
terlembaga, dan direncanakan secara kreatif. Operasinya di Eropa melaporkan
kebangkrutannya pada 30 November 2001, dan dua hari kemudian, pada 2 Desember, di AS
Enron mengajukan permohonan perlindungan Chapter 11. Saat itu, kasus itu merupakan
kebangkrutan terbesar dalam sejarah AS dan menyebabkan 4.000 pegawai kehilangan
pekerjaan mereka. Tuntutan hukum terhadap para direktur Enron, setelah skandal tersebut,
sangat menonjol karena para direkturnya menyelesaikan tuntutan tersebut dengan membayar
sejumlah uang yang sangat besar secara pribadi. Selain itu, skandal tersebut menyebabkan
dibubarkannya perusahaan akuntansi Arthur Andersen, yang akibatnya dirasakan di kalangan
dunia bisnis yang lebih luas.
Kasus Enron mulai terungkap pada bulan Desember tahun 2001 dan terus menggelinding
pada tahun 2002 berimplikasi sangat luas terhadap pasar keuangan global yang di tandai
dengan menurunnya harga saham secara drastis berbagai bursa efek di belahan dunia, mulai
dari Amerika, Eropa, sampai ke Asia. Enron, suatu perusahaan yang menduduki ranking
tujuh dari lima ratus perusahaan terkemuka di Amerika Serikat dan merupakan perusahaan
energi terbesar di AS jatuh bangkrut dengan meninggalkan hutang hampir sebesar US $ 31.2
milyar.
Dalam kasus Enron diketahui terjadinya perilaku moral hazard diantaranya manipulasi
laporan keuangan dengan mencatat keuntungan 600 juta Dollar AS padahal perusahaan
mengalami kerugian. Manipulasi keuntungan disebabkan keinginan perusahaan agar saham
tetap diminati investor, kasus memalukan ini konon ikut melibatkan orang dalam gedung
putih, termasuk wakil presiden Amerika Serikat.
Enron masih ada sekarang dan mengoperasikan segelintir aset penting dan membuat
persiapan-persiapan untuk penjualan atau spin-off sisa-sisa bisnisnya. Enron muncul dari
kebangkrutan pada November 2004 setelah salah satu kasus kebangkrutan terbesar dan paling
rumit dalam sejarah AS. Sejak itu, Enron menjadi lambang populer dari penipuan dan korupsi
korporasi yang dilakukan secara sengaja. Jeffrey Skilling menjelaskan kebangkrutan Enron
disebabkan terganggunya proses bisnis akibat credit rating perusahaan menurun pada
November 2001. Hal ini dikarenakan sebagai perusahaan trading, membutuhkan rating nilai
investasi untuk melakukan perdagangan dengan perusahaan lain. Tidak ada nilai yang baik,
maka tidak akan ada perdagangan (Eiteman, dkk, 2007).
Terjadinya penurunan nilai rating investasi perusahaan disebabkan hutangnya yang terlalu
besar, yang sebelumnya tidak tercatat dalam neraca (off balance sheet) kemudian
diklasifikasikan ulang sehingga tercatat dalam neraca (on balance sheet). Hutangnya tidak
hanya sebesar $13 juta tetapi bertambah hingga sebesar $38 juta. Klasifikasi ulang dilakukan
karena terdapat banyak special purpose entity (SPEs) dan kerjasama yang tidak tercatat dalam
neraca yang memiliki banyak hutang. Sehingga terjadi ketidakcocokan saat dilakukan
konsolidasi ulang yang kemudian menyebabkan nilai ekuitas perusahaan jatuh (Eiteman, dkk,
2007).
Pada kasus Enron ini, lembaga-lembaga eksternal juga ikut bertanggung jawab terjadinya
kasus tersebut. Diantaranya;
1. Auditor
Arthur Andersen (satu dari lima perusahaan akuntansi terbesar) adalah kantor akuntan Enron.
Tugas dari Andersen adalah melakukan pemeriksaan dan memberikan kesaksian apakah
laporan keuangan Enron memenuhi GAAP (generally accepted accounting practices).
Andersen, disewa dan dibayar oleh Enron. Andersen juga menyediakan konsultasi untuk
Enron, dimana hal ini melebihi wewenang dari akuntan publik umumnya. Selain itu Andersen
mengalami konflik kepentingan akibat pembayaran yang begitu besar dari Enron, $5 juta
untuk biaya audit dan $50 juta untuk biaya konsultasi.
2. Konsultan hukum
Konsultan hukum Enron, khususnya Vinson & Elkins juga disewa oleh Enron. Konsultan
hukum ini bertanggungjawab untuk menyediakan opini hukum atas strategi, struktur, dan
legalitas umum atas semua yang dilakukan oleh Enron. Sama dengan Andersen, saat
ditanyakan mengapa tidak ikut menghalangi ide dan aktivitas ilegal Enron, konsultan hukum
ini menjelaskan bahwa Enron tidak memberikan informasi yang lengkap, khususnya tentang
kepemilikan di SPEs.
3. Regulator
Enron sebagai perusahaan yang melakukan perdagangan di pasar energi diawasi oleh Federal
Energy Regulatory Commission (FERC), akan tetapi FERC tidak melakukan pengawasan
secara mendalam. Hal ini dikarenakan Enron melakukan aktivitasnya dalam perdagangan
listrik tidak di satu negara, yaitu antar negara.
4.  Pasar ekuitas
Sebagai perusahaan publik, Enron diharuskan mengikuti peraturan dari SEC. Akan tetapi
dalam pengawasannya SEC, tidak melakukan investigasi secara mendalam atau melakukan
konfirmasi ulang terhadap Enron. SEC hanya mengandalkan pada testimoni yang dibuat oleh
lembaga lain seperti auditor perusahaan (Arthur Andersen). Sedangkan NYSE mengharuskan
Enron memenuhi peraturan perdagangan di NYSE. Berbeda dengan SEC, NYSE tidak hanya
melakukan verifikasi firsthand.
5. Pasar hutang
Enron, seperti perusahaan lainnya menginginkan dan membutuhkan sebuah nilai rating.
Sehingga Enron membayar Standard & Poors serta Moody’s untuk memberikan nilai rating.
Rating ini dibutuhkan untuk sekuritas hutang perusahaan yang diterbitkan dan
diperdagangkan di pasar. Yang menjadi masalah, perusahaan rating tersebut hanya
melakukan analisis sebatas pada data yang diberikan kepada mereka oleh Enron, operasional
dan aktivitas keuangan Enron. Terjadi perdebatan apakah perusahaan rating harus memeriksa
total hutang perusahaan atau tidak. Khususnya yang berkaitan dengan SPEs. Meningkatnya
defisit dalam arus kas perusahaan menyebabkan timbulnya masalah manajemen keuangan
yang mendasar pada Enron. Pertumbuhan perusahaan membutuhkan adanya modal eksternal.
Tambahan modal dapat diperoleh dari hutang baru dan ekuitas baru. Ken Lay dan Jeff
Skilling, enggan untuk menerbitkan jumlah besar dari ekuitas baru. Karena akan mendilusi
laba dan jumlah saham yang dipegang oleh pemegang saham. Pilihan menggunakan utang
juga terbatas, dengan tingkat utang yang tinggi menyebabkan rating Enron hanya sebesar
BBB, tingkat rating yang rendah oleh lembaga pemberi rating (Eiteman, dkk, 2007). Andrew
Fastow bersama dengan asistennya membuat SPEs, alat yang digunakan dalam jasa
keuangan. SPEs memiliki dua tujuan penting, pertama; menjual aset-aset yang bermasalah ke
rekanan. Enron menghilangkan aset tersebut dari neraca, mengurangi tekanan akibat utang
dan menyembunyikan kinerja buruk investasi. Hal ini dapat mendatangkan dana tambahan
untuk membiayai kesempatan investasi baru. Kedua; memperoleh pendapatan untuk
memenuhi laba yang disyaratkan oleh Wall Street.
SPEs dibiayai dari tiga sumber; (1) ekuitas dalam bentuk saham tresuri, (2) ekuitas dalam
bentuk minimum 3% dari aset yang berasal dari pihak ketiga yang tidak berhubungan, (3)
jumlah yang besar dari utang bank. Modal ini berada pada sisi kanan neraca SPEs, akan tetapi
pada sisi kiri modal digunakan untuk membeli aset dari Enron. Hal ini menyebabkan harga
saham SPEs berkaitan dengan harga saham Enron. Saat saham SPEs naik, maka saham Enron
ter-apresiasi. Sedangkan saat harga saham SPEs turun, maka harga saham Enron ter-
depresiasi (Eiteman, dkk, 2007). Menurunnya harga saham Enron hingga $47 per lembar
saham pada bulan Juli 2001, menyebabkan investor curiga. Hal ini menyebabkan Sherron
Watkins, wakil presiden Enron mencoba memperingatkan Kenneth Lay dengan membawa 6
lembar surat yang menjelaskan proses akuntan yang tidak wajar sehubungan dengan SPEs
dan memperingatkan akan kecurangan proses akuntan. Akan tetapi peringatan Sherron
Watkins tidak dihiraukan oleh Ken Lay, sehingga terjadilah tsunami di Enron. Harga
sahamnya jatuh hingga tersisa $1 per lembar saham yang menyebabkan Enron bangkrut
(Velasquez, 2006).Pada Bulan Februari 2002, Sherron Watkins dipanggil oleh DPR untuk
menjelaskan skandal Enron, tentang aktivitas akuntansi perusahaan. Kemudian Sherron
Watkins menjelaskan semua permasalahan tersebut, dan menyebabkan dirinya dijuluki
sebagai courageous whistleblower (Velasquez, 2006).

Runtuhnya Enron
Enron Corporation adalah “pencakar langit” dalam dunia bisnis Amerika, sama seperti
Gedung World Trade Center yang menjulang tinggi di kota New York. Mirip Tragedi WTC,
Enron menguap jadi debu saat perusahaan itu menyatakan diri bangkrut pada 30 November
2001 lalu, kebangkrutan terbesar dalam sejarah bisnis Amerika sepanjang masa.
Enron dipandang sukses menyulap diri dari sekadar perusahaan pipanisasi gas alam di Negara
Bagian Texas pada 1985 menjadi raksasa global dalam beberapa tahun terakhir. Dia membeli
perusahaan air minum di Inggris dan membangun pembangkit listrik swasta di India. Konsep
bisnisnya yang visioner dan futuristik membuat dia menjadi anak emas di lantai bursa Wall
Street. Harga sahamnya terus meroket.
Akhir 1999, Enron meluncurkan EnronOnline yang dianggap akan mengubah wajah bisnis
energi masa depan. Memanfaatkan Internet, divisi e-commerce itu membeli gas, air minum
dan tenaga listrik dari produsen dan menjualnya kepada pelanggan atau distributor besar.
Enron bahkan memperluas wilayah, membangun jaringan telekomunikasi berkecepatan tinggi
serta bertekad menjual bandwidth jaringan itu seperti dia menjual gas dan listrik. Setelah itu
mungkin dia akan jual-beli online untuk kertas daur ulang pabrik miliknya.
Tak lama setelah dia memasuki bisnis jasa video-on-demand dimana menjual tayangan video
kepada pelanggan via sambungan internet kecepatan tinggi, harga saham Enron mencapai
puncaknya, US$ 90 per lembar, pada Agustus 2000. Meski kemudian merosot bersama
jatuhnya saham-saham teknologi dan internet lain, nilai pasar Enron masih berkisar US$ 60
milyar.
Pada Oktober 2001 Enron menjatuhkan bom di Wall Street dengan melaporkan kerugian
ratusan juta dolar pada kwartal itu. Sangat mengejutkan karena Enron hampir selalu
membawa berita gembira ke lantai bursa dengan melaporkan keuntungan selama empat tahun
berturut-turut. Kabar buruk itu membanting harga saham Enron dari sekitar US$ 30 menjadi
US$ 10 per lembar, hanya dalam hitungan hari.
Securities Exchange Commission (SEC), badan pengawas pasar modal, membaui ada yang
tidak beres dan mulai menggelar penyidikan. Dalam kondisi terdesak, Enron menjatuhkan
bom lebih dahsyat lagi ke lantai bursa ketika pada 8 November 2001 mengakui bahwa
keuntungannya selama ini adalah fiksi belaka. Enron merevisi laporan keuangan lima tahun
terakhir dan membukukan kerugian US$ 586 juta serta tambahan catatan utang sebesar US$
2,5 miliar.
Namun, pada akhir November 2001, Enron sedikit bisa bernafas lega ketika Dynegy Inc,
pesaingnya yang jauh lebih kecil, berniat membeli sahamnya dalam sebuah kesepakatan
merger. Harapan itu tak berumur lama. Dynegy mundur setelah Enron makin kehilangan
kepercayaan investor dan rating kreditnya jatuh ke titik terendah-berstatus “junk-bond”.
Ketika tak kurang seperempat milyar lembar sahamnya dipertukarkan di lantai bursa, harga
Enron meluncur ke dasar jurang. Saham Enron yang pada Agustus 2000 masih berharga US$
90 per lembar, terjerembab jatuh hingga tidak lebih dari US$ 45 sen. Akhirnya pada tanggal 2
Desember 2001 Enron menyerah dan mengajukan petisi bangkrut.
Kejatuhan Enron ternyata mengundang tanya dan rasa curiga yang besar bagi kalangan
publik. Dalam proses pengusutan sebab-sebab kebangkrutannya, belakangan Enron dicurigai
telah melakukan praktek window dressing. Manajemen Enron telah menggelembungkan
(mark up) pendapatannya US$ 600 juta, dan menyembunyikan utangnya sejumlah US$ 1,2
milliar. Manipulasi ini telah berlangsung bertahun-tahun, sampai Sherron Watskin, salah satu
eksekutif Enron yang tak tahan lagi terlibat dalam manipulasi itu, mulai “berteriak”
melaporkan praktek tidak terpuji itu. Keberanian Watskin inilah yang membuat semuanya
menjadi terbuka.
Sejak akhir tahun 2000, ketika harga saham Enron di posisi puncak, para eksekutif menjual
saham yang mereka miliki dengan total nilai US$ 1,1 milyar. Selama empat tahun terakhir,
Kenneth L. Lay, presiden komisaris sekaligus direktur Enron diperkirakan meraup untung
US$ 205 juta dari penjualan sahamnya. Dalam kurun yang sama dia membujuk karyawan dan
investor untuk membeli saham Enron, antara lain dengan iming-iming laporan keuangan yang
menjanjikan tapi palsu. Bahkan pada 26 September 2001, ketika harga saham jatuh menjadi
US$ 25 per lembar, Ken Lay masih mencoba menghibur karyawan untuk tidak menjualnya,
sebaliknya membujuk mereka membeli. Dalam e-mail yang dikirimkan kepada para
karyawan yang risau, dia mengatakan perusahaan dalam kondisi sehat secara keuangan dan
bahwa harga saham Enron “luar biasa murah” dalam posisi itu. Namun, hanya beberapa
pekan kemudian, Enron melaporkan kerugian yang bermuara pada kebangkrutannya. Para
karyawan tak bisa menjual saham mereka sampai semuanya sudah terlambat, Enron
kehilangan nilai sama sekali.
Proses pengusutan juga membuahkan suatu penemuan yang menarik, yaitu kisah pemusnahan
ribuan surat elektronik dan dokumen lainnya yang berhubungan dengan audit Enron oleh
petinggi di firma audit Arthur Andersen. Pada tanggal 12 Oktober 2001 Arthur Andersen
menerima perintah dari para pengacara Enron untuk memusnahkan seluruh materi audit,
kecuali berkas-berkas yang paling dasar. Kini, Arthur Andersen menghadapi berbagai
tuntutan di pengadilan. Diperkirakan tak kurang dari $ 32 miliar harus disediakan Arthur
Andersen untuk dibayarkan kepada para pemegang saham Enron yang merasa dirugikan
karena auditnya yang tidak becus. Ratusan mantan karyawan yang marah juga sudah
melayangkan gugatan kepada Andersen. Di luar itu, otoritas pasar modal dan hukum Amerika
Serikat pasti akan memberi sanksi berat jika tuduhan malapraktek itu terbukti. Belakangan,
salah satu mantan petinggi Enron, Cliff Baxter tewas bunuh diri karena tak tahan menghadapi
tekanan bertubi-tubi.
Selain penghancuran dokumen, terungkap pula adanya kemitraan Enron dengan perusahaan
“kosong”, seperti Chewco dan JEDI. Perusahaan dengan nama yang terkesan main-main
(Chewco dan JEDI adalah karakter dalam Star Wars) ini membuat para eksekutif Enron yang
mengemudikannya kaya raya, dan Enron membuat pembukuan off balance sheet atas
kerugian ratusan juta dolar sehingga tersembunyi dari mata investor dan pihak lain.
Komplikasi skandal ini bertambah, karena belakangan diketahui banyak sekali pejabat tinggi
gedung putih dan politisi di Senat Amerika Serikat yang pernah menerima kucuran dana
politik dari perusahaan ini. Tujuh puluh persen senator, baik dari Partai Republik maupun
Partai Demokrat, pernah menerima dana politik. Menurut Center for Responsive Politics, Lay
dan istrinya, Linda, menyumbang 86.470 dollar AS ke Partai Republik. Perusahaan Enron
dan karyawannya menyumbang 3 juta dollar AS kepada Partai Republik periode 1998-2002
dan 1,1 juta dollar AS untuk Demokrat. Dalam Komite yang membidangi energi, 19 dari 23
anggotanya juga termasuk yang menerima sumbangan dari perusahaan itu. Sementara itu,
tercatat 35 pejabat penting pemerintahan George W. Bush merupakan pemegang saham
Enron yang telah lama merupakan perusahaan publik. Dalam daftar perusahaan penyumbang
dana politik, Enron tercatat menempati peringkat ke-36, dan penyumbang peringkat ke-12
dalam penggalangan dana kampanye Bush. Lembaga bernama The Center for Public Integrity
menyatakan Lay telah menyumbang 139.500 dollar AS untuk kampanye politik George W
Bush selama bertahun-tahun. Sumbangan Lay itu adalah bagian dari 602.000 dollar AS
sumbangan karyawan Enron atas berbagai kampanye politik Bush. Selain itu, Lay dan
istrinya menyumbang 100.000 dollar AS ketika Bush dilantik sebagai Presiden AS pada
tahun 2001.
Penulis dan aktivis demokrasi di AS, Greg Palast, mengungkapkan bahwa George Bush
pernah menempatkan Pat Wood (orang kepercayaan Lay) sebagai pihak yang ditugasi
meneliti kecurangan Enron. Hasilnya, Pat Wood tidak melakukan apa pun. Palast
menambahkan, Enron pernah menggunakan sekitar 500.000 dollar AS dana pensiunan milik
Negara Bagian Florida. Dana-dana itu sudah lenyap dari catatan pembukuan Enron. Semua
itu bisa terjadi karena Jeb Bush (adik George Bush) adalah Gubernur Negara Bagian Florida.
Akibat pertalian semacam itu, banyak orang curiga pemerintahan Bush dan para politisi telah
dan akan memberikan perlakuan istimewa, baik dalam bisnis Enron selama ini maupun dalam
proses penyelamatan perusahaan itu.

Dampak Keruntuhan Enron


Keruntuhan perusahaan energi Enron cukup banyak berdampak bagi dunia bisnis
internasional. Akibat kebangkrutan Enron pada tahun 2001 sedikitnya 4.000 karyawan
kehilangan pekerjaan. Kolapsnya Enron juga mengguncang neraca keuangan para kreditornya
yang telah mengucurkan milyaran dolar (JP Morgan Chase dan Citigroup adalah dua kreditor
terbesarnya). Para karyawan Enron dan investor kecil-kecilan juga dirugikan karena
simpanan hari tua mereka yang musnah. Sebagian besar dana pensiun dan tabungan 20.000
karyawan Enron terikat dalam saham yang kini tanpa nilai.
Banyak lembaga keuangan internasional juga ikut menderita kerugian akibat bangkrutnya
Enron, sehingga membuat mereka semakin berhati-hati dalam membidik peluang investasi.
Perusahaan-perusahaan yang sahamnya diperdagangkan di pasar modal diharuskan
memenuhi persyaratan pembeberan (disclosure) yang luar biasa ketat.
Kasus Enron juga melatarbelakangi munculnya Sarbanes Oxley. Sarbanes Oxley adalah nama
lain dari undang-undang reformasi perlindungan investor (The Company Accounting Reform
and Investor Protection Act of 2002) yang ditandatangani George Bush bulan Juli tahun 2002
lalu. Banyak yang menyebutkan bahwa undang-undang ini adalah reaksi keras regulator AS
terhadap kasus Enron pada akhir tahun 2001. Inti utama dari undang-undang ini adalah upaya
untuk lebih meningkatkan pertanggungjawaban keuangan perusahaan publik (good corporate
governance). Undang-undang ini berpengaruh signifikan terhadap manajemen perusahaan
publik, akuntan publik (auditor), dan pengacara yang berparaktek di pasar modal. Mengingat
sifatnya yang sangat ketat dan berdampak luas, undang-undang ini terbilang kontroversial
dan menjadi polemik hingga sekarang.
Arthur Andersen LLP (member di Amerika Serikat) yang dianggap ikut bersalah dalam
kebangkrutan Enron juga terkena imbasnya. Member Arthur Andersen di beberapa negara
seperti, Jepang dan Thailand, telah membuat kesepakatan merger dengan KPMG, Australia
dan Selandia Baru dengan Ernst & Young, dan Spanyol dengan Deloitte Touche Tohmatsu.
Di Amerika sendiri, aktivitas seluruh member Andersen dibekukan pemerintah. Akibatnya,
menurut Asian Wall Street Journal klien-klien Andersen LLP beralih ke berbagai auditor.
Antara lain Delotte and Touche (10 persen), KPMG (11 persen), PriceWaterhouseCooper (20
persen), dan Ernst & Young (28 persen). Dan yang berpindah ke auditor-auditor kecil lainnya
atau mengaku belum tahu berpindah kemana sebanyak 40 persen.
Masih banyak lagi hal-hal yang dipengaruhi oleh keruntuhan Enron, seperti munculnya
trauma dalam bursa saham terhadap efek domino skandal Enron. Hal ini membuat para
investor mengurangi aktivitasnya di bursa saham sehingga gairah bursa dunia menjadi lesu.

Kesimpulan

Enron dan KAP Arthur Andersen sudah melanggar kode etik yang seharusnya menjadi
pedoman dalam melaksanakan tugasnya dan bukan untuk dilanggar. Yang menyebabkan
kebangkrutan dan keterpurukan pada perusahaan Enron adalah Editor, Arthur Andersen (satu
dari lima perusahaan akuntansi terbesar) yang merupakan kantor akuntan Enron. Keduanya
telah bekerja sama dalam memanipulasi laporan keuangan sehingga merugikan berbagai
pihak baik pihak eksternal seperti para pemegang saham dan pihak internal yang berasal dari
dalam perusahaan enron. Enron telah melanggar etika dalam bisnis dengan tidak melakukan
manipulasi-manipulasi guna menarik investor. Sedangkan Arthur Andersen yang bertindak
sebagai auditor pun telah melanggar etika profesinya sebagai seorang akuntan. Arthur
Andersen telah melakukan “kerjasama” dalam memanipulasi laporan keuangan enron. Hal ini
jelas Arthur Andersen tidak bersikap independent sebagaimana yang seharusnya sebagai
seorang akuntan.

Anda mungkin juga menyukai