Anda di halaman 1dari 4

Nama : Lilis Komariah

Nim : 4282111100226

Kelas : 18 C

SOAL-SOAL LATIHAN
1. Apakah yang dimaksud dengan BPHTB ?
2. Apakah yang menjadi dasar pengenaan pajak BPHTB ?
3. Kapan saat pajak terutang BPHTB ?
4. Pada tanggal 20 April 2019 Tuan Imron membeli tanah dan bangunan dengan nilai :
Tanah : Rp. 700.000.000,00
Bangunan : Rp. 550.000.000,00
Hitunglah BPHTB yang harus dibayar Tuan Imron ?
5. Pada bulan Juni 2019 H. Agus mendapat Hibah tanah dari seorang dermawan untuk
kepentingan keagamaan dengan nilai Rp. 2.000.000.000. Apakah atas tanah tersebut
dikenakan BPHTB ? Jelaskan !
6. Bila terjadi suatu transaksi jual beli antara pihak pertama selaku penjual dan pihak kedua
selaku pembeli, maka yang harus membayar BPHTB adalah pihak ? Jelaskan !
7. Tuan Somad membeli sebidang tanah dengan harga transaksi Rp. 400.000.000,00
sedangkan NJOP yang tertera dalam SPPT adalah Rp. 450.000.000,00. harga manakah yang
menjadi dasar pengenaan BPHTB ? Jelaskan !
8. Apabila seseorang telah melakukan transaksi jual beli dan ternyata dia tidak memenuhi
kewajibannya untuk membayar BPHTB, maka atas perbuatan tersebut apakah sanksi yang
akan diterima oleh orang tersebut ? Jelaskan !
JAWABAN

1. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) adalah pajak yang dikenakan atas
perolehan hak atas tanah dan atau bangunan. Perolehan Hak atas Tanah dan atau Bangunan
adalah perbuatan atau peristiwa hukum yang mengakibatkan diperolehannya hak atas
tanah dan atau bangunan oleh orang pribadi atau badan.
Hak atas tanah adalah hak atas tanah termasuk hak pengelolaan, beserta bangunan
diatasnya sebagaimana dalam Undang-Undang nomor 5 Tahun 1960 tentang peraturan
Dasar Pokok- pokok Agraria dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. Pengenaan BPHTB karena waris dan Hibah Wasiat BPHTB yang terutang atas perolehan
hak karena waris dan hibah wasiat sebesar 50% dari BPHTB yang seharusnya terutang.
Pengenaan BPHTB karena pemberian Hak Pengelolaan. Besarnya BPHTB karena
pemberian Hak Pengelolaan adalah sebagai berikut :
0% (nol persen) dan BPHTB yang seharusnya terutang terutang dalam hal penerima Hak
Pengelolaan adalah Departemen, Lembaga Pemerintah Non Departemen, Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota, Lembaga Pemerintah lainnya, dan perusahaan Umum
Pembangunan Perumahan Nasional (Perum Perumnas).
50% dari BPHTB yang seharsunya terutang dalam hal penerima Hak Pengelolaan selain di
maksud diatas. Tarif BPHTB adalah 5%

3. Menurut ketentuan pasal 9 ayat (1) UU BPHTB No. 20 Tahun 2000 menyatakan bahwa saat
terutang pajak atas perolehan hak atas tanah dan atau bangunan adalah sebagai berikut :
Pajak terutang harus dilunasi pada saat terjadinya perolehan hak, dengan kata lain saat
terutang pajak BPHTB adalah merupakan saat untuk wajib membayar pajak.

4. Tanah : Rp. 700.000.000,00


Bangunan : Rp. 550.000.000,00
Jumlah = Rp 1.250.000.000
Nilai tidak kena pajak = 1.250.000.000 – 30.000.000 =
1.220.000.000 Nilai BPHTB = 5% x 1.220.000.000 =
61.000.000

*) untuk wilayah Jakarta Rp60.000.000, Bogor Rp40.000.000, Tangerang Rp30.000.000


dan sebagainya. Besaran ini dapat berubah sesuai peraturan pemerintah setempat.

5. Sesuai dengan pasal 3 ayat (2) UU BPHTB, pengenaan BPHTB karena pemberian hak
pengelolaan diatur dengan peraturan pemerintah. Untuk itu telah diterbitkan Peraturan
Pemerintah No: 112 Tahun 2000 tanggal 1 Desember 2000 yang mengatur hal-hal sebagai
berikut :
1. Yang dimaksud dengan Hak Pengelolaan adalah hak menguasai dari Negara atas
tanah yang kewenangan pelaksanaannya sebagian dilimpahkan kepada pemegang
haknya untuk merencanakan peruntukan dan penggunaan tanah, menggunakan tanah
untuk keperluan tugasnya, menyerahkan bagian-bagian tanah tersebut kepada pihak
ketiga dan atau bekerjasama dengan pihak ketiga.

2. Besarnya BPHTB karena Hak Pengelolaan adalah :


a. 0% dari BPHTB yang seharusnya terutang bila penerima Hak Pengelolaan adalah
Departemen, Lembaga Pemerintah Non Departemen, Pemerintah
Propinsi/Kabupaten/Kota,. Lembaga Pemerintah Lain dan Perum Perumnas
b. 50% dari BPHTB yang seharusnya terutang untuk selain yang diatas.

BPHTB = 50% x 5% x (2.000.000.000 – 30.000.000) = 49.250.000


*) Atau bisa jadi tidak dikenakan pajak BPHTB karena tanah tersebut untuk
kepentingan peribadatan atau kepentingan umum lainnya tanpa imbalan apapun.
(Undang – undang No 20 Tahun 2000 Pasal 3 ayat (1)
6. Pajak jual beli tanah adalah pungutan yang harus bibayarkan penjual atau pembeli atas
tanah yang menjadi objek jual beli tersebut. Pajak yang dikenakan kepada penjual disebut
Pajak Penghasilan (PPH), sedangkan pajak yang dibayar pembeli disebut Bea Perolehan
Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB).

7. Bahwa mengingat nilai pasar sebagai dasar pengenaan BPHTB tidak diketahui maka harus
merujuk pada ketentuan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah, Pasal 87 ayat (3) yang mengatur bahwa "Jika Nilai Perolehan Objek
Pajak (NPOP) tidak diketahui atau lebih rendah dari pada NJOP yang digunakan dalam
pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan pada tahun terjadinya perolehan maka dasar
pengenaan yang dipakai adalah NJOP Pajak Bumi dan Bangunan pada tahun terjadinya
perolehan hak".

8. Jika kekurangan pajak yang terutag dalam SKBKB di tambabah dengan sanksi
administrasi beruba bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan untuk jangka waktu paling
lama 24 bulan.

Anda mungkin juga menyukai