Anda di halaman 1dari 24

Praktikum Kimia Material

Tahun Akademik 2019/2020

PENGGUNAAN CLAY SEBAGAI BAHAN PEMUCAT MINYAK


SAWIT
I. TUJUAN
Mempelajari kemampuan mineral clay dalam proses pemucatan minyak sawit dan
analisis dari minyak yang telah dipucatkan.

II. TEORI
2.1 Clay
Clay (tanah liat) sebagai salah satu bahan pokok untuk pembuatan keramik,
merupakan bahan yang kegunaannya sangat menguntungkan bagi manusia karena
bahannya yang mudah didapat, pemakaian hasilnya yang sangat luas dan ramah
lingkungan. Kira-kira 70% atau 80% dari kulit bumi terdiri dari batuan yang
merupakan sumber clay [1].
Seiring dengan kemajuan teknologi di bidang material maka berbagai upaya
penelitian dilakukan untuk mendapatkan material yang sesuai dengan aplikasi
tertentu, salah satu diantaranya clay dikembangkan dalam pembuatan komposit
dengan menambahkan alumina (Al2O3) untuk mengatasi kelemahan yang ada pada
produk clay. Sebagai bahan penambah alumina merupakan salah satu material yang
sangat penting dalam industri keramik [1].
Mineral clay merupakan kelompok mineral penting karena kebanyakan
material clay merupakan hasil pelapukan kimiawi. Mineral clay juga merupakan unsur
utama tanah (soil) dan penyusun batuan sedimen. Mineral clay menyusun hampir 40%
mineral pada batuan sedimen. Selain itu material clay merupakan material yang paling
banyak menarik perhatian karena sifatnya yang kuat, kaku dan melimpah di alam,
murah serta kemampuannya yang tinggi dalam menginterkalasikan partikel ke dalam
strukturnya [3].
Clay dapat digunakan sebagai bahan penguat pada material komposit karena
ketersediaan bahan ini cukup banyak, harganya murah, kuat, ringan dan tidak mudah
rusak [2]. Clay di Sulawesi Tengah mempunyai kandungan alumina 19,6%, silika
57,27% dan 23,13% oksida lain [1]. Sesuai dengan sifat fire brick kandungan alumina
berkisar 25,4–41,9% dan silica 53,2%. Hasil ini menunjukkan bahwa komposisi pada

Penggunaan Clay Sebagai Bahan Pemucat Minyak Sawit 1


Praktikum Kimia Material
Tahun Akademik 2019/2020
clay tersebut tidak memenuhi standar untuk bahan fire brick, maka perlu diberikan
bahan penambah [2].
Salah satu kekurangan clay adalah sifatnya yang hidrofilik sehingga dapat
menyebabkan aglomerasi mineral clay dalam matriks komposit yang bersifat
hidrofobik. Kekurangan ini dapat diatasi dengan menginterkalasikan kation organik
seperti asam amino atau alkil amonium membentuk organoclay yang bersifat
hidrofobik [1].
Jenis lempung yang paling banyak digunakan sebagai nano-adsorben adalah
lempung montmorilonite/smectite dan lempung kaolinit. Penelitian terdahulu yang
dilakukan Schwart MM (1996) mengenai adsorpsi ion logam oleh lempung
menunjukkan bahwa tingkat adsorpsi logam meningkat dengan penambahan
konsentrasi awal, pH, dan dosis adsorben [3].
Mineral lempung yang merupakan konstituen penting di dalam tanah berperan
sebagai perangkap alami polutan-polutan yang mengalir bersama air di permukaan
atau di dalam tanah melalui peristiwa adsorpsi atau pertukaran ion. Berdasarkan
peran tersebut serta ditambah dengan kelimpahannya di alam, maka cukup beralasan
menganggap lempung alam sebagai adsorben yang murah [5].
Keunggulan lempung sebagai adsorben ditunjang pula oleh sifat-sifat yang
dimilikinya antara lain luas permukaan spesifik yang tinggi, stabil secara kimia dan
mekanik, struktur permukaan yang bervariasi, kapasitas pertukaran ion yang tinggi
serta adanya asam-asam Bronsted Lowry dan Lewis. Beberapa laporan tentang
kemampuan adsorpsi logam berat oleh lempung telah ditunjukkan, seperti bentonit
efektif untuk melepaskan Pb(II), Cd(II), Cu(II), dan Zn(II) dari air, juga menjerap Co(II)
menurut kinetika resapan eksternal, kation Cd2+ dapat diadsorpsi oleh mineral illit
kaolinit menjerap kation-kation Pb2+, Zn2+ dan Cd2+ serta kation Co2+ sesuai dengan
kinetika orde pertama pseudo, lempung yang terdiri atas mineral kaolin dan illit
mempunyai kapasitas retensi yang tinggi terhadap logam Cu, lempung Sarooj, Oman,
dapat menghilangkan logam Zn, Cd dan Pb dari dalam air [6].

Penggunaan Clay Sebagai Bahan Pemucat Minyak Sawit 2


Praktikum Kimia Material
Tahun Akademik 2019/2020
2.2 Adsorpsi
Adsorpsi merupakan proses yang memiliki prospek yang baik dalam mengolah
limbah cair tekstil [1]. Adsorpsi adalah proses pemusatan molekul atau ion adsorbat
pada lapisan permukaan adsorben, baik secara fisik atau kimia [4].
Pada beberapa tahun terakhir, banyak penelitian dilakukan dengan tujuan
mencari material dengan harga murah, tersedia secara lokal, dan efektif bekerja
sebagai adsorben, seperti biopolymer dan clay mineral [3].
Salah satu metode yang digunakan untuk menghilangkan zat pencemar dari air
limbah adalah adsorpsi [4]. Adsorpsi merupakan terserapnya suatu zat (molekul atau
ion) pada permukaan adsorben. Mekanisme penyerapan tersebut dapat dibedakan
menjadi dua yaitu serapan secara fisika dan serapan secara kimia. Ada beberapa faktor
yang mempengaruhi proses adsorpsi, yakni konsentrasi, luas permukaan, suhu,
ukuran partikel, pH dan waktu kontak. Bentonit adalah salah satu adsorbat yang baik
namun perlu diaktifkan terlebih dahulu untuk meningkatkan daya serapnya yakni
dengan pemanasan dan kontak asam [3].
Adsorpsi telah terbukti sebagai suatu metoda yang lebih efektif untuk
melepaskan polutan logam berat dari air limbah jika dibandingkan dengan proses lain
seperti pengendapan kimia, pertukaran ion, osmosis terbalik, dan elektrolisis. Metoda
adsorpsi sangat efektif untuk limbah dengan konsentrasi polutan yang rendah sampai
sedang. Adsorpsi adalah proses pemusatan molekul atau ion adsorbat pada lapisan
permukaan adsorben, baik secara fisika atau kimia. Dengan demikian adsorben harus
mempunyai sifat-sifat permukaan yang khas sesuai dengan jenis adsorbat yang
teradsorpsi. Proses adsorpsi pada karbon aktif atau resin organik dan inorganik
merupakan teknik yang cukup efektif, namun terkendala oleh biaya operasional yang
tinggi sehingga perlu dicari adsorben alternatif dengan biaya yang relatif murah [4].
Di lain hal, Indonesia memiliki beragam jenis bahan alam yang berpotensi
sebagai adsorben. Salah satunya adalah arang aktif. Arang mudah didapatkan karena
keberadaannya yang melimpah dan berharga murah, serta memiliki kandungan
karbon yang tinggi. Arang diperoleh dari tempurung kelapa yang merupakan limbah
dari industri rumah tangga dan perkebunan. Sebagai adsorben, arang diaktivasi
terlebih dahulu untuk memperbesar luas permukaan aktif dengan cara membuka
pori-pori yang tertutup oleh tar dan atom-atom bebas. Sedangkan pada proses

Penggunaan Clay Sebagai Bahan Pemucat Minyak Sawit 3


Praktikum Kimia Material
Tahun Akademik 2019/2020
bleaching dengan proses adsorpsi, banyak faktor yang berpengaruh terhadap
keberhasilan proses tersebut. Kinerja adsorpsi dipengaruhi oleh faktor-faktor proses
seperti jenis adsorben, suhu dan pH adsorpsi, efektifitas pengontakan, jenis adsorbat,
dan ukuran molekul adsorbat [7].
2.3 Minyak Sawit
Minyak sawit kasar mengandung trigliserida sebagai penyusun utama, dan sebagian
kecil komponen nontrigliserida. Dalam usaha memperoleh minyak yang dapat
dikonsumsi, komponen nontrigliserida harus dipisahkan atau dikurangi sampai pada
tingkat yang dapat diterima melalui proses pemurnian. Salah satu tahapan dari proses
pemurnian minyak sawit tersebut adalah proses bleaching. Proses bleaching dilakukan
dengan tujuan memisahkan secara proses fisik pengotor-pengotor dari minyak berupa
sisa-sisa gum, residu sabun, logam, produk-produk oksidasi, dan pigmen seperti
klorofil [7].
Kerusakan minyak tidak bisa dicegah, namun dapat diperlambat dengan
memperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhinya. Pertama, oksigen. Semakin
banyak oksigen semakin cepat teroksidasi; Kedua, ikatan rangkap. Semakin banyak
rangkapnya semakin mudah teroksidasi; Ketiga, suhu. Suhu penggorengan dan
penyimpanan yang tinggi akan mempercepat reaksi; Keempat, cahaya serta ion logam
tembaga (Cu2+) dan besi (Fe2+) yang merupakan faktor katalis proses oksidasi, dan
Kelima, antioksidan. Semakin tinggi antioksidan ditambahkan semakin tahan
terhadap oksidasi [8].
Pada proses pemucatan minyak sawit di industri pengolahan minyak sawit,
umumnya dilakukan dengan adsorben berupa bleaching earth. Pemucatan minyak
sawit dengan bleaching earth secara komersial (diindustri) dilakukan pada suhu 100-
130°C selama 30 menit, dengan kadar bleaching earth sebanyak 6-12 kg/ton minyak
sawit atau sekitar 0,6-1,2%. Telah memanfaatkan batu apung sebagai adsorben pada
proses pemucatan minyak sawit. Kondisi operasi terbaik yang dicapai pada penelitian
tersebut jika proses pemucatan dilakukan dengan kadar batu apung sebesar, suhu,
dan lama pemucatan masing-masing sebesar 30%, 120°C, dan 30 menit [7].

Penggunaan Clay Sebagai Bahan Pemucat Minyak Sawit 4


Praktikum Kimia Material
Tahun Akademik 2019/2020

III. PROSEDUR PERCOBAAN


3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat dan Fungsi
No Alat Fungsi
1 Lumpang untuk menghaluskan tanah liat
2 Gelas piala untuk wadah larutan
3 Oven untuk mengeringkan clay yang sudah diaktivasi
4 Erlenmeyer untuk wadah larutan saat titrasi
5 Kolom untuk wadah adsorban dan zat yang diserap
6 Pipet untuk mengambil larutan
7 Gelas ukur untuk mengukur volume larutan
8 Neraca analitik untuk menimbang zat
9 Erlenmeyer vakum untuk wadah adsorbat
10 Vakum untuk memompa zat yang akan diadsorbsi
11 Buret untuk wadah larutan pentiter

3.1.2 Bahan dan Kegunaan


No Bahan Fungsi
1 Pasir clay sebagai adsorban
2 Minyak curah sebagai sampel yang akan dipucatkan
3 Alkohol netral 95% sebagai pelarut angka lemak bebas
4 KOH 0,1 N sebagai pentiter asam lemak bebas
5 Indikator phenolphtalein sebagai indikator titrasi asam basa
6 KOH alkoholik sebagai pelarut angka penyabunan
7 HCl 0,5 N sebagai pentiter angka penyabunan

Penggunaan Clay Sebagai Bahan Pemucat Minyak Sawit 5


Praktikum Kimia Material
Tahun Akademik 2019/2020
3.2 Cara Kerja
3.2.1 Perlakuan Terhadap Mineral Clay Yang Tidak Diaktifasi
Sampel tanah liat dikeringkan dan dihaluskan, kemudian ditimbang sebanyak 3 gram
dan dimasukkan ke dalam kolom yang telah berisi kapas tipis. Kemudian sebanyak
7,5 mL minyak curah dilewatkan kedalam kolom. Dan ditampung minyak dari kolom.
3.2.2 Perlakuan Terhadap Mineral Clay Yang Diaktifasi
Sampel tanah liat dikeringkan dan dihaluskan, kemudian ditimbang sebanyak 10
gram dan dimasukkan kedalam cawan. Kemudian ditambahkan H2SO4 dan HCl pekat
(1:1) (5 mL: 5 mL) sampai terlihat sampel mineral clay dalam bentuk kering.
Selanjutnya sampel dicuci dengan air bebas mineral (akuades) sampai bebas sulfat.
Kemudian dikeringkan dalam oven dengan suhu 105°C dan disimpan dalam
desikator.
3.2.3 Penentuan Angka Asam Lemak Bebas
3.2.3.1 Minyak Sebelum di Pucatkan
Minyak curah ditimbang sebanyak 5 gram, ditambahkan 50 mL alkohol netral 95%.
Kemudian dipanaskan selama 10 menit dalam penangas air sambil diaduk dan
ditutup dengan pendingin tegak. Setelah didinginkan, ditambahkan indikator
phenolphtalein dan titrasi dengan KOH 0,1 N sampai timbul warna merah jambu yang
tidak hilang lagi dengan pengocokan.
3.2.3.2 Minyak Sesudah di Pucatkan
Minyak curah ditimbang sebanyak 5 gram, ditambahkan 50 mL alkohol netral 95%.
Kemudian dipanaskan selama 10 menit dalam penangas air sambil diaduk dan
ditutup dengan pendingin tegak. Setelah didinginkan, ditambahkan indikator
phenolphthalein dan titrasi dengan KOH 0,1 N sampai timbul warna merah jambu
yang tidak hilang lagi dengan pengocokan.
3.2.4 Penentuan Angka Penyabunan
3.2.4.1 Minyak Sebelum di Pucatkan
Minyak curah ditimbang sebanyak 2 gram, ditambah dengan 25 mL KOH 0,5 N
alkoholik, masukkan kedalam Erlenmeyer. Kemudian ditutup dengan pendingin
tegak dan didihkan sampai minyak tersabunkan secara sempurna ditandai dengan
tidak adanya butir-butir minyak di dalam larutan. Setelah didinginkan ditambahkan
indikator phenolphthalein dan dititrasi dengan HCl 0,5 N sampai tercapai titik akhir

Penggunaan Clay Sebagai Bahan Pemucat Minyak Sawit 6


Praktikum Kimia Material
Tahun Akademik 2019/2020
titrasi yang ditandai dengan hilangnya warna merah jambu. Dilakukan titrasi untuk
blanko.
3.2.4.2 Minyak Sesudah di Pucatkan
Minyak curah ditimbang sebanyak 2 gram, ditambah dengan 25 mL KOH 0,5 N
alkoholik, masukkan kedalam Erlenmeyer. Kemudian ditutup dengan pendingin
tegak dan didihkan sampai minyak tersabunkan secara sempurna ditandai dengan
tidak adanya butir-butir minyak di dalam larutan. Setelah didinginkan ditambahkan
indikator phenolphthalein dan dititrasi dengan HCl 0,5 N sampai tercapai titik akhir
titrasi yang ditandai dengan hilangnya warna merah jambu. Dilakukan titrasi untuk
blanko.

Penggunaan Clay Sebagai Bahan Pemucat Minyak Sawit 7


Praktikum Kimia Material
Tahun Akademik 2019/2020
3.3 Skema Kerja
3.3.1 Perlakuan Terhadap Mineral Clay Yang Tidak Diaktifasi

Sampel tanah liat

- dikeringkan dan dihaluskan dan ditimbang sebanyak 3 gram


- dimasukkan kedalam kolom
- dilewatkan kedalam kolom 7,5 mL minyak sawit
- ditampung minyak

Hasil

3.3.2 Perlakuan Terhadap Mineral Clay Yang Diaktifasi

Sampel tanah liat


- dikeringkan dan dihaluskan
- ditimbang sebanyak 10 gram
- ditambahkan H2SO4: HCl pekat (1:1) (5 mL:5 mL) sampa terlihat
sampel mineral clay kering
- dicuci dengan akuades (bebas sulfat)
- dikeringkan dalam oven (103°C)

Disimpan dalam
desikator

3.3.3 Penentuan Angka Asam Lemak Bebas


3.3.3.1 Minyak Sebelum di Pucatkan

5 gram minyak
- ditambahkan 50 mL alkohol netral 95%
- dipanaskan 10 menit dalam penangas air sambil diaduk dan
ditutup dengan pendinginan tegak
- ditambahkan indikator phenolphtalein
- dititrasi dengan KOH 0,1 N sampai timbul warna merah jambu
yang tidak hilang dengan pengocokan
Hasil

Penggunaan Clay Sebagai Bahan Pemucat Minyak Sawit 8


Praktikum Kimia Material
Tahun Akademik 2019/2020
3.3.3.2 Minyak Sesudah di Pucatkan

5 gram minyak
- ditambahkan 50 mL alkohol netral 95%
- dipanaskan 10 menit dalam penangas air sambil diaduk dan
ditutup dengan pendinginan tegak
- ditambahkan indikator phenolphtalein
- dititrasi dengan KOH 0,1 N sampai timbul warna merah jambu
yang tidak hilang dengan pengocokan
Hasil

3.3.4 Penentuan Angka Penyabunan


3.3.4.1 Minyak Sebelum di Pucatkan

2 gram minyak

- ditambahkan 25 mL KOH 0,5 N alkoholik, dimasukkan dalam


erlenmeyer
- ditutup dengan pendingin dan didihkan sampai minyak
tersabunkan
- ditambahkan indikator phenolphtalein
- dititrasi dengan HCl 0,5 N sampai titik akhir titrasi hilangnya
warna merah jambu
Hasil

3.3.4.2 Minyak Sesudah di Pucatkan

2 gram minyak
- ditambahkan 25 mL KOH 0,5 N alkoholik, dimasukkan dalam
erlenmeyer
- ditutup dengan pendingin dan didihkan sampai minyak
tersabunkan
- ditambahkan indikator phenolphtalein
- dititrasi dengan HCl 0,5 N sampai titik akhir titrasi hilangnya
warna merah jambu

Hasil

Penggunaan Clay Sebagai Bahan Pemucat Minyak Sawit 9


Praktikum Kimia Material
Tahun Akademik 2019/2020
3.4 Skema Alat
A. Titrasi

4
1

B. Pemanasan

Penggunaan Clay Sebagai Bahan Pemucat Minyak Sawit 10


Praktikum Kimia Material
Tahun Akademik 2019/2020
C. Pemucatan

Keterangan :
1. Buret
2. Erlemeyer
3. Standar
4. Klem
5. Kertas
6. Hot plate
7. Penangas
8. Tutup termos
9. Pendingin tegak
10. Erlenmeyer bercabang
11. Kolom
12. Kapas
13. Pasir clay
14. Minyak curah

Penggunaan Clay Sebagai Bahan Pemucat Minyak Sawit 11


Praktikum Kimia Material
Tahun Akademik 2019/2020

IV. DATA DAN PERHITUNGAN


4.1 Data
A. Penentuan Angka Asam Lemak Bebas
Massa minyak =5g
Konsentrasi KOH = 0,1 N
Volume KOH minyak sebelum dipucatkan = 0,9 mL
Volume KOH minyak sesudah dipucatkan = 0,7 mL
Mr asam lemak bebas = 256 g/mol
B. Penentuan Bilangan Penyabunan
Massa minyak =2g
Volume HCl blanko = 21,9 mL
Volume HCl minyak sebelum dipucatkan = 11,7 mL
Volume HCl minyak sesudah dipucatkan = 10,4 mL
Konsentrasi HCl = 0,5 N
Mr KOH = 56 g/mol

4.2 Reaksi
A. Angka Asam Lemak Bebas
O
H2C O C R H2C OH
O O
HC O C R + 3KOH HC OH + 3R C OK
O
H2C O C R H2C OH

Minyak :

B. Bilangan Penyabunan

Penggunaan Clay Sebagai Bahan Pemucat Minyak Sawit 12


Praktikum Kimia Material
Tahun Akademik 2019/2020

4.3 Perhitungan
A. Penentuan Angka Asam Lemak Bebas
(V x N)KOH x Mr asam lemak
Free Fatty Acid = x 100%
massa minyak x 1000

 Minyak sebelum dipucatkan


(0,9 mL x 0,1 N) x 256 g/mol
Free Fatty Acid = x 100%
5 g x 1000

= 0,46%
 Minyak setelah dipucatkan
(0,7 mL x 0,1 N) x 256 g/mol
Free Fatty Acid = x 100%
5 g x 1000

= 0,36%
B. Penentuan Bilangan Penyabunan
(V blanko x V sampel) x N HCl x Mr KOH
Angka Penyabunan =
massa minyak

 Minyak sebelum dipucatkan


(21,9 mL x 11,7 mL) x 0,5 N x 56 g/mol
Angka Penyabunan =
2g

= 142,8 mL N/mol
 Minyak sesudah dipucatkan
(21,9 mL x 10,4 mL) x 0,5 N x 56 g/mol
Angka Penyabunan =
2g

= 161 mL N/mol

Penggunaan Clay Sebagai Bahan Pemucat Minyak Sawit 13


Praktikum Kimia Material
Tahun Akademik 2019/2020

V. PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN


5.1 Pengamatan
5.1.1 Pengamatan Setiap Langkah Kerja
No Cara Kerja Foto Pengamatan Analisa

A. Pemucatan Minyak Curah


1. Clay dikeringkan, digerus dan Clay berwarna cok- Tujuan dari penggerusan clay agar
ditimbang 5 gram lalu dimasukkan lat muda. luas permukaan clay bertambah
ke dalam kolom. sehingga meningkatkan daya serap
dari clay.
2. Diambil minyak sawit sebanyak 20 Minyak berubah Terjadi perubahan pada minyak
ml kemudian dimasukkan ke da- menjadi pucat menjadi sedikit pucat karena
lam kolom dan tampung minyak terjadinya penyerapan oleh clay,
yang telah dilewatkan ke dalam dimana clay dapat menyerap beta
kolom. karoten dari minyak.
B. Penentuan Angka Asam Lemak
Bebas
1. Minyak yang telah dipucatkan Didalam larutan Penambahan alkohol berfungsi
ditimbang 5 gram lalu ditambah- terdapat dua fasa untuk melarutkan asam lemak
kan 50 ml alkohol 50%. campuran yaitu bebas rantai pendek.
alkohol dan mi-

Penggunaan Clay Sebagai Bahan Pemucat Minyak Sawit 14


Praktikum Kimia Material
Tahun Akademik 2019/2020

nyak membentuk
bulir.
2. Dipanaskan pada pemanas air dan Uap yang naik Pemanasan berfungsi untuk
ditutup dengan pendingin tegak pada pendingin mempercepat reaksi dimana asam
tegak kembali tu- lemak bebas rantai pendek dapat
run dalam bentuk larut dengan penambahan alkohol.
cairan
3. Setelah itu larutan didinginkan dan Terjadi perubahan Penambahan indikator pp untuk
ditambahkan indikator pp lalu warna dari bening memperjelas titik akhir titrasi.
dititrasi dengan KOH 0,1N. menjadi merah Angka asam lemak bebas dapat
lembayung ditentukan dari berapa banyak
KOH yang digunakan saat titrasi.
C. Penentuan Angka Penyabunan
1. Minyak yang telah dipucatkan Didapatkan laru- Penimbangan dilakukan dengan
ditimbang sebanyak 2 gram tan berwarna ku- neraca analitik agar hasil lebih
kemudian ditambahkan 25 ml ning pudar akurat.
KOH alkoholik.

Penggunaan Clay Sebagai Bahan Pemucat Minyak Sawit 15


Praktikum Kimia Material
Tahun Akademik 2019/2020

2. Dipanaskan dengan pemanas air Minyak tersabun- Minyak tersabunkan semua


dan ditutup dengan pendingin kan semua oleh dengan cepat menggunakan ban-
tegak sampai minyak tersabunkan KOH tuan pemanasan.
semua.

3. Kemudian larutan didinginkan dan Warna larutan Angka penyabunan dapat ditentu-
ditambahkan indikator pp lalu menjadi hilangnya kan dari volume HCl yang digu-
dititrasi dengan HCl 0,5 N warna merah jam- nakan. penambahan pp agar titik
bu. akhir titrasi terlihat lebih jelas.

Penggunaan Clay Sebagai Bahan Pemucat Minyak Sawit 16


Praktikum Kimia Material
Tahun Akademik 2019/2020

5.1.2 Pengamatan Hasil Akhir

No Hasil Akhir Foto Sifat Fisika Analisa

1. Penentuan angka asam lemak bebas Asam lemak bebas Pada percobaan ini dilakukan dua
bersifat asam yang tidak kali percobaan yaitu mengguna-
larut dalam air, namun kan minyak yang belum dan
larut dalam alkohol 95% sudah dipucatkan. Angka asam
yang dibantu dengan lemak bebas yang diperoleh pada
proses pemanasan. Ha- minyak yang belum dipucatkan
sil dari minyak yang yaitu 0,46%, sedangkan minyak
dianalisa dengan dua yang sudah dipucatkan yaitu
perlakuan mendapat- 0,36%. Kualitas minyak akan
kan hasil yang berbeda. semakin baik jika angka asam
lemak bebas nya semakin kecil,
karena keberadaan trigliseridanya
yang sedikit. Dimana standar
angka asam lemak bebas ini yaitu
< 0,3%.

Penggunaan Clay Sebagai Bahan Pemucat Minyak Sawit 17


Praktikum Kimia Material
Tahun Akademik 2019/2020

2. Penentuan angka penyabunan Nilai angka penyabu- Untuk penentuan dilakukan dua
nan sebelum dan sesu- perlakuan yaitu untuk minyak
dah dipucatkan berbe- sebelum dan sesudah dipucatkan.
da. Warna dari minyak Dimana hasil yang didapatkan
dengan dua perlakuan pada minyak sebelum dipucatkan
itupun berbeda. Setelah sebesar 142,8 mL N/mol dan
dititrasi menggunakan setelah dipucatkan sebesar 161
HCl warna pink yang mL N/mol. Nilai standar untuk
ditimbulkan karna pe- angka penyabunan yaitu 120-205.
nambahan indikator pp
hilang.

Penggunaan Clay Sebagai Bahan Pemucat Minyak Sawit 18


Praktikum Kimia Material
Tahun Akademik 2019/2020

5.2 Pembahasan
Pada percobaan ini dilakukan yaitu tentang penggunaan clay sebagai bahan pemucat
minyak curah. Adapun tujuan dari percobaan ini adalah mempelajari kemampuan
mineral clay dalam proses pemucatan minyak sawit dan analisis dari minyak yang
telah dipucatkan.
Pada percobaan ini digunakan clay yang ada didaerah Indarung sebagai adsorben.
Clay yang digunakan pada percobaan ini tidak diaktivasi, dimana tujuan dari aktivasi
ini untuk memperbesar pori-pori dari adsorben itu sendiri. Dimana clay merupakan
suatu zat yang dapat mengadsorpsi beta karoten yang ada pada minyak curah. Hal ini
dikarenakan tanah liat merupakan suatu partikel mineral yang berkerangka dasar
silikat yang memiliki diameter kurang dari 4 µm, dan memiliki susunan komposit
yang hampir sama dengan mineral clay yaitu suatu mineral silikat berlapis
(pilosilikat). Pemucatan bertujuan untuk memurnikan minyak dan menghilangkan
beta karoten yang dapat menyebabkan toxic apabila terakumulasi dalam tubuh
manusia.
Pertama minyak dipucatkan menggunakan kolom, yang berisi sedikit kapas, clay
dan minyak curah dengan perbandingan yang telah ditentukan. Kemudian
ditampung minyak yang teradsorbsi menggunakan erlenmeyer bercabang yang
disambungkan dengan vakum. Pada saat proses kolom menggunakan bantuan
vakum, tidak boleh ada celah, karena jika terdapat celah, udara akan masuk yang
menyebabkan tekanan yang diberikan vakum akan terganggu, sehingga minyak sulit
untuk tersedot dan turun dari kolom. Setelah minyak selesai dipucatkan, dilakukan
analisa terhadap penentuan angka asam lemak bebas dan angka penyabunan. Hal ini
dilakukan untuk menentukan kualitas dari minyak curah yang digunakan sebagai
sampel.
Pada penentuan angka asam lemak bebas minyak yang telah dipucatkan
ditambahkan alkohol netral 95% dimana tujuan penambahan ini adalah untuk
melarutkan minyak dan memutuskan ikatan asam lemak bebas dengan trigliseridanya
yang dibantu dengan proses pemanasan. Penentuan angka asam lemak bebas
dilakukan denagan prinsip titrasi asam basa. Sebelum dilakukan tittasi larutan
ditambahkan indikator phenolphatalein agar saat penentuan titik akhir titrasi terlihat
dengan jelas. Pentiter yang digunakan adalah KOH. Dari data percobaan didapat nilai

Penggunaan Clay Sebagai Bahan Pemucat Minyak Sawit 19


Praktikum Kimia Material
Tahun Akademik 2019/2020

angka asam lemak bebas 0,46% untuk minyak yang belum diadsorbsi dan 0,36% untuk
minyak yang sudah diadsorbsi. Menurut standar nasional Indonesia (SNI) 01-3741-
2002 angka asam lemak bebas yang baik yaitu maksimal 0,30%, hal ini menunjukkan
bahwa minyak yang telah dipucatkan / diadsorbsi dengan clay memiliki kualitas yang
lebih baik dibandingkan dengan minyak yang belum dipucatkan, namun jika
dibandingkan dengan SNI, minyak ini belum cukup baik untuk dikonsumsi baik
sebelum maupun sesudah dipucatkan, karena nilai asam lemak bebasnya lebih
rendah.
Sedangkan pada penentuan angka penyabunan minyak yang telah dipucatkan
ditambahkan KOH alkoholik, KOH alkoholik ini yaitu KOH ynag dilarutkan
menggunakan alkohol tidak dengan air. Penambahan KOH alkoholik ini bertujuan
untuk menyabunkan minyak yang telah dipucatkan. Untuk mempercepat reaksi
dilakukan pemanasan dan pada saat pemanasan ditutup dengan pendingin tegak
yang bertujuan agar saat pemanasan alkohol tidak menguap seluruhnya dan pada saat
itu terjadi pamanasan secara berulang-ulang sehingga proses penyabunan berjalan
dengan sempurna. Prinsip penentuan angka penyabunan yaitu titrasi asam basa.
Untuk menentukan angka penyabunan dihitung dengan banyaknya volume HCl yang
digunakan. Dari percobaan yang telah dilakukan didapatkan angka penyabunan
sebesar 142,8 mL N/mol untuk minyak yang belum dipucatkan dan 161 mL N/mol
untuk minyak yang sudah dipucatkan. Menurut standar nasional Indonesia (SNI) 01-
2902-1992 angka penyabunan yang baik berada pada range 255-265. Sehingga dari data
yang didapatkan dapat dinyatakan bahwa minyak sebelum dan sesudah dipucatkan
sudah memenuhi SNI, namun hasil yang lebih baik ditunjukkan pada minyak yang
sudah dipucatkan karna memiliki angka penyabunan yang lebih tinggi. Dimana
semakin tinggi bilangan penyabunan maka semakin baik kualitas dari minyak
tersebut. Namun tidak juga diperbolehkan melewati batas standar yang telah
ditentukan.

Penggunaan Clay Sebagai Bahan Pemucat Minyak Sawit 20


Praktikum Kimia Material
Tahun Akademik 2019/2020

VI. KESIMPULAN DAN SARAN


6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan, didapatkan kesimpulan sebagai
berikut.
1. Prinsip dari percobaan ini yaitu adsorpsi dan titrasi asam basa
2. Adsorben yang digunakan yaitu clay, dan adsorbatnya yaitu minyak curah.
3. Angka asam lemak yang didapatkan yaitu 0,46% untuk minyak yang belum
dipucatkan dan 0,36% untuk minyak yang sudah dipucatkan.
4. Angka penyabunan yang didapatkan yaitu 142,8 mL N/mol untuk minyak yang
belum dipucatkan dan 161 mL N/mol untuk minyak yang sudah dipucatkan.
6.2 Saran
Berdasarkan hasil percobaan, saran untuk percobaan berikutnya adalah sebagai
berikut.
1. Pastikan clay yang digunakan sudah kering dan halus.
2. Gunakan vakum dengan baik dan menutup rongga udara dengan lakban
3. Gunakan alat proteksi diri dengan baik dan benar.

Penggunaan Clay Sebagai Bahan Pemucat Minyak Sawit 21


Praktikum Kimia Material
Tahun Akademik 2019/2020

DAFTAR PUSTAKA

1. Jones RM. 1975, “Mechanics of Composite Materials”. Scripta Book, Company Was-
hington DC.
2. Schwartz MM. 1984. “Composite Material, Handbook”. McGraw Hill, Inc., New York,
USA.
3. Schwartz MM. 1996. “Composite Meterials Polimers, Ceramics and Metal
Matrices”.Prentice-Hall, USA.
4. Mumin, M. A., Khan, M. M. R.., Akhter, K. F.., Uddin, M. J.. 2007.
Potentiality of Open Burnt Clay as an Adsorbent for the Removal of Congo
Red from Aqueous Solution. Int. J. Environ. Sci. Tech., 4 (4):525-532.
5. Bernasconi. G, Teknologi Kimia, Pradnya Paramita, Jakarta, 1995.
6. Saiful, Adsorpsi Kadmium Oleh Bentonit Alam dan Na-Bentonit Sebagai
Penukar Kation. Jurnal Sains dan Matematika, No.2, 2005.
7. Haryono, Muhammad Ali, Wahyuni. 2012, Proses Pemucatan Minyak Sawit Men-
tah Dengan Arang Aktif. Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Padjadjaran. Vol 1, No 1, April 2012
8. Prasetyowati, Adang Kurniawan, Dian Saputra. 2011. Pemurnian Minyak Jelantah
Dengan Adsorben Bentonit. Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas
Sriwijaya. Jurnal Teknik Kimia No. 5, Vol. 17.

Penggunaan Clay Sebagai Bahan Pemucat Minyak Sawit 22


Praktikum Kimia Material
Tahun Akademik 2019/2020

Lampiran 1. Tugas Sebelum Praktikum


1. Apa yang dimaksud dengan:
a. Clay
Clay adalah material yang tersusun oleh oksida, silica, dan aluminium yang
digunakan untuk perabotan, keramik, dan adsorban.
b. Angka penyabunan
Angka penyabunan adalah jumlah mg KOH yang diperlukan untuk
menyabunkan 1 g lemak/ minyak.
c. Angka asam lemak bebas
Angka asam lemak bebas adalah kandungan asam lemak yang terdapat paling
banyak dalam minyak tertentu untuk mengetahui tingkat kerusakan minyak.
d. Angka peroksida minyak
Angka peroksida minyak adalah indeks jumlah lemak / minyak yang telah
mengalami oksidasi dan mengidentifikasi tingkat oksidasi minyak.
2. Prinsip dasar pemucatan minyak tersebut?
Jawaban:
Prinsipnya yaitu adsorbsi, yaitu proses penarikan molekul pewarna minyak
(beta karoten) pada permukaan adsorben yang digunakan yang pada
praktikum ini adalah clay yang tidak diaktivasi.
3. Kenapa pengukuran serapan dilakukan pada panjang gelombang 299 nm dan 444
nm?
Jawaban:
Karena salah satu parameter pengukuran menggunakan angka DOBI, yang
menunjukkan tingkat kemudahan CPO untuk dipucatkan dengan
menggunakan serapan 299-444 nm.

Penggunaan Clay Sebagai Bahan Pemucat Minyak Sawit 23


Praktikum Kimia Material
Tahun Akademik 2019/2020

Lampiran 2. Struktur Bahan dan Produk


No. Senyawa Struktur
1. Alkohol netral

2. KOH

3. HCl H Cl

4. Indikator
phenolphtalein
(C20H14O4)

Penggunaan Clay Sebagai Bahan Pemucat Minyak Sawit 24

Anda mungkin juga menyukai