LP Ispa Ayudia Arinda
LP Ispa Ayudia Arinda
DI RUANG ANAK
RSUD GENTENG
NIM : 2019.04.008
BANYUWANGI
2019-2020
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN
Oleh :
AYUDIA ARINDA DWI QIBTIYATUL HUSNAH
2019.04.008
Mahasiswa
(...........................................) (...........................................)
Kepala Ruangan
(..........................................)
LAPORAN PENDAHULUAN
INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA) PADA ANAK
atau lebih dari saluran pernapasan mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli
(saluran bawah) termasuk jaringan adneksinya seperti sinus, rongga telinga tengah
dan pleura (Kemenkes, 2010). ISPA di sebabkan oleh virus, bakteri dan reketsia
(Widoyono,2011:204), dan infeksi ini paling sering terjadi pada anak karena
yang kurang bersih dan lain-lain, anak akan mengalami masalah pernafasan
berupa sesak nafas, kesulitan bernafas, batuk dan bentuk-bentuk masalah lainnya
sebagai akibat infeksi saluran pernafasan. Karena itu masalah yang berhubungan
dengan pernafasan pada ISPA yang paling utama adalah ketidakefektifan bersihan
jalan nafas, yang pada akhirnya akan mengganggu sistem pernafasan klien
(Saputri,2013).
ISPA (lnfeksi Saluran Pernafasan AL-ut) yang diadaptasi dari bahasa Inggris
Acute Respiratory hfection (ARl) mempunyai pengertian sebagai berikut:
1. Infeksi adalah masuknya kuman atau mikoorganisme kedalam tubuh
manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.
2. Saluran pernafasan adalah organ mulai dari hidung hingga alfeoli beserta
organ secara anatomis mencakup saluran pemafasan bagian atas.
3. Infeksi akut adalah infeksi yang berlansung sampai 14 hari. Batas 14 hari
diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa penyakit
yang digolongkan ISPA. Proses ini dapat berlangsung dari 14 hari
(Suryana, 2005:57).
Infeksi saluran nafas adalah penurunan kemampuan pertahanan alami jalan
nafas dalam menghadapi organisme asing.
B. ETIOLOGI
Etiologi ISPA terdiri dari lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan richetsia.
Bakteri penyebab ISPA antara lain adalah dari genus Streptococcus,
Staphylococcus, Pneumococcus, Haemophylus, Bordetella dan Corinebacterium.
Virus penyebab ISPA antara lain adalah golongan Miksovirus, Adenovirus,
Coronavirus, Picornavirus, Micoplasma, Herpesvirus dan lain-lain.
Etiologi Pneumonia pada Balita sukar untuk ditetapkan karena dahak
biasanya sukar diperoleh. Penetapan etiologi Pneumonia di Indonesia masih
didasarkan pada hasil penelitian di luar Indonesia. Menurut publikasi WHO,
penelitian di berbagai negara menunjukkan bahwa di negara berkembang
streptococcus pneumonia dan haemophylus influenza merupakan bakteri yang
selalu ditemukan pada dua per tiga dari hasil isolasi, yakni 73, 9% aspirat paru
dan 69, 1% hasil isolasi dari spesimen darah. Sedangkan di negara maju, dewasa
ini Pneumonia pada anak umumnya disebabkan oleh virus (Suriadi,Yuliani
R,2001)
b. Tanda-tanda bahaya klinis ISPA
1. Pada sistem respiratorik adalah: tachypnea, napas tak teratur (apnea),
retraksi dinding thorak, napas cuping hidung, cyanosis, suara napas lemah
atau hilang, grunting expiratoir dan wheezing.
2. Pada sistem cardial adalah: tachycardia, bradycardiam, hypertensi,
hypotensi dan cardiac arrest.
3. Pada sistem cerebral adalah : gelisah, mudah terangsang, sakit kepala,
bingung, papil bendung, kejang dan coma.
4. Pada hal umum adalah : letih dan berkeringat banyak.
D. KLASIFIKASI
Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi ISPA sebagai berikut:
1. Pneumonia berat: ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada
kedalam (chest indrawing).
2. Pneumonia: ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.
3. Bukan pneumonia: ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai
demam, tanpa tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat.
Rinofaringitis, faringitis dan tonsilitis tergolong bukan pneumonia
Berdasarkan hasil pemeriksaan dapat dibuat suatu klasifikasi penyakit
ISPA. Klasifikasi ini dibedakan untuk golongan umur dibawah 2 bulan dan untuk
golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun.
Untuk golongan umur kurang 2 bulan ada 2 klasifikasi penyakit yaitu :
1. Pneumonia berada: diisolasi dari cacing tanah oleh Ruiz dan kuat dinding
pada bagian bawah atau napas cepat. Batas napas cepat untuk golongan umur
kurang 2 bulan yaitu 60 kali per menit atau lebih.
2. Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tanda tarikan kuat
dinding dada bagian bawah atau napas cepat.
Untuk golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun ada 3 klasifikasi penyakit yaitu :
1. Pneumonia berat: bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan dinding dada
bagian bawah kedalam pada waktu anak menarik napas (pada saat diperiksa
anak harus dalam keadaan tenang tldak menangis atau meronta).
2. Pneumonia: bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah untuk usia 2 -12
bulan adalah 50 kali per menit atau lebih dan untuk usia 1 -4 tahun adalah 40
kali per menit atau lebih.
3. Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tarikan dinding
dada bagian bawah dan tidak ada napas cepat.
E. PATHWAY
Perjalanan klinis penyakit ISPA dimulai dengan berinteraksinya virus dengan
tubuh. Masuknya virus sebagai antigen ke saluran pernafasan menyebabkan silia
yang terdapat pada permukaan saluran nafas bergerak ke atas mendorong virus ke
arah faring atau dengan suatu tangkapan refleks spasmus oleh laring. Jika refleks
tersebut gagal maka virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa saluran
pernafasan.
Iritasi virus pada kedua lapisan tersebut menyebabkan timbulnya batuk
kering. Kerusakan stuktur lapisan dinding saluran pernafasan menyebabkan
kenaikan aktifitas kelenjar mukus yang banyak terdapat pada dinding saluran
nafas, sehingga terjadi pengeluaran cairan mukosa yang melebihi noramal.
Rangsangan cairan yang berlebihan tersebut menimbulkan gejala batuk Sehingga
pada tahap awal gejala ISPA yang paling menonjol adalah batuk.
danya infeksi virus merupakan predisposisi terjadinya infeksi sekunder
bakteri. Akibat infeksi virus tersebut terjadi kerusakan mekanisme mukosiliaris
yang merupakan mekanisme perlindungan pada saluran pernafasan terhadap
infeksi bakteri sehingga memudahkan bakteri-bakteri patogen yang terdapat pada
saluran pernafasan atas seperti streptococcus pneumonia, haemophylus influenza
dan staphylococcus menyerang mukosa yang rusak tersebut (Kending dan
Chernick, 1983). Infeksi sekunder bakteri ini menyebabkan sekresi mukus
bertambah banyak dan dapat menyumbat saluran nafas sehingga timbul sesak
nafas dan juga menyebabkan batuk yang produktif. Invasi bakteri ini dipermudah
dengan adanya fakor-faktor seperti kedinginan dan malnutrisi. Suatu laporan
penelitian menyebutkan bahwa dengan adanya suatu serangan infeksi virus pada
saluran nafas dapat menimbulkan gangguan gizi akut pada bayi dan anak (Tyrell,
1980)
Virus yang menyerang saluran nafas atas dapat menyebar ke tempat-tempat
yang lain dalam tubuh, sehingga dapat menyebabkan kejang, demam, dan juga
bisa menyebar ke saluran nafas bawah (Tyrell, 1980). Dampak infeksi sekunder
bakteripun bisa menyerang saluran nafas bawah, sehingga bakteri-bakteri yang
biasanya hanya ditemukan dalam saluran pernafasan atas, sesudah terjadinya
infeksi virus, dapat menginfeksi paru-paru sehingga menyebabkan pneumonia
bakteri
Penanganan penyakit saluran pernafasan pada anak harus diperhatikan aspek
imunologis saluran nafas terutama dalam hal bahwa sistem imun di saluran nafas
yang sebagian besar terdiri dari mukosa, tidak sama dengan sistem imun sistemik
pada umumnya. Sistem imun saluran nafas yang terdiri dari folikel dan jaringan
limfoid yang tersebar, merupakan ciri khas system imun mukosa. Ciri khas
berikutnya adalah bahwa IgA memegang peranan pada saluran nafas atas
sedangkan IgG pada saluran nafas bawah. Diketahui pula bahwa sekretori IgA
(sIgA) sangat berperan dalam mempertahankan integritas mukosa saluran nafas
(Siregar, 1994).
Dari uraian di atas, perjalanan klinis penyakit ISPA ini dapat dibagi
menjadi empat tahap, yaitu:
1. Tahap prepatogenesis : penyuebab telah ada tetapi belum menunjukkan reaksi
apa-apa.
2. Tahap inkubasi : virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa. Tubuh
menjadi lemah apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan sebelumnya rendah.
3. Tahap dini penyakit : dimulai dari munculnya gejala penyakit,timbul gejala
demam dan batuk.
4. Tahap lanjut penyaklit,dibagi menjadi empat yaitu dapat sembuh
sempurna,sembuh dengan atelektasis,menjadi kronos dan meninggal akibat
pneumonia.
F. PATHWAY ISPA
terhirup
Menempel pada
Rinitis;
Hidung; Sinus Faring Faringitis Laring Laringitis
sinusitis
* aktivasi * aktivasi
Menginvasi sel Sel korban * aktivasi sistem imun
mengirimkan sinyal sistem imun sistem imun
Respon
Melepaskan
pertahanan sel Limfadenopati regional Tonsil faringeal
mediator inflamasi
MK: Bersihan jalan (tonsil)
↑ produksi mukus Menyumbat lubang
napas tidak efektif Mengeluarkan prostaglandin
Menyumbat makan hidung posterior
Kongesti hidung IL-1, IL-6
Nyeri saat Udara tak bisa
Edema Vasodilatasi area Areo preotik
Kesulitan saat masuk lewat
mukosa yang terinfeksi hipotalamus menelan (disfagia)
bernapas ↑ set point
Blokade demam Menyebar ke Benapas
Rubor, kalor malaise
ostium sinus tonsil dengan mulut
Maserasi mukosa Menyebar tonsilitis
hipermetabolik
hidung Retensi mukus anoreksia
ke sinus Selulitis
Ulserasi membran Rasa penuh dan ↓ intake nutrisi peritonsilar
sinusitis
mukosa kongesti MK: Resiko tinggi
Abses
Menyebar ke jaringan peritonsilar infeksi (penyebaran)
Rentan infeksi Nyeri lunak orbita MK: Risti nutrisi kurang
sekunder
dari kebutuhan tubuh
Mukopurupen pada
MK: Resiko tinggi infeksi bakteri
infeksi (penyebaran) Selulitis orbita atau abses,
osteomielitis, meningitis,
Trismus dan
otalgia ipsilateral
Obstruksi yang
parah
Pengeluaran CO2
tak adekuat
Asidosis
Gagal napas
respiratori
16
G. KOMPLIKASI
1. Penemonia
2. Bronchitis
3. Sinusitis
4. Laryngitis
5. Kejang deman
H. PEMERIKSAAN PENUJANG
a. Kultur
Kultur tenggorok dapat dilakukan untuk mengidentifikasi organisme
yang menyebabkan faringitis.
b. Biopsi
Prosedur biopsi mencakup tindakan mengeksisi sejumlah kecil jaringan
tubuh, dilakukan untuk memungkinkan pemeriksaan sel-sel dari faring, laring,
dan rongga hidung. Dalam tindakan ini mungkin saja pasien mendapat
anastesi lokal, tropical atau umum tergantung pada tempat prosedur
dilakukan.
c. Pemeriksaan pencitraan,
termasuk di dalamnya pemeriksaan sinar-X jaringan lunak, CT Scan,
pemeriksaan dengan zat kontras dan MRI (pencitraan resonansi magnetik).
Pemeriksaan tersebut mungkin dilakukan sebagai bagian integral dari
pemeriksaan diagnostik untuk menentukan keluasan infeksi pada sinusitis atau
pertumbuhan tumor dalam kasus tumor
5. PENATALAKSANAAN
Tujuan utama dilakukan terapi adalah menghilangkan adanya obstruksi dan
adanya kongesti hidung pergunakanlah selang dalam melakukan penghisaapan
lendir baik melalui hidung maupun melalui mulut. Terapi pilihan adalah
dekongestan dengan pseudoefedrin hidroklorida tetes pada lobang hidung, serta
obat yang lain seperti analgesik serta antipiretik. Antibiotik tidak dianjurkan
17
kecuali ada komplikasi purulenta pada sekret. Penatalaksanaan pada bayi dengan
pilek sebaiknya dirawat pada posisi telungkup, dengan demikian sekret dapat
mengalir dengan lancar sehingga drainase sekret akan lebih mudah keluar.
Prinsip perawatan ISPA antara lain :
Menigkatkan istirahat minimal 8 jam perhari
Meningkatkan makanan bergizi
Bila demam beri kompres dan banyak minum
Bila hidung tersumbat karena pilek bersihkan lubang hidung dengan
sapu tangan yang bersih
Bila badan seseorang demam gunakan pakaian yang cukup tipis tidak
terlalu ketat.
Bila terserang pada anak tetap berikan makanan dan ASI bila anak
tersebut masih menetek
Mengatasi panas (demam) dengan memberikan kompres, memberikan
kompres, dengan menggunakan kain bersih, celupkan pada air (tidak
perlu air es).
Mengatasi batuk dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu
ramuan tradisional yaitu jeruk nipis ½ sendok teh dicampur dengan
kecap atau madu ½ sendok teh , diberikan tiga kali sehari.
2. Konsep Dasar Anak
a. Definisi Anak
Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan
perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Masa anak merupakan
masa pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari bayi (0-1 tahun) usia
bermain/oddler (1-2,5 tahun), pra sekolah (2,5-5), usia sekolah (5-11 tahun)
hingga remaja (11-18 tahun).
b. Definisi Anak Prasekolah
potensi. Potensi itu di rangsang dan dikembangkan agar pribadi anak tersebut
menjadi optimal.
17
c. Ciri – cirri Anak Prasekolah
1. Ciri – Ciri Fisik
b. Faktor fisik
Yang termasuk didalamnya adalah cuaca (musim,
keadaan geografis), keadaan rumah, sanitasi, radiasi.
c. Faktor psikososial
Yang termasuk didalamnya adalah stimulasi,
ganjaran/ hukuman yang wajar, motivasi belajar, keluarga
sebaya, sekolah, stress, cinta dan kasih saying, kualitas
interaksi anak dan orang tua.
d. Faktor keluarga dan adat istiadat
Yang termasuk didalamnya adalah pekerjaan/
pendapatan keluarga, pendidikan ayah dan ibu, jumlah
saudara, jenis kelamin dalam keluarga, stabilitas rumah
tangga, kepribadian ayang dan ibu, adat istiadat, norma,
agama, dan lain-lain.
c. Ciri-ciri Tumbuh Kembang Anak
1. Tumbuh kembang adalah proses yang kontinyu sejak dari konsepsi sampai
2. maturitas/ dewasa, yang dipengaruhi oleh factor bawaan dan lingkungan.
3. Dalam periode tertentu terdapat adanya masa perceopatan atau masa
4. perlambatan, serta laju tumbuh kembang yang berlainan diantara
organorgan.
5. Pola perkembangan anak adalah sama pada semua anak, tetapi kecepatannya
6. berbeda anatara anak satu dengan lainnya.
7. Perkembangan erat hubungannya dengan maturitas system susunan saraf.
8. Arah perkembangan anak adalah sefalokaudal.
9. Reflek primitive seperti refleks memegang dan berjalan akan menghilang
sebelum gerakan volunteer tercapai.
d. Fase Tumbuh Kembang Anak ( Masa Kanak-Kanak)
Masa pra sekolah
1. perkembangan fisik
23
A. PENGKAJIAN
a. Identitas Pasien
Jenis kelamin :Angka kesakitan ISPA sering terjadi pada usia kurang
dari 2 tahun, dimana angka kesakitan ISPA anak
perempuan lebih tinggi daripada laki-laki.
Alamat : Kepadatan hunian seperti luar ruang per orang, jumlah anggota
keluarga, dan masyarakat diduga merupakan faktor risiko untuk
ISPA. kepadatan hunian mempengaruhi secara bermakna
prevalensi ISPA berat .Diketahui bahwa penyebab terjadinya
ISPA dan penyakit gangguan pernafasan lain adalah rendahnya
kualitas udara didalam rumah ataupun diluar rumah baik secara
biologis, fisik maupun kimia. Adanya ventilasi rumah yang
kurang sempurna dan asap tungku di dalam rumah seperti yang
terjadi di Negara Zimbabwe akan mempermudah terjadinya
ISPA anak.
B. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama:
Klien mengeluh demam
2) Riwayat penyakit sekarang:
23
B1 (Breath) :
1. Inspeksi:
Membran mucosa hidung faring tampak kemerahan, Tonsil tanpak
kemerahan dan edema Tampak batuk tidak produktif, Tidak ada
jaringna parut pada leher, Tidak tampak penggunaan otot- otot
pernapasan tambahan,pernapasan cuping hidung, tachypnea, dan
hiperventilasi
2. Palpasi
Adanya demam, Teraba adanya pembesaran kelenjar limfe pada
daerah leher / nyeri tekan pada nodus limfe servikalis, Tidak teraba
adanya pembesaran kelenjar tyroid
3. Perkusi
Suara paru normal (resonance)
4. Auskultasi
Suara napas vesikuler / tidak terdengar ronchi pada kedua sisi paru
B. DIAGNOSA
nadi dan RR
Terapeutik
dan nutrisi
pemberian kompres
dingin.
Kolaborasi
- Kolaborasi pemebrian
cairan intravena.
- Kolaborasi pemberian
antipiretik.
3. Ketidakseimbangan
- k/u Cukup
1. nutrisi kurang dari Observasi
- mukosa bibir lembab
kebutuhan - bising usus dalam batas - Observasi mual dan
- Jelaskan pada
keluarga agar makan
sedikit-sedikit tai
sering
Kolaborasi
- Kolaborasi dengan
tim medis lain
Daftar Pustaka
Saputri. (2013). Asuhan Kebidanaan Pada An. A Umur 4 Bulan Dengan ISPA
Sedang Di RSUD Dr Moerwardi Surakarta, STIKES Kusuma Husada
Surakarta.
WHO.(2015). Penanganan ISPA Pada Anak Di Rumah Sakit Kecil Negara
Berkembang
Wijaya A.S & Putri.(2013).KMB 1 Keperawatan Medikal Bedah
(keperawatan dewasa).Yogyakarta: Nuha medika
Zuriyah.(2015). Gambaran Kebiasaan Merokok Anggota Keluarga Pada
Kejadian ISPA Balita di Pukesmas Bungal Kabupaten Gresik. Universitas
Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta
23