Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN

INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA)

DI RUANG ANAK

RSUD GENTENG

NAMA : AYUDIA ARINDA DWI QIBTIYATUL H.

NIM : 2019.04.008

PROGRAM : PROFESI (NERS)

PROGRAM STUDI PROFESI (NERS)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANYUWANGI

BANYUWANGI

2019-2020
HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN

INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA)

Di Ruang Anak Rumah Sakit Umum Daerah Genteng

Untuk Memenuhi Tugas Profesi Ners RSUD GENTENG

Oleh :
AYUDIA ARINDA DWI QIBTIYATUL HUSNAH
2019.04.008

Telah di periksa dan di setujui pada :


Hari :
Tanggal :

Mahasiswa

(AYUDIA ARINDA DWI QIBTIYATUL.H)

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

(...........................................) (...........................................)

Kepala Ruangan

(..........................................)
LAPORAN PENDAHULUAN
INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA) PADA ANAK

1. KONSEP DASAR ISPA


A. DEFINISI
ISPA adalah penyakit infeksi yang sangat umum dijumpai pada anak-anak
dengan gejala batuk, pilek, panas atau ketiga gejala tersebut muncul secara
bersamaan.
ISPA merupakan salah satu penyakit infeksi yang menyerang salah satu

atau lebih dari saluran pernapasan mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli

(saluran bawah) termasuk jaringan adneksinya seperti sinus, rongga telinga tengah

dan pleura (Kemenkes, 2010). ISPA di sebabkan oleh virus, bakteri dan reketsia

(Widoyono,2011:204), dan infeksi ini paling sering terjadi pada anak karena

beberapa faktor seperti terpapar asap rokok, pencemaran lingkungan, makanan

yang kurang bersih dan lain-lain, anak akan mengalami masalah pernafasan

berupa sesak nafas, kesulitan bernafas, batuk dan bentuk-bentuk masalah lainnya

sebagai akibat infeksi saluran pernafasan. Karena itu masalah yang berhubungan

dengan pernafasan pada ISPA yang paling utama adalah ketidakefektifan bersihan

jalan nafas, yang pada akhirnya akan mengganggu sistem pernafasan klien

(Saputri,2013).

ISPA (lnfeksi Saluran Pernafasan AL-ut) yang diadaptasi dari bahasa Inggris
Acute Respiratory hfection (ARl) mempunyai pengertian sebagai berikut:
1. Infeksi adalah masuknya kuman atau mikoorganisme kedalam tubuh
manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.
2. Saluran  pernafasan adalah organ mulai dari hidung hingga alfeoli beserta
organ secara anatomis mencakup saluran pemafasan bagian atas.
3. Infeksi akut adalah infeksi yang berlansung sampai 14 hari. Batas 14 hari
diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa penyakit
yang digolongkan ISPA. Proses ini dapat berlangsung dari 14 hari
(Suryana, 2005:57).
Infeksi saluran nafas adalah penurunan kemampuan pertahanan alami jalan
nafas dalam menghadapi organisme asing.

B. ETIOLOGI
Etiologi ISPA terdiri dari lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan richetsia.
Bakteri penyebab ISPA antara lain adalah dari genus Streptococcus,
Staphylococcus, Pneumococcus, Haemophylus, Bordetella dan Corinebacterium.
Virus penyebab ISPA antara lain adalah golongan Miksovirus, Adenovirus,
Coronavirus, Picornavirus, Micoplasma, Herpesvirus dan lain-lain.
Etiologi Pneumonia pada Balita sukar untuk ditetapkan karena dahak
biasanya sukar diperoleh. Penetapan etiologi Pneumonia di Indonesia masih
didasarkan pada hasil penelitian di luar Indonesia. Menurut publikasi WHO,
penelitian di berbagai negara menunjukkan bahwa di negara berkembang
streptococcus pneumonia dan haemophylus influenza merupakan bakteri yang
selalu ditemukan pada dua per tiga dari hasil isolasi, yakni 73, 9% aspirat paru
dan 69, 1% hasil isolasi dari spesimen darah. Sedangkan di negara maju, dewasa
ini Pneumonia pada anak umumnya disebabkan oleh virus (Suriadi,Yuliani
R,2001)

C. TANDA DAN GEJALA


a. Tanda dan gejala dari penyakit ISPA adalah sebagai berikut:
1. Batuk
2.  Nafas cepat
3. Bersin
4.  Pengeluaran sekret atau lendir dari hidung
5. Nyeri kepala
6. Demam ringan
7. Tidak enak badan
8. Hidung tersumbat
9. Kadang-kadang sakit saat menelan

b. Tanda-tanda bahaya klinis ISPA
1.  Pada sistem respiratorik adalah: tachypnea, napas tak teratur (apnea),
retraksi dinding thorak, napas cuping hidung, cyanosis, suara napas lemah
atau hilang, grunting expiratoir dan wheezing.
2. Pada sistem cardial adalah: tachycardia, bradycardiam, hypertensi,
hypotensi dan cardiac arrest.
3.  Pada sistem cerebral adalah : gelisah, mudah terangsang, sakit kepala,
bingung, papil bendung, kejang dan coma.
4. Pada hal umum adalah : letih dan berkeringat banyak.
D. KLASIFIKASI
Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi ISPA sebagai berikut:
1. Pneumonia berat: ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada
kedalam (chest indrawing).
2. Pneumonia: ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.
3. Bukan pneumonia: ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai
demam, tanpa tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat.
Rinofaringitis, faringitis dan tonsilitis tergolong bukan pneumonia
Berdasarkan hasil pemeriksaan dapat dibuat suatu klasifikasi penyakit
ISPA. Klasifikasi ini dibedakan untuk golongan umur dibawah 2 bulan dan untuk
golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun.
Untuk golongan umur kurang 2 bulan ada 2 klasifikasi penyakit yaitu :
1. Pneumonia berada: diisolasi dari cacing tanah oleh Ruiz dan kuat dinding
pada bagian bawah atau napas cepat. Batas napas cepat untuk golongan umur
kurang 2 bulan yaitu 60 kali per menit atau lebih.
2. Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tanda tarikan kuat
dinding dada bagian bawah atau napas cepat.
Untuk golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun ada 3 klasifikasi penyakit yaitu :
1. Pneumonia berat: bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan dinding dada
bagian bawah kedalam pada waktu anak menarik napas (pada saat diperiksa
anak harus dalam keadaan tenang tldak menangis atau meronta).
2. Pneumonia: bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah untuk usia 2 -12
bulan adalah 50 kali per menit atau lebih dan untuk usia 1 -4 tahun adalah 40
kali per menit atau lebih.
3. Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tarikan dinding
dada bagian bawah dan tidak ada napas cepat.

E. PATHWAY
Perjalanan klinis penyakit ISPA dimulai dengan berinteraksinya virus dengan
tubuh. Masuknya virus sebagai antigen ke saluran pernafasan menyebabkan silia
yang terdapat pada permukaan saluran nafas bergerak ke atas mendorong virus ke
arah faring atau dengan suatu tangkapan refleks spasmus oleh laring. Jika refleks
tersebut gagal maka virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa saluran
pernafasan.
Iritasi virus pada kedua lapisan tersebut menyebabkan timbulnya batuk
kering. Kerusakan stuktur lapisan dinding saluran pernafasan menyebabkan
kenaikan aktifitas kelenjar mukus yang banyak terdapat pada dinding saluran
nafas, sehingga terjadi pengeluaran cairan mukosa yang melebihi noramal.
Rangsangan cairan yang berlebihan tersebut menimbulkan gejala batuk Sehingga
pada tahap awal gejala ISPA yang paling menonjol adalah batuk.
danya infeksi virus merupakan predisposisi terjadinya infeksi sekunder
bakteri. Akibat infeksi virus tersebut terjadi kerusakan mekanisme mukosiliaris
yang merupakan mekanisme perlindungan pada saluran pernafasan terhadap
infeksi bakteri sehingga memudahkan bakteri-bakteri patogen yang terdapat pada
saluran pernafasan atas seperti streptococcus pneumonia, haemophylus influenza
dan staphylococcus menyerang mukosa yang rusak tersebut (Kending dan
Chernick, 1983). Infeksi sekunder bakteri ini menyebabkan sekresi mukus
bertambah banyak dan dapat menyumbat saluran nafas sehingga timbul sesak
nafas dan juga menyebabkan batuk yang produktif. Invasi bakteri ini dipermudah
dengan adanya fakor-faktor seperti kedinginan dan malnutrisi. Suatu laporan
penelitian menyebutkan bahwa dengan adanya suatu serangan infeksi virus pada
saluran nafas dapat menimbulkan gangguan gizi akut pada bayi dan anak (Tyrell,
1980)
Virus yang menyerang saluran nafas atas dapat menyebar ke tempat-tempat
yang lain dalam tubuh, sehingga dapat menyebabkan kejang, demam, dan juga
bisa menyebar ke saluran nafas bawah (Tyrell, 1980). Dampak infeksi sekunder
bakteripun bisa menyerang saluran nafas bawah, sehingga bakteri-bakteri yang
biasanya hanya ditemukan dalam saluran pernafasan atas, sesudah terjadinya
infeksi virus, dapat menginfeksi paru-paru sehingga menyebabkan pneumonia
bakteri
Penanganan penyakit saluran pernafasan pada anak harus diperhatikan aspek
imunologis saluran nafas terutama dalam hal bahwa sistem imun di saluran nafas
yang sebagian besar terdiri dari mukosa, tidak sama dengan sistem imun sistemik
pada umumnya. Sistem imun saluran nafas yang terdiri dari folikel dan jaringan
limfoid yang tersebar, merupakan ciri khas system imun mukosa. Ciri khas
berikutnya adalah bahwa IgA memegang peranan pada saluran nafas atas
sedangkan IgG pada saluran nafas bawah. Diketahui pula bahwa sekretori IgA
(sIgA) sangat berperan dalam mempertahankan integritas mukosa saluran nafas
(Siregar, 1994).
Dari uraian di atas, perjalanan klinis penyakit ISPA ini dapat dibagi
menjadi empat tahap, yaitu:
1. Tahap prepatogenesis : penyuebab telah ada tetapi belum menunjukkan reaksi
apa-apa.
2. Tahap inkubasi : virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa. Tubuh
menjadi lemah apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan sebelumnya rendah.
3. Tahap dini penyakit : dimulai dari munculnya gejala penyakit,timbul gejala
demam dan batuk.
4. Tahap lanjut penyaklit,dibagi menjadi empat yaitu dapat sembuh
sempurna,sembuh dengan atelektasis,menjadi kronos dan meninggal akibat
pneumonia.
F. PATHWAY ISPA

Virus Bakteri jamur

terhirup

Menempel pada
Rinitis;
Hidung; Sinus Faring Faringitis Laring Laringitis
sinusitis
* aktivasi * aktivasi
Menginvasi sel Sel korban * aktivasi sistem imun
mengirimkan sinyal sistem imun sistem imun
Respon
Melepaskan
pertahanan sel Limfadenopati regional Tonsil faringeal
mediator inflamasi
MK: Bersihan jalan (tonsil)
↑ produksi mukus Menyumbat lubang
napas tidak efektif Mengeluarkan prostaglandin
Menyumbat makan hidung posterior
Kongesti hidung IL-1, IL-6
Nyeri saat Udara tak bisa
Edema Vasodilatasi area Areo preotik
Kesulitan saat masuk lewat
mukosa yang terinfeksi hipotalamus menelan (disfagia)
bernapas ↑ set point
Blokade demam Menyebar ke Benapas
Rubor, kalor malaise
ostium sinus tonsil dengan mulut
Maserasi mukosa Menyebar tonsilitis
hipermetabolik
hidung Retensi mukus anoreksia
ke sinus Selulitis
Ulserasi membran Rasa penuh dan ↓ intake nutrisi peritonsilar
sinusitis
mukosa kongesti MK: Resiko tinggi
Abses
Menyebar ke jaringan peritonsilar infeksi (penyebaran)
Rentan infeksi Nyeri lunak orbita MK: Risti nutrisi kurang
sekunder
dari kebutuhan tubuh
Mukopurupen pada
MK: Resiko tinggi infeksi bakteri
infeksi (penyebaran) Selulitis orbita atau abses,
osteomielitis, meningitis,
Trismus dan
otalgia ipsilateral

Jika tak mampu Berusaha keras Penyempitan


hipoksia jalan napas
menginhalasi menarik udara
Edema plika
vokalis
Retraksi Stridor saat
suprasternal inspirasi
Suara serak

Obstruksi yang
parah

Pengeluaran CO2
tak adekuat

Asidosis
Gagal napas
respiratori
16

G. KOMPLIKASI
1. Penemonia
2. Bronchitis
3.  Sinusitis
4.  Laryngitis
5. Kejang deman

H. PEMERIKSAAN PENUJANG
a. Kultur
Kultur tenggorok dapat dilakukan untuk mengidentifikasi organisme
yang menyebabkan faringitis.
b. Biopsi
Prosedur biopsi mencakup tindakan mengeksisi sejumlah kecil jaringan
tubuh, dilakukan untuk memungkinkan pemeriksaan sel-sel dari faring, laring,
dan rongga hidung. Dalam tindakan ini mungkin saja pasien mendapat
anastesi lokal, tropical atau umum tergantung pada tempat prosedur
dilakukan.
c. Pemeriksaan pencitraan,
termasuk di dalamnya pemeriksaan sinar-X jaringan lunak, CT Scan,
pemeriksaan dengan zat kontras dan MRI (pencitraan resonansi magnetik).
Pemeriksaan tersebut mungkin dilakukan sebagai bagian integral dari
pemeriksaan diagnostik untuk menentukan keluasan infeksi pada sinusitis atau
pertumbuhan tumor dalam kasus tumor

5. PENATALAKSANAAN
Tujuan utama dilakukan terapi adalah menghilangkan adanya obstruksi dan
adanya kongesti hidung pergunakanlah selang dalam melakukan penghisaapan
lendir baik melalui hidung maupun melalui mulut. Terapi pilihan adalah
dekongestan dengan pseudoefedrin hidroklorida tetes pada lobang hidung, serta
obat yang lain seperti analgesik serta antipiretik. Antibiotik tidak dianjurkan
17

kecuali ada komplikasi purulenta pada sekret. Penatalaksanaan pada bayi dengan
pilek sebaiknya dirawat pada posisi telungkup, dengan demikian sekret dapat
mengalir dengan lancar sehingga drainase sekret akan lebih mudah keluar.
Prinsip perawatan ISPA antara lain :
 Menigkatkan istirahat minimal 8 jam perhari
 Meningkatkan makanan bergizi
 Bila demam beri kompres dan banyak minum
 Bila hidung tersumbat karena pilek bersihkan lubang hidung dengan
sapu tangan yang bersih
 Bila badan seseorang demam gunakan pakaian yang cukup tipis tidak
terlalu ketat.
 Bila terserang pada anak tetap berikan makanan dan ASI bila anak
tersebut masih menetek
 Mengatasi panas (demam) dengan memberikan kompres, memberikan
kompres, dengan menggunakan kain bersih, celupkan pada air (tidak
perlu air es).
  Mengatasi batuk dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu
ramuan tradisional yaitu jeruk nipis ½ sendok teh dicampur dengan
kecap atau madu ½ sendok teh , diberikan tiga kali sehari.
2. Konsep Dasar Anak
a. Definisi Anak
Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan
perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Masa anak merupakan
masa pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari bayi (0-1 tahun) usia
bermain/oddler (1-2,5 tahun), pra sekolah (2,5-5), usia sekolah (5-11 tahun)
hingga remaja (11-18 tahun).
b. Definisi Anak Prasekolah

Anak prasekolah adalah pribadi anak yang memilik berbagai macam


18

potensi. Potensi itu di rangsang dan dikembangkan agar pribadi anak tersebut
menjadi optimal.
17
c. Ciri – cirri Anak Prasekolah
1. Ciri – Ciri Fisik

Anak prasekolah mempergunakan ketrampilan gerak dasar(berlari,


berjalan, memanjat, melompat, dan sebgainya) sebagai bagian dari
perminan mereka. Mereka masih sangat aktif, tetapi lebih bertujuan dan
tidak terlalu mementingkan untuk bias beraktivitas sendiri.
2. Ciri Sosial

Kelompok bermainya cenderung kecil dan tidak terlalu teroganisir


secara baik, tetapi mereka mampu berkomunikasi lebih baik dengan anak
lain. Anak lebih menikmati permainan situasi kehidupan nyata, dan dapat
bermain bersama dengan saling member serta menerima arahan. Perasaan
empati dan simpati terhadap teman juga berkembang, mampu berbagi dan
bergiliran dengan inisiatif mereka sendiri, anak menjadi lebih sosialis.
3. Ciri Emosional

Anak terdorong mengekspresikan emosinya dengan bebas dan


terbuka. Sikap marah sering di perlihatkan dan iri hati pada anak prasekolah
sering terjadi. Mereka seringkali memperebutkan perhatian guru dan
berebutan makanan atau mainannya.
4. Ciri Kognitif
Anak prasekolah umumnya terampil dalam berbahasa. Sebagian
besar dari mereka senang berbicara dan sebagain lagi menjadi pendengar
yang baik. Kompetisi anak perlu di kembangkan melalui interaksi, minat,
kesempatan, mengagumi dan kasih saying. Anak mampu menangani secara
lebih efektif dengan ide-idenya melalui bahasa, dan mulai mampu
mendeskripsikan konsep-konsep yang lebih abstrak. Mereka menyesuaikan
dan mengubah konsep secara konstan. Contoh, konsep mereka mengenai
waktu menjadi semakin luas. Mereka bias memahami hari, minggu, bahkan
bulan.
18

d. Masalah Yang Muncul Pada Anak Prasekolah


1. Tidak Patuh
Ada 3 bentuk ketidakpatuhan: melakukan instruksi tetapi terpaksa,
tidak mau melakukan instruksi, atau sengaja melakukan yang bertolak
belakang. Penyebab perilaku tidak patuh antara lain: pola pengasuh yang
serba membolehkan atau terlalu disiplin, pola pengasuh yang tidak konsisten,
orang tua yang mengalami stres, tau anak terlalu pandai.
2. Tempertantrum
Merupakan kemarahan yang meledak-ledak yang berupa hilangnya control diri
berbentuk menjerit-jerit, memaki, merusak barang, dan berguling di lantai.
3. Menarik Diri
Anak yang menarik tidak mau terlihat dalam kontak social dengan
teman-temannya. Hal ini dapat dipengaruhi oleh masalah lain seperti
kesulitan bersekolah, gangguan kepribadian, dan masalah-masalah
emosional.
4. Agresif Verbal Atau Fisik
Perilaku yang dapat menimbulkan luka pada diri sendiri atau orang
lain. Agresif bias berupa agresif fisik seperti memukul, menyepak,
melempar, mendorong, meludahi, dan lain-lain. Agrseif psikis seperti
memanggil nama dengan tidak hormat, mengejek, memerintah, member
label, bertengkar, dan mengancam.
5. Implusif
Anak yang implusif bertindak secara spontan, memaksa, dan tidak
sengaja. Ia tidak memikirkan akibat dari tindakannya. Anak usia prasekolah
masih wajar jika menunjukan beberapa perilaku implusif mengingat
kematangan kognitif dan emosinya masih belum berkembang sepenuhnya.
Namun untuk kasus-kasus yang ekstrim, implusivitas dapat disebabkan oleh
penyebab organik, kecemasan (karena cemas tidak dapat berfikir rasioal),
dan pengaruh budaya atau pengasuh.
21

3. Konsep Dasar Tumbuh Kembang Anak


a. Definisi Pertumbuhan Dan Perkembangan
Pertumbuhan: suatu proses perubahan fisik (anatomis) yang ditandai dengan
bertambahnya ukuran berbagai organ tubuh, karena adanya
pertambahan dan pembesaran sel-sel.
Perkembangan: suatu proses bertambahnya kemampuan (skill) dalam stuktur
dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur
dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan.
b. Tumbuh Kembang
1. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan
a. Faktor genetik
Merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses
tumbuh kembang anak. Melalui instruksi genetic yang terkandung
didalam sel telur yang telah dibuahi, dapat ditentukan kualitas dan
kuantitas pertumbuhan. Potens genetik yang bermutu hendaknya dapat
berinteraksi dengan lingkungan secara positif. sehingga dapat
diperoleh hasil akhir yang optimal.
b. Faktor lingkungan
1. Lingkungan prenatal
Yang termasuk factor lingkungan prenatal adalah gizi ibu saat
hamil, adanya toksin atau zat kimia, radiasi, stress, anoksia
embrio, imunitas, infeksi dan lain-lain.
2. Lingkungan post natal
a. Faktor biologis
Yang termasuk didalamnya adalah rass (suku bangsa),
jenis kelamin, umur, gizi, perawatan kesehatan, kepekaan
terhadap penyakit, penyakit kronis, fungsi metabolisme,
hormone.
22

b. Faktor fisik
Yang termasuk didalamnya adalah cuaca (musim,
keadaan geografis), keadaan rumah, sanitasi, radiasi.
c. Faktor psikososial
Yang termasuk didalamnya adalah stimulasi,
ganjaran/ hukuman yang wajar, motivasi belajar, keluarga
sebaya, sekolah, stress, cinta dan kasih saying, kualitas
interaksi anak dan orang tua.
d. Faktor keluarga dan adat istiadat
Yang termasuk didalamnya adalah pekerjaan/
pendapatan keluarga, pendidikan ayah dan ibu, jumlah
saudara, jenis kelamin dalam keluarga, stabilitas rumah
tangga, kepribadian ayang dan ibu, adat istiadat, norma,
agama, dan lain-lain.
c. Ciri-ciri Tumbuh Kembang Anak
1. Tumbuh kembang adalah proses yang kontinyu sejak dari konsepsi sampai
2. maturitas/ dewasa, yang dipengaruhi oleh factor bawaan dan lingkungan.
3. Dalam periode tertentu terdapat adanya masa perceopatan atau masa
4. perlambatan, serta laju tumbuh kembang yang berlainan diantara
organorgan.
5. Pola perkembangan anak adalah sama pada semua anak, tetapi kecepatannya
6. berbeda anatara anak satu dengan lainnya.
7. Perkembangan erat hubungannya dengan maturitas system susunan saraf.
8. Arah perkembangan anak adalah sefalokaudal.
9. Reflek primitive seperti refleks memegang dan berjalan akan menghilang
sebelum gerakan volunteer tercapai.
d. Fase Tumbuh Kembang Anak ( Masa Kanak-Kanak)
Masa pra sekolah
1. perkembangan fisik
23

pertumbuhan dtempo yang lambat. Berat badan bertambah kurang


lebih 0,5 – 2,5 kg/ tahun. Tinggi badan bertambah kurang lebih 7,5
cm/tahun.
2. perkembangan psikis
a. periode estitis yang berarti keindahan.
Periode ini ada 3 ciri khas yang tidak ada pada periode lain,
yaitu : perkembangan emosi dengan kegembiraan hidup, kebebasan
dan fantasi. Ketiga unsur tersebut berkembang dalam bentuk ekspresi
permainan, dongeng, nyanyian dan melukis.
b. Periode penggunaan lingkungan.
Anak telah siap untuk menjelajahi lingkungan. anak tidak puas
sebagai penonton. Dia ingin tahu lingkungannya.
c. Periode trotz altor.
Periode keras kepala, suatu periode diomana kemauannya sukar
diatur, membandel dan tidak dapat dipaksa.
Perkembangan emosi merupakan periode yang ditandai dengan
“Tempe tantrum” yaitu rasa takut yang kuat, marah, rasa ingin tahu,
kasih sayang dan kegembiraan.
Masa sekolah
1. periode intelektual
2. minat
3. the sense of accomplithment (kemampuan menyesuaikan)
4. bermain
5. pemahaman
6. moral
7. hubungankeluarga
22

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
a. Identitas Pasien

Umur  :Kebanyakan infeksi saluran pernafasan yang sering mengenai


anak usia dibawah 3 tahun, terutama bayi kurang dari 1 tahun.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa anak pada usia muda
akan lebih sering menderita ISPA daripada usia yang lebih
lanjut(Anggana Rafika, 2009).

Jenis kelamin   :Angka kesakitan ISPA sering terjadi pada usia kurang
dari 2 tahun, dimana angka kesakitan ISPA anak
perempuan lebih tinggi daripada laki-laki.

Alamat  : Kepadatan hunian seperti luar ruang per orang, jumlah anggota
keluarga, dan masyarakat diduga merupakan faktor risiko untuk
ISPA. kepadatan hunian mempengaruhi secara bermakna
prevalensi ISPA berat .Diketahui bahwa penyebab terjadinya
ISPA dan penyakit gangguan pernafasan lain adalah rendahnya
kualitas udara didalam rumah ataupun diluar rumah baik secara
biologis, fisik maupun kimia. Adanya ventilasi rumah yang
kurang sempurna dan asap tungku di dalam rumah seperti yang
terjadi di Negara Zimbabwe akan mempermudah terjadinya
ISPA anak.

B. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama:
Klien mengeluh demam
2) Riwayat penyakit sekarang:
23

Dua hari sebelumnya klien mengalami demam mendadak, sakit


kepala, badan lemah, nyeri otot dan sendi, nafsu makan menurun,
batuk,pilek dan sakit tenggorokan.
3) Riwayat penyakit dahulu:
Klien sebelumnya sudah pernah mengalami penyakit sekarang
4) Riwayat penyakit keluarga:
Menurut anggota keluarga ada juga yang pernah mengalami sakit
seperti penyakit klien tersebut.
5) Riwayat sosial: Klien mengatakan bahwa klien tinggal di lingkungan
yang berdebu dan padat penduduknya
c. Pemeriksaan Persistem 

B1 (Breath)             :

1. Inspeksi:
Membran mucosa hidung faring tampak kemerahan, Tonsil tanpak
kemerahan dan edema Tampak batuk tidak produktif, Tidak ada
jaringna parut pada leher, Tidak tampak penggunaan otot- otot
pernapasan tambahan,pernapasan cuping hidung, tachypnea, dan
hiperventilasi
2. Palpasi
Adanya demam, Teraba adanya pembesaran kelenjar limfe pada
daerah leher / nyeri tekan pada nodus limfe servikalis, Tidak teraba
adanya pembesaran kelenjar tyroid
3. Perkusi
Suara paru normal (resonance)
4. Auskultasi
Suara napas vesikuler / tidak terdengar ronchi pada kedua sisi paru

B2 (Blood)        : kardiovaskuler Hipertermi


24

B3 (Brain)        : penginderaan Pupil isokhor, biasanya keluar cairan pada


telinga, terjadi gangguan penciuman

B4 (Bladder)    : perkemihan Tidak ada kelainan

B5 (Bowel)       : pencernaan Nafsu makan menurun, porsi makan tidak


habis Minum sedikit, nyeri telan pada tenggorokan

B6 (Bone)         : Warna kulit kemerahan(Benny:2010)

B. DIAGNOSA

a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi


paru
b. Hipertermi berhubungan dengan invasi mikroorganisme.
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
ketidak mampuan dalam memasukan dan mencerna makanan
25

C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


No Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi
1 Bersihan jalan - Tidak ada dyspneu Observasi
- Irama nafas teratur 1. Monitor irama dan
nafas napastidak
- Tidaak ada suara nafas frekuensi pernapasan
efektif
tambahan 2. Monitor suara paru
b/dpenurunan
- Tidak ada rochi 3. Monitor pola napas
ekspansi paru.
- Tidak ada whezing abnormal
- Melepas O2 secara 4. Monitor respirasi
dan status O2
bertahap
Terapeutik
- TTV dalam batas normal 1. Berikan O2
2. Anjurkan pasien untuk
istirahat dan napas dalam
3. Posisikan pasien untuk
memaksimalkanVentilasi
4. Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan
keseimbangan
Edukasi
1. KIE keluarga untuk
membatasi pengunjung
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan tim
medis lain untuk
pemberian obat

2 Hipertermi - Suhu tubuh dalam rentang Observasi


- Monitor suhu sesering
berhubungan normal
mungkin
dengan invasi - Nadi dan RR dalam rentang
- Monitor warna dan suhu
mikroorganisme normal
kulit
- Tidak ada perubahan warna
26

kulit dan tidak ada pusing - Monitor tekanan darah,

nadi dan RR

- Monitor intake dan output

Terapeutik

- Tingkatkan intake cairan

dan nutrisi

- Berikan pasien kompres

air hangat, hindari

pemberian kompres

dingin.

- Tingkatkan sirkulasi udara.

Kolaborasi
- Kolaborasi pemebrian
cairan intravena.
- Kolaborasi pemberian
antipiretik.
3. Ketidakseimbangan
- k/u Cukup
1. nutrisi kurang dari Observasi
- mukosa bibir lembab
kebutuhan - bising usus dalam batas - Observasi mual dan

berhubungan normal muntah pasien


- TTV dalam batas normal - Observasi makan
dengan  ketidak
- Nafsu makan meningkat pasien
mampuan dalam - Porsi makan meningkat Terapeutik

memasukan dan - BB meningkat - Timbang BB

mencerna makanan Edukasi


27

- Jelaskan pada
keluarga agar makan
sedikit-sedikit tai
sering
Kolaborasi

- Kolaborasi dengan
tim medis lain
Daftar Pustaka

Dinas Kesehatan Kabupaten Passuruan.(2015). Profile kekesehatan kabupaten


Passuruan. Passuruan: Dinas Kesehatan pemerintah kabupaten Passuruan
Dinas Kesehatan Indonesia.(2015). Profile Kesehatan Indonesia. Jakarta : Dinas
Kesehatan Pemerintahan Indonesia
Fillacano, Rahmayatul. (2013). Hubungan Lingkungan dalam Rumah Terhadap
ISPA pada Balita di Kelurahan Ciputat Kota Tangerang Selatan tahun
2013, Unpublished Skripsi, Program Studi Kesehatan Masyarakat,
Universitas Islam negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta
Hockenberry, Marilyn J., and David Wilson (ed). 2013. Wong’s Essentials of
Pediatric Nursing. United States of America : Mosby Elsevier
Nanda,(2012). Diangnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi. Jakarta : EGC
Nursalam.(2011). Manajemen Keperawatan. Edisi 3. Jakarta : Salemba Medika
Namira.(2013).Gambaran Faktor Yang Mempengaruhi ISPA Pada Anak
Prasekolah Di Kampung Pemulung Tangerang Selatan, UIN Syarif
Hiddayatullah Jakarta.
Parthasarathy, A (ed)., et al. (2013). Textbook of Pediatric Infectious Diseases.
India : jaypee Brothers Medical Publishers
Tarwoto, Dkk. 2012. Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem Endokrin.
Jakarta: Trans Info Medikal.

Riset Kesehatan Dasar . 2015. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan .


Departemen Kesehatan, Republik Indonesia

Saputri. (2013). Asuhan Kebidanaan Pada An. A Umur 4 Bulan Dengan ISPA
Sedang Di RSUD Dr Moerwardi Surakarta, STIKES Kusuma Husada
Surakarta.
WHO.(2015). Penanganan ISPA Pada Anak Di Rumah Sakit Kecil Negara
Berkembang
Wijaya A.S & Putri.(2013).KMB 1 Keperawatan Medikal Bedah
(keperawatan dewasa).Yogyakarta: Nuha medika
Zuriyah.(2015). Gambaran Kebiasaan Merokok Anggota Keluarga Pada
Kejadian ISPA Balita di Pukesmas Bungal Kabupaten Gresik. Universitas
Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta
23

Anda mungkin juga menyukai