16 (1)
ISSN 1907-1760
ABSTRAK
Penelitian bertujuan untuk mengkaji sistem produksi dan produktivitas sapi Jawa-Brebes
(Jabres) yang dipelihara oleh kelompok tani ternak (KTT) sapi Jabres di Kecamatan Bandarharjo,
Kabupaten Brebes. Penelitian menggunakan metode studi kasus melalui observasi, wawancara dan
pengukuran di lapangan. Data yang diperoleh diolah dan disajikan secara deskriptif. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa tujuan pemeliharaan sapi Jabres oleh KTT untuk memperoleh anak
sapi sebagai tabungan. Pemeliharaan dilakukan secara tradisional dengan cara menggembalakan
sapi-sapi tersebut di hutan maupun pematang sawah pada pagi hari, sedangkan pada sore hari sapi
dikandangkan dan diberi tambahan pakan kasar sesuai ketersediaan jenis pakan. Perkawinan terjadi
secara alami ketika sapi digembalakan tanpa campur tangan peternak. Anak-anak sapi sebelum
sapih (umur 1-4 bulan) mempunyai PBBH sebesar 0,29±0,15 kg, sedangkan PBBH anak sapi yang
telah disapih (umur 10-11 bulan) hanya 0,27±0,17 kg. Kesimpulan penelitian ini ialah 98% anggota
KTT di Kecamatan Bandarharjo melaksanakan sistem produksi induk-anak dengan pemeliharaan
semi intensif. Produktivitas anak-anak sapi Jabres sebelum dan setelah sapih cukup baik.
Kata kunci : sistem produksi, produktivitas, sapi Jabres, pemeliharaan tradisional
ABSTRACT
This case study aimed to evaluate the production system and the productivity of Jabres cattle
which were raised by group of farmers in Bandarharjo district, Brebes Regency. The gathered data
were presented descriptively. The result showed that the purpose of the group of farmer in raising
the Jabres cattle were to get the calves as an investment. The Jabres cattle were raised
traditionally. During the day farmers brought the Jabres cattle to the forest or to the other places
in order to get grasses or shrubs for their food, while in the evening they kept their cattle in stall
and fed them with roughage depended on the availability of the roughage. The breeding occurred
naturally when the Jabres cattle was herd. The pre weaning calves (1-4 months) had an average
daily gain (ADG) of 0.29±0.15 kg, whereas the ADG of post weaning calves is as high as
0.27±0.17 kg. It could be concluded that the group of farmers in Bandarharjo district did cow-calf
production system traditionally. The productivity of pre and post weaning calves were good
enough.
Keywords: production system, productivity, Jabres cattle, raised traditionally
Tabel 1. Profil kelompok tani ternak Cikoneng Sejahtera dan Lembu Lestari di Kecamatan
Bandarharjo, Kabupaten Brebes
Uraian KTT Cikoneng Sejahtera KTT Lembu Lestari
Waktu berdiri Februari 2008 Februari 2006
Kedudukan Desa Malahayu Desa Cikuya
Jumlah anggota, orang 49 63
Jumlah ternak, ekor 317 309
Kepemilikan, ekor/orang 2 - 14 1 – 11
Pengalaman beternak, tahun 5 - >20 7 - >20
Pendidikan peternak Tidak sekolah – sarjana Tidak sekolah – SLTP
Mata pencaharian Petani (98%) Petani (100%)
dang sapi milik KTT Lembu Lestari berlokasi trat tidak pernah diberikan oleh peternak di
di tepi sungai yang melewati Desa Cikuya. kedua KTT tersebut. Air minum diberikan
Tipe kandang yang digunakan terbuka yaitu di sebelum dan sesudah sapi-sapi digembalakan.
sekeliling tidak ada dinding penutup, terbuat Perkawinan sapi Jabres di kedua KTT
dari kayu atau bambu dengan atap dari terjadi secara alami, khususnya ketika ternak
gentingdan sudah dilengkapi dengan palung digembalakan, sehingga peran peternak sangat
pakan yang terbuat dari bambu dan ember kecil. Peternak tidak mengatur kapan sapi
sebagai tempat minum. Lantai kandang berupa harus dikawinkan pertama kali ataupun me-
tanah yang dipadatkan. Ukuran kandang milih pejantan yang digunakan untuk me-
sangat bervariasi tergantung dari banyaknya ngawini ternak-ternak tersebut. Kerugian dari
kepemilikan ternak. Sapi ditempatkan saling perkawinan seperti ini adalah ternak-ternak
berhadapan (head to head). Potret per- yang masih belum dewasa tubuh sudah akan
kandangan sapi Jabres di kedua KTT ini sama bunting sehingga anak yang dilahirkan pun
dengan perkandangan sapi Jabres secara akan mempunyai kualitas yang jelek. Selain
umum di Kabupaten Brebes sebagaimana itu kemungkinan terjadinya inbreeding sangat
dilaporkan oleh Oktavianto (2013). tinggi. Pola perkawinan alami juga terjadi
Pemberian pakan sapi-sapi milik kedua pada pemeliharaan sapi Jabres secara umum di
KTT tersebut dilakukan dengan 2 (dua) cara Kabupaten Brebes (Oktovianto, 2013), namun
yaitu digembalakan pada siang hari selama hasil penelitian tersebut menunjukkan adanya
8-10 jam (pukul 07.00–17.00). Pengembalaan perkawinan alami dengan pejantan tertentu
dilakukan di hutan-hutan milik perhutani, di (12,67%). Hal itu menunjukkan bahwa peter-
sawah yang sedang tidak ditanami atau di nak sudah ikut campur tangan dalam perka-
tempat lain yang terdapat rumput liar. Pada winan melalui pemilihan pejantan yang
malam hari sapi dikandangkan, namun masih digunakan untuk mengawini ternaknya.
juga diberi pakan. Pengembalaan khususnya Pemeliharaan sapi Jabres betina yang
dilakukan pada musim kemarau, sedangkan sedang bunting maupun menyusui anak tidak
pada musim penghujan sebagian ternak justru diberi perlakuan khusus. Sapi betina yang
dikandangkan untuk mencegah kerusakan sedang bunting tetap saja digembalakan seper-
jalan desa akibat pengembalaan tersebut. Jenis ti sapi-sapi yang lain. Perlakuan khusus dibe-
pakan yang diberikan dalam kandang berupa rikan pada induk yang akan melahirkan ditem-
rumput liar, jerami padi, jerami jagung (KTT patkan secara terpisah. Induk dibiarkan mela-
Cikoneng Sejahtera), dan ada yang mem- hirkan secara alami, hanya disediakan air
berikan rumput Gajah hasil tanaman sendiri minum. Induk yang telah melahirkan tidak
(KTT Lembu Lestari), sesuai dengan keter- digembalakan selama satu bulan sampai
sediaan bahan pakan tersebut. Pakan konsen anaknya kuat berjalan.
Sistem Produksi dan Produktivitas Sapi usaha sapi Jabres di Kabupaten Brebes adalah
Jabres. untuk menghasilkan pedet (anak sapi),
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sedangkan untuk usaha penggemukan hanya
hampir semua peternak (98%) memelihara sa- 6,1% dan sisanya 12% adalah usaha campuran
pi untuk mendapatkan anak yang dapat dijual atau kombinasi antara menghasilkan pedet dan
apabila sewaktu-waktu membutuhkan dana penggemukan.
bagi kepentingan keluarga. Tujuan pemeli- Rata-rata pertambahan bobot badan
haraan ternak sapi Jabres pada KTT ini sama harian (PBBH) anak-anak sapi yang belum
dengan tujuan usaha ternak sapi potong rakyat sapih (umur 1-4 bulan) sebesar 0,29±0,15 kg,
Indonesia pada umumnya yaitu untuk tabu- sedangkan PBBH anak-anak sapi yang lepas
ngan yang sewaktu-waktu dapat di-gunakan sapih (umur 10-11 bulan) 0,27±0,17 kg.
untuk kepentingan yang mendesak sebagai- Produktivitas anak-anak sapi yang diukur dari
mana dinyatakan oleh Soekardono (2005), PBBH sangat dipengaruhi oleh pakan yang
Luanmase et al. (2011) dan Sonbait et al. diberikan. Induk sapi yang sedang bunting
(2011). Tidak ada anggota KTT yang me- maupun menyusui tidak mendapatkan perla-
melihara sapi khusus untuk usaha peng- kuan pemberian pakan secara khusus, artinya
gemukan. Hal ini dibuktikan dengan sebagian pola pemeliharaan dengan sistem semi-intensif
besar sapi yang dipelihara di kedua KTT ada- yang dilakukan dengan cara pengembalaan
lah sapi betina dewasa (41,80% KTT dan penambahan pakan di kandang pada sore
Cikoneng Sejahtera dan 41,10% KTT Lembu hari, menghasilkan PBBH anak sapi baik se-
Lestari). Kenyataan ini menunjukkan bahwa belum sapih maupun setelah sapih yang cukup
sistem produksi sapi Jabres yang diterapkan di baik. Hasil penelitian Lestari et al. (2009)
KTT Cikoneng Sejahtera dan Lembu Lestari tentang status nutrisi sapi Jabres di kedua KTT
adalah sistem produksi induk dan anak (cow- menunjukkan bahwa sapi-sapi yang dipelihara
calf system). Sistem produksi induk dan anak hanya dengan cara digembalakan, mempero-
merupakan sistem produksi untuk menghasil- leh nutrisi yang rendah sehingga hanya cukup
kan anak-anak sapi lepas sapih untuk program untuk pokok hidup, tetapi sapi-sapi yang di-
selanjutnya (Blakely dan Bade, 1998). pelihara dengan cara dikandangkan dan men-
Menurut Arfa’i et al. (2009), saat ini usaha dapat pakan jerami jagung, maka pakan ter-
peternakan untuk menghasilkan sapi bakalan sebut mampu mencukupi kebutuhan untuk
dalam negeri (cow-calf operation), 99% produksi, meskipun rendah, karena kualitas
dilakukan oleh peternakan rakyat. Di kedua jerami jagung yang diberikan cukup baik. Ber-
KTT, anak-anak sapi yang dilahirkan dipeli- dasarkan hasil penelitian Lestari et al. (2009)
hara bersama-sama dengan induknya sampai tersebut, maka pakan yang diperoleh induk
disapih secara alami yaitu ketika anaknya bunting dan menyusui dengan cara peme-
berumur 7-8 bulan. liharaan siang digembalakan dan malam hari
Dijelaskan oleh petani peternak, bahwa dikandangkan dan diberi tambahan pakan
ketika anak sapi berumur 2-3 bulan, biasanya kasar sesuai dengan ketersediaan pakan terse-
induk sudah menunjukkan tanda-tanda berahi, but ternyata mencukupi kebutuhan untuk
dan segera akan terjadi perkawinan ketika induk menyusui, meskipun lebih baik apabila
ternak digembalakan. Hal ini menjadi indikasi ada perlakuan pakan khusus untuk induk
bahwa calving interval (jarak beranak) sekitar menyusui, misalkan diberi konsentrat, agar
12 bulan. Jarak beranak yang terjadi, sesuai anak-anak tumbuh dengan lebih baik.
dengan pendapat (Aryogi et al., 2007), yaitu
sekitar 11-14 bulan dan jarak beranak yang KESIMPULAN
pendek merupakan salah satu keunggulan sapi
Jabres. Sistem produksi induk anak pada sapi Kesimpulan dari hasil penelitian ini
Jabres yang terdapat di Kecamatan adalah sistem produksi yang dilakukan oleh
Bandarharjo sesuai dengan hasil penelitian sebagian besar (98%) petani peternak anggota
Munadi (2010) bahwa sebagian besar pola KTT di Kecamatan Bandarharjo Kabupaten
Brebes merupakan sistem produksi induk Debeloping Countries in the 21st Centu-
anak. Adapun produktivitas anak sapi sebelum ry. Faculty of Animal Husbandry, Uni-
dan lepas sapih yang diukur dengan PBBH versity of Brawijaya, Malang. Malang,
cukup baik yaitu 0,29±0,15 kg dan 0,27±0,17 23-35 March 2010. Hal: OP-34 – OP-37.
kg. Perlu dilakukan perbaikan pakan (dengan Lestari, C. M. S. 2012. Explorasi potensi
penambahan konsentrat) khususnya untuk produksi sapi Jabres sebagai sapi Potong
induk bunting dan menyusui, agar anak sapi Lokal dengan metode in vivo dan Non-
yang dihasilkan mempunyai produktivitas invasive pada pemeliharaan In situ dan
yang tinggi. ex situ. Disertasi. Program Studi Doktor
Ilmu Peternakan, Program Pasca Sarjana
DAFTAR PUSTAKA Universitas Diponegoro, Semarang
Arfa’i, K. Wardhono, A. M. Fuah dan A. Luanmase, C. M., S. Nurtini dan F. T.
Syaefuddin. 2009. Potensi pengemba- Haryadi. 2011. Analisis motivasi
ngan usaha sapi potong dalam sistem beternak sapi potong bagi peternak lokal
usahatani di Kabupaten Limapuluh Kota dan transmigran serta pengaruhnya
Sumatra Barat. Jurnal Pengembangan terhadap pendapatan di Kecamatan
Peternakan Tropis 34(1): 65-73. Kairatu, Kabupaten Seram Bagian Barat.
Buletin Pet 35(2): 112-122.
Aryogi, E. Romjali, Mariyono, dan Hartati.
2007. Karakteristik plasma nutfah sapi Munadi. 2010. Potensi dan alternatif pengem-
potong lokal Indonesia. Laporan Peneli- bangan Sapi Jawa khas Brebes (Jabres).
tian. Badan Penelitian dan Pengemba- Prosiding Seminar Nasional Perspektif
ngan Pertanian, Grati. Pengembangan Agribisnis Peternakan di
Indonesia. 10 April 2010, hal.348-353.
Blakely, J. dan D. H. Bade. 1998. Ilmu Peter- Fakultas Peternakan Universitas Jende-
nakan. Edisi Keempat. Gadjah Mada ral Soedirman, Purwokerto.
University Press, Yogyakarta.
Oktovianto, H. P. 2013. Analisis faktor-faktor
Dinas Peternakan Propinsi Jawa Tengah dan yang mempengaruhi pengembangan
BPTP. 2005. Inventarisasi sumber daya usaha ternak sapi Jawa Brebes (Jabres)
hayati ternak lokal Jawa Tengah. Lapo- di Kabupaten Brebes. Tesis. Program
ran Penelitian. Balai Pengkajian Tek- Studi S2 Fakultas Peternakan dan
nologi Pertanian, Jawa Tengah Pertanian Universitas Diponegoro, Se-
Lestari, C. M. S., Soedarsono, E. Pangestu dan marang.
A. Purnomoadi. 2009. Status nutrisi sapi Rouse, J. E. 1976. Cattle of Africa and Asia.
Jawa yang dipelihara petani peternak World Cattle II. CSIRO-Pusat Penelitian
Kecamatan Bandarharjo, Kabupaten dan Pengembangan Peternakan, Ciawi,
Brebes. Prosiding Seminar Teknologi Bogor.
Peternakan dan Veteriner. 13-14
Agustus 2009. Hal: 269-274. Pusat Soekardono. 2005. Kontribusi usaha ternak
Penelitian dan Pengembangan Peterna- sapi terhadap pendapatan dan distribusi
kan, Badan Penelitian dan Pengem- pendapatan petani di daerah persawahan
bangan Pertanian, Bogor. irigasi (Kasus di Desa Sukowiyono,
Kecamatan Padas, Kabupaten Ngawi).
Lestari, C. M. S., Soedarsono, E. Pangestu dan Buletin Pet 29(4): 193-199.
A. Purnomoadi. 2010. Carcass produc-
tion of Jawa Cattle raised under tra- Soeroso dan E. Kurnianto. 2006. Karakteristik
ditional management. Proceedings Inter- fenotif warna bulu pada Sapi Jawa.
national Seminar on Prospects and Jurnal Agrisains, 7 (1): 52-58.
Challenges of Animal Production in
Sonbait, L. Y., K. A. Santosa dan Panjono. Papua Barat. Buletin Pet 35(3): 208-217.
2011. Evaluasi program pengembangan Sutopo, K. Nomura, Y. Sugimoto, dan T.
sapi potong gaduhan melalui kelompok Amano. 2001. Genetic relationship
lembaga mandiri yang mengakar di among Indonesian Cattle. J. of Animal
masyarakat di Kabupaten Manokwari, Genetic 28 (2): 3-11.