Anda di halaman 1dari 32

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Infeksi nifas mencakup semua peradangan yang disebabkan masuknya

kuman-kuman ke dalam alat-alat genital pada saat kehamilan dan persalinan.

Dinegara-negara berkembang dengan pelayanan kebidanan yang

masih jauh dari keaadaan sempurna kejadian infeksi nifas masih besar.Infeksi

nifas umumnya disebabkan oleh bakteri yang dalam keadaan normal berada

dalam usus dan jalan lahir.

Salah satu contoh infeksi nifas yang akan dibahas dalam makalah ini

yaitu endometritis. Endometritis adalah suatu peradangan endometrium yang

biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri pada jaringan. Endometritis paling

sering ditemukan setelah seksio sesarea, terutama bila sebelumnya pasien

menderita korioamnionitis, partus lama, atau pecah ketuban yang lama.

Penyebab-penyebab lainnya endometritis adalah jaringan plasenta yang

tertahan setelah abortus atau melahirkan (Taber B, 1994)

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mahasiswa mampu mendeskripsikan pelaksanaan asuhan kebidanan pada

endometriosis, yang menggunakan pola pikir ilmiah melalui pendekatan

manajemen kebidanan menurut Varney.


2

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus yang akan dicapai adalah mampu melakukan :

a. Menjelaskan konsep dasar teori endometriosis.

b. Menjelaskan konsep dasar manajemen asuhan kebidanan pada klien

dengan endometriosis menggunakan pendekatan manajemen

kebidanan menurut Varney.

c. Melakukan asuhan kebidanan pada klien dengan endometriosis.

1) Melakukan pengkajian data subjektif dan data objektif.

2) Menginterpretasikan data dasar.

3) Mengidentifikasi diagnosis atau masalah potensial.

4) Mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera.

5) Memberikan intervensi asuhan yang menyeluruh.

6) Memberikan implementasi yang sesuai dengan rencana asuhan

yang telah disusun.

7) Melakukan evaluasi tentang keberhasilan dan keefektifan

asuhan kebidanan yang telah dilakukan.

d. Mendokumentasikan asuhan kebidanan pada klien endometriosis

menggunakan catatan SOAP.


3

BAB II
TINJAUAN PUSAKA

A. Konsep Dasar Teori

1. Definisi

Endometritis adalah suatu peradangan endometrium yang

biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri pada jaringan. Endometritis

paling sering ditemukan setelah seksio sesarea, terutama bila sebelumnya

pasien menderita korioamnionitis, partus lama, atau pecah ketuban yang

lama. Penyebab-penyebab lainnya endometritis adalah jaringan plasenta

yang tertahan setelah abortus atau melahirkan (Taber B, 1994).

Endometritis adalah infeksi pada endometrium (lapisan dalam

dari rahim). Infeksi ini dapat terjadi sebagai kelanjutan infeksi pada

serviks atau infeksi tersendiri dan terdapat benda asing dalam rahim

(Manuaba, 1998).

Endometritis merupakan infeksi polimikroba pada endometrium

yang sering kali menyerang miometrium yang ada di bawahnya.<5%

setelah persalinan pervaginam, tetapi 5 sampai 10 kali lebih tinggi setelah

persalinan melalui bedah sesar.

2. Etiologi

Endometritis sering ditemukan pada wanita setelah seksio sesarea

terutama bila sebelumnya ada riwayat koriomnionitis, partus lama, pecah

ketuban yang lama. Penyebab lainnya dariendometritis adalah adanya

tanda jaringan plasenta yang tertahan setelah abortus dan melahirkan.

(Taber, B. 1994).
4

3. Patofisiologi

Patofisiologi penyakit ini disebabkan oleh bakteri patogen yang

naik dari serviks ke endometrium. Bakteri patogen meliputi C.

Trachomatis, N. Gonorrhoase, Stretococcus agalaktiae, cytomegalovirus,

HSV dan Mycoplasma hominis. Endometritis merupakan komponen

penting penyakit radang panggul (PID) dan mungkin menjadi tahapan

dalam penyebaran ke tuba fallopii. (Ilmu Kandungan, 2011).

4. Tanda dan gejala

Menggigil, demam, nyeri abdomen bagian bawah dengan atau

tanpa perdarahan pervaginam, secret vagina mukopurulen, dan lokia

yang berbau busuk. (Taber B, 1994).

Menurut Geri Morgan dan Carole Hamilton dalam bukunya

Obstetri dan ginekologi panduan praktis menyebutkan tanda dan gejala

endometritis adalah :

a. Demam dan menggigil

1) Demam, suhu 38-40C bergantung pada beratnya infeksi

2) Suhu tubuh sering kali rendah selama beberapa hari, kemudian

meningkat tajam

3) Menggigil mengindikasikan infeksi yang berat

b. Takikardi antara 100x/menit dan 140x/menit, bergantung pada berat

infeksi

c. Tanda dan gejala pada uterus

1) Nyeri tekan yang meluas secara lateral,


5

2) Nyeri yang rekuren atau lama setelah kelahiran

3) Subinvolusi

4) Distensi abdomen ringan

5) Abnormalitas lokia

d. Awitan biasanya 3-5 hari setelah kelahiran kecuali disebabkan oleh

streptokokus beta hemolitikus

e. Peningkatan sel darah putih lebih dari biasanya saat pascapartum :

lebih dari 25.000/mm3

5. Klasifikasi Endometritis

Menurut Wiknjosastro (2005),

a. Endometritis akuta

Terutama terjadi pada masa post partum / post abortum. Pada

endometritis post partum regenerasi endometrium selesai pada hari

ke-9, sehingga endometritis post partum pada umumnya terjadi

sebelum hari ke-9. Endometritis post abortus terutama terjadi pada

abortus provokatus.

Pada endometritis akuta, endometrium mengalami edema dan

hiperemi, dan pada pemeriksaan mikroskopik terdapat hiperemi,


6

edema dan infiltrasi leukosit berinti polimorf yang banyak, serta

perdarahan-perdarahan interstisial.Sebab yang paling penting ialah

infeksi gonorea dan infeksi pada abortus dan partus.

Infeksi gonorea mulai sebagai servisitis akut, dan radang

menjalar ke atas dan menyebabkan endometritis akut. Infeksi

gonorea akan dibahas secara khusus.

Pada abortus septik dan sepsis puerperalis infeksi cepat

meluas ke miometrium dan melalui pembuluh-pembuluh darah limfe

dapat menjalar ke parametrium, ketuban dan ovarium, dan ke

peritoneum sekitarnya.Gejala-gejala endometritis akut dalam hal ini

diselubungi oleh gejala-gejala penyakit dalam

keseluruhannya.Penderita panas tinggi, kelihatan sakit keras, keluar

leukorea yang bernanah, dan uterus serta daerah sekitarnya nyeri

pada perabaan.

Sebab lain endometritis akut ialah tindakan yang dilakukan

dalam uterus di luar partus atau abortus, seperti kerokan, memasukan

radium ke dalam uterus, memasukan IUD (intra uterine device) ke

dalam uterus, dan sebagainya.Tergantung dari virulensi kuman yang

dimasukkan dalam uterus, apakah endometritis akut tetap berbatas

pada endometrium, atau menjalar ke jaringan di sekitarnya.


7

Endometritis akut yang disebabkan oleh kuman-kuman yang

tidak seberapa patogen pada umumnya dapat diatasi atas kekuatan

jaringan sendiri, dibantu dengan pelepasan lapisan fungsional dari

endometrium pada waktu haid.Dalam pengobatan endometritis akuta

yang paling penting adalah berusaha mencegah, agar infeksi tidak

menjalar. Gejalanya :

1) Demam

2) Lochea berbau : pada endometritis post abortum kadang-kadang

keluar lochea yang purulent.

3) Lochea lama berdarah malahan terjadi metrorrhagi.

4) Kalau radang tidak menjalar ke parametrium atau parametrium

tidak nyeri.

Penatalaksanaan : Dalam pengobatan endometritis akut yang paling

penting adalah berusaha mencegah agar infeksi tidak menjalar.

Terapi :

1) Uterotonika.

2) Istirahat, letak fowler.

3) Antibiotika.

4) Endometritis senilis perlu dikuret untuk menyampingkan corpus

carsinoma. Dapat diberi estrogen.

b. Endometritis kronika

Endometritis kronika tidak seberapa sering terdapat, oleh

karena infeksi yang tidak dalam masuknya pada myometrium, tidak


8

dapat mempertahankan diri, karena pelepasan lapisan fungsional dari

endometrium pada waktu haid.Endometritis kronik ditandai oleh

adanya sel-sel plasma pada stroma dan limfosit.Gejala endometritis

kronis berupa noda darah yang kotor dan keluhan sakit perut bagian

bawah, leukorea serta kelainan haid seperti menorhagia dan

metrorhagia. Pengobatan tergantung dari penyebabnya. Endometritis

kronis ditemukan:

1) Pada tuberkulosis.

2) Jika tertinggal sisa-sisa abortus atau partus.

3) Jika terdapat korpus alineum di kavum uteri.

4) Pada polip uterus dengan infeksi.

5) Pada tumor ganas uterus.

6) Pada salpingo – oofaritis dan selulitis pelvik.

Endometritis tuberkulosa terdapat pada hampir setengah

kasus-kasus TB genital. Pada pemeriksaan mikroskopik ditemukan

tuberkel pada tengah-tengah endometrium yang meradang menahun.

Pada abortus inkomplitus dengan sisa-sisa tertinggal dalam

uterus terdapat desidua dan vili korealis di tengah-tengah radang

menahun endometrium.

Pada partus dengan sisa plasenta masih tertinggal dalam

uterus, terdapat peradangan dan organisasi dari jaringan tersebut

disertai gumpalan darah, dan terbentuklah apa yang dinamakan polip

plasenta.Endometritis kronika yang lain umumnya akibat ineksi


9

terus-menerus karena adanya benda asing atau polip/tumor dengan

infeksi di dalam kavum uteri. Gejalanya :

1) Flour albus yang keluar dari ostium.

2) Kelainan haid seperti metrorrhagi dan menorrhagi.

Terapi : Perlu dilakukan kuretase.

6. Data Objektif

a. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan umum : suhu dan denyut nadi cenderung meningkat.

Tekanan darah dan pernapasan biasanya normal. Kenaikan suhu

yang tinggi disertai dengan menggigil dalam 12 jam setelah

melahirkan atau pembedahan memberi kesan adanya infeksi oleh

streptokokus betahemolitikus group A.

Pemeriksaan abdomen : bising usus mungkin hipoaktif. Uterus

postpartum sering terasa nyeri pada perabaan.

Pemeriksaan pelvis : uterus lunak dan sering membengkak. Adanya

lokia yang berbau busuk memberi kesan adanya infeksi anaerob.

b. Pemeriksaan Laboratorium

Hitung darah lengkap dengan apusan darah : Leukositosis yang

disertai pergeseran ke kiri (shift to the left) merupakan penemuan

yang lazim. (Namun, setelah melahirkan, hitung leukosit dapat

meningkat pada pasien yang normal).Penentuan hemoglobin dan

hematocrit dapat menyingkap adanya anemia yang sudah ada.


10

Urinalisis cenderung normal kecuali terdapat suatu infeksi traktus

urinarius yang menyertainya.

c. Pemeriksaan diagnostik lainnya

Foto abdomen : udara di dalam jaringan pelvis memberi kesan

adanya mionekrosis klostridia. (Taber, B. 1994)

7. Penilaian

a. Diagnosis Banding

Diagnosis banding endometritis meliputi infeksi traktus urinarius,

infeksi pernapasan, demam obat, septicemia, tromboflebitis pelvis

dan abses pelvis.

b. Faktor-faktor Predisposisi

Faktor-faktor predisposisi meliputi seksio sesaria, ketuban pecah,

partus lama, anemia, perdarahan, jaringan plasenta yang tertahan,

pemakaian AKDR, dan penyakit sistemik yang menurunkan

resistensi terhadap infeksi.Wanita dengan status nutrisi yang buruk,

misalnya, lebih rentan terhadap infeksi bakteri.

Belakangan ini pasien endometritis biasanya telah menderita infeksi

dengan pemakaian AKDR atau setelah melahirkan, abortus, baik

spontan maupun provokatus, dan tindakan ginekologi tertentu

(Duenhoelter, 1988)

c. Komplikasi Potensial
11

Komplikasi meliputi selulitis pelvis, tromboflebitis vena pelvis,

bakteriemia, koagulasi intravaskuler diseminata dan septik syok.

8. Penatalaksanaan

Antibiotika dan drainase yang memadai merupakan pojok sasaran

terapi.Evaluasi klinis dan organisme yang terlihat pada pewarnaan Gram,

seperti juga pengetahuan bakteri yang diisolasi dari infeksi serupa

sebelumnya, memberikan petunjuk untuk terapi antibiotic.

Cairan intravena dan elektrolit merupakan terapi pengganti untuk

dehidrasi dan terapi pemeliharaan untuk pasien-pasien yang tidak mampu

mentoleransi makanan lewat mulut.

Pengganti darah dapat diindikasikan untuk anemia berat

postabortus atau postpartum.

Tirah baring dan analgesia merupakan terapi pendukung yang

banyak manfaatnya.

Tindakan bedah : Endometritis postpartum sering disertai dengan

jaringan plasenta yang tertahan atau obstruksi serviks. Drainase lokia

yang memadai sangat penting.Jaringan plasenta yang tertinggal

dikeluarkan dengan kuretase perlahan dan hati-hati.(Taber B, 1994)

B. Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Ibu dengan

Endometritis

I. PENGKAJIAN
12

A. DATA SUBJEKTIF

1. Identitas

Nama :

Umur:

Agama :

Suku/Bangsa :

Pendidikan :

Pekerjaan :

Alamat :

2. Keluhan Utama :

Umumnya klien mengeluhkan menggigil, demam, nyeri

abdomen bagian bawah, dan lokia berbau busuk (Taber

B,1994)

3. Riwayat Kesehatan Klien

a. Riwayat kesehatan yang lalu

Penyakit/kelainan system reproduksi :

 Penyakit Kardiovaskular :

 Penyakit Darah :

 Penyakit Paru – paru : Endometritis tuberkulosa

terdapat pada hampir setengah kasus-kasus TB genital.

Pada pemeriksaan mikroskopik ditemukan tuberkel


13

pada tengah-tengah endometrium yang meradang

menahun. (Wiknjosastro, 2005)

 Penyakit infeksi :Sebab yang paling penting

ialah infeksi gonorea dan infeksi pada abortus dan

partus.Infeksi gonorea mulai sebagai servisitis akut, dan

radang menjalar ke atas dan menyebabkan

endometritis akut. (Wiknjosastro, 2005)

b. Riwayat kesehatan sekarang :

Tanggal dan waktu keluhan, bentuk keluhan, faktor pencetus

atau latar belakang yang berhubungan dengan keluhan,

perjalanan penyakit sejak keluhan termasuk durasi dan

kekambuhatau ketidaknyamanan, lokasi spesifik, jenis nyeri,

gejala lain yang berkaitan, hubungan dengan fungsi dan

aktivitas tubuh, faktor yang mempengaruhi masalah, baik yang

perparah atau yang meredakan, bantuan medis sebelumnya

untuk masalah ini, dan keefektifan suatu terapi atau obat yang

digunakan. (Varney, 2006).

4. Riwayat Kesehatan Keluarga :

Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya

pengaruh penyakit keluarga terhadap gangguan kesehatan pasien

dan bayinya, yaitu apabila ada penyakit keluarga yang

menyertainya (Ambarwati, 2009)

5. Riwayat Menstruasi :
14

Gejala endometritis kronis berupa noda darah yang kotor

dan keluhan sakit perut bagian bawah, leukorea serta

kelainan haid seperti menorhagia dan metrorhagia.

(Wiknjosastro, 2005)

6. Riwayat Obstetri :

No. Kehamilan Persalinan Anak Nifas


Suami Ank U Pe Jenis Pnlg Tm Pen J BB/ H M Abn Laktasi Peny

K ny pt y K PB

- Endometritis sering ditemukan pada wanita setelah seksio

sesarea terutama bila sebelumnya ada riwayat

koriomnionitis, partus lama, pecah ketuban yang lama.

Penyebab lainnya dari endometritis adalah adanya tanda

jaringan plasenta yang tertahan setelah abortus dan

melahirkan.(Taber, B. 1994).

7. Riwayat Kontrasepsi :

Belakangan ini pasien endometritis biasanya telah menderita

infeksi dengan pemakaian AKDR atau setelah melahirkan,

abortus, baik spontan maupun provokatus, dan tindakan

ginekologi tertentu (Duenhoelter, 1988)

8. Pola Fungsional Kesehatan :

Pola Keterangan
15

Nutrisi Wanita dengan status nutrisi yang buruk,

misalnya, lebih rentan terhadap infeksi

bakteri.
Eliminasi Diuresis terjadi berhubungan dengan pengurangan

volume darah, hal ini berlangsung sampai 2-3 hari

post partum. Setelah plasenta lahir estrogen

menurun sehingga tonus otot seluruhnya

berangsur pulih kembali, tapi konstipasi mungkin

tetapi terjadi dan mengganggu hari-hari pertama

post partum
Istirahat Karena lelah sehabis bersalin ibu harus

beristirahat, tidur terlentang selama 2 jam

postpartum kemudian boleh miring-miring

kekanan dan kekiri untuk mencegah terjadinya

trombosis dan tromboemboli


Aktivitas Menggambarkan pola aktivitas pasien sehari-hari.

Pada pola ini perlu dikaji pengaruh aktivitas

terhadap kesehatannya. Mobilisasi sedini mungkin

dapat mempercepat proses pengembalian alat-alat

reproduksi. Apakah ibu melakukan ambulasi,

seberapa sering, apakah kesulitan, dengan bantuan

atau sendiri, apakah ibu pusing ketika melakukan

ambulasi (Damaiyanti, 2009)


Personal Pada masa postpartum, seorang ibu sangat rentan

hygiene terhadap infeksi. Oleh karena itu, kebersihan diri


16

sangat penting untuk mencegah terjadinya infeksi.

Kebersihan tubuh, pakaian, tempat tidur, dan

lingkungan sangat penting untuk tetap dijaga

(Saleha, 2009)

Seksualitas Dinding vagina kembali pada keadaan sebelum

hamil dalam waktu 6-8 minggu. Secara fisik aman

untuk memulai hubungan suami istri begitu darah

merah berhenti, dan ibu dapat memasukkan 1 atau

2 jari ke dalam vagina tanpa rasa nyeri. Begitu

darah merah berhenti dan ibu tidak merasakan

ketidaknyamanan (Dewi dkk, 2011)

9. Riwayat Psikososiokultural Spiritual :

Masa nifas merupakan masa yang rentan dan terbuka untuk

bimbingan dan pembelajaran.Perubahan peran seorang ibu

memerlukan adaptasi.Tanggung jawab ibu mulai bertambah

(Damaiyanti, 2011).

B. DATA OBJEKTIF

1. Pemeriksaan Umum :

- Kesadaran :

Tanda Vital : Tekanan Darah :

Nadi :100-140x/menit

Pernafasan :
17

Suhu :Suhu 38-40C

Suhu dan denyut nadi cenderung meningkat. Tekanan

darah dan pernapasan biasanya normal (Taber B, 1994)

- Antropometri : Tinggi badan dan berat badan

Wanita dengan status nutrisi yang buruk, misalnya, lebih

rentan terhadap infeksi bakteri (Taber B, 1994)

2. Pemeriksaan Fisik

Inspeksi

Kepala :

Kepala merupakan organ tubuh yang penting dikaji karena

dikepala terdapat organ-organ yang sangat berperan dalam fungsi

kehidupan.Inspeksi dengan memperhatiakan bentuk kepala

terdapat benjolan atau tidak, nyeri tekan dan dan kebersihan

kepala (Priharjo, 2006).

Wajah :

Pada daerah muka dilihat kesimetrisan muka,apakah kulitnya

normal,pucat.Ketidak simetrisan muka menunjukkan adanya

gangguan pada saraf ke tujuh (Nervus Fasialis). (Tambunan

dkk,2011)

Mata :

Bentuk simetris, konjungtiva pucat atau cukup merah sebagai

gambaran tentang anemianya (kadar Hb) secara kasar, normal

warna merah muda sclera normal berwarna putih , bila kuning


18

menandakan ibu mungkin terinfeksi hepatitis, bila merah

kekuningan adanya konjungtivitis. Kelopak mata yang bengkak

kemungkinan adanya preeklamsia.

Hidung :

Hidung di kaji untuk mengetahui keadaan bentuk dan fungsi

hidung bagian dalam, lalu sinus- sinus. (Tambunan dkk,2011)

Mulut :

Untuk mengetahui bentuk dan kelainan pada mulut (Tambunan

dkk,2011).Pemeriksaan mulut bertujuan untuk menilai ada

tidaknya trismus, halitosis dan labioskisis.Trismus yaitu

kesukaran membuka mulut.Halitosis yaitu bau mulut tidak sedap

karena personal hygine yang kurang.Labioskisis yaitu keadaan

bibir tidak simetris.Selanjutnya dilakukan pemeriksaan pada gusi

untuk menilai edema atau tanda-tanda radang (Uliyah dkk,2008).

Telinga :

Untuk mengetahui keadaan telinga luar, saluran telinga, gendang

telinga/membrane timpani, dan pendengaran.teknik yang di

gunakan adalah inspeksi dan palpasi. (Tambunan

dkk,2011).Pemeriksaan pendengaran dilaksanakan dengan

bantuan garfutala untuk mengetahui apakah pasien mengalami

gangguan pendengaran atau tidak (Uliyah dkk,2008).

Leher :
19

Teknik yang di gunakan adalah inspeksi dan palpasi.(Tambunan

dkk, 2011).Tujuan pengkajian leher secara umum adalah

mengetahui bentuk leher serta organ-organ penting yang

berkaitan.Pembesaran kelanjar limfe dapat disebabkan oleh

berbagai penyakit, misalnya peradangan akut/kronis.pembesaran

limfe juga terjadi dibeberapa kasus seperti tuberculosis atau

sifilis.Palpasi kelenjar tyroid dilakukan untuk mengetahui adanya

pembesaran kelenjar tyroid yang biasanya disebabkan oleh

kekurangan garam yodium (Priharjo, 2006).

Dada :

Mengkaji kesehatan pernafasan (Tambunan,2011)

Payudara :

Payudara mencapai maturitas yang penuh selama masa nifas

kecuali jika laktasi disupresi. Payudara akan menjadi lebih besar,

lebih kencang dan mula-mula lebih nyeri tekan sebagai reaksi

terhadap perubahan status hormonal serta dimulainya laktasi

(Helen Farrer, 1999). Kolostrum merupakan ekskresi cairan

dengan viskositas kental, lengket dan berwarna kekuningan pada

hari pertama sampai hari keempat postpartum. ASI transisi yang

keluar setelah kolostrum sampai sebelum ASI matang, yaitu

sejak hari keempat sampai hari kesepuluh. ASI matur disekresi

pada hari kesepuluh dan seterusnya, tampak berwarna putih,

kandungannya relatif konstan.Mengkaji simetris atau tidak,


20

konsistensi, ada pembengkakan atau tidak, putting

menonjol/tidak, dan lecet/tidak. (Ambarwati dkk, 2009)

Abdomen :

Pada nulipara tidak tampak striae, otot-otot biasanya kencang dan

pada multipara striae mungkin terdapat, otot-otot sering kendur,

linea nigra dapat terlihat (Helen Farer, 1999).

Genetalia : adanya pengeluran lokia yang abnormal

Ekstremitas :

Palpasi

Kepala :

Kepala merupakan organ tubuh yang penting dikaji karena

dikepala terdapat organ-organ yang sangat berperan dalam fungsi

kehidupan. Palpasiuntuk mengetahui adanya nyeri tekan atau

tidak (Priharjo,2006;h.47).

Leher :

Palpasi pada leher dilakukan untuk mengetahui keadaan dan

lokasi kelenjar limfe, kelenjar tyroi dan trakea.Pembesaran

kelanjar limfe dapat disebabkan oleh berbagai penyaki, misalnya

peradangan akut/ kronis.pembesaran limfe juga terjadi

dibeberapa kasus seperti tuberculosis atau sifilis.Palpasi kelenjar

tyroid dilakukan untuk mengetahui adanya pembesaran kelenjar

tyroid yang biasanya disebabkan oleh kekurangan garam yodium

(Priharjo, 2006).
21

Payudara :

Mengkaji konsistensi, ada pembengkakan atau tidak, putting

menonjol/tidak, dan lecet/tidak.( Ambarwati dkk, 2009)

Abdomen :Uterus postpartum sering terasa nyeri pada

perabaan.

Genetalia :Uterus lunak dan sering membengkak. Adanya

lokia yang berbau busuk memberi kesan adanya infeksi

anaerob.

Auskultasi

Abdomen : Untuk menghitung bising usus.

Perkusi :untuk mengecek refleks patella.

(Ambarwati dkk, 2009)

3. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Laboratorium :

Hitung darah lengkap dengan apusan darah : Leukositosis yang

disertai pergeseran ke kiri (shift to the left) merupakan penemuan

yang lazim. (Namun, setelah melahirkan, hitung leukosit dapat

meningkat pada pasien yang normal). Penentuan hemoglobin dan

hematocrit dapat menyingkap adanya anemia yang sudah ada.

Urinalisis cenderung normal kecuali terdapat suatu infeksi traktus

urinarius yang menyertainya. (Taber, B. 1994)


22

Pemeriksaan diagnostik lainnya : Foto abdomen : udara di

dalam jaringan pelvis memberi kesan adanya mionekrosis

klostridia

II. INTERPRETASI DATA DASAR

Diagnosis :P..a..p..a..h post partum hari ke... dengan endometritis

Masalah Tidak ada

III. IDENTIFIKASI DIAGNOSIS/MASALAH POTENSIAL

Buku Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi menguraikan

Diagnosis Potensial :

a. Selulitis pelvis,

b. Tromboflebitis vena pelvis,

c. Septik syok

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA

Tidak Ada

V. INTERVENSI

1. Lakukan pemasangan infus

R :Cairan intravena dan elektrolit merupakan terapi pengganti untuk

dehidrasi dan terapi pemeliharaan untuk pasien-pasien yang tidak

mampu mentoleransi makanan lewat mulut.


23

2. Kolaborasi dengan dokter. Sp.OG dalam pemberian terapi antibiotika

R :Antibiotika dan drainase yang memadai merupakan pojok sasaran

terapi. Evaluasi klinis dan organisme yang terlihat pada pewarnaan

Gram, seperti juga pengetahuan bakteri yang diisolasi dari infeksi

serupa sebelumnya, memberikan petunjuk untuk terapi antibiotic.

3. Berikan KIE mengenai mengukur suhu tubuh 4kali/hari untuk

minggu berikutnya

R : Suhu tubuh harus di bawah 38 0C setelah 48 jam pemberian

antibiotic

4. Berikan KIE mengenai istirahat yang cukup

R :Tirah baring dan analgesia merupakan terapi pendukung yang

banyak manfaatnya.

5. Kolaborasi dengan dokter Sp.OG untuk tindakan kuretase

R :Endometritis postpartum sering disertai dengan jaringan plasenta

yang tertahan atau obstruksi serviks. Drainase lokia yang memadai

sangat penting.Jaringan plasenta yang tertinggal dikeluarkan dengan

kuretase perlahan dan hati-hati.

VI. IMPLEMENTASI

Pelaksanaan dilakukan dengan efisien dan aman sesuai dengan rencana

asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya


24

oleh bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim

kesehatan lainnya.

VII. EVALUASI

Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan

asuhan kebidanan yang telah dilakukan.Evaluasi didokumentasikan

dalam bentuk SOAP.


25

BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU DENGAN ENDOMETRIOSIS

Tanggal Pengkajian : 27 April 2015

Waktu : 11.00 WITA

Tempat : Poli Kandungan RSUD AWS

Oleh : Wiji Wahyu Lestari

S:

1. Identitas

Nama Ibu : Ny. P Nama Suami : Tn. R

Umur : 38 thn Umur : 39 thn

Agama : Islam Agama : Islam

Suku : Kutai Suku : Kutai

Pendidikan : SD Pendidikan : SMP

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta

Alamat : Jl. Gatot Subroto

2. Alasan kunjungan/keluhan utama


26

Ibu mengatakan demam menggigil, nyeri perut bagian bawah dan cairan

dari kemaluannya berbau tidak sedap

3. Riwayat Kesehatan sekarang

Ibu mengatakan demam dan menggigil sejak 2 hari yang lalu. Ibu

melahirkan 4 hari yang lalu di bidan kampung. Ibu mengatakan merasa

sangat nyeri diperut bagian bawahnya dan keluar cairan yang berbau tidak

sedap pada kemaluanya

4. Riwayat Kesehatan klien

Ibu tidak sedang/memiliki riwayat penyakit hipertensi, diabetes, hepatitis,

jantung, ginjal, asma, TBC dan penyakit lain yang kronis, yang dapat

memperberat atau diperberat oleh keadaan setelah melahirkan, menular

ataupun berpotensi menurun.

5. Riwayat kesehatan keluarga

Di dalam keluarga, tidak ada yang sedang/memiliki riwayat penyakit,

diabetes, hepatitis, jantung, ginjal, asma, TBC dan penyakit lain yang

menular ataupun berpotensi menurun. Tetapi ibu mengatakan dari pihak

orangtua perempuan memiliki riwayat penyakit hipertensi.

6. Riwayat menstruasi
27

HPHT : 14 Juli 2014

TP : 21 April 2015

Riwayat menstruasi teratur, siklus 28 hari, lama 6-7 hari, setiap harinya 2-

3 kali ganti pembalut, warna darah merah, encer. Tidak ada flour albus.

7. Riwayat obstetrik

Kehamilan Persalinan Anak Nifas


N Abnormal
Sua Pen Pnl Tmp Pen J BB/ Lak Pen
Ank UK Jenis H M
o itas
mi y g t y K PB tsi y
1
Ater ruma 2900 13 6 -
1 1 (200 - normal Dkn - P - -
m h gr th Bln
2)
2
Ater ruma 3000 8 6
2 1 (200 - normal Dkn - L - - -
m h gr th Bln
7)
3 4 -
3 Ater ruma 3000 Saat
1 (201 - normal Dkn - P har - -
. m h gr ini
5) i

8. Riwayat Kontrasepsi

Sebelumnya ibu sempat menggunakan kontrasepsi suntik 3 bulan.

9. Pola fungsional Kesehatan

Pola Nifas ini


Nutrisi 2-3x sehari
28

1 porsi terdiri dari sayur,

ikan, nasi, buah


BAK :6-7x sehari, warna

kuning jernih, konsistensi

cair.
Eliminasi
BAB : 1x sehari, warna

kuning kecoklatan,

konsistensi lunak.
Tidur siang 1 jam/hari
Istirahat
Tidur malam 7-8 jam/hari
Tidak banyak aktivitas yang
Aktivitas
dilakukan ibu
Ganti baju 2-3x sehari

Ganti celana dalam 2-3x


Personal Hygiene
Mandi 2-3x sehari

Sikat gigi 2-3 x sehari


Seksualitas belumada

10. Riwayat Psikososiokultural spiritual

- Ini merupakan pernikahan pertama, lama menikah ± 14 tahun, status

pernikahan sah.

- Di dalam keluarga, tidak ada kebiasaan, mitos, ataupun tradisi budaya

yang dapat merugikan ataupun berbahaya bagi kesehatan bagi kesehatan

ibu dan bayi.

O:
29

1. Pemeriksaan Umum

Kesadaran : Composmentis

Tanda-tanda vital :

a. Tekanan darah : 100/70 mmHg

b. Suhu : 37,6 oC

c. Nadi : 78 x/menit

d. Pernafasan : 18 x/menit

Antropometri

a. Tinggi badan : 150 x/menit

b. Berat badan sebelum hamil : 52 kg

c. Berat badan sekarang : 53 kg

d. LILA : 27 cm

2. Pemeriksaan fisik

Kepala : Tampak tidak ada lesi, tampak kontruksi rambut kuat,

distribusi merata, tekstur lembut, dan tampak bersih tidak

ada ketombe. Tidak teraba massa.

Wajah : Tidak tampak pucat

Mata : Bentuk mata tampak simetris. Tidak tampak oedem pada

kelopak mata, tidak pucat pada konjungtiva, tampak putih

pada sklera.

Telinga : Bentuk telinga simetris. Tampak bersih dan tidak ada

Sekret.

Hidung : Tampak bersih, tidak ada polip dan perdangan. Tidak


30

tampak pernafasan cuping hidung.

Mulut ` : Bibir tampak simetris, mukosa mulut tampak lembab,

tidak ada caries dentis pada gigi, tidak tampak stomatitis,

gigi geraham lengkap dan lidah tremor. Tidak tampak

stomatitis.

Leher : Tidak tampak hyperpigmentasi, tidak tampak peradangan

tonsil dan faring, tidak tampak pembesaran vena jugularis,

kelenjar tiroid, dan kelenjar getah bening.

Dada : Bentuk dada tampak oval. tidak tampak retraksi dinding

dada, Suara nafas terdengar vesikuler pada seluruh lapang

paru. Bunyi jantung terdengar reguler. Perkusi dada

terdengar sonor

Payudara : Kedua payudara tampak simetris. Tampak bersih, tampak

sedikit pengeluaran ASI, tampak hyperpigmentasi pada

areolla, puting susu menonjol.

Abdomen : Tampak simetris, tampak linea nigra, tampak striae

albicans,lokasi uterus sebelah kanan bawah umbilicus,

tidak tampak luka bekas operasi, dan asites. TFU 3 jari di

atas symphisis, nyeri tekan pada perut bagian bawah.

Genetalia : vulva tidak oedem, tidak tampak fistula, terdapat lochea

yang berbau busuk.

Anus : tidak tampak hemoroid

Ekstremitas : Ekstremitas atas dan bawah tampak simetris dan sama


31

panjang. Tidak teraba oedema. Refleks patella normal,

refleks bisep dan trisep normal. Refleks babinski normal.

Cavilari refil kembali < 2 detik. Tidak terdapat homan

sign.

3. Pemeriksaan khusus

Tidak ada

A:

Diagnosis : P3003 dengan endometritis

Masalah : Tidak ada

Kebutuhan Segera : Kebutuhan intake cairan dan pencegahan infeksi

P:

Waktu Pelaksanaan Evaluasi Paraf

11.00 Menjelaskan hasil Pemeriksaan Ibu mengerti mengenai penjelasan

yang diberikan
11.05 Memberikan KIE tentang personal Ibu berjanji akan menjaga

hygiene. kebersihan diri.

Ibu sebaiknya mandi 2x/hari dan

mengganti celana dalam setiap

kali lembab
11.10 Memberikan KIE ASI Eksklusif. Ibu mengerti akan penjelasan yang
32

Ibu sebaikanya memberikan ASI sudah diberikan dan mengatakan

saja selama 6 bulan tanpa akan menysui bayinya selama 6

memberikan makanan lain selain bulan.

ASI.
11.15 Memberikan KIE tentang istirahat Ibu mengatakan akan istirahat yang

dan tidur cukup

11.20 Kolaborasi dengan dr SpOG Ibu mengerti atas penjelasan yang

mengenai perawatan selanjutnya diberikan dan akan tetap melakukan

pemeriksaan

Anda mungkin juga menyukai