PENDAHULUAN
Penyakit jantung kongenital merupakan kelainan struktur atau fungsi dari sistem
kardiovaskular yang ditemukan pada saat lahir, walaupun dapat ditemukan dikemudian hari.
Beberapa penyakit jantung kongenital yang dapat ditemukan adalah defek septum ventrikel,
defek septum atrium, duktus arteriosus persisten, stenosis pulmonal, koarktasio aorta, stenosis
aorta, tetralogy of fallot, trasnposisi pembuluh darah besar, trunkus arteriosus persisten, dan
atresia trikuspid. Dalam 20 – 30 tahun terjadi kemajuan pesat dalam diagnosis dan
pengobatan penakit jantung kongenital pada anak – anak. Sebagai akibatnya anak – anak
dengan penyakit jantung kongenital bertahan hidup sampai dewasa.2
Pada dasarnya kelainan jantung kongenital dikelompokkan atas dua kelompok besar
yaitu kelompok tanpa sianosis dan yang disertai sianosis. Kelompok sianosis secara rinci
lebih banyak dibicarakan dalam kardiologi anak, sebagian di antaranya dilakukan tindakan
reparasi, sebagian lagi hanya paliasi. Sedangkan sembuh pada beberapa kasus masih jauh dari
memuaskan, sehingga tetap menjadi pasien sesudah suatu tindakan, karena sebagian tindakan
bersifat bukan kuratif. Beberapa kelompok non sianosis sebelum tindakan interfensi yang
dapat bertahan sampai dewasa, antara lain defek septum atrium, defek septum ventikel,
duktus arterosus persisten, koarktasio aorta, tetralogi fallot, serta transposisi pembuluh darah
besar.2
Penyakit jantung bawaan merupakan salah satu penyebab utama kematian bayi dan
anak yang dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti diagnosis yang terlambat, ketidaktahuan,
dan tata laksana yang tidak tepat. Duktus Arteriosus Persisten (DAP) atau Patent Ductus
Arteriosus (PAD) yang merupakan 1/8 – 1/10 dari seluruh penyakit jantung bawaan dengan
insidensi sekitar 1 per 2.000 – 5.000 kelahiran hidup. Di Jawa Barat diperkirakan terdapat
1.000 kasus PAD per tahun. Duktus arteriosus persisten ialah penyakit jantung nonsianotik
disebabkan oleh patensinya duktus arteriosus setelah bayi lahir yang menghubungkan arteri
pulmonalis dengan aorta desenden.3
Patent ductus arteriosus (PDA) atau Duktus arteriosus persisten (DAP) merupakan
suatu kelainan di mana vaskular yang menghubungkan arteri pulmonal dan aorta pada fase
fetal, tetap paten sampai lahir. Seiring meningkatnya angka kejadian PDA, maka semakin
banyak pasien PDA untuk itu pada refarat ini akan dibahas lebih lagi mengenai PDA.2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Jantung atau dalam bahasa Latinnya Cor adalah suatu organ muskuler yang berbentuk
conus sebesar kepalan tangan (tinju), bertumpu pada diaphragm thoracia dan berada di antara
kedua pulmo bagian caudalis. Dibungkus oleh suatu selaput yang disebut pericardium dan
menempati mediastinum medium. Letak cor sedemikian rupa sehingga puncaknya (apex
cordis) menghadap ke arah caudo-ventral kiri; dua pertiga bagian cor berada di sebelah kiri
linea mediana. Pada orang dewasa ukuran cor adalah panjang 12 cm, lebar 8-9 cm, dan tebal
6 cm. Pada pria berat cor adalah 280-340 gram dan pada wanita 230-280 gram. Dalam
keadaan patologis, ukuran cor bias melampaui ukuran normal. Proyeksi cor pada dinding
ventral thorax adalah sebagai berikut:14
- Tepi kiri cor di sebelah cranial berada pada tepi caudal pars cartilaginis costa II
sinister, yaitu 1 cm di sebelah lateral tepi sternum
- Tepi kiri di sebelah caudal berada pada ruang intercostalis V, yaitu kira-kira 9 cm di
sebelah kiri linea mediana atau 2 cm di sebelah medial linea medioclavicularis sinistra
- Tepi kanan di sebelah cranial berada pada tepi cranialis pars cartilaginis costa III
dextra, kira-kira 1 cm dari tepi lateral sternum
- Tepi kanan di sebelah caudal berada pada pars cartilaginis costa VI dextra, kira-kira 1
cm di lateral tepi sternum.
Jantung dibagi menjadi separuh kanan dan kiri dan memiliki empat bilik (ruang), bilik
bagian atas dan bawah di kedua belahannya.Bilik-bilik atas, atrium, menerima darah yang
kembali ke jantung dan memindahkannya ke bilik-bilik bawah, ventrikel, yang memompa
darah dari jantung.Pembuluh yang mengembalikan darah dari jaringan ke atrium adalah vena,
dan pembuluh-pembuluh yang mengangkut darah menjauhi ventrikel menuju jaringan adalah
arteri.Kedua belahan jantung dipisahkan oleh septum, suatu partisi otot kontinyu yang
mencegah pencampuran darah dari kedua sisi jantung. Pemisahan ini sangat penting, karena
separuh kanan jantung menerima dan memompa darah beroksigen rendah sementara sisi kiri
jantung menerima dan memompa darah beroksigen tinggi.14
Darah yang kembali dari sirkulasi sistemik masuk ke atrium kanan melalui vena-vena
besar yang dikenal sebagai vena kava superior dan inferior.Tetes darah yang masuk ke atrium
kanan kembali dari jaringan tubuh, telah diambil O 2-nya dan ditambahi CO2. Darah yang
mengalami deoksigenasi parsial tersebut mengalir dari atrium kanan ke dalam ventrikel
kanan, yang memompanya ke luar melalui arteri pulmonalis ke paru.Dengan demikian, sisi
kanan jantung memompa darah ke dalam sirkulasi paru. Di dalam paru, tetes darah tersebut
kehilangan CO2 ekstranya dan menyerap O2 segar sebelum dikembalikan ke atrium kiri
melalui vena pulmonalis. Darah kaya oksigen yang kembali ke atrium kiri ini kemudian
mengalir ke dalam ventrikel kiri, bilik pompa yang mendorong darah ke semua sistem tubuh
kecuali paru; jadi, sisi kiri jantung memompa darah ke dalam sirkulasi sistemik.Arteri besar
yang membawa darah menjauhi ventrikel kiri adalah aorta.Aorta bercabang menjadi arteri
besar untuk memperdarahi berbagai jaringan tubuh.14
Berbeda dengan sirkulasi pulmonalis yang seluruh darahnya mengalir melalui paru,
sirkulasi sistemik dapat dilihat sebagai rangkaian jalur-jalur paralel.Sebagian darah yang
dipompakan keluar oleh ventrikel kiri menuju ke otot-otot, sebagian ke ginjal, ke otak, dan
seterusnya. Jadi keluaran ventrikel kiri tersebar, sehingga tiap-tiap bagian tubuh menerima
pasokan darah segar; darah arteri yang sama tidak mengalir dari jaringan ke jaringan. Dengan
demikian, tetes darah yang kita ikuti hanya menuju ke satu jaringan sistemik. Jaringan
mengambil O2 dari darah dan menggunakannya untuk mengoksidasi zat-zat gizi untuk
menghasilkan energi; dalam prosesnya, sel-sel jaringan membentuk CO 2 sebagai produk
buangan yang ditambahkan ke darah.Tetes darah, sekarang secara parsial kekurangan O2 dan
mengandung CO2 yang meningkat, kembali ke sisi kanan jantung.14
Kedua sisi jantung secara simultan memompa darah dalam jumlah yang sama.
Volume darah beroksigen rendah yang dipompa ke paru oleh sisi kanan jantung segera
memiliki volume yang sama dengan darah beroksigen tinggi yang dipompa ke jaringan oleh
sisi kiri jantung. Sirkulasi paru adalah sistem yang memiliki tekanan dan resistensi yang
rendah, sedangkan sirkulasi sistemik adalah sistem dengan tekanan dan resistensi yang tinggi.
Oleh karena itu, walaupun sisi kiri dan kanan jantung memompa darah dalam jumlah yang
sama, sisi kiri melakukan kerja yang lebih besar karena ia memompa volume darah yang
sama ke dalam sistemik dengan resistensi tinggi. Dengan demikian, otot jantung di sisi kiri
jauh lebih tebal daripada otot di sisi kanan, sehingga sisi kiri adalah pompa yang lebih kuat.14
Adanya empat katup jantung satu-arah memastikan darah mengalir satu-arah.Dua
katup jantung, katup atrioventrikel (AV) kanan dan kiri, masing-masing terletak di antara
atrium dan ventrikel kanan dan kiri.Katup AV kanan disebut katup tricuspid karena terdiri
dari tiga daun katup.Demikian juga, katup kiri, yang terdiri dari dua daun katup, sering
disebut sebagai katup bicuspid atau katup mitralis.Tepi-tepi daun katup AV diikat oleh tali
fibrosa yang tipis namun kuat, yaitu korda tendinae, yang mencegah katup berbalik, yaitu,
didorong oleh tekanan ventrikel yang tinggi untuk membuka ke arah yang berlawanan ke
dalam atrium. Tali-tali ini berjalan dari tepi daun katup dan melekat ke otot papillaris
berbentuk mirip puting susu, yang menonjol dari permukaan dalam ventrikel. Ketika
ventrikel berkontraksi, otot papilaris juga berkontraksi, menarik ke bawah korda tendinae,
tarikan ini menimbulkan ketegangan di daun katup AV yang tertutup, sehingga daun katup
dapat tertahan dalam posisinya dan tetap menutup rapat walaupun terdapat gradien tekanan
yang besar ke arah belakang. Dua katup jantung lainnya, katup aorta dan katup pulmonalis
terletak di sambungan tempat arteri-arteri besar keluar dari ventrikel.Keduanya dikenal
sebagai katup semilunaris karena terdiri dari tiga daun katup, yang masing-masing mirip
dengan kantung mirip bulan-separuh.Katup-katup ini terbuka ketika tiap-tiap tekanan
ventrikel kanan dan kiri melebihi tekanan di arota dan arteri pulmonalis, selama ventrikel
berkontraksi dan mengosongkan isinya.Katup terutup apabila ventrikel melemas dan tekanan
ventrikel turun di bawah tekanan aorta dan arteri pulmonalis.14,15
Sebagian besar kasus PDA menghubungkan aorta dengan pangkal arteri pulmonal
kiri. Bila arkus aorta di kanan, maka duktus terdapat di sebelah kiri, jarang duktus terletak di
kanan bermuara ke arteri pulmonalis kanan.4
Pada bayi baru lahir, setelah beberapa kali pernapasan pertama, resistensi vaskular
paru menurun dengan tajam. Dengan ini maka duktus akan berfungsi sebaliknya, bila semula
mengalirkan darah dari arteri pulmonalis ke aorta, sekarang ia mengalirkan darah dari aorta
ke arteri pulmonalis. Dalam keadaan normal duktus mulai menutup, dan dalam beberapa jam
secara fungsional sudah tidak terdapat lagi arus darah dari aorta ke arteri pulmonalis. Apabila
duktus tetap terbuka, maka terjadi keseimbangan antara aorta dan arteri pulmonalis, apabila
resistensi vaskular paru terus menurun maka pirau dari aorta ke arah arteri pulmonalis makin
meningkat. Pada auskultasi pirau yang bermakna akan memberikan bising sistolik setelah
bayi berusia beberapa hari, sedang bising kontinu yang khas biasanya terdengar setelah bayi
berusia 2 minggu.4
Dengan tetap terbukanya duktus, maka darah yang seharusnya mengalir ke seluruh
tubuh akan kembali memenuhi pembuluh paru-paru. Besar-kecilnya bukaan pada duktus
mempengaruhi jumlah darah yang mengalir balik ke paru-paru.4
A. Penyakit Jantung Bawaan
Penyakit jantung bawaan (PJB) adalah penyakit dengan kelainan pada struktur jantung atau
fungsi sirkulasi jantung yang dibawa dari lahir yang terjadi akibat adanya gangguan atau
kegagalan perkembangan struktur jantung pada fase awal perkembangan janin. Ada 2
golongan besar PJB, yaitu non sianotik (tidak biru) dan sianotik (biru) yang masing-masing
memberikan gejala dan memerlukan penatalaksanaan yang berbeda. Angka kejadian PJB
dilaporkan sekitar 8–10 bayi dari 1000 kelahiran hidup dan 30 % diantaranya telah
memberikan gejala pada minggu-minggu pertama kehidupan. Bila tidak terdeteksi secara dini
dan tidak ditangani dengan baik, 50% kematiannya akan terjadi pada bulan pertama
kehidupan. Di negara maju hampir semua jenis PJB telah dideteksi dalam masa bayi bahkan
pada usia kurang dari 1 bulan, sedangkan di negara berkembang banyak yang baru terdeteksi
setelah anak lebih besar, sehingga pada beberapa jenis PJB yang berat mungkin telah
meninggal sebelum terdeteksi. Pada beberapa jenis PJB tertentu sangat diperlukan
pengenalan dan diagnosis dini agar segera dapat diberikan pengobatan serta tindakan bedah
yang diperlukan. Untuk memperbaiki pelayanan di Indonesia, selain pengadaan dana dan
pusat pelayanan kardiologi anak yang adekuat, diperlukan juga kemampuan deteksi dini PJB
dan pengetahuan saat rujukan yang optimal oleh para dokter umum yang pertama kali
berhadapan dengan pasien. Penyakit jantung bawaan (PJB) non sianotik adalah kelainan
struktur dan fungsi jantung yang dibawa lahir yang tidak ditandai dengan sianosis; misalnya
lubang di sekat jantung sehingga terjadi pirau dari kiri ke kanan, kelainan salah satu katup
jantung dan penyempitan alur keluar ventrikel atau pembuluh darah besar tanpa adanya
lubang di sekat jantung. Masing-masing mempunyai spektrum presentasi klinis yang
bervariasi dari ringan sampai berat tergantung pada jenis dan beratnya kelainan serta tahanan
vaskuler paru. Yang dimaksud disini hanya 2 kelompok besar PJB non sianotik; yaitu PJB
non sianotik dengan lesi atau lubang di jantung sehingga terdapat aliran pirau dari kiri ke
kanan, misalnya ventricular septal defect (VSD), atrial septal defect (ASD) dan patent
ductus arteriosus (PDA), dan PJB non sianotik dengan lesi obstruktif di jantung bagian kiri
atau kanan tanpa aliran pirau melalui sekat di jantung, misalnya aortic stenosis (AS),
coarctatio aorta (CoA) dan pulmonary stenosis (PS).16,17,18
Penyakit jantung bawaan sianosis dapat kita bagi menjadi lesi sianosis yang disertai
dengan penurunan aliran darah paru dan lesi sianosis yang disertai penambahan aliran darah
paru. Lesi sianosis yang disertai dengan penurunan aliran darah paru termasuk Tetralogy of
Fallot, Pulmonary Atresia with Ventricular Septal Defect, Pulmonary Atresia with Intact
Ventricular Septum, Tricuspid Atresia, Double-Outlet Right Ventricle with Pulmonary
Stenosis, Transposition of the Great Arteries with Ventricular Septal Defect and Pulmonary
Stenosis, Ebstein Anomaly of the Tricuspid Valve. Lesi sianosis yang disertai dengan
bertambahnya aliran darah paru termasuk d-Transposition of the Great Arteries, d-Transposition
of the Great Arteries with Intact Ventricular Septum, Transposition of the Great Arteries with
Ventricular Septal Defect, l-Transposition of the Great Arteries (Corrected Transposition),
Double-Outlet Right Ventricle Without Pulmonary Stenosis, Double-Outlet Right Ventricle with
Transposition of the Great Arteries (Taussig-Bing Anomaly), Total Anomalous Pulmonary
Venous Return, Truncus Arteriosus, Single Ventricle (Double-Inlet Ventricle, Univentricular
Heart), Hypoplastic Left Heart Syndrome, Abnormal Positions of the Heart and the Heterotaxy
Syndromes (Asplenia, Polysplenia). Adapun malformasi dari PJB yang lain yaitu Pulmonary
Arteriovenous Fistula, Ectopia Cordis, Diverticulum of the Left Ventricle, Primary Pulmonary
Hypertensio.16,17
Penyakit jantung bawaan merupakan salah satu penyebab utama kematian bayi
dan anak yang dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti diagnosis yang terlambat,
ketidaktahuan, dan tata laksana yang tidak tepat. Duktus Arteriosus Persisten (DAP)
yang merupakan 1/8–1/10 dari seluruh penyakit jantung bawaan dengan insidensi
sekitar 1 per 2.000–5.000 kelahiran hidup. Di Jawa Barat diperkirakan terdapat 1.000
kasus PDA per tahun. Persisten Ductus Arteriosus ialah penyakit jantung nonsianotik
disebabkan oleh patensinya duktus arteriosus setelah bayi lahir yang menghubungkan
arteri pulmonalis dengan aorta desenden.3
Perkiraan insidensi PDA pada anak – anak yang lahir aterm di AS adalah
antara 0,02% dan 0,006% pada kejadian kelahiran hidup. Kejadian ini meningkat pada
anak – anak yang lahir prematur (20% pada bayi prematur dengan masa gestasi > 32
minggu, dan 60% pada usia gestasi < 28 minggu), anak – anak dengan riwayat
asfiksia perinatal dan kemungkinan pada anak – anak yang lahir pada daratan tinggi.
Selain itu, lebih dari 30% bayi dengan BBLR ( < 2500 g) dapat berkembang ke PDA.
Asfiksia perinatal biasanya juga dapat menunda tertutupnya duktus, dan seiring
berjalannya waktu duktus biasanya tertutup tanpa terapi khusus.5
Sebagai lesi yang terisolasi, PDA mewakili 5 – 10 % dari semua lesi jantung
kongenital, PDA ini terjadi pada sekitar 0,008% kelahiran hidup prematur. Tidak ada
data yang mendukung predileksi ras. Namun ada kecenderungan wanita ( rasio antara
perempuan dan laki – laki adalah 2 : 1) jika PDA tidak terkait dengan faktor resiko
lainnya. Pada pasien dengan PDA dikaitkan dengan teratogenik spesifik seperti
rubella kongenital, insidensinya sama diantara kedua jenis kelamin. Kadang – kadang,
pada anak yang lebih tua disebut dengan typical ductus arteriosus murmur
(contohnya, machinery murmur atau continous murmur).5
Kasus keluarga dari patent ductus arteriosus (PDA) telah dicatat, namun
penyebab genetik belum ditentukan. Pada bayi aterm dengan patent ductus
arteriosus (PDA), memiliki tingkat kekambuhan 5% pada saudara kandung.
Beberapa bukti, menunjukkan bahwa sebanyak sepertiga kasus disebabkan oleh
ciri resesif yang diberi label PDA1, terletak pada kromosom 12, setidaknya pada
beberapa populasi.5
2. Abnormalitas Kromosom
3. Prematuritas
Prematuritas pada bayi saat persalinan, dapat menjadi suatu hal yang
berkontribusi terhadap terjadinya persistensi duktus. Beberapa faktor yang terlibat
seperti, immaturenya otot polos di dalam struktur atau ketidakmampuan paru-paru
yang immature untuk membersihkan prostaglandin yang beredar dari masa gestasi
dan bertahan tetap bertahan saat kelahiran. Mekanisme ini tidak sepenuhnya
dipahami. Kondisi yang berkontribusi sehingga tekanan oksigen rendah di dalam
darah, seperti paru-paru yang immature, defek jantung kongenital, dan lahir pada
daratan tinggi, dapat dikaitkan dengan patensi duktus yang terus-menerus.5
4. Lain-lain
a. Manifestasi Klinis
Continous murmur
Bounding peripheral pulse dengan wide pulse pressure
Sesak nafas
Hipotensi vaskular
Takikardia
Kardiomegali
a. Pemeriksaan Penunjang
Foto thoraks
Elektrokardiogram
Ekokardiogram
Ekokardiogram merupakan prosedur pilihan untuk
mengkonfirmasi diagnosis dan karakter dari PDA. Ekokardiogram
berguna dalam mengklasifikasikan PDA sebagai PDA yang kecil,
sedang, maupun besar sesuai dengan informasi klinis yang diperoleh.
Ekokardiografi mode-M digunakan untuk mengukur ukuran ruangan
jantung dan menghitung fungsi sistolik ventrikel kiri. Pada pasien
dengan duktus arteriosus yang kecil, ukuran ruang jantung akan
normal, meskipun kadang pembesaran atrium kiri dan atau ventrikel
kiri dapat ditemukan. Pada pasien dengan ukuran duktus arteriosus
sedang dan besar, pembesaran atrium kiri dan ventrikel kiri dapat
ditemukan.6
- Medikamentosa
Ada beberapa metode pangobatan yang biasanya diterapkan tim medis untuk
mengatasi gangguan fungsi jantung pada PDA, dan sangat bergantung dari ukuran bukaan
pada duktus dan yang utama usia pasien. Tidak diperlukan pembatasan aktivitas jika tidak
terdapat hipertensi pulmonal.1 Pada bayi prematur, duktus arteriosus sering menutup
sendiri pada minggu pertama setelah lahir. Pada bayi aterm, duktus arteriosus akan
menutup dalam beberapa hari pertama setelah lahir. Jika duktus tidak menutup dan
menimbulkan masalah, obat-obatan dan tindakan bedah dibutuhkan untuk menutup
duktus arteriosus.19
Pada bayi aterm terapi ini tidak efektif.1 Bila usaha penutupan dengan
medikamentosa ini gagal dan gagal jantung kongestif menetap, bedah ligasi PDA perlu
segera dilakukan. Bila tidak ada tanda-tanda gagal jantung kongestif, bedah ligasi PDA
dapat ditunda akan tetapi sebaiknya tidak melampaui usia 1 tahun. Prinsipnya semua
PDA yang ditemukan pada usia 12 minggu, harus dilakukan intervensi tanpa
menghiraukan besarnya aliran pirau.19
- Tindakan bedah
Pada bayi aterm atau pada anak lebih tua, diperlukan tindakan bedah untuk
mengikat atau memotong duktus. Untuk menutup duktus juga dokter dapat menggunakan
tindakan dengan kateter.8 Pada PDA dengan pirau kiri ke kanan sedang atau besar dengan
gagal jantung diberikan terapi medikamentosa (digoksin, furosemid) yang bila berhasil
akan menunda operasi 3-6 bulan sambil menunggu kemungkinan duktus menutup.
Tindakan bedah setelah dibuat diagnosis, secepat-cepatnya dilakukan operasi pemotongan
atau pengikatan duktus. Pemotongan lebih diutamakan dari pada pengikatan yaitu untuk
menghindari kemungkinan rekanalisasi kemudian. Pada duktus yang sangat pendek,
pemotongan biasanya tidak mungkin atau jika dilakukan akan mengandung resiko.19
1. PDA pada bayi yang tidak memberikan respon terhadap pengobatan medikamentosa.
Hal yang perlu diperhatikan bagi penderita PDA yang usianya lebih dewasa,
adalah mengkonsultasikan kepada dokter ahli jantung yang merawat bila akan menjalankan
operasi minor lain (contoh: operasi amadel) ataupun perawatan gigi, untuk menghindari
kemungkinan resiko endokarditis.19
Pada VSD besarnya aliran darah ke paru ini selain tergantung pada besarnya
lubang, juga sangat tergantung pada tingginya tahanan vaskuler paru. Makin rendah
tahanan vaskuler paru makin besar aliran pirau darikiri ke kanan. Pada bayi baru lahir
dimana maturasi paru belum sempurna, tahanan vaskuler paru umumnya masih tinggi
dan akibatnya aliran pirau dari kiri ke kanan terhambat walaupun lubang yang ada
cukup besar. Tetapi saat usia 2–3 bulan dimana proses maturasi paru berjalan dan
mulai terjadi penurunan tahanan vaskuler paru dengan cepat maka aliran pirau dari
kiri ke kanan akan bertambah. Ini menimbulkan beban volume langsung pada
ventrikel kiri yang selanjutnya dapat terjadi gagal jantung.
Pada ASD presentasi klinisnya agak berbeda karena defek berada di septum
atrium dan aliran dari kiri ke kanan yang terjadi selain menyebabkan aliran ke paru
yang berlebihan juga menyebabkan beban volum pada jantung kanan. Kelainan ini
sering tidak memberikan keluhan pada anak walaupun pirau cukup besar, dan keluhan
baru timbul saat usia dewasa. Hanya sebagian kecil bayi atau anak dengan ASD besar
yang simptomatik dan gejalanya sama seperti pada umumnya kelainan dengan aliran
ke paru yang berlebihan yang telah diuraikan di atas. Auskultasi jantung cukup khas
yaitu bunyi jantung dua yang terpisah lebar dan menetap tidak mengikuti variasi
pernafasan serta bising sistolik ejeksi halus di area pulmonal. Bila aliran piraunya
besar mungkin akan terdengar bising diastolik di parasternal sela iga 4 kiri akibat
aliran deras melalui katup trikuspid. Simptom dan hipertensi paru umumnya baru
timbul saat usia dekade 30 – 40 sehingga pada keadaan ini mungkin sudah terjadi
penyakit obstruktif vaskuler paru.
Coartatio Aorta pada anak yang lebih besar umumnya juga asimptomatik
walaupun derajat obstruksinya sedang atau berat. Kadang-kadang ada yang mengeluh
sakit kepala atau epistaksis berulang, tungkai lemah atau nyeri saat melakukan
aktivitas. Tanda yang klasik pada kelainan ini adalah tidak teraba, melemah atau
terlambatnya pulsasi arteri femoralis dibandingkan dengan arteri brakhialis, kecuali
bila ada PDA besar dengan aliran pirau dari arteri pulmonalis ke aorta desendens.
Selain itu juga tekanan darah lengan lebih tinggi dari pada tungkai. Obstruksi pada AS
atau CoA yang berat akan menyebabkan gagal jantung pada usia dini dan akan
mengancam kehidupan bila tidak cepat ditangani. Pada kelompok ini, sirkulasi
sistemik pada bayi baru lahir sangat tergantung pada pirau dari kanan ke kiri melalui
PDA sehingga dengan menutupnya PDA akan terjadi perburukan sirkulasi sistemik
dan hipoperfusi perifer.
d. Eisenmenger syndrome
Pada eisenmenger terjadi perubahan aliran dari aorta ke arteri pulmonaris
menjadi arteri pulmonaris meunju aorta melewati duktus arteriosus. Perubahan ini
akan mengakibatkan aliran darah yang terdenaturasi masuk dan beredar kembali
ke ektremitas bawah dan menyebabkan gambaran sianosis pada kaki. Ekstremitas
atas tidak mengalami sianosis karena menerima darah yang kaya akan oksigen
melalui aorta proximal.11
• Prognosis akan baik apabila PDA hanya merupakan satu satunya masalah pada
pasien. Sehabis penutupan duktus pasien biasanya tidak mengalami gejala gejala
klinis dan tidak ada perburukan lanjutan dari jantung. Penutupan duktus spontan pada
bayi usia diatas 3 bulan jarang terjadi. Pada bayi usia dibawah 3 bulan, 72-75%
mengalami penutupan spontan. Sebagai tambahan, 28% anak anak dengan PDA yang
diterapi dengan ibuprofen dilaporkan penutupan terjadi 94%.13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Patent Ductus Arteriosus (PDA) adalah sebuah kondisi dimana duktus arteriosus yang
seharusnya menutup dalam rentang waktu normal, tetap dalam keadaan terbuka hingga
otomatis mengganggu fungsi normal jantung. Kelainan Jantung Bawaan PDA umumnya
ditemui pada bayi-bayi yang lahir prematur, juga pada bayi normal dengan perbandingan 1
Gejala dan tanda-tanda yang muncul pada pasien dengan PDA tergantung dari
seberapa besar bukaan yang terjadi pada PDA. Semakin besar bukaan yang terjadi semakin
berat gejalanya dan komplikasi yang akan terjadi. Ada beberapa metode pengobatan yang
biasanya diterapkan tim medis untuk mengatasi gangguan fungsi jantung pada PDA, dan
sangat bergantung dari ukuran bukaan pada duktus dan yang utama usia pasien. Pemberian
obat-obatan secara oral bisa dilakukan untuk membuat duktus mengkerut dengan sendirinya.
Apabila berhasil maka bisa proses pembedahanpun bisa dihindari. Tetapi bila tidak berhasil
dengan pemberian obat-obatan secara oral, dan kondisi PDA memperburuk kesehatan pasien
Pasien dengan PDA kecil dapat hidup normal dengan sedikit atau tidak ada gejala.
Pengobatan termasuk pembedahan pada PDA yang besar umumnya berhasil dan tanpa
DAFTAR PUSTAKA
1. UKK Kardiologi Ikatan Dokter Anak Indonesia. Penanganan Penyakit Jantung Pada
Bayi & Anak. Balai Penerbit FKUI. Jakarta : 2005.
2. Setiati,S., dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 1. Edisi VI. Badan Penerbitan Ilmu
Penyakit Dalam Interna Publishing.. Jakarta; 2015.
4. Dice,JE., et al. Patent Ductus Arteriosus. Vol 12. No. 3. J Pediatr Pharmacol Ther. United
State of America; 2007.
6. Moore JW & Schneider JD. Patent ductus arteriosus. AHA journal Circulation 2006;114:
1873-1882
7. Dice JE & Bhatia J. Patent ductus arteriosus: An Overview. J Pediatr Pharmacol Ther
2007;12:141-142
8. Lily SL. Patophysiology of Heart Disease fifth edition. North America: Lippincott
Williams & Wilkins, November 2010
12. Park, KM. Pediatric Cardiology for Practiotioners. Texas: Mosby, 1934.
13. . Dice, JE., & Bhatia, J. Patent ductus arteriosus: An Overview. J Pediatr Pharmacol Ther
2007;12:141-142
14. Frownfelter D, Dean E. Cardiovascular and Pulmonary Physical Therapy-E-Book:
Evidence to Practice. Fifth edition. 2012.
15. Netter FH. Atlas of human anatomy. Saunders elsevier. 6th edition. 2014.
17. Allen HD, Shaddy RE, et all. Moss & Adams' Heart Disease in Infants, Children, and
Adolescents: Including the Fetus and Young Adult. Eigth edition, vol II. 2013
19. Silalahi C, Wahab AS. Duktus arteriosus Paten. Dalam : Wahab AS. Kardiologi
Anak: PenyakitJantung Kongenital Yang Tidak Sianotik. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC;2006: 69-76.