NIM : 0220180487
Pada satu sisi, norma dan nilainilai masyarakat akan meresap dan mempengaruhi karakter
dan membentuk identitas diri. Agar dapat menyerap hal-hal yang baik diperlukan sebuah
keterbukaan terhadaporang lain. Ada dua macam keterbukaan yaitu keterbukaan tanpa sebuah
karakter yang kuat. Keterbukaan ini berarti menyesuaikan atau cenderung menerima semua
pendapat orang laindaripada pendapatnya sendiri. Jelas ini bukan keterbukaan yang positif.
Keterbukaan keduaadalah keterbukaan orang yang mempunyai karakter yang kuat. Orang ini
dapat menerima dan belajar dari hal-hal yang baik, ia dapat mengubah diri bila pendapat orang
lainlah yang benar.
Bab VII Norma-Norma
Kebanyakan orang merasa bahwa norma - norma dan hukum-hukum mempunyai peranan
besar dalam bidang etika. Kata Indonesia “kesusilaan” yang artinya sama dengan etika terdiri
dari bahasa sanskerta “sila” sila yang berarti “norma kehidupan” dan “su” yang berarti “baik”.
Etika menyangkut kelakuan yang menuruti norma-norma yang baik. Namun demikian peranan
norma dan hukum dalam kehidupan orang Kristen terus menerus dipersoalkan dan digumuli
dalam sejarah gereja. Dalam abad ini peranan hukum dalam etika disangkal karena alasan
teologis oleh Karl Barth, Dietrich Bonhoefher, H. Richard Niebuhr, dan Paul lehmann. Mereka
menganggap penggunaan hukum tidak sesuai dengan kedaulatan dan kasih karunia Tuhan Allah.
Orang Kristen harus mematuhi dan mempercayai Allah saja, bukan hukum-hukum.
Ketidaksetujuan tentang peranan hukum bukan masalah baru. Pada zaman reformasi Protestan,
Luther dan Calvin tidak sependapat tentang fungsi hukum dalam kehidupan orang Kristen
walaupun mereka setuju hukum itu perlu. Menurut Luther, hukum mempunyai dua fungsi.
Pertama, hukum memberi aturan kepada masyarakat dan melindungi masyarakat dari kejahatan.
Kedua, hukum menolong manusia untuk mengerti dosanya, sehingga ia bertobat dan percaya
akan Allah. Dapat disimpulkan bahwa walaupun pemakaian norma-norma mengandung
Bahaya,Namun Demikian Norma - Norma Sangat Penting Dalam Etika Kristen.