Nama : Ny. A
No CM : 27.63.07
Usia :32 thn
Dx. INTERVENSI KEPERAWATAN
No TT
Keperawatan Tujuan dan KH Intervensi Rasional
1. Takut, Cemas b/d Setelah dilakukan 1. Kaji tingkat - Untuk mengetahui
kurangnya tindakan keperawatan kecemasan Ps. (berat, tingkat kecemasan dan
pengetahuan, selama 1 x 10 menit sedang, ringan) tepat cara memberikan
ancaman kegagalan diharapkan takut,cemas asuhan keperawatan
operasi ps. Berkurang atau hilang 2. Kaji TTV - Untuk mengetahui
DS : dengan KH : seberapa tingkat
- Ps. Mengatakan - Ps. Terlihat rileks kecemasan ps.
takut menghadapi - Ps. Mengungkapkan - membantu
3. Beri dukungan
operasi cemas berkurang/hilang mengurangi
emosional
- Ps/keluarga sering - TTV dalam batas kecemasan
bertanya tentang normal - Membantu
operasi TD : < 140/90 mmHg 4. Ajarkan teknik
mengurangi
DO : N : 60-90 x/mnt relaksasi (tarik nafas
kecemasan
- Ps. Kelihatan S : 36’-37’ C dalam, imajinasi dll)
- Agar ps. Mengetahui
tegang RR : 16-24 x/mnt 5. Beri pengetahuan
tentang jalannya
- Kulit teraba tentang jalannya
operasi dan kecemasan
dingin operasi sectio
pasien berkurang
- Tremor atau
gemetar
- TD : 123/89
mmHg
- N : 92 x/mnt
- RR : 22 x/mnt
- S : 36’ C
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama : Ny. A
No CM : 27.63.07
Usia : 32 thn
No
Tanggal/ jam Tindakan Keperawatan Respon Pasien TT
Dx
1 31 jan 2012 - Mengkaji tingkat kecemasan S : - ps. Mengatakan cemas
09.20 ps., Memberi ps. Dukungan menghadapi operasi berkurang
emosional, Mengajarkan ps. - Ps. Kooperatif
Teknik relaksasi (tarik nafas - Ps. Bertanya tentang lama nya
dalam), Memberi pengetahuan operasi, dokternya siapa
ke ps. Tentang jalannya operasi O : - Ps. Terlihat aktif bertanya
sectio - Ps. Terlihat melakukan teknik
relaksasi nfas dalam
- Ps. Tidak terlihat tremor
- Kulit masih teraba dingin
- TD : 123/89 mmHg
- N : 92 x/mnt
- S : 36’ C
- RR : 22 x/mnt
EVALUASI
Nama : Ny. A
No CM : 27.63.07
Usia : 32 thn
No Tanggal/jam Evaluasi (SOAP) TT
1 31 jan 2012 S : - ps. Mengatakan cemas menghadapi operasi berkurang
09.30 - Ps. Kooperatif
- Ps. Bertanya tentang lama nya operasi, dokternya siapa
O : - Ps. Terlihat aktif bertanya
- Ps. Terlihat melakukan teknik relaksasi nfas dalam
- Ps. Tidak terlihat tremor
- Kulit masih teraba dingin
- TD : 123/89 mmHg
- N : 92 x/mnt
- S : 36’ C
- RR : 22 x/mnt
A :Masalah cemas, takut belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi Beri dukungan emosional, kaji TTV
II. Asuhan Keperawatan Intra Operatif di Kamar Bedah
A. Pengkajian
1. Subyektif : -
2. Obyektif
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama : Ny. A
No CM : 27.63.07
Usia : 32 thn
No
Tanggal/jam Tindakan Keperawatan Respon Pasien TT
Dx
1, 2, 31 jan 2012 - Mengkaji Pola nafas klien S:-
3 09.30 O : - TD :115/57 mmHg, RR :24 x/mnt,
- Memberi posisi supinasi (kaki
S : 36’ C, N ; 81 x/mnt
lebih rendah dari kepala)
- ps. terlihat terbaring dengan posisi
- Memberi obat anestesi (antara supinasi, kaki lebih rendah dari kepala
09.32
- terpasang O2 dengan nassal kanul 3
lumbal 3 dan 4)
lt/mnt
- Memasang manset tensimeter
- jumlah pendarahan ; 500cc
09.34 di ekstremitas atas (sinistra) - terpasang infus NaCl 500cc
- terpasang inf. RL (guyur 200cc)
- Memasang alat pemantau HR
- Oxytocin 1 A (drip)
dan saturasi O2 di ekstremitas
- Bledstop 1 A (Bolus)
atas (dekstra) - Efedrin 1 A (10 mg) + Aquabides 4
cc (IV)
- Memasang nassal kanul O2
- Ketorolac 3 x 30 mg (IV)
3lt/mnt
- Tramadol 3 x 100 mg ( IV)
- Dokter, perawat mencuci - Lebar luka 15 cm,horizontal (dijahit)
tangan
- Melakukan desinfektan di
dengan NaCl
akan di sayat
horizontal)
- Mengeluarkan bayi
cc
- Mengobservasi pendarahan
- Memantau TTV
kolaborasi :
*Oxytocin 1 A (drip)
*Bledstop 1 A(bolus)
Aquabides 4 cc (IV)
*Ketorolac 3 x 30 mg (IV)
iodyne
09.52
EVALUASI
Nama : Ny. A Usia : 32 thn
No CM : 67.23.07
Tanggal/ja
No Dx EVALUASI (SOAP) TT
m
1. 31 jan 2012 S:-
09.55 O :- - TD :115/57 mmHg, RR :24 x/mnt, S : 36’ C, N ; 81 x/mnt
- ps. terlihat terbaring dengan posisi supinasi, kaki lebih rendah
dari kepala
- terpasang O2 dengan nassal kanul 2 lt/mnt
A : Masalah resiko gangguan pola nafas teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi Beri terapi O2, Monitor TTV, dan posisi
supinasi kaki lebih rendah dari kepala
2. 09.55 S:-
O : - jumlah pendarahan ; 500cc
- terpasang infus NaCl 500cc
- terpasang inf. RL (guyur 200cc)
- Oxytocin 1 A (drip)
- Bledstop 1 A (Bolus)
- Efedrin 1 A (10 mg) + Aquabides 4 cc (IV)
- Ketorolac 3 x 30 mg (IV)
- Tramadol 3 x 100 mg ( IV)
A : Masalah resiko defisit volume cairan teratasi
P : Lanjutkan intervensi Monitor intake dan output, dan
kolaborasi pemberian cairan elektrolit
3. 09.55 S:-
O : - Lebar luka 15 cm, horizontal (dijahit)
A : Masalah resiko infeksi teratasi
P : Lanjutkan intervensi lakukan tindakan steril (desinfektan
dalam mengganti balut)
BROMAGE SCORE
INTERVENSI KEPERAWATAN
Nama : Ny. A Usia : 32 thn
No CM : 27.63.07
Dx. INTERVENSI KEPERAWATAN
No Keperawata TT
Tujuan dan KH Intervensi Rasional
n
1. Resiko injury Setelah dilakukan - Anjurkan ps. untuk - Memperlancar
b/d efek anestesi, tindakan keperawatan menggerak-gerakkan peredaran darah,
immobilisasi, selama 1 x 10 menit ekstremitas bawah mempercepat
Kelemahan fisik diharapkan resiko injury mobilisasi
DS : - dapat dihindari dengan - memasang - mencegah resiko
DO :- ps. dengan KH : penghalang samping cidera (jatuh dari
posisi supinasi, - Fisik kembali normal bed bed)
kaki lebih - Ekstremitas bawah
rendah dari dapat mobilisasi
kepala kembali ( dengan score
- ps. terlihat < 2)
terbaring dengan
spinal anestesi
(ps. sadar,
ekstremitas
bawah tidak bisa
bergerak)
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama : Ny. A Usia : 32 thn
No CM : 27.63.07
No
Tanggal/jam Tindakan Keperawatan Respon Pasien TT
Dx
1, 2 31 jan 2012 Di Recovery Room dilakukan S:
10.00 tindakan sebagai berikut : O : -- TD :121/68 mmHg, RR :22
- Memonitoring TTV x/mnt, S : 36’ C, N ; 76 x/mnt
- Memasang nassal kanul O2 2 - ps. terlihat terbaring dengan
lt/mnt posisi supinasi, kaki lebih rendah
- Memberi ps. posisi kaki lebih dari kepala
rendah dari kepala (supinasi) - terpasang O2 dengan nassal
- Memasang pengaman samping kanul 2 lt/mnt
bed - terlihat ps. terbaring di bed
- Menganjurkan ps. untuk dengan penghalang di samping
mengangkat kaki/menekkukan kanan kiri
lutut - ps. terlihat mencoba mengangkat
- Mengkaji gerakan ekstremitas kaki, dan bisa mengangkat kaki
dengan Bromage Score setelah ± 3 menit menggerak-
gerakan ekstremitas bawah,
namun belum dapat menekkukan
lutut (score 1)
EVALUASI
Nama : Ny. A Usia : 32 thn
No CM : 27.63.07
No Dx Tanggal/jam EVALUASI (SOAP) TT
3. 10.10 S : Ps. kooperatif
O : ps. terlihat mencoba mengangkat kaki, dan bisa mengangkat
kaki setelah ± 3 menit menggerak-gerakan ekstremitas bawah,
namun belum dapat menekkukan lutut (score 1)
A : Masalah resiko injury teratasi (ps. dipindahkan ke ruangan)
P : Lanjutkan intervensi (operkan kepada perawat ruangan) :
untuk menggerak-gerakkan kaki, memasang penghalang bed
BAB IV
PEMBAHASAN
Dalam bab pembahasan ini penulis akan membahas permasalahan tentang Asuhan
Keperawatan pada ny. A dengan sectio caesarea (pre,intra,post) ex CPD (Chepalo Pelvik
Disproportion/panggul sempit) di IBS RSUD Tugurejo Semarang.
Pembahasan akan diuraikan sesuai masalah yang ditemukan dengan menggunakan
pendekatan konsep dasar yang mendukung. Penulis akan menguraikan tentang kesenjangan
yang muncul pada asuhan keperawatan antara teori dengan kasus yang penulis kelola. Penulis
akan membahas tentang diagnosa yang muncul, yang tidak muncul, serta dukungan dan
hambatan dalam melaksanakan tindakan keperawatan pada ny. A selama 35 menit.
a. Diagnosa yang muncul
1. Cemas b/d situasi, ancaman pada konsep diri, kurangnya pengetahuan
Kecemasan penulis ambil sebagai diagnosa pertama kali sebelum menjalani operasi
karena tindakan operasi dapat menaikkan tingkat kecemasan pasien dan meningkatkan
hormon pemicu stress (Ibrahim, 2006). Perawatan pre operasi yang efektif dapat mengurangi
resiko post operasi, salah satu prioritasnya adalah mengurangi kecemasan pasien. Cemas
merupakan reaksi normal pasien terhadap ancaman pembedahan. Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi tingkat kecemasan yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal antara
lain jenis kelamin, usia, pekerjaan, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, dan tipe
kepribadian sedangkan faktor eksternalnya antara lain ancaman terhadap integritas biologis
dan ancaman terhadap konsep diri (Stuart and Sundeen, 1998).
Dari hasil pengkajian yang kami lakukan pada pre operasi didapatkan data subyektif yaitu
pasien sering bertanya tentang jalannnya operasi, dokter yang mengoperasi dan lamanya
operasi. Dan data obyektif yaitu pasien terlihat tremor atau bergetar, kulit teraba dingin,
pasien terlihat tegang, TD : 123/89 mmHg, N : 92 x/mnt, RR : 22 x/mnt, S : 36’ C.
Untuk mengatasi atau mengurangi tingkat kecemasan pasien maka dilakukan intervensi
dan implementasi yang tepat dan sesuai. Implementasi yang kami lakukan adalah mengkaji
tingkat kecemasan pasien, apakah sedang, berat, ringan, lalu kami memberi pasien dukungan
emosional, mengajarkan pasien teknik relaksasi nafas dalam dan memberi pengetahuan
tentang jalannya operasi.
Dengan implementasi tersebut kami mengevaluasi keadaan pasien dan didapat hasil
masalah cemas teratasi sebagian ditandai dengan pasien tidak lagi terlihat tremor, pasien
melakukan teknik relaksasi dengan tarik nafas dalam, pasien juga mengungkapkan cemas
berkurang. Tetapi kami tetap melanjutkan intervensi untuk tetap memberi dukungan
emosional serta mengkaji tanda tanda vital pasien.
2. Resiko gangguan pola nafas b/d posisi klien.
Kami mengambil dan menjadikan diagnosa ini sebagai diagnosa pertama pada intra
operatif di kamar bedah karena, menurut abraham maslow, kebutuhan dasar utama yang
harus di penuhi adalah pola pernafasan. Gangguan pola nafas adalah keadaan vital yang bila
tidak segera di tangani akan sangat beresiko besar bagi pasien.
Dari hasil pengkajian yang kami lakukan pada pasien di dapatkan data obyektif sebagai
berikut yaitu diketahui bahwa dilakukan spinal anestesi pada pasien, dimana yang teranestesi
adalah daerah sekitar abdomen ke ekstremitas bawah. Posisi pasien disini sangat diperlukan
sebab, bila posisi pasien tidak dipertahankan yang terjadi adalah obat anestesi bisa naik ke
atas daerah sekitar jantung, paru-paru dan otak yang akan mengganggu pola nafas pasien.
Bila pola nafas pasien terganggu maka pasien tidak mendapatkan suplai oksigen yang cukup
sesuai kebutuhan, dan saraf-saraf juga tidak mendapat oksigen, keadaan seperti ini bisa
menyebabkan kelumpuhan sistem saraf atau stroke.
Untuk menangani resiko gangguan pola nafas maka implementasi yang kami lakukan
adalah mengkaji pola napas klien, memberi klien posisi yang lebih tinggi dari kaki,
memonitor TTV, dan memberi terapi oksigen.
Dengan implementasi tersebut, hasilnya dapat diketahui masalah berhubungan dengan
resiko gangguan pola nafas pasien teratasi namun tetap melanjutkan intervensi untuk beri
terapi oksigen, jaga posisi pasien (kaki lebih rendah dari kepala), monitor TTV.
3. Resiko defisit volume cairan b/d pendarahan
Resiko defisit volume cairan penulis angkat sebagai diagnosa prioritas kedua karena
selama proses pembedahan pasien banyak mengeluarkan darah, keadaan itu akan
mempengaruhi keseimbangan asam basa dalam tubuh (stewart). Cairan elektrolit di dalam
tubuh berfungsi sebagai proses metabolik dan mempercepat proses penyembuhan.
Dari hasil pengkajian yang kami lakukan selama intra operasi yaitu pendarahan pasien
sebanyak 500 cc, maka perlu dikolaborasikan untuk pemberian cairan elektrolit tambahan
melalui IV (intra vena) seperti cairan NaCl 0,9%, dan Ringer Laktat (RL).
Untuk mengurangi resiko defisit volume cairan intervensi dan implementasi yang kami
lakukan antara lain memonitor jumlah pendarahan, memonitor TTV, mengkolaborasi cairan
elektrolit seperti infuse NaCl 0,9 % (500cc), infuse ringer laktat (guyur 200cc), oxytocin 1 A
(drip), Bledstop 1 A (Bolus) untuk mengatasi pendarahan selama kelahiran, Efedrin 1 A (10
mg) + aquabides 4 cc (IV) sebagai bronkodilator, Ketorolac 3 x 30 mg (IV) sebagai anti
inflamasi.
Dengan implementasi tersebut dapat diketahui hasilnya yaitu masalah resiko defisit
volume cairan dapat teratasi, dan perlu adanya intervensi lanjut yaitu monitor jumlah
pendarahan, monitor TTV.
4. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat (insisi bedah, kulit tak
utuh, trauma jaringan)
Dalam melakukan operasi, teknik steril sangat diperlukan untuk menghindari
kemungkinan infeksi pada pasien karena terdapat jaringan terbuka akibat insisi bedah.
Dari hasil pengkajian yang kami lakukan didapatkan data antara lain lebar luka 15 cm,
horizontal. Untuk mengurangi resiko infeksi yang mungkin terjadi maka kami melakukan
implementasi antara lain mengkaji luka apakah terdapat tanda-tanda infeksi, menggunakan
larutan desinfektan sebelum melakukan insisi, menutup luka dengan jahitan agar kuman
patogen dan non patogen tidak masuk selama jaringan kulit terbuka, dan menutup jahitan
dengan balut (kassa steril) yang sebelumnya di beri larutan desinfektan (iodyne)
Dengan implementasi yang kami lakukan dapat diketahui hasilnya yaitu masalah resiko
infeksi teratasi, tetap lanjutkan intervensi melakukan teknik steril (memberi desinfektan saat
ganti balut).
5. Resiko cidera b/d efek anestesi, immobilisasi, dan kelemahan fisik
Sikap perawat dalam mendukung safety patient sangat diperlukan untuk menjamin
keselamatan pasien yang dirawat. Asuhan keperawatan ini bertujuan mencegah terjadinya
kondisi memburuk dan komplikasi melalui observasi.
Dari hasil pengkajian yang kami lakukan didapatkan data antara lain posisi pasien supinasi
(kaki lebih rendah dari kepala), pasien terlihat terbaring dengan spinal anestesi (pasien sadar,
ekstremitas bawah tidak bisa bergerak).
Untuk mengurangi resiko cidera pada pasien maka kami melakukan intervensi dan
implementasi antara lain memberi penghalang samping bed (kanan, kiri) pasien,
menganjurkan pasien untuk menggerak-gerakkan ekstremitas bawah.
Dengan implementasi tersebut dapat diketahui hasilnya yaitu masalah resiko cidera
teratasi pasien dapat dipindah ke ruangan ditandai dengan pasien dapat mengangkat kaki
tetapi belum dapat menekkukan lutut dan dikaji dengan bromage score yaitu scorenya 1.
Delegasikan keperawat ruangan untuk tetap melanjutkan intervensi memberi penghalang bed
samping.
Keberhasilan penulis dalam mencapai tujuan kepeperawatan tidak lepas dari faktor
pendukung yang ada selama melakukan asuhan keperawatan dalam waktu 35 menit,
diantaranya adalah :
1. Kepercayaan yang diberikan oleh perawat klinik kepada penyusun untuk melakukan
perawatan pada pasien selama 35 menit.
2. Kepercayaan pasien terhadap kemampuan perawat dan sikap kooperatif dari pasien selama
tindakan keperawatan.
3. Bimbingan oleh perawat dan penguji yang sangat membantu dalam keefektifan prosedur
pelaksanaan tindakan keperawatan.