PEMBAHASAN
Sholat menurut bahasa berarti do'a, sedang menurut istilah adalah suatu bentuk
ibadah yang terdiri dari perbuatan dan ucapan yang diawali dengan takbiratul ihram dan
diakhiri dengan salam Pengertian shalat dari bahasa Arab As-sholah, sholat menurut
Bahasa / Etimologi berarti Do’a dan secara terminology / istilah, para ahli fiqh
mengartikan secara lahir dan hakiki.
Di dalam islam, shalat mempunyai arti penting dan kedudukan yang sangat
istimewa, antara lain :
a. Shalat merupakan ibadah yang pertama kali diwajibkan oleh Allah SWT
yang perintahnya langsung diterima oleh Rasullah SAW pada malam Isra’
Mi’raj (QS . Al Isra 17:1 ).
Dalam hadits ini disebut bahwa shalat dalam agama Islam adalah
sebagai tiang penopang yang menegakkan kemah. Kemah tersebut
bisa roboh (ambruk) dengan patahnya tiangnya. Begitu juga
dengan islam, bisa ambruk dengan hilangnya shalat. Demikianlah
cara berdalil Imam Ahmad dengan hadits ini.
d. Shalat merupakan amalan yang pertama kali dihisab pada hari kiamat. Nabi
SAW bersabda :
Artinya :
Dan telah diwajibkan kepada manusia untuk beribadah kepada Allah Swt yang secara
tegas termuatdalam sejumlah firman Allah SWT, diantaranya :
2. Al Ankabut ayat 45
Artinya :
“ Dan tegakkanlah shalat, karena shalat itu mencegah dari perbuatan keji dan
jahat
Tujuan dan fungsi dan Hikmah Shalat Di antara fungsi dan hikmah
shalat, adalah :
1. Untuk mengingat Allah SWT. Inilah fungsi shalat yang utama
yaitu sarana dzikrulläh (mengingat Allah). Allah SWT berfirman:
1) Menguatkan Jiwa
Dalam hidup ini tak sedikit kita dapati manusia yang didominasi oleh hawa
nafsunya, lalu manusia itu mengikuti apapun yang menjadi keinginannyaa
meskipun keinginannya itu merupakan suatu yang mungkar dan mengganggu
serta merugikan orang lain. Karenanya, di dalam Islam ada perintah untuk
memerangi hawa nafsu dalam arti berusaha untuk bisa mengendalikan, bukan
membunuh manusia yang membuat kita tidak mempunyai keinginan terhadap
sesuatu yang bersifat duniawi. Manakala dalam peperangan ini manusia
mengalami kekalahan, malapetaka besar akan terjadi karena manusiayang kalah
dalam perang melawan hawa nafsu itu akan mengalihkan penuhanan dari kepada
Allah Swt. Sebagai Tuhan yang benar kepada hawa nafsu yang cenderung
mengarahkan manusia pada kesesatan. Allah memerintahkan kita memperhatikan
masalah ini dalam firman-Nya yang artinya : “Bacalah apa yang telah
diwahyukan kepadamu yaitu AlKitab (Al- Qur’an) dan didirikannya salat,
sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar.
Dan sesungguhnya mengingat Allah (salat) adalah lebih besar (keutamaan dari
ibadah-ibadah yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS.
Al-Ankabut : 45).
Dengan ibadah salat, maka manusia akan berhasil mengendalikan hawa nafsunya
membuat jiwanya menjadi kuat, bahkan dengan demikian, manusia akan
memperoleh derajat yang tinggi seperti layaknya malaikat yang suci dan ini akan
membuatnya mengetuk dan membuka pintu-pintu langit sehingga dikabulkan
oleh Allah SWT.
2) Mendidik Kemauan
3) Menyehatkan Badan
Disamping kesehatan dan kekuatan rohani, salat yang baik dan benar juga akan
memberikan pengaruh positif berupa kesehatan jasmani. Hal ini tidak hanya
dinyatakan oleh Rasulullah SAW tetapi juga dibuktikan pada dokter atau ahli-ahli
kesehatan dunia yang tidak pernah meragukannya lagi. Mereka berkesempatan
bahwa pada gerakan salat mengandung unsure senam jasmani, sehingga dapat
menyehatkan tubuh, mencegah otot dan pada bangun pagi atau waktu
melaksanakan salat subuh udara masih sejuk dan segar sehingga badan kita
merasa ada yang fresh di dalam tubuh kita. Dan apabila kita melaksanakan salat
secara berjamaah dapat kita rasakanterjalinnya persaudaraan antara kaum muslim
dengan muslimin yang lainnya.
Sholat yang wajib dikerjakan bagi setiap muslim "Innash Sholata Kaanat Alal Mu'miniina
Kitaaban Mauquuta : Sholat itu wajib dikerjakan oleh muslim/mu'min yang sudah
ditentukan waktu-waktunya", dan akan mendapat pahala dari Allah Swt - bila
mengerjakannya, serta akan mendapat siksa dari Allah Swt - bila tidak mengerjakannya).
1. Sholat Isya' yaitu sholat yang dikerjakan 4 (empat) raka'at dengan dua kali
tasyahud dan satu kali salam. Waktu pelaksanaannya dilakukan menjelang malam (+
pukul 19:00 s/d menjelang fajar)yang diiringi dengan sholat sunnah qobliyah (sebelum)
dan ba'diyah (sesudah) sholat isya.
2. Sholat Subuh yaitu sholat yang dikerjakan 2 (dua) raka'at dengan satu kali salam.
Adapaun waktu pelaksanaannya dilakukan setelah fajar (+ pukul 04:10) yang hanya
diiringi dengan sholat sunnah qobliyah saja, sedang ba'diyah dilarang.
3. Sholat Dhuhur yaitu sholat yang dikerjakan 4 (empat) raka'at dengan dua kali
tasyahud dan satu kali salam. Adapun waktu pelaksaannya dilakukan sa'at matahari tepat
di atas kepala (tegak lurus) + pukul 12:00 siang, yang diiringi dengan sholat sunnah
qobliyah dan sholat sunnah ba'diyah (dua raka'at-dua raka'at atau empat raka'at-empat
raka'at dengan satu kali salam).
4. Sholat Ashar yaitu sholat yang dikerjakan 4 (empat) raka'at dengan dua kali
tasyahud dan satu kali salam. Adapun waktu pelaksanaannya dilakukan setelah matahari
tergelincir (+ pukul 15:15 sore atau sebatas pandangan mata) yang hanya diiringi oleh
sholat sunnah qobliyah dengan dua raka'at atau empat raka'at (satu kali salam).
5. Sholat Maghrib yaitu sholat yang dikerjakan 3 (tiga) raka'at dengan dua kali
tasyahud dan satu kali salam. Adapun waktu pelaksanaanya dilakukan setelah matahari
terbenam (+ pukul 18:00) yang diiringi oleh sholat sunnah ba'diyah dua raka'at atau
empat raka'at dengan satu kali salam, sedang sholat sunnah qobliyah hanya dianjurkan
saja bila mungkin : lakukan, tapi bila tidak : jangan (karena akan kehabisan waktu).
a). Islam
b). Baligh
c). Berakal
Aurat laki-laki antar pusar sampai lutut dan aurat perempuan adalah seluruh
badannya kecuali muka dan telapak tangan.
d).Telah masuk waktu shalat, artinya tidak sah bila dikerjakan belum masuk
waktu shalat atau telah habis waktunya, dalam (Buku siswa/Kementerian Agama, Jakarta:
kementerian Agama 2015, hlm.17).
3. Rukun Shalat
Rukun shalat bias juga disebut fardhu. Perbedaan antara syarat dan rukun shalat adalah
bahwa syarat merupakan sesuatu yang harus ada pada suatu pekerjaan amal ibadah itu
dikerjakan , sedangkan pengertian rukun atau fardu adalah sesuatu yang harus ada pada
suatu pekerjaan/amal ibadah pada waktu pelaksanaan suatu pekerjaan /amal ibadah
tersebut.
a). Niat, yaitu menyengaja untuk mengerjakan shalat karena Allah SWT
k). Membaca Shalawat atas Nabi Muhammad SAW pada tasyahud akhir setelah
membaca tasyahud.
n). Tertib, maksudnya ialah melaksanakan ibadah shalat harus berurutan dari rukun yang
pertama sampai yang terakhir.
a). Meninggalkan salah satu rukun shalat atau memutuskan rukun sebelum sempurna
dilakukan.
b). Tidak memenuhi salah satu dari syarat shalat seperti berhadats, terbuka aurat.
“ Pernahkami berbicara pada waktu shalat, masingmasing dari kami berbicara dengan
temannya yang ada di sampingnya, sehingga turun ayat : dan berdirilah untuk Allah
(dalam shalatmu)dengan khusyu‟”. (HR. Jamaah Ahli Hadits kecuali Ibnu Majah dari
Zain bin Arqam).
1. Menghadap ka‟bah.
2. Berdiri.
3. Kewajiban menghadap sutrah.
4. Niat.
5. Takbiratul Ihram.
7. Bersedekap
14. Ruku‟
16. Sujud
20. Salam
1. Shalat Dhuhur
2. Shalat Ashar
3. Shalat Maghrib
4. Shalat Isya‟
5. Shalat Subuh
Bila dalam keadaan normal sholat wajib harus dikerjakan sesuai waktunya, tapi bila
dalam keadaan bepergian (antara + 81 Km) atau dalam keadaan masyaqot/kesulitan
keadaan, boleh dilakukan dengan cara Jama' dengan ketentuan jumlah raka'atnya tidak
berkurang. Jama' terbagi dua yaitu :
1.Jama' Taqdim : sholat yang dikerjakan dalam satu waktu dengan menarik waktu yang
terbelakang, seperti : sholat Ashar dilakukan pada waktu sholat Lohor (Dhuhur), dan
sholat Isya dilakukan pada waktu sholat Maghrib, kesemuanya itu dilakukan secara
bersama-sama.
2.Jama' Ta'khir : sholat yang dikerjakan dalam satu waktu dengan mengakhirkan waktu
yang pertama, seperti : sholat Lohor dilakukan pada waktu sholat Ashar dan sholat
Maghrib dilakukan pada waktu sholat Isya.
Adapun sholat Jama' dapat pula dilakukan dengan cara mengqoshor (mengurangi) raka'at
disebut Jama' Qoshor, seperti : Lohor = 2 raka'at, Ashar = 2 raka'at, Maghrib = 3 raka'at
(tetap) dan Isya = 2 raka'at, kecuali sholat shubuh tidak boleh dijama' saja, ataupun
dijama' qoshor.
Salat Jumat
Salat Jumat adalah aktivitas ibadah salat pemeluk agama Islam yang dilakukan setiap hari
Jumat secara berjama'ah pada waktu dzhuhur.
Shalat Jum'at di wajibkan atas setiap muslim, laki-laki yang merdeka, sudah mukallaf,
sehat badan serta muqaim (bukan dalam keadaan mussafir). Ini berdasarkan hadits
Rasulallah صلى هللا عليه وسلم: " Shal Jum'at itu wajib bagi atas setiap muslim, dilaksanakan
secara berjama'ah kecualu empat golongan, yaitu hamba sahaya, perempuan, anak kecil,
dan orang sakit." (HR. Abu Daud, Dan Al Hakim)
Adapun bagi orang musafir, maka tidak wajib melaksanakan shalat Jum'at, sebab
Rasulallah لمTTه وسTTلى هللا عليTT صpernah melakukan perjalanan untuk melakukan haji dan
bertampur, namun tidak pernah diriwayatkan bahwa beliau صلى هللا عليه وسلمmelakukan
Shalat Jum'at. Begitu juga anak kecil dan wanita, begitu pula para budak.
Dalam sebuah atsar disebutkan, bahwa Amirul Mukminin Umar ibnul Khaththab melihat
seseorang yang terlihat akan melakukan perjalanan, kemudian belau mendengar
ucapannya, 'sesungguhnya hari ini bukan hari Jum'at, niscaya aku akan berpegian.' Maka
Khalifah Umar berkata,' Silahkan anda pergi, sesungguhnya shalat Jum'at itu tidak
menghalangimu dan berpegian.
Salat Jumat merupakan kewajiban setiap muslim laki-laki. Hal ini tercantum dalam Al
Qur'an dan Hadits berikut ini:
"Hendaklah orang-orang itu berhenti dari meninggalkan salat Jum’at atau kalau tidak,
Allah akan menutup hati mereka kemudian mereka akan menjadi orang yang lalai." (HR.
Muslim)
"Sungguh aku berniat menyuruh seseorang (menjadi imam) salat bersama-sama yang
lain, kemudian aku akan membakar rumah orang-orang yang meninggalkan salat Jum’at.”
(HR. Muslim)
"Salat Jum’at itu wajib bagi tiap-tiap muslim, dilaksanakan secara berjama’ah terkecuali
empat golongan, yaitu hamba sahaya, perempuan, anak kecil dan orang yang sakit." (HR.
Abu Daud dan Al-Hakim, hadits shahih)
Khutbah pertama: Khatib berdiri untuk melaksanakan khutbah yang dimulai dengan
hamdalah dan pujian kepada Allah SWT serta membaca shalawat kepada Rasulullah
SAW. Kemudian memberikan nasihat kepada para jama’ah, mengingatkan mereka
dengan suara yang lantang, menyampaikan perintah dan larangan Allah SWT dan
RasulNya, mendorong mereka untuk berbuat kebajikan serta menakut-nakuti mereka dari
berbuat keburukan, dan mengingatkan mereka dengan janji-janji kebaikan serta ancaman-
ancaman Allah Subhannahu wa Ta'ala. Kemudian duduk sebentar
Khutbah kedua : Khatib memulai khutbahnya yang kedua dengan hamdalah dan pujian
kepadaNya. Kemudian melanjutkan khutbahnya dengan pelaksanaan yang sama dengan
khutbah pertama sampai selesai
Khatib kemudian turun dari mimbar. Selanjutnya muadzin melaksanakan iqamat untuk
melaksanakan salat. Kemudian memimpin salat berjama'ah dua rakaat dengan
mengeraskan bacaan
Pada salat Jumat setiap muslim dianjurkan untuk memperhatikan hal-hal berikut:
Melakukan salat-salat sunnah di masjid sebelum salat Jum’at selama Imam belum datang.
Berhenti dari segala pembicaraan dan perbuatan sia-sia apabila imam telah datang.
Hendaklah memperbanyak membaca shalawat serta salam kepada Rasulullah SAW pada
malam Jum’at dan siang harinya
Memanfaatkannya untuk bersungguh-sungguh dalam berdoa karena hari Jumat adalah
waktu yang mustajab untuk dikabulkannya doa.
Dianjurkan shalat sunnah sebelum pelaksaan shalat Jum'at semampunya sampai imam
naik ke mimbar, karena pada waktu itu tidak dianjurkan lagi shalat sunnah, kecuali shalat
tahiyatul masjid dan bagi orang yang (terlambat) masuk kedalam masjid. Dalam hal ini
shalat tetap boleh dilakukan sekalipun imam sedang berkhutbah dengan catatan
mempercepatkan pelaksanaannya.
Adapun setalah shalat, maka disunnahkan shalat empat raka'at atau dua raka'at. Ini
berdasarkan sebuah riwayat dari muslim: "Dari Abdullah bin Umar, bahwasanya beliau
tidak shalat setalah menunaikan shalat Jum'at sehingga beliua kembali lalu shalat dua
rakaat di rumahnya." (HR. Muslim : 882)
2. Shalat sunah
Ibnu Abbas Ra. berkata: “Aku shalat Idul Fithri bersama Rasulullah SAW dan Abu bakar
dan Umar, beliau semua melakukan shalat tersebut sebelum khutbah.” (HR Imam
Bukhari dan Muslim)
Dilakukan 2 raka’at. Pada rakaat pertama melakukan tujuh kali takbir (di luar Takbiratul
Ihram) sebelum membaca Al-Fatihah, dan pada raka’at kedua melakukan lima kali takbir
sebelum membaca Al-Fatihah.
Ibrahim (putra Nabi SAW) meninggal dunia bersamaan dengan terjadinya gerhana
matahari. Beliau SAW bersabda:
“Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda (kebesaran)
Allah SWT. Tidak terjadi gerhana karena kematian seseorang, tidak juga karena
kehidupan (kelahiran) seseorang. Apabila kalian mengalaminya (gerhana), maka shalatlah
dan berdoalah, sehingga (gerhana itu) berakhir.” (HR Imam Bukhari dan Muslim)
Dari Abdullah ibnu Amr, bahwasannya Nabi SAW memerintahkan seseorang untuk
memanggil dengan panggilan “ashsholaatu jaami’ah” (shalat didirikan dengan
berjamaah). (HR Imam Bukhari dan Muslim)
Dilakukan dua rakaat, membaca Al-Fatihah dan surah dua kali setiap raka’at, dan
melakukan ruku’ dua kali setiap raka’at.
5. Shalat Istisqo’
Dari Ibnu Abbas Ra., bahwasannya Nabi SAW shalat istisqo’ dua raka’at, seperti shalat
‘Id. (HR Imam Nasa’i, Abu Dawud, Ibnu Majah, dan Tirmidzi)
Dari ‘Aisyah Rda., bahwasannya Nabi Muhammad SAW shalat di masjid pada suatu
malam. Maka orang-orang kemudian mengikuti shalat beliau. Nabi shalat (lagi di masjid)
pada hari berikutnya, jamaah yang mengikuti beliau bertambah banyak. Pada malam
ketiga dan keempat, mereka berkumpul (menunggu Rasulullah), namun Rasulullah SAW
tidak keluar ke masjid. Pada paginya Nabi SAW bersabda: “Aku mengetahui apa yang
kalian kerjakan tadi malam, namun aku tidak keluar karena sesungguhnya aku khawatir
bahwa hal (shalat) itu akan difardlukan kepada kalian.” ‘Aisyah Rda. berkata: “Semua itu
terjadi dalam bulan Ramadhan.” (HR Imam Muslim)
Jumlah raka’atnya adalah 20 dengan 10 kali salam, sesuai dengan kesepakatan shahabat
mengenai jumlah raka’at dan tata cara shalatnya.
Adapun shalat witir di luar Ramadhan, maka tidak disunnahkan berjamaah, karena
Rasulullah SAW tidak pernah melakukannya.
Dari 22 raka’at rawatib tersebut, terdapat 10 raka’at yang sunnah muakkad (karena tidak
pernah ditinggalkan oleh Rasulullah SAW), berdasarkan hadits:
Dari Ibnu Umar bahwa Rasulullah SAW senantiasa menjaga (melakukan) 10 rakaat
(rawatib), yaitu: 2 raka’at sebelum Dzuhur dan 2 raka’at sesudahnya, 2 raka’at sesudah
Maghrib di rumah beliau, 2 raka’at sesudah Isya’ di rumah beliau, dan 2 raka’at sebelum
Shubuh … (HR Imam Bukhari dan Muslim).
Adapun 12 rakaat yang lain termasuk sunnah ghairu muakkad, berdasarkan hadits-hadits
berikut:
2 raka’at sebelum Dzuhur dan 2 raka’at sesudahnya ada yang sunnah muakkad dan ada
yang ghairu muakkad.
“Allah mengasihi orang yang melakukan shalat empat raka’at sebelum (shalat) Ashar.”
(HR Imam Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi, dan Ibnu Huzaimah)
Shalat sunnah sebelum Ashar boleh juga dilakukan dua raka’at berdasarkan Sabda Nabi
SAW:
“Di antara dua adzan (adzan dan iqamah) terdapat shalat.” (HR Imam Bazzar)
c. Anas Ra berkata:
“Di masa Rasulullah SAW kami shalat dua raka’at setelah terbenamnya matahari
sebelum shalat Maghrib…” (HR Imam Bukhari dan Muslim)
“Shalatlah kalian sebelum (shalat) Maghrib, dua raka’at.” (HR Imam Bukhari dan
Muslim)
“Di antara dua adzan (adzan dan iqamah) terdapat shalat.” (HR Imam Bazzar)
Hadits ini menjadi dasar untuk seluruh shalat sunnah 2 raka’at qobliyah (sebelum shalat
fardhu), termasuk 2 raka’at sebelum Isya’.
Al-Qur’an surah Al-Israa’ ayat 79, As-Sajdah ayat 16 – 17, dan Al-Furqaan ayat 64.
Dilakukan dua raka’at-dua raka’at dengan jumlah raka’at tidak dibatasi.
Dari Ibnu Umar Ra. bahwa Nabi SAW bersabda: “Shalat malam itu dua (raka’at)-dua
(raka’at), apabila kamu mengira bahwa waktu Shubuh sudah menjelang, maka witirlah
dengan satu raka’at.” (HR Imam Bukhari dan Muslim)
3. Shalat Witir di luar Ramadhan
Minimal satu raka’at dan maksimal 11 raka’at. Lebih utama dilakukan 2 raka’at-2 raka’at,
kemudian satu raka’at salam. Boleh juga dilakukan seluruh raka’at sekaligus dengan satu
kali Tasyahud dan salam.
Dari A’isyah Rda. Bahwasannya Rasulullah SAW shalat malam 13 raka’at, dengan witir
5 raka’at di mana beliau Tasyahud (hanya) di raka’at terakhir dan salam. (HR Imam
Bukhari dan Muslim)
Beliau juga pernah berwitir dengan tujuh dan lima raka’at yang tidak dipisah dengan
salam atau pun pembicaraan. (HR Imam Muslim)
4. Shalat Dhuha
Dari A’isyah Rda., adalah Nabi SAW shalat Dhuha 4 raka’at, tidak dipisah keduanya
(tiap shalat 2 raka’at) dengan pembicaraan.” (HR Abu Ya’la)
Dari Abu Hurairah Ra., bahwasannya Nabi pernah Shalat Dhuha dengan dua raka’at (HR
Imam Bukhari dan Muslim)
Dari Ummu Hani, bahwasannya Nabi SAW masuk rumahnya (Ummu Hani) pada hari
Fathu Makkah (dikuasainya Mekkah oleh Muslimin), beliau shalat 12 raka’at, maka kata
Ummu Hani: “Aku tidak pernah melihat shalat yang lebih ringan daripada shalat (12
raka’at) itu, namun Nabi tetap menyempurnakan ruku’ dan sujud beliau.” (HR Imam
Bukhari dan Muslim)
Dari Abu Qatadah, bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Apabila salah seorang dari kalian
masuk masjid, janganlah duduk sehingga shalat dua raka’at.” (HR Jama’ah Ahli Hadits)
6. Shalat Taubat
Nabi SAW bersabda: “Tidaklah seorang hamba yang berdosa, kemudian ia bangun
berwudhu kemudian shalat dua raka’at dan memohon ampunan kepada Allah, kecuali ia
akan diampuni.” (HR Abu Dawud, Tirmidzi, dan lain-lain)
7. Shalat Tasbih
Yaitu shalat empat raka’at di mana di setiap raka’atnya setelah membaca Al-Fatihah dan
Surah, orang yang shalat membaca: Subhanallah walhamdulillah wa laa ilaaha illallah
wallaahu akbar sebanyak 15 kali, dan setiap ruku’, i’tidal, dua sujud, duduk di antara dua
sujud, duduk istirahah (sebelum berdiri dari raka’at pertama), dan duduk tasyahud
(sebelum membaca bacaan tasyahud) membaca sebanyak 10 kali (Total 75 kali setiap
raka’at). (HR Abu Dawud dan Ibnu Huzaimah)
8. Shalat Istikharah
Dari Jabir bin Abdillah berkata: “Adalah Rasulullah SAW mengajari kami Istikharah
dalam segala hal … beliau SAW bersabda: ‘apabila salah seorang dari kalian berhasrat
pada sesuatu, maka shalatlah dua rakaat di luar shalat fardhu …dan menyebutkan
perlunya’ …” (HR Jama’ah Ahli Hadits kecuali Imam Muslim)
9. Shalat Hajat
Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa mempunyai hajat kepada Allah atau kepada
seseorang, maka wudhulah dan baguskan wudhu tersebut, kemudian shalatlah dua
raka’at, setelah itu pujilah Allah, bacalah shalawat, atas Nabi SAW, dan berdoa …” (HR
Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Dari Ka’ab bin Malik: “Adalah Nabi SAW apabila pulang dari bepergian, beliau menuju
masjid dan shalat dulu dua raka’at.” (HR Bukhari dan Muslim)
Dari Ammar bin Yasir bahwa Nabi SAW bersabda: “Barang siapa shalat setelah shalat
Maghrib enam raka’at, maka diampuni dosa-dosanya, walaupun sebanyak buih lautan.”
(HR Imam Thabrani)
Ibnu Majah, Ibnu Huzaimah, dan Tirmidzi meriwayatkan hadits serupa dari Abu Hurairah
Ra. Nabi SAW bersabda: “Barang siapa shalat enam raka’at antara Maghrib dan Isya’,
maka Allah mencatat baginya pahala ibadah 12 tahun” (HR Imam Tirmidzi)
Nabi SAW berpesan kepada Abu Dzar al-Ghiffari Ra.: “Shalat itu sebaik-baik perbuatan,
baik sedikit maupun banyak.” (HR Ibnu Majah)
Dari Abdullah bin Umar Ra.: “Nabi SAW bertanya: ‘Apakah kamu berpuasa sepanjang
siang?’ Aku menjawab: ’Ya.’ Beliau bertanya lagi: ‘Dan kamu shalat sepanjang malam?’
Aku menjawab: ’Ya.’ Beliau bersabda: ’Tetapi aku puasa dan berbuka, aku shalat tapi
juga tidur, aku juga menikah, barang siapa tidak menyukai sunnahku, maka ia tidak
termasuk golonganku’.” (HR Bukhari dan Muslim)
Hadits terakhir ini menunjukkan bahwa shalat sunnah bisa dilakukan dengan jumlah
raka’at yang tidak dibatasi, namun makruh dilakukan sepanjang malam, karena Nabi
sendiri tidak menganjurkannnya demikian. Ada waktu untuk istirahat dan untuk
istri/suami.
k. sholat jenazah
yaitu sholat yang hukumnya fardu kifayah dan merupakan dan merupakan sholat yang
dilakukan 4 kali takbir. Fardu kifayah artinya wajib dan di tujukan oleh orang banyak
G. sholat jenazah
1. definisi
Menurut bahasa Arab yaitu صالة الجنازةatau sholat Al-Janazat adalah shalat yang
dikerjakan sebanyak 4(empat) kali takbir pada saat orang muslim yang sudah meninggal
dunial (mati) sebelum di masukkan ke liang lahat (kuburan) tetapi sesudah
dikafankan. Shalat jenazah ini merupakan shalat sunnah tetapi bersifat wajib atau yang
disebut Fardhu Kifayah. Hukum dari Fardhu Kifayah adalah suatu kewajiban yang
dilakukan oleh orang muslim untuk melaksanakan shalat, jika seorang muslim sudah
melaksanakan shalat jenazah maka gugurlah kewajiban bagi orang muslim yang lainnya
2. rukun sholat jenazah:
1. Niat
2. Berdiri (bagi yang mampu)
3. Empat kali takbir
4. Mengangkat tangan pada saat takbir pertama
5. Membaca Surat Al-Fatihah
6. Membaca shalawat atas Nabi SAW sesudah takbir kedua
7. Berdoa untuk jenazah
8. Salam
3. Tata cara sholat jenazah
Tata cara sholat jenazah laki-laki dan perempuan berbeda. Ketika menyolatkan jenazah
laki-laki, posisi imam berada sejajar dengan kepala jenazah. Sedangkan jika jenazahnya
perempuan, posisi imam berada sejajar dengan pusar atau pinggang jenazah.
Sholat jenazah lebih diutamakan dilakukan di masjid atau musholla terdekat. Namun jika
keduanya jauh, bisa dilakukan di rumah.
Cara berniat adalah dengan dilafadzkan dalam hati dan diniati akan sholat jenazah dengan
empat kali takbir.
“Usholli 'alaa haadzihil mayyiti arba'a takbiratatin fardhol kifayaatai ma'muuman lillahi
ta'aala”.
Yang Artinya: Saya niat sholat atas mayit ini empat kali takbir fardhu kifayah, sebagai
makmum karena Allah Ta'ala.
Artinya: Saya niat sholat atas mayit ini empat kali takbir fardhu kifayah, sebagai
makmum karena Allah Ta'ala.
Setelah takbiratul ihram tangan bisa diletakkan di atas pusar seperti sholat umumnya lalu
membaca Al-Fatihah. .
2. Takbir Kedua dan Membaca Shalawat.
Setelah melakukan takbir, kemudian membaca shalawat Nabi.
Takbir ketiga dan kemudian bacalah doa untuk jenazah. Doa itu umpamanya “
Allahumaghfirlahu warhamhu wa’ a-fihi wa’fuan’hu, wa akrim nuhula-hu-wa wassi’
madkhalahu-waghsilhu bima- in wa tsaljin, wa na – qqihi- minal khta-ya-kama-yunaqqats
tsaubul abyadhu minaddanas, a abdhu da- ran khairan min zaijihi- wa qihi fitnatal wabri
wa ‘ adza-bah”
4. Takbir Keempat Lalu Berdoa Lagi
Takbir yang keempat dan berdoalah untuk jenazah dan keluarga yang ditinggalkan.
5. Salam