Anda di halaman 1dari 28

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Manajemen Keperawatan


1. Definisi Manajemen Keperawatan
Manajemen merupakan proses mengorganisir sumber-sumber untuk
mencapai tujuan, dimana arah tujuan yang akan dicapai ditetapkan
berdasarkan visi, misi, filosofi organisasi (Mugianti, 2016).
Manajemen Keperawatan adalah suatu proses menyelesaikan
pekerjaan melalui perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan
pengawasan dengan menggunakan sumber daya secara efektif, efisien,
dan rasional dalam memberikan pelayanan bio-psiko-sosial-spiritual
yang komprehensif pada individu, keluarga, dan masyarakat baik yang
sakit maupun yang sehat melalui proses keperawatan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan (Asmuji, 2012).
Sedangkan menurut (Nursalam, 2011) manajemen keperawatan
didefinisikan sebagai suatu proses melalui anggota staf keperawatan
untuk memberikan asuhan keperawatan secara professional.
Jadi dapat disimpulkan bahwa manajemen keperawatan adalah suatu
prosesyang dilaksanakan oleh seorang perawat untuk merencanakan,
mengorganisasikan, mengarahkan, serta mengawasi sumber daya yang
ada, sehingga dapat memeberikan pelayanan keperawatan yang efektif
baik kepada pasien, keluarga, dan masyarakat.
2. Fungsi Manajemen Keperawatan
Fungsi manajemen adalah bentuk kegiatan manajemen yang
mempunyai ciri dan waktu pelaksanaan tertentu. Fungsi manajemen
menurut (Asmuji, 2012) terdiri dari:
a. Perencanaan (planning)
Suatu rincian kegiatan tentang apa yang harus dilakukan, bagaimana
kegiatan dilaksanakan dan dimana kegiatan itu dilaksanakan.
b. Pengorganisasian (organizing)
Pengelompokkan orang, alat, tugas, wewenang dan tanggungjawab
sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat digerakan sebagai satu
kesatuan dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
c. Kepegawaian (staffing)
Meliputi kegiatan yang berhubungan dengan kepegawaian
diantaranya rekruitmen, wawancara, mengorientasikan staf,
menjadwalkan dan mengsosialisasikan pegawai baru serta
pengembangan staf.
d. Pengarahan (directing)
Suatu usaha untuk penerapan perencanaan dalam bentuk tindakan
untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya.
e. Pengendalian (controlling)
Penilaian tentang pelaksanaan rencana yang telah dibuat dengan
mengukur dan mengkaji struktur, proses, dan hasil asuhan
keperawatan.

B. Prinsip-prinsip Manajemen Keperawatan


Prinsip yang mendasari Manajemen Keperawatan menurut (Basuki, 2018)
adalah:
1. Manajemen keperawatan harus berlandaskan perencanaan karena melalui
fungsi perencanaan, pemimpin dapat menurunkan resiko pengambilan
keputusan, pemecahan masalah yang efektif dan terencana.
2. Manajemen keperawatan dilaksankan melaui penggunaan waktu yang
efektif. Manajer keperawatan yang menghargai waktu akan menyusun
perencanaan yang terprogram dengan baik dan melaksanakan kegiatan
sesuai dengan waktu yang telah ditentukan sebelumnya.
3. Manajemen keperawatan akan melibatkan pengambilan keputusan.
Berbagai situasi maupun permasalahan yang terjadi dalam pengelolaan
kegiatan keperawatan memerlukan pengambilan keputusan di berbagai
tingkat manajerial.
4. Memenuhi kebutuhan asuhan keperawatan pasien merupakan fokus
perhatian manajer perawat dengan mempertimbangkan apa yang dilihat,
diyakini, dipikirkan dan diinginkan oleh pasien. Kepuasan pasien
merupakan poin utama dari seluruh tujuan keperawatan.
5. Manajemen keperawatan harus terorganisir. Pengorganisasian dilakukan
sesuai dengan kebutuhan organisasi untuk mencapai tujuan.
6. Pengarahan merupakan elemen kegiatan manajemen keperawatan yang
meliputi proses pendelegasian, supervisi, koordinasi dan pengendalian
pelaksanaan rencana yang telah diorganisasikan.
7. Divisi keperawatan yang baik memotivasi karyawan untuk
memperlihatkan penampilan kerja yang baik.
8. Manajemen keperawatan menggunakan komunikasi yang efektif.
Komunikasi yang efektif akan mengurangi kesalahpahaman dan
memberikan persamaan pandangan, arah dan pengertian diantara
pegawai.
9. Pengembangan staf penting untuk dilaksanakan sebagai upaya persiapan
perawat – perawat pelaksana menduduki posisi yang lebih tinggi atau
upaya manajer untuk meningkatkan pengetahuan karyawan.
10. Pengendalian merupakan elemen manajemen keperawatan yang meliputi
penilaian tentang pelaksanaan rencana yang telah dibuat, pemberian
instruksi dan menetapkan prinsip – prinsip melalui penetapan standar,
membandingkan penampilan dengan standar dan memperbaiki
kekurangan.
Berdasarkan prinsip – prinsip diatas maka para manajer dan
administrator harus bekerjasama dalam perenacanaan dan pengorganisasian
serta fungsi-fungsi manajemen lainnya untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya.

C. Perencanaan dalam Manajemen Keperawatan (Planning)


Perencanaan manajemen keperawatan di awali dengan perumusan
tujuan institusi/ organisasi yang dijelaskan dalam visi, misi filosofi dan tujuan
sebagian arah kebijakan organisasi, sebagai perawat, anda harus memahami
tujuan organisasi ini supaya dapat bersinergi untuk mencapai cita-cita/
harapan organisasi.
Perencanaan dapat didefenisikan sebagai proses untuk menumbuhkan,
merumuskan masalah-masalah kesehatan di masyarakat, menentukan
kebutuhan dan sumber daya yang tersedia, menetapkan tujuan program yang
paling pokok, dan menyusun langkah-langkah untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan tersebut (Mugianti, 2016).
1. Perumusan Visi, Misi, Filosofi, dan Tujuan
a. Perumusan Visi
Istilah lain dari visi adala mimpi, cita-cita, visi merupakan dasar
untuk membuat suatu perncanaan sehingga disusun secara singkat,
jelas, dan mendasar serta ada batasan waktu untuk mencapai. Visi
merupakaan pernyataan berisi tentang mengapa organisasi di bentuk.
Contoh rumusan visi:
“Rumah Sakit Umum yang mempunyai fungsi sebagai tempat
pendidikan, penelitian dan pelayanan kesehatan secara terpadu
dalam bidang pendidikan dan Kesehatan berlandaskan Nilai-nilai
islam, Pelayanan Prima Pelayanan yang memenuhi standar kualitas
yang sesuai dengan harapan dan kepuasan pelanggan “
b. Perumusan Misi
Misi adalah uraian yang berisi pernyataan-pernyataan operasional
guna mencapai visi yang telah ditetapkan
c. Perumusan Filosofi
Filosofi adalah nilai-nilai dan keyakinan yang menyangkut
keyakinan dan praktik keperawatan dalam suatu organisasi
Contoh: Pasien adalah manusia yang merupakan makhluk holistic
(bio-psiko-sosial-spiritual)
d. Perumusan Tujuan
Tujuan merupakan sesuatu yang ingin di capai sebagai arah
kebijakan bagi organisasi untuk menentukan apa yang arus
dilakukan dan bagai mana cara mencapainya. Tujuan mutlak arus
ada dalam organisasi pelayanan keperawatan. Untuk merumuskan
tujuan yang baik harus memenui syarat antara lain:
1) Tujuan harus dapat menjelaskan arah
2) Tujuan harus memungkinkan untuk di capai
3) Terukur artinya tujuan berisi ketentuan kwantitatif
4) Terdapat batasan waktu untuk mencapai target
5) Pencapaian akhir setiap tujuan dapat diterima semua anggota
organisasi
6) Kriteria dibuat untuk melihat seberapa besar tujuan tercapai
7) Setiap tujuan mendukung sasaran organisasi
Contoh rumusan tujuan:
“Meningkatkan kualitas tenaga perawat yang handal dan kompeten
dalam keperawatan bedah melaluai pendidikan dan pelatihan”.
2. Tujuan Perencanaan
a. Untuk menimbulkan keberhasilan dalam mencapai sasaran dan
tujuan.
b. Agar penggunaan personel dan fasilitas yang tersedia lebih efektif
c. Membantu dalam koping dengan situasi kritis.
d. Meningkatkan efektivitas dalam hal biaya
e. Membantu menurunkan elemen perubahan, karena perencanaan
berdasarkan masa lalu dan akan datang.
f. Dapat digunakan untuk menemukan kebutuhan untuk berubah.
g. Penting untuk melakukan kontrol yang lebih efektif.
3. Tahap-tahap dalam Perencanaan
a. Penting untuk melakukan kontrol yang lebih efektif
b. Analisis situasi, bertujuan untuk mengumpulkan data atau fakta.
c. Mengidentifikasi masalah dan penetapan prioritas masalah
d. Merumuskan tujuan program dan besarnya target yang ingin dicapai.
e. Mengkaji kemungkinan adanya hambatan dan kendala dalam
pelaksanaan program.
f. Menyusun Rencana Kerja Operasional (RKO)
4. Jenis Perencanaan
a. Perencanaan Strategi
Perencanaan strategis merupakan suatu proses
berkesinambungan, proses yang sistematis dalam pembuatan dan
pengambilan keputusan masa kini dengan kemungkinan pengetahuan
yang paling besar dari efek-efek perencanaan pada masa depan,
mengorganisasikan upaya-upaya yang perlu untuk melaksanakan
keputusan ini terhadap hasil yang diharapkan melalui mekanisme
umpan balik yang dapat dipercaya. Perencanaan strategis dalam
keperawatan bertujuan untuk memperbaiki alokasi sumber-sumber
yang langka, termasuk uang dan waktu, dan untuk mengatur
pekerjaan divisi keperawatan.
b. Perencanaan Operasional
Perencanaan operasional menguraikan aktivitas dan prosedur
yang akan digunakan, serta menyusun jadwal waktu pencapaian
tujuan, menentukan siapa orang-orang yang bertanggung jawab
untuk setiap aktivitas dan prosedur. Menggambarkan cara
menyiapkan orang-orang untuk bekerja dan juga standard untuk
mengevaluasi perawatan pasien.
Di dalam perencanaan operasional terdiri dari dua bagian
yaitu rencana tetap dan rencana sekali pakai. Rencana tetap adalah
rencana yang sudah ada dan menjadi pedoman di dalam kegiatan
setiap hari, yang terdiri dari kebijaksanaan, standard prosedur
operasional dan peraturan. Sedangkan rencana sekali pakai terdiri
dari program dan proyek.
5. Manfaat Perencanaan
a. Membantu proses manajemen dalam menyesuaikan diri dengan
perubahan-perubahan lingkungan.
b. Memberikan cara pemberian perintah yang tepat untuk pelaksanaan.
c. Memudahkan kordinasi
d. Memungkinkan manajer memahami keseluruhan gambaran
operasional secara jelas
e. Membantu penempatan tanggungjawab lebih tepat
f. Membuat tujuan lebih khusus, lebih rinci dan lebih mudah dipahami
g. Meminimumkan pekerjaan yang tidak pasti
h. Menghemat waktu dan dana
6. Keuntungan dan Kelemahan
a. Keuntungan
1) Mengurangi atau menghilangkan jenis pekerjaan yang tidak
produktif.
2) Dapat dipakai sebagai alat pengukur hasil kegiatan yang dicapai.
3) Memberikan suatu landasan pokok fungsi manajemen lainnya
terutama fungsi keperawatan.
4) Memodifikasi gaya manajemen
5) Fleksibilitas dalam pengambilan keputusan
b. Kelemahan
1) Perencanaan mempunyai keterbatasan dalam hal ketepatan
informasi dan fakta-fakta tentang masa yang akan datang
2) Perencanaan memerlukan biaya yang cukup banyak
3) Perencanaan mempunyai hambatan psikologis
4) Perencanaan menghambat timbulnya inisiatif
5) Perencanaan menyebabkan terhambatnya tindakan yang perlu
diambil.

D. Pengorganisasian Manajemen Keperawatan (Organizing)


Pengorganisasian adalah suatu langkah untuk menetapkan,
menggolongkan dan mengatur berbagai macam kegiatan, penetapan tugas-
tugas dan wewenang seseorang, pendelegasian wewenang dalam rangka
mencapai tujuan. Fungsi pengorganisasian merupakan alat untuk memadukan
semua kegiatan yang beraspek personil, finansial, material dan tata cara
dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Asmuji, 2012).
1. Manfaat Pengorganisasian
Melalui fungsi pengorganisasian akan dapat diketahui :
a. Pembagian tugas untuk perorangan dan kelompok.
b. Hubungan organisatoris antara orang-orang di dalam organisasi
tersebut melalui kegiatan yang dilakukannya.
c. Pendelegasian wewenang.
d. Pemanfaatan staff dan fasilitas fisik.
2. Langkah-langkah Pengorganisasian
a. Tujuan organisasi harus dipahami oleh staf. Tugas ini sudah tertuang
dalam fungsi perencanaan.
b. Membagi habis pekerjaan dalam bentuk kegiatan pokok untuk
mencapai tujuan.
c. Menggolongkan kegiatan pokok kedalam satuan-satuan kegiatan
yang praktis.
d. Menetapkan berbagai kewajiban yang harus dilaksanakan oleh staf
dan menyediakan fasilitas yang diperlukan.
e. Penugasan personil yang tepat dalam melaksanakan tugas.
f. Mendelegasikan wewenang.

E. Kepegawaian Manajemen Keperawatan (Staffing)


Staffing merupakan metodologi pengaturan staff, proses yang teratur,
sistematis berdasarkan rasional yang diterapkan untuk menentukan jumlah
personil suatu organisasi yang dibutuhkan dalam situasi tertentu (Nursalam,
2011). Proses pengaturan staff bersifat kompleks. Komponen pengaturan staff
adalah sistem kontrol termasuk studi pengaturan staff, penguasaan rencana
pengaturan staff, rencana penjadwalan, dan Sistem Informasi Manajemen
Keperawatan (SIMK). SIMK meliputi lima elemen yaitu kualitas perawatan
pasien, karakteristik dan kebutuhan perawatan pasien, perkiraan suplai tenaga
perawat yang diperlukan, logistik dari pola program pengaturan staf dan
kontrolnya, evaluasi kualitas perawatan yang diberikan.
Dasar perencanaan untuk pengaturan staff pada suatu unit
keperawatan mencakup personil keperawatan yang bermutu harus tersedia
dalam jumlah yang mencukupi dan adekuat, memberikan pelayanan pada
semua pasien selama 24 jam sehari, 7 hari dalam seminggu, 52 minggu dalam
setahun. Setiap rencana pengaturan staff harus disesuaikan dengan kebutuhan
rumah sakit dan tidak dapat hanya dicapai dengan rasio atau rumusan
tenaga/pasien yang sederhana. Jumlah dan jenis staff keperawatan yang
diperlukan dipengaruhi oleh derajat dimana departemen lain memberikan
pelayanan pendukung, juga dipengaruhi oleh jumlah dan komposisi staff
medis dan pelayanan medis yang diberikan. Kebutuhan khusus individu,
dokter, waktu dan lamanya ronde, jumlah test, obat-obatan dan pengobatan,
jumlah dan jenis pembedahan akan mempengaruhi kualitas dan kuantitas
personel perawat yang diperlukan dan mempengaruhi penempatan mereka.
Pengaturan staff kemudian juga dipengaruhi oleh organisasi divisi
keperawatan. Rencana harus ditinjau ulang dan diperbaharui untuk mengatur
departemen beroperasi secara efisien dan ekonomis dengan pernyataan misi,
filosofi dan objektif tertulis, struktur organisasi, fungsi dan tanggung jawab,
kebijakan dan prosedur tertulis, pengembangan program staff efektif, dan
evaluasi periodik terencana.
Komponen yang termasuk dalam fungsi staffing adalah prinsip
rekrutmen, seleksi, orientasi pegawai baru, penjadwalan tugas, dan klasifikasi
pasien. Pengrekrutan merupakan proses pengumpulan sejumlah pelamar yang
berkualifikasi untuk pekerjaan di perusahaan melalui serangkaian aktivitas.
Tujuan orientasi pegawai baru adalah untuk membantu perawat dalam
menyesuaikan diri pada situasi baru. Produktivitas meningkat karena lebih
sedikit orang yang dibutuhkan jika mereka terorientasi pada situasi kerja.
Penjadwalan siklus merupakan salah satu cara terbaik yang dipakai untuk
memenuhi syarat distribusi waktu kerja dan istirahat untuk pegawai. Pada
cara ini dibuat pola waktu dasar untuk minggu-minggu tertentu dan diulang
pada siklus berikutnya. Jadwal modifikasi kerja mingguan menggunakan shift
10-12 jam dan metode lain yang biasa.
F. Pengarahan Manajemen Keperawatan (Directing)
Pengarahan merupakan hubungan manusia dalam kepemimpinan yang
mengikat para bawahan agar bersedia mengerti dan menyumbangkan
tenganya secara efisien dalam pencapaian tujuan suatu organisasi. Di dalam
manajemen pengarhan ini bersifat sangat kompleks karena disamping
menyangkut manusia juga, menyangkut berbagai tingkah laku manusia yang
berbeda (Asmuji, 2012).
1. Tujuan Pengarahan
Terdapat 5 tujuan dan fungsi pengarahan menurut (Asmuji, 2012),
diantaranya:
a. Pengarahan bertujuan menciptakan kerjasama yang lebih efisien.
b. Pengarahan bertujuan mengembangkan kemampuan dan
keterampilan staf.
c. Pengarahan bertujuan menumbuhkan rasa memiliki dan menyukai
pekerjaan
d. Pengarahan bertujuan mengusahakan suasana lingkungan kerja yang
dapat meningkatkan motivasi dan prestasi kerja staf.
e. Pengarahan bertujuan membuat organisasi berkembang lebih
dinamis.
2. Unsur-unsur Pengarahan
a. Kepemimpinan
Kepemimpinan merupakan faktor penting dalam keberhasilan
manajemen. Kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi
aktivitas kelompok terorganisasi dalam upaya menyusun dan
mencapai tujuan. (Mugianti, 2016) menyatakan bahwa
kepemimpinan sebagai suatu proses persuasi dan memberi contoh
sehingga individu (pimpinan kelompok) membujuk kelompoknya
untuk mengambil tindakan yang sesuai dengan usulan pimpinan atau
usulan bersama.
Seorang manajer yang ingin kepemimpinannya lebih efektif
harus mampu untuk memotivasi diri sendiri untuk bekerja dan
banyak membaca, memiliki kepekaan yang tinggi terhadap
permasalahan organisasi, dan menggerakkan (memotivasi) staffnya
agar mereka mampu melaksanakan tugas-tugas pokok organisasi.
Menurut (Basuki, 2018), terdapat beberapa macam gaya
kepemimpinan yaitu:
1) Autokratik
Pemimpin membuat keputusan sendiri. Mereka lebih cenderung
memikirkan penyelesaian tugas dari pada memperhatikan
karyawan. Kepemimpinan ini cenderung menimbulkan
permusuhan dan sifat agresif atau sama sekali apatis dan
menghilangkan inisiatif.
2) Demokratis
Pemimpin melibatkan bawahannya dalam proses pengambilan
keputusan. Mereka berorientasi pada bawahan dan
menitikberatkan pada hubungan antara manusia dan kerja
kelompok. Kepemimpinan demokratis meningkatkan
produktivitas dan kepuasan kerja.
3) Laissez faire
Pemimpin memberikan kebebasan dan segala serba boleh, dan
pantang memberikan bimbingan kepada staff. Pemimpin
tersebut membantu kebebasan kepada setiap orang dan
menginginkan setiap orang senang. Hal ini dapat mengakibatkan
produktivitas rendah dan karyawan frustasi. Manajer perawat
harus belajar mempraktekkan kepemimpinan perilaku yang
merangsang motivasi pada para pemiliknya, mempraktekkan
keperawatan professional dan tenaga perawat lainnya. Perilaku
ini termasuk promosi autonomi, membuat keputusan dan
manajemen partisipasi oleh perawat professional.
b. Motivasi
Motivasi merupakan salah satu unsur pengarahan dalam fungsi
manajemen sehingga seorang perawat manajer harus mampu
melakukannya. Perawat manajer harus dapat mengenali dan
mengetahui motivasi maupun kebutuhan staf yang merupakan faktor
pemicu untuk melakukan asuhan keperawatan kepada pasien yang
dirawatnya secara efektif dan efisien.
1) Tujuan motivasi
a) Meningkatkan moral dan kepuasan kerja karyawan.
b) Meningkatkan produktivitas kerja karyawan
c) Mempertahankan kestabilan karyawan
d) Meningkatkan kedisiplinan karyawan
e) Mengefektifan kedisiplinan karyawan
f) Menciptakan suasana dan hubungan kerja yang baik
g) Meningkatkan loyalitas, kreativitas, dan partisipasi
karyawan
h) Meningkatkan tingkat kesejahteraan karyawan
i) Mempertinggi rasa tanggungjawab karyawan terhadap
tugas-tugasnya
j) Meningkatkan efisiensi penggunaan alat-alat dan bahan
baku.
2) Faktor yang mempengaruhi motivasi
Motivasi kerja seseorang dipengaruhi oleh faktor instrinsik dan
faktor ekstrinsik.
a) Faktor Instrinsik
(1) Otonomi
(2) Status professional
(3) Tuntutan tugas
(4) Pencapaian
(5) Penguatan
b) Faktor Ekstrinsik
(1) Gaji/upah dan kompensasi
(2) Kondisi tempat kerja
(3) Keselamatan kerja
(4) Peraturan dan prosedur kerja
(5) Hubungan interpersonal
(6) Interaksi
(7) Supevisi
(8) Pekerjaan

G. Pengawasan Manajemen Keperawatan (Controling)


Fungsi pengawasan atau pengendalian (controlling) merupakan fungsi
yang terakhir dari proses manajemen, yang memiliki kaitan yang erat dengan
fungsi yang lainnya. Pengawasan merupakan pemeriksaan terhadap sesuatu
apakah terjadi sesuai dengan rencana yang ditetapkan/disepakati, instruksi
yang telah dikeluarkan, serta prinsip-prinsip yang telah ditentukan, yang
bertujuan untuk menunjukkan kekurangan dan kesalahan agar dapat
diperbaiki (Mugianti, 2016).
Pengontrolan atau pengevaluasian adalah melihat bahwa segala
sesuatu dilaksanakan sesuai dengan rencana yang disepakati, instruksi yang
telah diberikan, serta prinsip-prinsip yang telah diberlakukan.
Tugas seorang manajemen dalam usahanya menjalankan dan
mengembangkan fungsi pengawasan manajerial perlu memperhatikan
beberapa prinsip berikut:
1. Pengawasan yang dilakukan harus dimengerti oleh staff dan hasilnya
mudah diukur, misalnya menepati jam kerja.
2. Fungsi pengawasan merupakan kegiatan yang amat penting dalam upaya
mencapai tujuan organisasi.
3. Standard unjuk kerja yang akan diawasi perlu dijelaskan kepada semua
staf, sehingga staf dapat lebih meningkatkan rasa tanggung jawab dan
komitmen terhadap kegiatan program.
4. Kontrol sebagai pengukuran dan koreksi kinerja untuk meyakinkan
bahwa sasaran dan kelengkapan rencana untuk mencapai tujuan telah
tersedia, serta alat untuk memperbaiki kinerja.
5. Terdapat sepuluh karakteristik suatu sistem control yang baik :
a. Harus menunjukkan sifat dari aktivitas
b. Harus melaporkan kesalahan-kesalahan dengan segera
c. Harus memandang ke depan
d. Harus menunjukkan penerimaan pada titik kritis
e. Harus objektif
f. Harus fleksibel
g. Harus menunjukkan pola organisasi
h. Harus ekonomis
i. Harus mudah dimengerti
j. Harus menunjukkan tindakan perbaikkan.
Untuk fungsi-fungsi control dapat dibedakan pada setiap tingkat
manajer. Sebagai contoh, manajer perawat kepala dari satu unit bertanggung
jawab mengenai kegiatan operasional jangka pendek termasuk jadwal harian
dan mingguan, dan penugasan, serta pengunaan sumber-sumber secara
efektif. Kegiatan-kegiatan control ditujukan untuk perubahan yang cepat.
Dua metode pengukuran yang digunakan untuk mengkaji pencapaian
tujuan-tujuan keperawatan adalah:
1. Analisa tugas : kepala perawat melihat gerakan, tindakan dan prosedur
yang tersusun dalam pedoman tertulis, jadwal, aturan, catatan, anggaran.
Hanya mengukur dukungan fisik saja, dan secara relatif beberapa alat
digunakan untuk analisa tugas dalam keperawatan.
2. Kontrol kualitas : Kepala perawat dihadapkan pada pengukuran kualitas
dan akibat-akibat dari pelayanan keperawatan.
Apabila fungsi pengawasan dan pengendalian dapat dilaksanakan
dengan tepat, maka akan diperoleh manfaat:
1. Dapat diketahui apakah suatu kegiatan atau program telah dilaksanakan
sesuai dengan standard atau rencana kerja.
2. Dapat diketahui adanya penyimpangan pada pengetahuan dan pengertian
staf dalam melaksanakan tugas-tugasnya
3. Dapat diketahui apakah waktu dan sumber daya lainnya telah mencukupi
kebutuhan dan telah digunakan secara benar.
4. Dapat diketahui staf yang perlu diberikan penghargaan atau bentuk
promosi dan latihan lanjutan.

H. Standard Asuhan Keperawatan


Standard asuhan keperawatan merupakan suatu tingkat keungulan
yang ditentukan sebelumnya yang bertindak sebagai petunjuk untuk praktik.
Standard asuhan keperawatan memiliki karakteristik pembeda, ditetapkan
sebelumnya, dibuat oleh para ahli, dikomunikasikan dan diterima oleh orang-
orang yang terpengaruh olehnya.
Praktik keperawatan adalah tindakan mandiri perawat profesional
melalui kerjasama berbentuk kolaborasi dengan klien dan tenaga kesehatan
lain dalam memberikan asuhan keperawatan atau sesuai dengan lingkungan
wewenang dan tanggungjawabnya. Sumber-sumber standar asuhan
keperawatan berupa standar yang dibuat oleh Persatuan Perawat Nasional
Indonesia (PPNI), Departemen Kesehatan RI, rumah sakit, Undang-undang,
Keppres, Peraturan Pemerintah.
Tujuan standar asuhan keperawatan adalah meningkatkan kualitas
asuhan keperawatan, mengurangi biaya asuhan keperawatan, melindungi
perawat dari kelalaian dalam melaksanakan tugas dan melindungi pasien dari
tindakan yang tidak terapeutik. Jenis-jenis standar profesi keperawatan
meliputi: standard pelayanan keperawatan, standard praktik keperawatan,
standard pendidikan keperawatan, dan standard pendidikan keperawatan
berkelanjutan.
Selain standard tersebut, perawat yang bekerja di rumah sakit harus
melaksanakan standard asuhan keperawatan di rumah sakit. Standard asuhan
keperawatan di rumah sakit, yang meliputi:
Standard 1: Falsafah keperawatan
Standard 2: Tujuan Asuhan Keperawatan
Standard 3: Pengkajian Keperawatan
Standard 4: Diagnosa Keperawatan
Standard 5: Perencanaan Keperawatan
Standard 6: Intervensi Keperawatan
Standard 7: Evaluasi Keperawatan
Standard 8: Catatan Asuhan Keperawatan
Standard kinerja dapat digunakan untuk kinerja individual, dan
kriteria dapat dikembangkan untuk evaluasi keseluruhan perawatan pasien.
Standard membentuk kriteria kinerja, tujuan perencanaan, rencana strategis,
pengukuran hasil secara fisik dan kuantitatif, unit pelayanan, jam personel,
kecepatan, biaya, modal, pajak, program, dan standard-standard yang tidak
jelas. Mereka juga menetapkan sebagai suatu pengukuran yang tidak
diketahui tentang perbandingan dari nilai-nilai kualitatif dan kuantitatif,
kriteria atau norma, dan sebagai suatu aturan standard atau tes dimana suatu
pengevaluasian atau keputusan dapat dijadikan dasar.
Manajer perawat mengembangkan kerja sama dengan perawat-
perawat klinik, kriteria keperawatan klinik dihadapkan pada pengukuran hasil
pasien dan proses keperawatan. Standar-standard ini digambarkan sebagai
hasil pasien dan sebagai proses asuhan keperawatan.
Dalam menilai kualitas pelayanan keperawatan kepada klien digunakan
standar praktik keperawatan yang merupakan pedoman bagi perawat dalam
melaksanakan asuhan keperawatan. Standar praktik keperawatan telah
dijabarkan oleh PPNI (2010) yang mengacu dalam tahapan proses
keperawatan, yang meliputi: Pengkajian, Diagnosa keperawatan,
Perencanaan, Implementasi, Evaluasi.
1. Standard 1: Pengkajian Keperawatan
Pengumpulan data tentang status kesehatan pasien secara
sistematis, menyeluruh, akurat, singkat dan berkesinambungan dan data
dapat diperoleh, dikomunikasikan, dan dicatat.
Kriteria Pengkajian meliputi:
a. Pengumpulan data dilakukan dengan cara anamnese, observasi,
pemeriksaan fisik, serta dari pemeriksaan penunjang.
b. Sumber data adalah pasien, keluarga atau orang yang terkait, tim
kesehatan, rekam medis dan catatan lain.
c. Data yang dikumpulkan difokuskan untuk mengidentifikasi:
1) Status kesehatan pasien masa lalu
2) Status kesehatan pasien saat ini
3) Status biologis-psikologis-sosial-spritual
4) Respon terhadap terapi
5) Harapan terhadap tingkat kesehatan yang optimal
2. Standard 2: Diagnosa Keperawatan
Adapun kriteria proses:
a. Proses diagnosa terdiri dari analisis, interpretasi data, identifikasi
masalah, perumusan diagnosa keperawatan.
b. Diagnosa keperawatan terdiri dari masalah (P), penyebab (E), dan
tanda/gejala (S), atau terdiri dari masalah dan penyebab (P, E).
c. Bekerjasama dengan pasien dan petugas kesehatan lainnya untuk
memvalidasi diagnosa keperawatan.
d. Melakukan pengkajian ulang dan merevisi diagnosa berdasarkan
data terbaru.
3. Standard 3: Perencanaan Keperawatan
Perawat membuat rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi
masalah dan meningkatkan kesehatan pasien. Kriteria proses, meliputi:
a. Perencanaan terdiri dari penetapan prioritas masalah, tujuan dan
rencana tindakan keperawatan.
b. Bekerjasama dengan pasien dalam menyusun rencana tindakan
keperawatan.
c. Perencanaan bersifat individual sesuai dengan kondisi dan kebutuhan
pasien.
d. Mendokumentasikan rencana keperawatan
4. Standard 4: Implementasi
Perawat mengimplementasikan tindakan yang telah diidentifikasi
dalam proses Asuhan Keperawatan. Kriteria proses, meliputi:
a. Bekerjasama dengan pasien dalam pelaksanaan tindakan
keperawatan
b. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain
c. Melakukan tindakan keperawatan untuk mengatasi kesehatan pasien.
d. Memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien dan keluarga
mengenai konsep, keterampilan asuhan diri, serta membantu pasien
memodifikasi lingkungan yang digunakan.
e. Mengkaji ulang dan merevisi pelaksanaan tindakan keperawatan
berdasarkan respon pasien.
5. Standard 5: Evaluasi Keperawatan
Perawat mengevaluasi kemajuan klien terhadap tindakan
keperawatan dalam pencapaian tujuan dan merevisi data dasar dan
perencanaan.
Adapun kriteria prosesnya adalah:
a. Menyusun perencanaan evaluasi hasil dari intervensi secara
komprehensif, tepat waktu dan terus-menerus.
b. Menggunakan data dasar dan respon pasien dalam mengukur ke arah
pencapaian tujuan.
c. Memvalidasi dan menganalisa data baru dengan teman sejawat.
d. Bekerja sama dengan pasien dan keluarga untuk memodifikasi
perencanaan keperawatan.
e. Mendokumentasikan hasil evaluasi dan memodifikasi perencanaan.
Melalui aplikasi standard asuhan keperawatan tersebut, maka
pelayanan keperawatan diharapkan akan menjadi lebih terarah.

I. Pendokumentasian Asuhan Keperawatan


1. Pengertian Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi keperawatan adalah suatu catatan yang dapat
dibuktikan atau dijadikan bukti dari segala macam tuntutan, yang berisi
data lengkap, nyata dan tercatat bukan hanya tentang tingkat kesakitan
dari pasien, tetapi juga jenis/tipe, kualitas dan kuantitas pelayanan
kesehatan dalam memenuhi kebutuhan pasien (Dinarti & Mulyati, 2017).
2. Tujuan Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi keperawatan mempunyai tujuan yang sangat
penting dalam bidang keperawatan. Berikut ini tujuan dokumentasi
keperawatan, sebagai berikut:
a. Sebagai bukti kualitas asuhan keperawatan.
b. Bukti legal dokumentasi sebagai pertanggungjawaban perawat
kepada klien.
c. Menjadi sumber informasi terhadap perlindungan individu.
d. Sebagai bukti aplikasi standar praktik keperawatan.
e. Sebagai sumber informasi statistik untuk standar dan riset
keperawatan.
f. Dapat mengurangi biaya informasi terhadap pelayanan kesehatan.
g. Sumber informasi untuk data yang harus dimasukkan dalam
dokumen keperawatan yang lain sesuai dengan data yang
dibutuhkan.
h. Komunikasi konsep risiko asuhan keperawatan.
i. Informasi untuk peserta didik keperawatan.
j. Menjaga kerahasiaan informasi klien.
k. Sebagai sumber data perencanaan pelayanan kesehatan di masa yang
akan datang.
3. Prinsip Dokumentasi Keperawatan
Prinsip dokumentasi keperawatan menurut Potter dan Perry
(1994) dalam (Nursalam, 2011b) memberikan panduan
pendokumentasian yang benar sebagai sebagai berikut:
a. Jangan menghapus dengan menggunakan cairan penghapus atau
mencoret-coret tulisan yang salah ketika mencatat, karena akan
tampak perawat seakan akan menyembunyikan informasi atau
merusak catatan. Adapun cara yang benar adalah dengan membuat
garis lurus pada tulisan yang salah (usahakan tulisan yang salah
masih bisa dibaca), lalu diparaf pada bagian terakhir kalimat yang
salah kemudian diikuti dengan tulisan kata yang benar.
b. Jangan menulis komentar yang bersifat mengkritik pasien atau
tenaga kesehatan lainnya, karena pernyataan tersebut dapat dinilai
sebagai perilaku tidak professional atau asuhan keperawatan yang
tidak bermutu.
c. Koreksi semua kesalahan sesegera mungkin.
d. Bila kesalahan tidak segera diperbaiki maka dapat menyebabkan
kesalahan tindakan pula.
e. Catatan harus akurat, valid dan reliabel. Pastikan yang ditulis adalah
fakta, jangan berspekulasi atau menuliskan pikiran sendiri.
f. Jangan biarkan bagian kosong pada catatan perawat, karena orang
lain dapat menambah informasi yang tidak benar pada bagian yang
kosong tersebut.
g. Semua catatan harus dapat dibaca dan ditulis dengan tinta.
h. Menulis hanya untuk diri sendiri karena perawat bertanggunggugat
atas informasi yang telah ditulisnya. Jangan menulis untuk orang
lain.
i. Hindari penggunaan istilah yang bersifat tidak umum.
j. Memulai dokumentasi dengan waktu dan akhiri dengan tanda tangan
dan nama jelas.
4. Makna Pendokumentasian Keperawatan
Dokumentasi keperawatan mempunyai makna yang penting bila
dilihat dari berbagai aspek menurut (Nursalam, 2011) yaitu:
a. Hukum
Semua catatan informasi tentang pasien merupakan
dokumentasi resmi dan bernilai hukum. Bila terjadi suatu masalah
yang berhubungan dengan profesi keperawatan dimana perawat
sebagai pemberi jasa dan pasien sebagai pengguna jasa, maka
dokumentasi diperlukan sewaktu-waktu. Dokumentasi tersebut dapat
digunakan sebagai barang bukti di pengadilan. Oleh karena itu data-
data harus diidentifikasi secara lengkap, jelas, objektif, dan
ditandatangani oleh tenaga kesehatan (perawat), tanggal dan perlu
dihindari adanya interpretasi yang salah.
b. Jaminan mutu (Kualitas pelayanan)
Pencatatan data pasien yang lengkap dan akurat akan memberi
kemudahan bagi perawat dalam membantu menyelesaikan masalah
pasien. Dan untuk mengetahui sejauh mana kesehatan pasien dapat
teratasi dan seberapa jauh masalah baru dapat diidentifikasi dan
dimonitor melalui catatan yang akurat. Hal ini membantu
meningkatkan mutu pelayanan keperawatan.
c. Komunikasi
Dokumentasi keadaan pasien merupakan alat perekam terhadap
masalah yang berkaitan dengan pasien. Perawat atau tenaga
kesehatan lain akan dapat melihat catatan yang ada dan sebagai alat
komunikasi yang dijadikan pedoman dalam memberikan Asuhan
Keperawatan.
d. Keuangan
Dokumentasi dapat bernilai keuangan. Semua tindakan keperawatan
yang belum, sedang, dan telah diberikan dicatat dengan lengkap
yang dapat dipergunakan sebagai acuan atau pertimbangan dalam
biaya keperawatan bagi pasien.
e. Pendidikan
Dokumentasi mempunyai nilai pendidikan karena isinya
menyangkut kronologis dari kegiatan Asuhan Keperawatan yang
dapat dipergunakan sebagai bahan atau referensi pembelajaran bagi
siswa atau profesi keperawatan.

f. Penelitian
Dokumentasi keperawatan mempunyai nilai penelitian. Data yang
terdapat didalamnya mengandung informasi yang dapat dijadikan
sebagai bahan atau objek riset dan pengembangan profesi
keperawatan.
g. Akreditasi
Melalui dokumentasi keperawatan akan dapat dilihat sejauh mana
peran dan fungsi perawat dalam memberikan Asuhan Keperawatan
kepada Pasien. Dengan demikian akan dapat diambil kesimpulan
tingkat keberhasilan pemberian Asuhan Keperawatan yang
diberikan, pembinaan dan pengembangan lebih lanjut. Hal ini selain
bermanfaat bagi peningkatan mutu sendiri, juga bagi individu
perawat dalam mencapai tingkat kepangkatan yang lebih tinggi.
5. Manfaat kegunaan dokumentasi implementasi
Manfaat kegunaan dokumentasi implementasiantara lain:
a. Mengkomunikesikan secara nyata tindakan-tindakan yang telah
dilakukan untuk klien. Hal ini penting untuk :
1) Menghindarkan kesalahan-kesalahan seperti duplikasi tindakan,
yang seharusnya tidak perlu terjadi
Contoh : Pemberian obat sudah diberikan, tetapi tidak dicatat
sehingga diberikan obat kembali
2) Quality Assurance (menjamin mutu ) yang akan menunjukkan
apa yang secara nyata telah dilakukan terhadap klien dan
bagaimana hubungannya dengan standar yang telah dibuat.
3) Melihat hubungan respon-respon klien dengan tindakan
keperawatan yang sudah diberikan (evaluasi klinis)
b. Menjadi dasar penentuan tugas
Sistem klasifikasi klien didasarkan pada dokumentasi tindakan
keperawatan yang sudah ada, untuk selanjutnya digunakan dalam
menentukan jurnal perawat yang harus bartugas dalam setiap shift
jaga
c. Memperkuat pelayanan keperawatan
Jalan keluar dari tindakan malpraktek tergantung pada dokumen-
dokumen yang ada.
1) Dokumen tentang kondisi klien
2) Segala sesuatu yang telah dilakukan untuk klien
3) Kejadian-kejadian atau kondisi klien sebelum dilakukan
tindakan
d. Menjadi dasar perencanaan anggaran pembelanjaan
Dokumen tentang penggunaan alat-alat dan bahan-bahan akan
membantu perhitungan anggaran biaya suatu rumah sakit.
6. Proses Dokumentasi Keperawatan
Proses dokumentasi keperawatan mencakup:
a. Pengkajian
1) Mengumpulkan Data
2) Validasi data
3) Organisasi data
4) Mencatat data
b. Diagnosa Keperawatan
1) Analisa data
2) Identifikasdi masalah
3) Formulasi diagnosa
c. Perencanaan / Intervensi
1) Prioritas Masalah
2) Menentukan tujuan
3) Memilih strategi keperawatan
4) Mengembangkan rencana keperawatan
d. Pelaksanaan/implementasi
1) Melaksanakan intervensi keperawatan
2) Mendokumentasikan asuhan keperawatan: mencatat waktu dan
tanggal pelaksanaan, mencatat diagnosa keperawatan nomor
berapa yang dilakukan intervensi tersebut, mencatat semua jenis
intervensi keperawatan termasuk hasilnya, berikan tanda tangan
dan nama jelas perawat satu tim kesehatan yang telah
melakukan intervensi.
3) Memberikan laporan secara verbal
4) Mempertahankan rencana asuhan
e. Evaluasi
1) Mengidentifikasikan kriteria hasil
2) Mengevaluasi pencapaian tujuan
3) Memodifikasi rencana keperawatan
7. Model Asuhan Keperawatan
Keberhasilan suatu asuhan keperawatan kepada klien sangat ditentukan
oleh pemilihan metode pemberian asuhan keperawatan profesional. Ada
5 metode pemberian asuhan keperawatan profesional yang sudah ada dan
akan terus dikembangkan di masa depan dalam menghadapi tren
pelayanan keperawatan. Untuk memberikan asuhan keperawatan yang
lazim dipakai meliputi metode fungsional, metode tim, metode kasus,
modifikasi metode tim-primer (Nursalam, 2014).
a. Metode fungsional
Metode fungsional merupakan manajemen klasik yang
menekankan efisiensi, pembagian tugas yang jelas, dan pengawasan
yang baik. Metode ini sangat baik untuk rumah sakit yang
kekurangan tenaga. Perawat senior menyibukkan diri dengan tugas
manajerial, sedangkan perawat pasien diserahkan kepada perawat
junior dan/atau belum berpengalaman.
Kelemahan dari metode ini adalah pelayanan keperawatan
terpisah-pisah, tidak dapat menerapkan proses keperawatan. Setiap
perawat hanya melakukan 1-2 jenis intervensi (misalnya merawat
luka). Metode ini tidak memberikan kepuasan kepada pasien maupun
perawat dan persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang
berkaitan dengan keterampilan saja.
b. Metode Tim
Metode ini menggunakan tim yang terdiri atas anggota yang
berbeda-beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap
sekelompok pasien. Perawat ruangan dibagi menjadi 2-3 tim/grup
yang terdiri atas tenaga profesional, teknikal, dan pembantu dalam
satu kelompok kecil yang saling membantu.
Metode ini memungkinkan pemberian pelayanan
keperawatan yang menyeluruh, mendukung pelaksanaan proses
keperawatan, dan memungkinkan komunikasi antartim, sehingga
konflik mudah diatasi dan memberi kepuasan kepada anggota tim.
Namun, komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam
bentuk konferensi tim, yang biasanya membutuhkan waktu, yang
sulit untuk dilaksanakan pada waktu-waktu sibuk.
Hal pokok dalam metode tim adalah ketua tim sebagai
perawat profesonal harus mampu menggunakan berbagai teknik
kepemimpinan, pentingnya komunikasi yang efektif agar kontinuitas
rencana keperawatan terjamin, anggota tim harus menghargai
kepemimpinan ketua tim, model tim akan berhasil bila didukung
oleh kepala ruang.
Tujuan metode keperawatan tim adalah untuk memberikan
perawatan yang berpusat pada klien. Perawatan ini memberikan
pengawasan efektif dari memperkenalkan semua personel adalah
media untuk memenuhi upaya kooperatif antara pemimpin dan
anggota tim. Melalui pengawasan ketua tim nantinya dapat
mengidentifikasi tujuan asuhan keperawatan, mengindentifikasi
kebutuhan anggota tim, memfokuskan pada pemenuhan tujuan dan
kebutuhan, membimbing anggota tim untuk membantu menyusun
dan memenuhi standard asuhan keperawatan.
Walaupun metode tim keperawatan telah berjalan secara
efektif, mungkin pasien masih menerima fragmentasi pemberian
asuhan keperawatan jika ketua tim tidak dapat menjalin hubungan
yang lebih baik dengan pasien, keterbatasan tenaga dan keahlian
dapat menyebabkan kebutuhan pasien tidak terpenuhi.
c. Metode Primer
Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung
jawab penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien
mulai pasien masuk sampai keluar rumah sakit. Mendorong praktik
kemandirian perawat, ada kejelasan antara pembuat rencana asuhan
dan pelaksana. Metode primer ini ditandai dengan adanya
keterkaitan kuat dan terus-menerus antara pasien dan perawat yang
ditugaskan untuk merencanakan, malakukan, dan koordinasi asuhan
keperawatan selama pasien dirawat. Konsep dasar metode primer
adalah ada tanggung jawab dan tanggung gugat, ada otonomi, dan
ketertiban pasien dan keluarga.
Metode primer membutuhkan pengetahuan keperawatan dan
keterampilan manajemen, bersifat kontinuitas dan komprehensif,
perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap
hasil, dan memungkinkan pengembangan diri sehingga pasien
merasa dimanusiakan karena terpenuhinya kebutuhan secara
individu. Perawat primer mempunyai tugas mengkaji dan membuat
prioritas setiap kebutuhan klien, mengidentifikasi diagnosa
keperawatan, mengembangkan rencana keperawatan, dan
mengevaluasi keefektifan keperawatan. Sementara perawat yang lain
memberikan tindakan keperawatan, perawat primer
mengkoordinasikan keperawatan dan menginformasikan tentang
kesehatan klien kepada perawat atau tenaga kesehatan lainnya.
Selain itu, asuhan yang diberikan bermutu tinggi, dan tercapai
pelayanan yang efektif terhadap pengobatan, dukungan, proteksi,
informasi, dan advokasi.
d. Metode Kasus
Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan
pasien saat dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda
untuk setiap shift, dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat
oleh orang yang sama pada hari berikutnya.
Metode penugasan kasus biasanya diterapkan satu pasien satu
perawat, dan hal ini umumnya dilaksanakan untuk perawat privat
atau untuk keperawatan khusus seperti: isolasi, intensivecare.
Kelebihannya adalah perawat lebih memahami kasus per kasus,
sistem evaluasi dari manajerial menjadi lebih mudah.
Kekurangannya adalah belum dapat diidentifikasi perawat
penanggung jawab, perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai
kemampuan dasar yang sama.
e. Modifikasi MAKP Tim-Primer
Pada model MAKP tim digunakan secara kombinasi dari
kedua sistem. Penetapan sistem model MAKP ini didasarkan pada
beberapa alasan :
1) Keperawatan primer tidak digunakan secara murni, karena
perawat primer harus mempunyai latar belakang pendidikan S1
Keperawatan atau setara.
2) Keperawatan tim tidak digunakan secara murni, karena
tanggung jawab asuhan keperawatan pasien terfragmentasi pada
berbagai tim.
3) Melalui kombinasi kedua model tersebut diharapkan komunitas
asuhan keperawatan dan akuntabilitas asuhan keperawatan
terdapat pada primer. Disamping itu, karena saat ini perawat
yang ada di RS sebagian besar adalah lulusan SPK, maka akan
mendapat bimbingan dari perawat primer/ketua tim tentang
asuhan keperawatan.
Contoh: untuk ruang model MAKP ini diperlukan 26 perawat.
Dengan menggunakan model modifikasi keperawatan primer ini
diperlukan 4 (empat) orang perawat primer (PP) dengan kualifikasi
Ners, di samping seorang kepala ruang rawat juga Ners. Perawat
associate (PA) 21 orang, kualifikasi pendidikan perawat asosiasi
terdiri atas lulusan D3 Keperawatan (3 orang) dan SPK (18 orang).
Pengelompokan Tim pada setiap shift jaga terlihat pada gambar di
bawah.

Daftar Pustaka

Asmuji. (2012). Manajemen Keperawatan: Konsep dan Aplikasi. Jogjakarta: Ar-


ruzz Media.

Basuki, D. (2018). Manajemen Keperawatan untuk Mahasiswa dan Praktisi.


Sidoarjo: Indomedia Pustaka.

Dinarti, & Mulyati, Y. (2017). DOKUMENTASI KEPERAWATAN. BPPSDMK


Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Mugianti, S. (2016). Manajemen dan Kepemimpinan Dalam Praktek


Keperawatan. In Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan. BPPSDMK
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Nursalam. (2011). Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik


Keperawatan Profesional (edisi 3). Jakarta: Salemba Medika.

Nursalam. (2014). Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik


Keperawatan Profesional edisi 4. Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai