Anda di halaman 1dari 10

JPdK Volume 1 Nomor 1 Tahun 2019 Halaman 39-48

JURNAL PENDIDIKAN dan KONSELING


Research & Learning in Faculty of Education

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN PENDEKATAN CTL


(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING)
SISWA SEKOLAH DASAR

Nurul Nofriani, Yusnira, Putri Hana Pebriana


Program Studi PGSD STKIP Pahlawan Tuanku Tambusai
Email: Nurulnofriani@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini dilatar belakangi oleh rendahnya hasil belajar IPA. Hal ini didasarkan pada
jumlah siswa yang hasil belajarnya dibawah Kriteria ketuntasan minimum (KKM) yang ditetapkan
sekolah yaitu 75, dari 26 orang siswa 10 orang siswa yang mendapat nilai baik atau diatas KKM, dan
16 orang siswa yang mendapat nilai dibawah KKM. Penelitian ini merupakan tindakan kelas,
penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk mendeskripsikan peningkatan hasil belajar pada materi
peristiwa alam dengan penerapan pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning) pada siswa
kelas Va SDN 001 Salo. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2016, subjek penelitian ini
adalah siswa kelas Va SDN 001 Salo yang berjumlah 26 orang siswa yang terdiri dari 12 orang siswa
laki-laki dan 14 orang siswa perempuan. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik
observasi, teknik dokumentasi dan teknik tes.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ketuntasan sebelum tindakan hanya
mencapai 38,46%, siklus I meningkat menjadi 73,08% dan siklus II meningkat lagi menjadi 92,31%.
Dapat disimpulkan bahwa dengan penerapan pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning)
dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada materi peristiwa alam pada siswa kelas Va SDN 001 Salo.

Kata kunci: Hasil Belajar, Pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning), IPA

PENDAHULUAN Indonesia menempati peringkat 37.


A. Latar Belakang Masalah Sedangkan tahun 2007, Indonesia
Hayat & Yusuf (Wisudawati, 2014: menempati peringkat 36 dari 49
11), konsep IPA yang disampaikan negara. Rerata skor siswa 397 jauh
oleh guru belum banyak digunakan lebih rendah dibanding rerata
oleh siswa dalam memecahkan internasional 500. Permasalahan
masalah yang mereka jumpai. Di kurikulum IPA di Indonesia kurang
Indonesia, siswa yang mempelajari diimplementasikan oleh kebanyakan
IPA relatif belum mampu sekolah sehingga menyebabkan kurang
menggunakan pengetahuan IPA yang efektifnya proses pembelajaran,
mereka peroleh untuk menghadapi Depdiknas (Ain, 2013: 3).Sesuai
tantangan kehidupan nyata. Hasil dengan amanat peraturan pemerintah
survey Trends in International Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Mathematics and Science Study Nasional Pendidikan, bahwa proses
(TIMSS) dari 46 negara berpartisipasi pembelajaran pada setiap satuan
pada tahun 2003, anak pendidikan dasar dan menengah
harus interaktif, inspiratif, aktif dalam pembelajaran. Oleh karna itu,
menyenangkan, menantang dan pembelajaran hendaknya dapat memberikan
memotivasi siswa untuk berpartisipasi pengalaman langsung dan bemakna kepada
siswa. Pada pembelajaran IPA, IPA, dimana tidak semua siswa
pemahaman terhadap konsep-konsep mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal
pelajaran itu penting sehingga dapat (KKM). KKM yang ditetapkan sekolah
memberi pengalaman langsung kepada untuk mata pelajaran IPA adalah 75,
siswa. Pemahaman terhadap konsep- namun dari 26 siswa, yang mendapat
konsep yang baik akan membuat siswa nilai di atas KKM hanya 10 siswa
menempatkan konsep-konsep tersebut (38,46%), sedangkan 16 siswa lainnya
dalam sistem memori jangka panjang mendapat nilai dibawah KKM
(long term memory). Pemahaman (61,54%). Selain itu, data juga
konsep-konsep yang baik semestinya menunjukkan nilai rata-rata terendah
akan mempermudah mereka dalam 30 dan tertingggi 90.
mencapai kriteria ketuntasan minimal
(KKM) yang telah ditetapkan oleh Agar hasil belajar IPA siswa pada
sekolah. Namun dalam kenyataannya, materi Peristiwa Alam dapat mencapai
berdasarkan hasil pengamatan dan nilai yang ditetapkan, maka guru
wawancara yang dilakukan pada dituntut untuk menerapkan suatu
tanggal 26 Januari 2016 dengan guru pendekatan pembelajaran yang dapat
kelas Va di Sekolah Dasar Negri 001 membuat siswa aktif dalam proses
Salo Kecamatan Salo, fenomena yang pembelajaran.
terjadi ialah: (1) Guru lebih Oleh karenanya, peneliti
mendominasi dalam proses memberikan satu solusi yang
pembelajaran, siswa belajar sebatas diharapkan nantinya dapat membantu
menerima pengetahuan dari guru guru dalam mengatasi masalah-masalah
sehingga siswa cenderung pasif dan yang terjadi dikelas tersebut yakni
siswa mulai bosan dengan materi yang dengan pendekatan CTL (Contextual
disampaikan guru, (2) Siswa kurang Teaching and Learning) untuk
memperhatikan guru saat menjelaskan mewujudkan pembelajaran yang lebih
pelajaran, disini terlihat ada siswa yang bermakna.
bernyanyi, bermain, berbicara dengan Ketika siswa dapat mengaitkan isi
teman sebangku, serta mengganggu dari mata pelajaran dengan pengalaman
teman yang lain, (3) Komunikasi mereka sendiri, mereka menemukan
pembelajaran hanya satu arah, kurang makna dan makna memberi mereka
adanya interaksi timbal balik antara alasan untuk belajar karena ketika
guru dengan siswa, ini terlihat tidak diminta untuk mempelajari sesuatu yang
ada siswa yang bertanya pada saat tidak bermakna, para siswa biasanya
pembelajaran, (4) Kurangnya tanggung bertanya, “ Mengapa saya harus
jawab dalam melaksanakan tugas yang mempelajari ini?” wajar sekali jika
diberikan guru karena siswa sulit mencari makna atau maksud dari tugas
memahami pelajaran, (5) Hal-hal sekolah yang mereka terima (Johnson,
tersebut pada akhirnya mengakibatkan 2014: 35-91).
rendahnya hasil belajar IPA siswa, ini Menurut Howey R, Kenet
ditandai dengan hasil ulangan harian (Rusman, 2014: 189) CTL (Contextual
siswa kelas Va pada mata pelajaran Teaching and Learning) adalah
pembelajaran yang memungkinkan
terjadinya proses belajar dimana siswa
menggunakan pemahaman dan
kemampuan akademiknya dalam
berbagai konteks dalam dan luar
sekolah untuk memecahkan masalah
yang bersifat nyata.
Kelebihan pembelajaran CTL pernah lupa, (2) Suasana dalam proses
(Contextual Teaching and Learning) pembelajaran menyenangkan karena
menurut Taufik (2009: 196) yaitu: (1) menggunakan realitas kehidupan, sehingga
Siswa membangun sendiri siswa tidak bosan belajar, (3) Siswa merasa
pengetahuannya, maka siswa tidak dihargai dan semakin terbuka karena setiap
jawaban ada penilaiannya, (4) Sedangkan McNiff (Arikunto, 2015:
Memupuk kerjasama dalam kelompok, 191) memandang PTK sebagai bentuk
siswa dilibatkan secara aktif dalam penelitian reflektif yang dilakukan oleh
proses pembelajaran, pendidik sendiri terhadap kurikulum,
(5) Siswa belajar saling menerima dan pengembangan sekolah, meningkatkan
memberi pendapat melalui kerja prestasi belajar, pengembangan
kelompok, (6) pembelajaran terjadi keahlian mengajar dan sebagainya.
diberbagai tempat. Dalam penelitian ini peneliti
Berdasarkan permasalahan diatas, mengumpulkan data dengan cara
agar tercipta proses pembelajaran yang sebagai berikut:
aktif dan hasil belajar IPA siswa a. Tes
meningkat peneliti mencoba Menurut Poerwanti dkk (Ain,
mengadakan Penelitian Tindakan Kelas 2013: 62), tes dapat diartikan sebagai
dengan judul: “Peningkatan Hasil himpunan pertanyaan untuk dijawab,
Belajar IPA dengan Pendekatan CTL pernyataan-pernyataan perlu dipilih,
(Contextual Teaching and Learning) atau tugas-tugas peserta, tes
Siswa Sekolah Dasar (Penelitian digunakan untuk mengukur aspek
Tindakan Kelas pada Materi Peristiwa tertentu. Tes digunakan mengukur
Alam Siswa Kelas Va SDN 001 Salo)”. kemampuan siswa dan mendapatkan
data pencapaian hasil belajar saat
METODE PENELITIAN pembelajaran. Tes diberikan kepada
Metode penelitian ini adalah siswa secara individu maupun
Penelitian Tindakan Kelas (PTK). kelompok untuk mengetahui
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sudah kemampuan kognitif, dilaksanakan
dikenal lama dalam dunia pendidikan. pada pembelajaran tiap siklus.
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Metode tes digunakan untuk
merupakan bagian dari penelitian mengukur hasil belajar yang telah
tindakan (action research) yang dicapai siswa kelas Va SDN 001
dilakukan oleh guru dikelas yang Salo dalam belajar IPA pada materi
bertujuan memperbaiki dan peristiwa alam.
meningkatkan kualitas dan kuantitas b. Observasi
proses pembelajaran dikelas. Dalam menggunakan metode
Harjodipuro (Elfanany, 2013: 21), observasi, cara yang paling efektif
mengartikan bahwa Penelitian Tindakan adalah melengkapinya dengan
Kelas (PTK) adalah suatu pendekatan format pengamatan sebagai
untuk memperbaiki pendidikan melalui instrumen. Format yang disusun
perubahan dengan mendorong guru berisi item-item tentang kejadian
untuk memikirkan praktik mengajarnya atau tingkah laku yang
sendiri, agar kritis terhadap praktik menggambarkan kejadian yang akan
tersebut agar mau untuk mengubahnya. terjadi (Elfanany, 2013: 90)
Observasi dalam penelitian
digunakan untuk menggambarkan
aktivitas siswa dan guru dalam
proses pembelajaran menggunakan
pendekatan CTL (Contextual
Teaching and Learning).
c. Dokumentasi
Syamsuddin dan Damaianti
(Ain, 2013: 63) menyatakan
Dokumentasi digunakan untuk
mengumpulkan data berupa
dokumen
atau rekaman. Dokumentasi observasi. Dokumen berupa foto , absensi,
dilakukan untuk memperkuat data nilai siswa, kegiatan guru dan siswa dari
lembar observasi, untuk memberikan dikerjakan oleh masing-masing
gambaran secara konkret siswa.
pelaksanaan kegiatan pembelajaran 2. Instrumen pengumpulan data
yang dilakukan dengan pendekatan Instrumen yang digunakan untuk
CTL (Contextual Teaching and pengumpulan data dalam penelitian
Learning). ini adalah sebagai berikut :
A. Instrumen penelitian a. Tes
Instrumen penelitian yang Tes adalah serentetan
digunakan dalam penelitian ini adalah pertanyaan atau latihan atau alat
perangkat pembelajaran dan instrumen lain yang digunakan untuk
pengumpulan data. mengukur keterampilan,
1. Perangkat Pembelajaran pengetahuan
Perangkat pembelajaran yang intelegensi, kemampuan atau bakat
digunakan dalam penelitian ini yang dimiliki individu atau
adalah sebagai berikut : kelompok. Dalam penelitian ini
a. Silabus peneliti menggunakan teknik
Silabus merupakan acuan penilaian tes tertulis dengan bentuk
pengembangan RPP yang memuat instrumen essay dan objektif.
identitas mata pelajaran, standar Menurut Sudjana (2014: 35)
kompetensi, kompetensi dasar, essay atau uraian adalah pertanyaan
materi pembelajaran, kegiatan yang menuntut siswa menjawabnya
pembelajaran, indikator dalam bentuk menguraikan,
pencapaian kompetensi, penilaian, menjelaskan, mendiskusikan,
alokasi waktu dan sumber belajar. membandingkan, memberikan
b. Rencana Pelaksanaan alasan dan bentuk lain yang sejenis
Pembelajaran (RPP) sesuai dengan tuntutan pertanyaan
RPP dijabarkan dari silabus dengan menggunakan kata-kata dan
untuk mengarahkan kegiatan bahasa sendiri. sedangkan tes
belajar siswa dalam upaya objektif merupakan pilihan ganda.
mencapai kompetensi dasar. RPP Tes pilihan ganda meliputi 4
disusun untuk setiap KD yang pilihan jawaban (a, b, c atau d)
dapat dilaksanakan dalam satu setiap item jawaban yang benar
kali pertemuan atau lebih, guru akan diberi nilai atau skor 1, dan
merancang RPP untuk setiap bila salah diberi skor 0.
pertemuan yang disesuaikan b. Lembar observasi aktifitas siswa
dengan penjadwalan di satuan Berupa lembar pengamatan
pendidikan. aktivitas siswa selama mengikuti
c. Lembar Kerja Siswa (LKS) proses pembelajaran dengan
Lembar kerja siswa adalah pendekatan CTL (Contextual
salah satu bentuk program yang Teaching Learning).
berlandaskan atas tugas yang c. Lembar observasi aktifitas guru
harus diselesaikan dan berfungsi Berupa lembar observasi
sebagai alat untuk mengalihkan aktivitas guru yang digunakan
pengetahuan dan keterampilan. untuk melihat aktivitas yang
LKS berisikan kegiatan siswa atau dilakukan guru selama kegiatan
petunjuk kerja yang harus belajar mengajar dengan
pendekatan CTL (Contextual
Teaching Learning).
B. Teknik Analisis Data
1. Analisis aktivitas guru
Aktivitas guru yang dinilai aktivitas guru terkumpul melalui observasi,
berupa kesesuaian pelaksanaan data tersebut diolah dengan menggunakan
kegiatan guru dengan RPP yang rumus persentase, yaitu sebagai berikut :
telah dirancang. Setelah data P = F X 100% N
Keterangan : F = Frekuensi yang sedang dicari
F = Frekuensi yang sedang dicari persentasenya
persentasenya N = Number of cases (jumlah
N = Number of cases (jumlah frekuensi/banyaknya individu)
frekuensi/banyaknya individu) P = Angka persentase
P = Angka persentase 100% = bilangan tetap (Nurafni,
100% = bilangan tetap (Nurafni, 2014: 24)
2014: 24) Dalam menentukan kriteria
penilaian tentang hasil observasi
Dalam menentukan kriteria aktivitas siswa, maka dilakukan
penilaian tentang hasil observasi pengelompokan atas 5 kriteria
aktivitas guru, maka dilakukan penilaian yaitu sangat baik, baik,
pengelompokan atas 5 kriteria sedang, kurang dan sangat kurang..
penilaian yaitu sangat baik, baik, Adapun kriteria persentase tersebut
sedang, kurang dan sangat kurang. yaitu sebagai berikut :
Pelaksanaan pembelajaran dikatakan Tabel 3.2
berhasil apabila kriteria persentase Interval Aktivitas Siswa
penilaian aktivitas guru minimal
baik. Adapun kriteria persentase No Interval Kategori
tersebut yaitu sebagai berikut : 1. 90 - Sangat
Tabel 3.1 100 Baik
Interval Aktivitas Guru 2. 70 – 89 Baik
No Interval Kategori 3. 50 – 69 Sedang
1. 90 - 100 Sangat Baik 4. 30 – 49 Kurang
2. 70 – 89 Baik 5. 10 – 39 Sangat
3. 50 – 69 Sedang Kurang
4. 30 – 49 Kurang (Nurafni, 2014: 24)
5. 10 – 39 Sangat Kurang
(Nurafni, 2014: 24) 3. Hasil belajar
2. Analisis aktivitas siswa Penilaian ini dilaksanakan untuk
Setelah data aktivitas siswa mengetahui tingkat hasil belajar
terkumpul melalui observasi, data siswa, yang dilaksanakan pada setiap
tersebut diolah dengan menggunakan akhir siklus, adapun tes yang akan
rumus persentase, yaitu sebagai dilakukan berbentuk tes tertulis.
berikut : Hasil belajar ketuntasan individu
P = F X 100% tersebut diolah dengan menggunakan
N rumus : KBSI = Jumlah Skor Yang
Dicapai
Keterangan : Siswa X 100%
Skor Maxsimum
Keterangan:
KBSI = Ketuntasan belajar siswa
secara individu
Siswa dikatakan tuntas apabila
nilainya sama dengan KKM atau
lebih tinggi dari KKM yaitu 75.
Menentukan ketuntasan klasikal
rumus yang digunakan yaitu:
KK = Jumlah siswa yang tuntas X
100%
Jumlah seluruh siswa
No Interval Kategori Siklus I
Keterangan: 1 86-100 Baik 15
KK = Ketuntasan klasikal sekali (57,69%)
Jika ketuntasan klasikal siswa 2 71-85 Baik 5 (19,23%)
telah mencapai 80% dari seluruh 3 56-70 Sedang 5 (19,23%)
siswa, maka hasil belajar siswa 4 41-55 Kurang 1 (3,85%)
secara klasikal telah tercapai dengan 5 < 40 Sangat 0 (0%)
baik. Adapun kriteria penilaian hasil kurang
belajar siswa dalam proses Rata- 83,85
pembelajaran IPA dapat dilihat pada rata
tabel berikut : Katagori Baik
Siswa 73,08%
yang
Tabel 3.3 tuntas
Interval Hasil Belajar Siswa 26,92%
yang
No Interval Kategori tidak
1. 86 - Baik tuntas
100 Sekali Jumlah 26 iswa
2. 71 – 85 Baik siswa
3. 56 – 70 Sedang
4. 41 – 55 Kurang
5. < 40 Sangat
Kurang Hasil belajar IPA materi peristiwa alam
(Nurafni, 2014: 25) siswa kelas Va SDN 001 Salo setelah
siklus I berkategori baik dengan rata-rata
80 dan ketuntasan secara klasikal 73,08%.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil belajar siklus I ini meningkat jika
dibandingkan dengan skor awal.
A. Deskripsi Pratindakan
Hasil Test Siklus II
Peneliti menganalisis hasil observasi
awal melalui hasil belajar siswa sebelum Ketuntasan secara individu dan klasikal
tindakan, dengan tujuan untuk mengetahui pada hasil test siklus II dapat dilihat pada
keberhasilan siswa dalam memahami tabel berikut ini:
materi peristiwa alam dalam pelajaran IPA.
Tabel 4.3 Hasil Test Siklus II
Hasil pratindakan digunakan sebagai
perbandingan hasil belajar sebelum dan
sesudah penerapan pendekatan CTL
(Contextual Teaching and Learning) pada
mata pelajaran IPA materi peristiwa alam
kelas Va SDN 001 Salo.

B. Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus


Ketuntasan secara individu dan klasikal
pada hasil test siklus I dapat dilihat pada
tabel berikut ini:

Tabel 4.2 Hasil Test Siklus I


No Interval Kategori Siklus I
1 86-100 Baik 19
sekali (73.08%)
2 71-85 Baik 5 (19,23%)
3 56-70 Sedang 2 (7,69%)
4 41-55 Kurang 0 (0%)
5 < 40 Sangat 0 (0%)
kurang
Rata- 90.19
rata
Katagori Baik Sekali
Siswa 92,31% hasil belajar pada siklus I yaitu siswa
yang mendapat nilai dengan kategori baik
tuntas sekali yaitu 15 orang, yang mendapat
Siswa 7,69% nilai kategori baik yaitu 5 orang, dan
yang yang mendapat nilai sedang yaitu
tidak
tuntas
Jumlah 26 iswa
siswa

Hasil belajar IPA siswa kelas Va


SDN 001 Salo setelah siklus II berkategori
baik sekali dengan rata-rata 90,19 dan
ketuntasan secara klasikal 92,31%. Hasil
belajar siklus II ini meningkat jika
dibandingkan dengan skor awal dan siklus

C. Perbandingan Hasil Tindakan Tiap


Siklus
Data yang dianalisis dalam penelitian
ini adalah hasil belajar siswa pada materi
peristiwa alam dengan penerapan
pendekatan CTL (Contextual Teaching
and Learning).
1. Hasil Belajar Siswa
Untuk mengetahui
perkembangan hasil belajar siswa
dari siklus I dan II dengan
penerapan pendekatan CTL
(Contextual Teaching and
Learning) pada siswa kelas Va SD
Negri 001 Salo dapat dilakukan
analisis terdiri dari hasil belajar
individu dan hasil belajar secara
klasikal
a. Hasil Belajar Secara Individu
Berdasarkan data skor
awal dan soal evaluasi siklus I
dan siklus II,
Dapat disimpulkan bahwa
hasil belajar siswa sesudah
tindakan meningkat. Kategori
5 orang siswa, sedangkan ketuntasan belajar siswa secara
1 orang lagi mendapat klasikal pada siklus I dan siklus
nilai dengan kategori II pada materi peristiwa alam
kurang. setelah penerapan pendekatan
Kategori hasil CTL (Contextual Teaching and
belajar yang diperoleh Learning) di kelas Va SDN
siswa pada siklus II juga 001Salo
terjadi peningkatan
setelah diterapkan SIMPULAN
pendekatan CTL 1. Perencanaan Pembelajaran IPA
(Contextual Teaching Materi Peristiwa Alam
and Learning), siswa Dalam tahap perencanaan
yang mendapatkan tindakan pada siklus I dan siklus II
kategori baik sekali yaitu peneliti menyusun silabus dan
19 orang, siswa yang rencana pelaksanaan pembelajaran
mendapat kategori baik 5 berdasarkan langkah-langkah
orang dan siswa yang pendekatan CTL (Contextual
mendapat kategori sedang Teaching and Learning),
2 orang. Rata- rata skor mempersiapkan bahan ajar berupa
awal siswa 69,04 gambar, vidio, power point, alat
meningkat pada siklus I peraga, menyiapkan format
yaitu 83,85 dan siklus II pengamatan atau lembar observasi
90,19. Peningkatan nilai aktivitas guru dan aktivitas yang
rata-rata dari siklus I ke dilakukan oleh siswa dan
siklus II yaitu sebesar mempersiapkan soal evaluasi dan
6,34. LKS (Lembar Kerja Siswa) yang
b. Ketuntasan Belajar Klasikal sesuai dengan materi yang dipelajari.
Hasil analisis 2. Proses Pembelajaran IPA Materi
Peristiwa Alam
Proses pembelajaran yang kemampuan siswa untuk bertanya sudah
dilaksanakan guru dengan meningkat, siswa berani untuk bertanya jika
pendekatan CTL (Contextual tidak mengerti dalam materi yang
Teaching and Learning) pada siklus I disampaikan serta siswa mampu
secara keseluruhan telah bekerjasama dengan kelompok dengan
dilaksanakan hampir sesuai dengan baik.
RPP, karna perlu pengkondisian 3. Hasil Pembelajaran IPA materi
kelas secara maksimal, dalam Peristiwa Alam
kegiatan bertanya atau questioning Berdasarkan hasil
belum terlaksana, karena kurang pembelajaran permasalahan social yang
adanya respon dari siswa. Siklus II telah dijabarkan pada bab IV, diketahui
secara keseluruhan proses bahwa ketuntasan sebelum tindakan hanya
pembelajaran terlaksana guru dengan mencapai 38,46% atau hanya 10 orang
baik, karena guru telah siswa yang tuntas. Pada siklus I meningkat
melaksanakannya sesuai dengan menjadi 73,08% Atau hanya 19 orang siswa
RPP, selain itu guru telah yang tuntas, dan siklus II meningkat lagi
memberikan bimbingan dan motivasi menjadi 92,31% Atau 24 Orang Siswa
agar siswa lebih aktif dan percaya Yang Tuntas.
diri. Sedangkan aktivitas siswa pada
siklus I belum berjalan secara DAFTAR PUSTAKA
kondusif, kemampuan siswa untuk Ain, Anisa Huril. 2013. Peningkatan Kualitas
berani bertanya masih kurang, Pembelajaran Ipa Melalui Penerapan
tanggung jawab dalam kelompok Pendekatan Ctl Pada Siswa Kelas Vc Sdn
masih memerlukan bimbingan agar Purwoyoso 03 Semarang. Universitas
dapat dimaksimalkan. Siklus II Negeri
Semarang. Semarang: Tidak Posigadan Kabupaten Bolaang
Dipublikasikan. Pdf. 29 Mongondow Selatan. Pdf. 29
Januari. Januari.

Arikunto, S. dkk. 2015. Penelitian Nurafni. 2014. Penerapan Metode


Tindakan Kelas. Jakarta: Cotextual Taeching and Learning
Bumi Askara. (Ctl) Untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa Mata Pelajaran IPA
Efi. 2015. Upaya Meningkatkan
Hasil Belajar IPA Pada
Konsep Perkembangbiakan
Tumbuhan Melalui
Pendekatan Kontekstual.
Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah. Jakarta:
Tidak Dipublikasikan. Pdf.
29 Januari.

Elfanany, B. 2013. Penelitian


Tindakan Kelas.
Yogyakarta: Araska.
Hartini, Nanik. 2010. Penerapan
Model Pembelajaran CTL
Untuk Motivasi Belajar IPA
Kelas II Sekolah Dasar
Negeri 02 Gambir Manis
Kecamatan

Pracimantoro Kabupaten
Wonogiri. Fakultas
Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas
Sebelas Maret. Surakarta:
Tidak Dipublikasikan. Pdf.
29 Januari.

Johnson, EB. 2014. Contextual


Taeching and Learning:
Menjadikan Kegiatan
Belajar- Mengajar
Mengasyikkan dan
Bermakna. Bandung: Kaifa.

Jufri,W. 2013. Belajar dan


Pembelajaran Sains.
Bandung: Pustaka Reka
Cipta.
Moogangga, H. 2013. Jurnal
Meningkatkan Hasil Belajar
Siswa Materi Sifat Cahaya
Melalui Pendekatan
Kontekstual Berbasis
Diskusi Kelompok Kelas V
Sdn 3 Momalia Kecamatan
Dikelas IV SDN 010 Siabu Kampar.
STKIP Pahlawan Tuanku
Tambusai Bangkinang.
Bangkinang: Tidak Dipublikasikan.

Purwanto, MN. 2010. Psikologi


Pendidikan. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Rusman. 2014. Model- Model
Pembelajaran: Mengembangkan
Profesionalisme Guru. Jakarta:
Rajawali Pers.

Sudjana, Nana. 2014. Penilaian Hasil


Proses Belajar Mengajar.
Bandung: Rosda Karya

Taufik, T. 2009. Mozaik Pembelajaran


Inovatif. Jakarta: Kencana Prenada
Group.
Thobroni. 2015. Belajar dan
Pembelajaran: Teori dan Praktik.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Wisudawati, AW dan Sulistyowati. 2014.


Metodologi Pembelajaran IPA.
Jakarta: Bumi Askara.

Anda mungkin juga menyukai