KEGAWATDARURATAN UROLOGI
Disusun Oleh :
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR
2019/2020
Latar belakang
Kegawatdaruratan sistem perkemihan merupakan kegawatan di bidang
urologi yang bisa disebabkan oleh karena trauma maupun bukan trauma. Pada
trauma urogenitalia, biasanya dokter cepat memberikan pertolongan dan jika
fasilitas yang tersedia tidak memadai, biasanya langsung merujuk ke tempat yang
lebih lengkap. Berbeda halnya dengan kedaruratan urogenitalia non trauma, yang
sering kali tidak terdiagnosis dengan benar, menyebabkan kesalahan penanganan
maupun keterlambatan dalam melakukan rujukan ke tempat yang lebih lengkap,
sehingga menyebabkan terjadinya kerusakan organ dan bahkan ancaman terhadap
jiwa pasien. Beberapa kedaruratan urologi non trauma tersebut diantaranya :
Urosepsis, Hematuria, Obstruksi saluran kemih dan Strangulasi. Sedangkan untuk
kedaruratan urologi kerana trauma diantaranya : Trauma ginjal, Trauma ureter,
Trauma kandung kemih, Trauma urethra, dan Fraktur penis.
Isi
1. Kedaruratan Urologi Non Trauma
a. Urosepsis
Sepsis adalah kondisi ketika darah keracunan akibat sistem
imun tubuh sendiri. Jadi ketika tubuh terkena infeksi bakteri atau zat
asing tertentu, sistem imun terlalu aktif dan memberikan respon
berlebihan. Hal ini membuat antibodi diproduksi terlalu banyak dan
akhirnya masuk ke dalam darah, kemudian menyebabkan darah
keracunan. Nah, dalam kasus ini infeksi terjadi pada bagian sistem
perkemihan (urologi), sehingga disebut dengan urosepsis. Urosepsis
adalah infeksi sistemik yang berasal dari fokus infeksi di traktus
urinarius sehingga menyebabkan bakteremia dan syok septik. Insiden
urosepsis 20-30 % dari seluruh kejadian septikemia dan lebih sering
berasal dari komplikasi infeksi di traktus urinarius. Pasien yang
beresiko tinggi urosepsis adalah pasien berusia lanjut, diabetes dan
immunosupresif seperti penerima transplantasi, pasien dengan AIDS,
pasien yang menerima obat-obatan antikanker dan imunosupresan.
Obstruksi Kongenital: striktur uretra, fimosis, ureterokel,
policystic kidney disease
Didapat: calkulus, hipertrofi prostat, tumor traktus
urinarius, trauma, kehamilan, radioterapi
Instrumentasi Kateter ureter, stent ureter, nephrostomy tube,
prosedur urologik.
Impaired voiding Neurogenic bladder, sistokel, refluk vesikoureteral
Abnormalitas Nefrokalsinosis, diabetes, azotemia
metabolik
Imunodefisiensi Pasien dengan obat-obatan imunosupresif,
neutropenia.
Tabel 1. Kelainan struktur dan fungsi traktus urinarius yang berhubungan dengan
sepsis.
d. Strangulasi Penis
Strangulasi penis adalah terjeratnya penis oleh benda yang
melingkar pada penis sehingga menimbulkan gangguan hemodinamik
disebelah distal jeratan, berupa bendungan aliran darah vena yang
berakibat edem, hipoksemia sampai nekrose jaringan. Merril
membedakan strangulasi penis menjadi dua, yaitu yang pada orang
dewasa dan pada anak-anak/bayi. Pada dewasa biasanya karena
kesengajaan memasukkan benda berongga atau menjerat penisnya
pada saat ereksi. Benda yang dimasukkan bisa cincin karet/logam,
pipa, botol atau tali. Sedang pada anak/bayi dapat disebabkan oleh
kelalaian orang tua misalkan melingkarkan tali pada batang penis
anaknya dengan tujuan mencegah enuresis.
Pada prinsipnya benda yang menjerat penis harus segera
dikeluarkan. Caranya tergantung pada bahan, ukuran dan lama jeratan.
Jeratan oleh cincin baja sulit dikeluarkan apalagi bila ada edem hebat
disebelah distal jeratan. Bila edem belum terlalu besar, pelepasan
dapat dilakukan seperti melepaskan cincin dari jari tangan. Seutas pita
kecil atau nylon dilewatkan dibawah cincin dengan bantuan klem
bengkok yang telah diberi pelicin sampai ke proksimal cincin.
Disebelah distal cincin, pita dililitkan pada penis yang sebelumnya
telah pula diberi pelicin 2-3 cm. Ujung proksimal pita ditarik ke distal
dengan sudut 95° sampai cincin melewati lilitan pita. Prosedur ini
diulangi sampai cincin keluar. Diameter penis yang amat besar dan
ketegangan penis yang hebat dapat dikurangi dengan menusuk glans
dan kulit penis hingga cairan edem beserta darah dapat dikeluarkan
dan akan memperkecil diameter penis. Cincin baja dapat pula
dikeluarkan dengan memotongnya dengan gerinda baja berkecepatan
tinggi. Tetapi alat ini belum tentu tersedia dan sering menimbulkan
panas yang dapat merusak jaringan penis, karena itu selama digerinda
harus selalu ditetesi air. Pengambilan jeratan hanya merupakan awal
pengobatan strangulasi penis, perawatan selanjutnya tergantung
derajat kerusakannya. Uretrografi perlu dilakukan bila ada kecurigaan
lesi uretra. Kerusakan kulit yang luas memerlukan debridemen dan
tandur kulit.
b. Trauma Ureter
Ruptur uretra adalah ruptur pada uretra yang terjadi langsung
akibat trauma dan kebanyakan disertai fraktur tulang panggul,
khususnya os pubis (simpiolisis). Trauma ureter sangat jarang
terjadi dari seluruh kasus trauma urogenital didapatkan sekitar 1%
trauma ureter. Penyebab trauma ureter antara lain trauma eksterna:
tumpul (18%) dan tajam (7%), trauma iatrogenic (75 %), operasi
obsgyn 73%, urologi (14%), digestif/ general (14%). Diagnosis
dilakukan dengan melakukan anamnesis tentang riwayat trauma
flank atau operasi daerah abdomen, pemeriksaan klinis: Hematuria,
oligo/anuria, sepsis. Dari pemeriksaan imaging: IVP, RPG
didapatkan gambaran rupture atau ekstravasasi kontras.
d. Trauma Urethra
e. Fraktur Penis
Kesimpulan