Anda di halaman 1dari 8

Hati adalah organ kelenjar terbesar dengan berat kira-kira 1200-1500 gram.

Terletak di abdomen
kuadrat

kanan atas menyatu dengan saluran bilier dan kandung empedu. Hati menerima pendarahan dari
sirkulasi sistemik melalui arteri hepatika dan menampung aliran darah dari sistem porta yang
mengandung zat makanan yang diabsorbsi usus.Secara mikroskopis, hati tersusun oleh banyak lobulus
dengan struktur serupa yang

terdiri dari hepatosit, saluran sinusoid yang dikelilingi oleh endotel vaskuler dan sel kupffer yang
merupakan bagian dari sistem retikuloendotelial.1,2 Hati memiliki peran sangat penting dalam
metabolisme glukosa dan lipid, membantu proses pencernaan,absorbsi lemak dan vitamin yang larut
dalam lemak, serta detoksifikasi tubuh terhadap zat toksik. Interpretasi hasil pemeriksaan uji fungsi hati
tidak dapat menggunakan hanya satu parameter tetapi menggunakan gabungan beberapa hasil
pemeriksaan, karena keutuhan sel hati dipengaruhi juga faktor ekstrahepatik.2 Pemeriksaan fungsi hati
diindikasikan untuk penapisan atau deteksi adanya kelainan atau penyakit hati, membantu
menengakkan diagnosis, memperkirakan beratnya penyakit, membantu mencari etiologi suatu penyakit,
menilai hasil pengobatan, membantu mengarahkan upaya diagnostik selanjutnya serta menilai
prognosis penyakit dan disfungsi hati.3,4 Jenis uji fungsi hati dapat dibagi menjadi 3 besar yaitu
penilaian fungsi hati, mengukur aktivitas enzim, dan mencari etiologi penyakit.Pada penilaian fungsi hati
diperiksa fungsi sintesis hati, eksresi, dan detoksifikasi.

d. Kelainan Fungsi Hati

Gangguan fungsi hati atau disfungsi hati mencerminkan ketidakmampuan

hati dalam menjalankan fungsinya dalam ekresi bilirubin dan garam empedu

metabolisme lemak, karbohidrat dan netralisir racun, serta sintesis protein yang

terdiri atas albumin immunoglobulin, 1 antitripsin, ceruloplasmin dan faktor

koagulasi.

Menurut penyebabnya, disfungsi hati dapat diklasifikasikan menjadi :


(Tolman, 2000)

1) Disfungsi sel hati yaitu pada kelainan hepatoseliler, misalnya serosis

dan hepatitis.

2) Disfungsi hati karena gangguan aliran empedu dari menuju saluran

empedu, misalnya terjadi batu empedu.

Enzim alanin aminotransferase paling banyak terdapat pada sel-sel hati.

Kenaikan nilai aminotransferase dalam serum disebabkan oleh sel-sel yang kaya

akan aminotransferase mengalami nekrosis atau hancur. Enzim-enzim tersebut

masuk dalam peredaran darah.Kenaikan kembali atau bertahannya nilai

aminotranferase yang tinggi biasanya menunjukkan berkembangnya kelainan dan

nekrosis hati (Hendraraharja, 2000).

Aminotranferase serum juga meningkat pada bermacam-macam penyakit

hati selain akibat nekrosis hepatoseluler atau obtruksi misalnya penyakit hati
infiltratif (perlemakan hati dan metastase keganasan pada hati).Penyakit infeksi

baik sistematik maupun lokal pada hati, penyakit ini karena obat, penyakit hati

karena alkoholik (Bisanto J, 2000)

Gangguan fungsi hati terjadi karena

meningkatnya tekanan vena sentralis

sehingga mengakibatkan peningkatan

enzim hati.

Memahami proses terjadinya atau patogenesis sirosis hati sangatlah penting. Definisi dari sirosis hati
adalah keadaan jaringan hati yang dicirikan dengan adanya nodul regeneratif yang dikelilingi oleh
jaringan parut atau fibrosis yang disebabkan oleh respon akibat dari berbagai proses kerusakan atau
penyakit hati yang menahun atau kronik. Sirosis hati banyak dijumpai di Indonesia terutama akibat dari
hepatitis viral kronis baik hepatitis B maupun hepatitis C. Sirosis juga banyak dijumpai pada kelompok
dengan kecanduan alkohol yang berat. Umumnya sirosis disertai dengan gagal hati berupa fungsi hati
yang menurun yang tidak mampu menjalankan fungsinya secara baik. Pada kesempatan kali ini, kita
berbicara mengenai proses patogenesis sirosis hati serta patofisiologi komplikasi akibat dari sirosis
tersebut.

Tedapat dua kelompok besar dampak atau yang berperngaruh terhadap patofisiologi sirosis hepatis.
Pertama adalah hipertensi portal dan kedua adalah insufisiensi atau gagal hati. Konsekuensi langsung
dari hipertensi portal dan kondisi hiperdinamik adalah terjadinya asites dan varises esofagus. Selain itu,
pada asites juga dapat terjadi komplikasi infeksi yang disebut spontaneous bacterial peritonitis (SBP).
Terjadinya SBP ditambah adanya kondisi hiperdinamik akan semakin mengurangi perfusi k eginjal
sehingga menyebabkan gagal ginjal fungsional yang disebut hepatorenal syndrome (HRS).
Kelompok komplikasi yang kedua adakah gangguan metabolisme akibat fungsi hati yang menurun.
Jaundice atau ikterus terjadi sebagai akibat ketidakmampuan hati mengeluarkan bilirubin. Ensefalopati
disebabkan baik oleh insufisiensi hati maupun hipertensi portal. Kemampuan tubuh yang berkurang
dalam mengolah homron pada wanita menyebabkan hipogonadisme seperti oligomenorrhea,
amenorrhea, dan steril.

Kemampuan hati dalam memproduksi berbagai macam protein juga menurun. Akibatnya adalah adanya
hipoalbumin dan sebagai kompensasi, kadar globulin meningkat. Hal ini menyebabkan rasio albumin
globulin terbalik (<1,0). Fungsi hati dalam produksi faktor koagulasi khususnya yang terlibat dalam jalur
intrinsik juga berkurang. Defisiensi faktor pembekuan ini menyebabkan pemanjangan PT dan
koagulaopati.

Kesimpulan

Sebagian besar atau hampir semua keadaan penyakit hati yang menahun berakhir dengan sirosis.
Patogenesis sirosis hati pada dasarnnya disebabkan aktivasi sel stelata oleh berbagai macam pernyakit
hati yang bersifat kronis tersebut. Jika sudah sirosis, dapat berakibat berbagai macam komplikasi dan
peningkatan kematian dan kecacatan. Pencegahan dan penanganan awal khususnya kesadaran akan
vaksinasi hepatitis B serta gaya hidup sehat menjadi penting untuk menghindari dampak berat dari
penyakit hati tahap akhir ini. Untuk penanganan sirosis hati dapat dipelajari pada artikel ini: Tatalaksana
Sirosis Hati. Selain artikel ini, penjelasan mengenai patogenesis sirosis hati atau patofisiologi sirosis hati
dapat disimak di video di bawah ini:

Gangguan hati dapat memengaruhi kondisi kesehatan umum seseorang secara signifikan. Infeksi virus,
faktor genetik, efek samping obat-obatan, dan gaya hidup yang kurang sehat, merupakan faktor-faktor
yang dapat menyebabkan gangguan hati.

Hati (liver) merupakan organ terbesar yang dimiliki manusia. Organ ini terletak di dalam rongga perut,
pada bagian kanan atas perut, dan terlindungi oleh tulang rusuk serta diafragma. Hati berperan dalam
menetralisir racun, sintesis protein, dan pembekuan darah. Hati juga berperan sebagai organ yang
memproduksi empedu untuk pencernaan.

Gangguan hati disebabkan oleh banyak faktor, di antaranya sebagai berikut:

Infeksi virus hepatitis, seperti virus hepatitis A, B, dan C. Virus hepatitis A ditularkan melalui makanan
dan minuman yang terkontaminasi virus hepatitis. Sedangkan hepatitis B dan C menular melalui air
mani, darah, kontak dengan penderita hepatitis B dan C.

Kelainan genetik.
Kanker.

Penimbunan lemak.

Gangguan sistem imun.

Berbagai macam kondisi kondisi dan penyakit dapat mengganggu fungsi hati. Jenis-jenis gangguan hati
tersebut antara lain:

Penyakit kuning

Di Indonesia, kondisi kulit dan mata yang menguning dikenal dengan penyakit kuning. Padahal kondisi ini
sebenarnya merupakan gejala dari gangguan hati yang ditandai dengan perubahan warna kuning pada
kulit dan mata. Hal ini disebabkan oleh kadar bilirubin (pigmen empedu) dalam aliran darah yang
melebihi rentang normal. Tingkat bilirubin menjadi tinggi karena terjadi kelainan sel atau peradangan
pada hati.

Kolestasis

Kolestasis merupakan kondisi terhambatnya cairan empedu. Cairan empedu dihasilkan hati guna
membantu proses pencernaan. Aliran empedu yang terhambat ini menyebabkan penumpukan bilirubin.

Sirosis

Sirosis merupakan kondisi terbentuknya luka atau jaringan parut di hati yang bersifat kronis. Kerusakan
pada hati yang mengalami sirosis tidak bisa diperbaiki. Kondisi ini bisa menyebabkan kegagalan hati.
Kebiasaan minum minuman beralkohol, infeksi virus Hepatitis B dan C merupakan penyebab paling
umum dari sirosis.

Hepatitis A

Penyakit ini disebabkan oleh virus Hepatitis A. Virus ini menyebabkan peradangan hati. Cara
penularannya adalah melalui feses, air, dan makanan yang terkontaminasi. Kontak fisik dengan
penderita melalui hubungan seks juga dapat meningkatkan risiko tertular hepatitis A.

Hepatitis B

Hepatitis B merupakan infeksi hati. Penyakit ini disebabkan oleh virus Hepatitis B yang ditularkan melalui
darah, cairan tubuh, atau luka yang terbuka. Ibu hamil yang menderita hepatitis B juga dapat
menularkannya kepada janin di dalam kandungan. Hati yang terinfeksi akan mengalami luka, kegagalan
hati, dan bahkan kanker jika tidak ditangani secepatnya.

Hepatitis C
Virus Hepatitis C dapat menular melalui darah. Hepatitis C membuat hati mengalami pembengkakan.
Kondisi kronis dari infeksi virus ini membuat hati mengalami sirosis, kegagalan hati, dan kanker hati.

Fatty liver atau perlemakan hati

Sesuai dengan namanya, karateristik penyakit ini ditandai dengan terlalu banyak lemak yang tersimpan
dalam hati. Akibatnya, hati mengalami peradangan yang dapat berkembang menjadi jaringan parut
permanen. Pada kondisi kronis, hati berisiko mengalami sirosis dan terjadi kegagalan hati. Fatty liver bisa
dipicu oleh konsumsi minuman keras (alcoholic fatty liver), juga oleh sebab lain (non-alcohoic fatty liver
disease/NAFLD), seperti diabetes dan obesitas.

Kanker hati

Kanker hati terjadi ketika sel hati mengalami mutasi sehingga tumbuh secara tidak terkendali. Dalam
beberapa kasus, infeksi kronis akibat virus hepatitis B dan C menyebabkan kanker hati.

Inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh infeksi virus dan akibat reaksi
toksik terhadap obat-obatan dan bahan-bahan kimia. Unit fungsional dasar dari hepar disebut lobul.
Unit ini unik karena memiliki suplai darah sendiri. Seiring dengan berkembanganya inflamasi pada hepar,
pola normal pada hepar terganggu. Gangguan terhadap suplai darah normal pada sel- sel hepar ini
menyebabkan kerusakan sel-sel hepar.

Setelah lewat masanya, sel-sel hepar hepar yang menjadi rusak dibuang dari tubuh oleh respons sistem
imun tubuh dan digantikan oleh sel-sel hepar baru yang sehat. oleh karenanya, sebagian besar pasien
yang mengalami hepatitis dapat sembuh dengan fungsi hepar normal. Fase ini juga ditandai dengan
inflamasi dan peregangan kapsul hati yang memicu timbulnya perasaan tidak nyaman pada perut
kuadran kanan atas. hal ini dimanifestasikan dengan adanya rasa mual dan nyeri di ulu hati. timbulnya
ikhterus disebabkan karena kerusakan sel parenkim hati. walaupun jumlah bilirubin yang belum
mengalami konjugasi masuk ke dalam hati tetap normal, tetapi karena adanya kerusakan sel hati dan
duktuli empedu intrapatik, maka terjadi kerusakan dalam konjugasi. akibatnya bilirubin tidak sempurna
dikeluarkan melalui duktus hepatikus. hal ini dikarenakan terjadi retensi (akibat kerusakan sel ekskresi)
dan regurgitasi pada duktuli empedu belum mengalami konjugasi (bilirubin indirect), maupun bilirubin
yang sudah mengalami konjugasi (bilirubin direct).

Jadi, ikhterus yang timbul, terutama disebabkan karena adanya kerusakan dalam pengangkutan,
konjungsi, dan ekskresi bilirubin. tinja mengandung sedikit sterkobilin, sehingga tampak pucat (abolish).
Karena bilirubin konjugasi larut dalam air, maka bilirubin dapat diekskresi ke dalam kemih, sehingga
bilirubin urine menjadi pisitif dan urine berwarna gelap. peningkatan kadar bilirubin terkonjugasi dapat
disertai peningkatan garam-garam empedu dalam darah yang menimbulkan gatal-gatal pada kulit
karena ikhtesus.

Hepatitis

Salah satu diantara banyaknya penyakit


menular yang perlu ditangani adalah penyakit hepatitis .Hepatitis adalah peradangan atau infeksi pada

sel-sel hati. Penyebab hepatitis yang paling sering adalah virus yang dapat menyebabkan

pembengkakan dan pelunakan hati(3) .

Hepatitis B merupakan suatu penyakit yang berbahaya, karena seseorang yang menderita

penyakit ini lebih banyak tidak menunjukkan gejala yang khas, sehingga penderita akan mengalami

keterlambatan diagnosis (4)(5)(6). Hepatitis adalah suatu proses peradangan difus pada jaringan yang

dapat disebabkan oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan serta bahan-bahan

kimia.3.Penyakit ini menyerang semua umur, gender dan ras di seluruh dunia.Hepatitis B dapat

menyerang dengan atau tanpa gejala hepatitis. Sekitar 5% penduduk dunia mengidap hepatitis B tanpa

gejala(7).

Penyebab sirosis hepatis terbanyak adalah

hepatitis B sebanyak 155 orang (51,0%). Patasik

(2015) juga mendapatkan hepatitis B sebagai


penyebab terbanyak yaitu 37,3%,

12 Lamtota (2014) Angela Lovena1

, Saptino Miro2

Penyebab utama sirosis hepatis di negara barat

adalah alkohol dan Hepatitis C, sedangkan di

Indonesia penyebab utama sirosis hepatis adalah

Hepatitis B (40%-50%) dan Hepatitis C (30%-40%).

Anda mungkin juga menyukai