KEPERAWATAN PALIATIF
Disusun Oleh :
3 Reguler B
2019
2
BAB I
PENDAHULUAN
Nyeri selalu bersifat subyektif, tidak ada dua individu yang mengalami
nyeri yang sama menghasilkan respon atau perasaan yang identik pada individu
tersebut. Melzack dan Casey menyebutkan bahwa pengalaman nyeri merupakan
interaksi dari tiga sistem (dimensi) yang berkaitan dengan stimulasi nosiseptif,
yaitu sensori-diskriminatif, motivasi-afektif, dan kognitif-evaluasi. Ketiga sistem
ini berkontribusi terhadap subyektifitas nyeri dan integralisasi faktor psikologis
dalam pengalaman nyeri.
BAB II
ISI
A. DEFINISI NYERI
Definisi nyeri yang paling luas diterima adalah yang diambil dari
International Association for the Study of Pain (IASP), yaitu : pengalaman
sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan sehubungan dengan
kerusakan jaringan, baik aktual maupun potensial atau yang digambarkan
dalam bentuk kerusakan tersebut.
Nyeri kronik adalah nyeri yang menetap lebih dari 3 bulan atau nyeri
yang berlangsung lebih lama dari proses penyembuhannya yang normal. Ada
yang berpendapat lama nyeri kronis adalah berlangsung lebih dari 6 bulan.
1. Nyeri Nosiseptik
Nyeri nosiseptik timbul sebagai akibat dari aktivasi nosiseptor perifer yang
berlokasi pada jaringan yang mengalami kerusakan dan ditransmisikan ke
saraf pusat melalui jalur sensori neural yang berfungsi secara normal.
Nyeri nosiseptik umumnya berkaitan dengan derajat kerusakan jaringan
somatik atau visceral.
2. Nyeri Neuropatik
Nyeri Neuropatik dihasilkan dari kerusakan atau perubahan strukur dan
fungsi jaringan saraf. Nyeri neuropatik dapat timbul berkaitan dengan
proses somatosensorik yang menyimpang pada saraf tepi atau sistem saraf
pusat
5
3. Nyeri Psikogenik
Nyeri psikogenik sering dirujuk sebagai gangguan somatisasi.
Penyebabnya didasari oleh adanya gangguan emosional atau stressor yang
sering tidak disadari pasien. Nyeri psikogenik timbul walaupun tidak
ditemukan organ sumber nyeri yang dapat diidentifikasi.
C. PATOFISIOLOGI NYERI
Pada saat sel saraf rusak akibat trauma jaringan, maka terbentuklah zat-
zat kimia seperti Bradikinin, Serotonin, dan enzim proteotik. Kemudian zat-
zat tersebut merangsang dan merusak ujung saraf reseptor nyeri dan
rangsangan tersebut akan dihantarkan ke hypothalamus melalui saraf asenden.
Sedangkan di korteks nyeri akan dipersiapkan sehingga individu mengalami
nyeri. Selain dihantarkan ke hypothalamus nyeri dapat menurunkan stimulasi
terhadap reseptor makanan sensitif pada termosensitif sehingga dapat juga
menyebabkan atau mengalami nyeri ( wahitchayatin, N. Mubarak, 2007)
D. PENGUKURAN NYERI
1.
2.
3.
Penanganan nyeri adalah salah satu bagian dari disiplin ilmu medis
yang berkaitan dengan upaya-upaya menghilangkan nyeri atau Pain relief.
Management nyeri ini menggunakan pendekatan multi disiplin yang di
dalamnya termasuk pendekatan farmakologikal (termasuk Painmodofiers),
non farmakologikal dan psikologi kalo.
Setiap orang memiliki persepsi yang sangat berbeda dengan orang lain
terhadap nyeri yang mungkin sedang dialami. Perbedaan inilah yang
mendorong perawat untuk meningkatkan kemampuan dalam menyediakan
peningkatan rasa nyaman bagi klien dan mengatasi rasa nyeri. Hal yang
sangat mendasar bagi perawat dalam melaksanakannya adalah kepercayaan
perawat bahwa rasa nyeri yang dialami oleh kliennya sungguh nyata terjadi,
kesediaan perawat untuk terlibat dalam menghadapi pengalaman nyeri yang
9
1. Tangga pertama
2. Tangga kedua
3. Tangga ketiga
a. Terapi Fisik
1) Modalitas Thermal
Bentuk modalitas panas dapat diklasifikasikan
menurut kedalaman penetrasi dan bentuk transfer panas.
Kedalaman penetrasi dibagi menjadi superfisial dan dalam.
Panas superfisial meliputi hot packs, heating pads, paraffin
baths, Fluidotherapy, whirlpool baths, dan radiant heat. Agen
pemanas dalam (atau diatermi) meliputi US, shortwave, dan
microwave. Mekanisme transfer panas terdiri dari konduksi,
konveksi, radiasi, evaporasi, dan konversi.
2) Hidroterapi
4) Elektroterapi
6) Terapi Latihan
Terapi latihan adalah aktifitas fisik, sikap tubuh, atau
pergerakan tubuh secara menyeluruh yang dilakukan secara
sistematik dan terencana dengan tujuan untuk:
7) Manipulasi
8) Masase
b. TERAPI OKUPASI
23
c. PSIKOTERAPI
2) Terapi Perilaku
3) Psikoterapi Interpersonal
6) Teknik distraksi
Teknik distraksi adalah pengalihan dari fokus perhatian
terhadap nyeri ke stimulus yang lain. Teknik distraksi dapat
mengatasi nyeri berdasarkan teori bahwa aktivasi retikuler
menghambat stimulus nyeri. Saat seseorang menerima input
sensori yang berlebihan maka hal tersebut dapat menyebabkan
terhambatnya impuls nyeri ke otak (nyeri berkurang atau tidak
dirasakan). Stimulus yang menyenangkan dari luar juga dapat
merangsang sekresi endorfin, sehingga stimulus nyeri yang
dirasakan oleh menjadi berkurang. Peredaan nyeri secara umum
berhubungan langsung dengan partisipasi aktif individu,
banyaknya modalitas sensori yang digunakan dan minat individu
28
dalam stimulasi.
Oleh karena itu, stimulasi penglihatan, pendengaran dan
sentuhan mungkin akan lebih efektif dalam menurunkan nyeri
dibanding stimulasi satu indera saja. Beberapa teknik distraksi
antara lain :
a) Distraksi visual
Melihat pertandingan, menonton televisi, membaca koran,
melihat pemandang an dan gambar termasuk distraksi visual.
b) Distraksi pendengaran
Diantaranya mendengarkan musik yang disukai atau suara
burung serta gemercik air, individu dianjurkan untuk memilih
musik yang disukai dan musik tenang seperti musik klasik, dan
diminta untuk berkosentrasi pada nada dan irama lagu. Pasien
juga diperbolehkan untuk menggerakkan tubuh mengikuti
irama lagu seperti bergoyang, mengetukkan jari atau kaki.
c) Distraksi pernafasan
Pasien bernafas ritmik sambil memandang fokus pada satu
objek atau memejamkan mata dan melakukan inhalasi perlahan
melalui hidung dengan hitungan satu sampai empat dan
kemudian menghembuskan nafas melalui mulut secara perlahan
dengan menghitung satu sampai empat (dalam hati). Anjurkan
pasien untuk berkosentrasi pada sensasi pernafasan dan
terhadap gambar yang memberi ketenangan
29
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Nyeri adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak
menyenangkan sehubungan dengan kerusakan jaringan. Nyeri kronik
adalah nyeri yang menetap lebih dari 3 bulan atau nyeri yang berlangsung
lebih lama dari proses penyembuhannya yang normal. Untuk mengatasi
nyeri pasien paliatif dengan menggunakan manajemen nyeri yang terbagi
atas manajemen nyeri farmakologi dan non farmakologi. Manajemen
farmakologi antara lain Adapun obat yang digunakan untuk terapi nyeri adalah
analgesik narkotik, analgesik lokalanalgesik yang dikontrol klien,obat-obat
nonstreroid. Sedangkan manajemen nyeri Non Farmakologi diantaranya
Terapi Fisik (modalitas thermal, hidroterapi, low-power cold laser, elektroterapi,
terapi latihan, massase). Terapi Okupasi , psikoterapi (relaksasi, distraksi dll).
30
DAFTAR PUSTAKA