STEP 1
Nyeri goyang portio:
- Saat pemeriksaan VT, digoyang pada portionya nyeri. Dimungkinkan karena
peradangan.
Masa nifas:
- Masa pemulihan organ reproduksi setelah persalinan selama 40 hari. Mulai dari
masa setelah melahirkan sampai prahamil.
- Masa pendarahan pasca persalinan mulai setelah partus selesai dan berakhir kira-
kira 6-8 minggu.
- Seluruh alat genital pulih kembali seperti sebelum kehamilan dalam waktu 3 bulan
(involusi).
Lokea:
- Sekret yang berasal dari luka dalam rahim terutama luka placenta. Keluar dari vagina
pada hari pertama setelah melahirkan (postpartum).
Lokea purulenta:
- Lokea atau cairan seperti nanah biasanya karena infeksi.
STEP 2
1. Fisiologi masa nifas? Jelaskan periode-periode masa nifas dan perawatan masa
nifas?
2. Apa saja kelainan pada masa nifas? Sertai etiologi!
3. Jelaskan dan sebutkan macam-macam lokea?
4. Mengapa pasien demam dan pendarahan semakin memberat sejak 5 hari yang
lalu?
5. Apa hubungannya antara melahirkan di dukun dengan keluhan pasien?
6. Bagaimana tindakan awal untuk mengatasi perdarahan pada kasus?
7. Mengapa diberikan paracetamol?
8. Interpretasi dari nyeri goyang portio(+)?
9. Interpretasi dari pemeriksaan VT ginekologis?
10. Interpretasi TFU?
11. Interpretasi pemeriksaan PPV berwarna merah, bercampur cairan kuning keruh
serta berbau?
12. Apa saja pemeriksaan laboratorium yang dilakukan?
13. Sebutkan dan jelaskan DD yang mungkin pada skenario?
STEP 3
1. Anatomi vaskularisasi uterus?
a. Uterina cabang a. Iliaca interna.
Aorta abdominalis mempercabangkan a. Iliaca externa dan a. Iliaca interna.
a.Uterina bercabang menjadi a.Radialis menembus miometrium masuk cabang
a. Arcuata masuk ke endometrium menjadi a. Basalis kemudian bercabang
menjadi a. Spiralis yang luruh saat menstruasi. Vena-venanya mengikuti
arterinya.
Masa nifas adalah dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama
kira-kira 6 minggu (Abdul bari, 2002, p.N23).
Masa nifas atau post partum disebut juga puerpurium yang berasal dari bahasa latin
yaitu dari kata “Puer” yang artinya bayi dan “Parous” berarti melahirkan. Nifas yaitu
darah yang keluar dari rahim karena sebab melahirkan atau setelah melahirkan
(Anggraeni, 2010, p.1).
Masa nifas adalah masa setelah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya alat
kandungan sampai kepada keadaan sebelum hamil (Waryana, 2010, p.59).
Jadi masa nifas adalah masa yang dimulai dari plasenta lahir sampai alat-alat
kandungan kembali seperti sebelum hamil, dan memerlukan waktu kira-kira 6 minggu.
Umumnya ibu merasa sangat lelah setelah melahirkan, lebih-lebih bila proses
persalinannya berlangsung cukup lama. Dahulu, ibu harus cukup beristirahat,
yakni harus tidur terlentang selama kurang lebih 8 jam setelah bersalin.
Kemudian ia boleh miring ke kiri dan ke kanan untuk mencegah terjadinya
risiko timbunan plak di pembuluh darah (trombosis dan tromboemboli) akibat
terlalu lama tidak bergerak. Pada hari kedua ibu baru boleh duduk, hari ketiga
boleh berjalan dan hari berikutnya boleh pulang. Tahap-tahap untuk bergerak
tersebut tidak mutlak, tergantung pada adanya komplikasi persalinan, nifas,
dan sembuhnya luka. Namun sekarang, setelah melahirkan ibu dianjurkan
untuk mobilisasi secara aktif seawal mungkin jika sudah memungkinkan.
Sesudah bersalin, bila ibu menghendaki, maka diperkenankan untuk berjalan-
jalan, pergi ke kamar mandi bila perlu dan istirahat kembali bila merasa lelah.
Namun sebagian besar menghendaki untuk beristirahat total ditempat tidur
selama 24 jam, terutama bila mengalami luka di jalan lahir yang cukup luas.
Berbeda halnya jika persalinan dengan cara bedah sesar yang menggunakan
pembiusan melalui tulang belakang, ibu harus tetap mengikuti tahap-tahap
bergerak tersebut, untuk menghindari efek samping obat bius berupa nyeri
kepala yang hebat.
Setelah melahirkan, ibu harus segera buang air kecil sendiri. Kadang-kadang
timbul keluhan kesulitan berkemih yang disebabkan pada saat persalinan
otot-otot kandung kemih mengalami tekanan oleh kepala janin, disertai
pembengkakan kandung kemih. Bila kandung kemih terisi penuh sedangkan
si ibu tidak dapat buang air kecil, sebaiknya dilakukan pemasangan kateter
(selang kencing), untuk mengistirahatkan sementara otot-otot tersebut, yang
berikutnya diikuti dengan latihan berkemih. Ketidakmampuan berkemih dapat
menyebabkan terjadinya infeksi, sehingga harus diberikan antibiotika. Dalam
3-4 hari setelah bersalin, ibu harus sudah buang air besar. Bila ada sembelit
dan tinja mengeras, dapat diberikan obat pencahar atau dilakukan klisma
(pembersihan usus). Demam dapat muncul jika tinja tertimbun lama di usus
besar.
Dalam hal menyusui, saat ini sedang digalakkan upaya pemberian ASI sedini
mungkin setelah bayi lahir. Bayi diletakkan tengkurap di atas dada ibu yang
masih berbaring, kemudian dalam dekapan ibu, dalam beberapa jam pertama
si bayi akan berusaha mencari puting susu ibunya dan belajar menghisap
sehingga dapat merangsang produksi ASI.
Pada ibu yang bersalin secara normal (bukan operasi), sebaiknya dianjurkan
untuk kontrol kembali 6 minggu sesudah melahirkan. Pemeriksaan meliputi
keluhan, selera makan, gangguan berkemih dan buang air besar, ASI
(payudara dan puting susu), luka jalan lahir, keputihan, riwayat demam dan
perdarahan, dan pemeriksaan organ kandungan.Pemeriksaan tersebut tidak
merupakan pemeriksaan terakhir, terlebih jika ditemukan kelainan meskipun
sifatnya ringan.
Oleh :
1. Atoni uteri.
2. Sisa plasenta dan selaput ketuban.
3. Jalan lahir : robekan perineum, vagina, serviks, forniks dan rahim.
4. Penyakit darah
Kelainan pembekuan darah misalnya afibrinogenemia atau hipofibrinogenemia
yang sering dijumpai :
- Perdarahan yang banyak.
- Solusio plasenta.
- Kematian janin yang lama dalam kandungan.
- Pre eklampsia dan eklampsia.
- Infeksi, hepatitis dan syok septik.
SUMBER : SINOPSIS OBSTETRI : OBSTETRI FISIOLOGI & OBSTETRI PATOLOGI. JILID I ED. KE-2. DR. DELFI
LUTAN SP.OG (EDITOR). JAKARTA : EGC. 1998. 298-306.
Jika mikroba yang masuk ke dalam tubuh lebih banyak dari jumlah yang dapat
ditangani makrofag, maka akan disekresikan suatu zat khusus “pirogen endogen”
sebagai tanda bahaya.
Pirogen endogen di otak, akan merangsang pusat peningkatan panas pada otak.
Yang menyebabkan tubuh mengalami demam tinggi. Pasien yang menderita
demam tinggi biasanya merasa perlu beristirahat. Dengan demikian energi yang
dibutuhkan untuk sistem imunitas tidak dikeluarkan untuk hal lain.
HARUN YAHYA. RAHASIA KEKEBALAN TUBUH
Suhu badan wanita in partu tidak lebih dari 37,2° Celcius. Sesudah partus dapat
naik + 0,5° Celcius dari keadaan normal, tetapi tidak melebihi 38,0° Celcius.
Sesudah 12 Jam pertama melahirkan, umumnya suhu badan akan kembali normal.
Bila suba badan lebih dart 38,0° Celcius, mungkin ada infeksi.
(WIKNJOSASTRO, HANIFA, 2002)
4. Koitus pada akhir kehamilan sebenarnya tidak begitu berbahaya, kecuali bila
ketuban sudah pecah.
COX ini ada dua jenis, yaitu disebut COX-1 dan COX-2. COX-1 ini selalu ada dalam
tubuh kita secara normal, untuk membentuk prostaglandin yang dibutuhkan untuk
proses-proses normal tubuh, antara lain memberikan efek perlindungan terhadap
mukosa lambung. Sedangkan COX-2, adalah enzim yang terbentuk hanya pada saat
terjadi peradangan/cedera, yang menghasilkan prostaglandin yang menjadi
mediator nyeri/radang. Jadi, sebenarnya yang perlu dihambat hanyalah COX-2 saja
yang berperan dalam peradangan, sedangkan COX-1 mestinya tetap
dipertahankan. Tapi masalahnya, obat-obat AINS ini bekerja secara tidak selektif.
Ia bisa menghambat COX-1 dan COX-2 sekaligus. Jadi ia bisa menghambat
pembentukan prostaglandin pada peradangan, tetapi juga menghambat
prostaglandin yang dibutuhkan untuk melindungi mukosa lambung. Akibatnya
lambung jadi terganggu.
9. Interpretasi dari nyeri goyang portio(+), mengapa bisa nyeri? Interpretasi dari
adanya hematokel retrouterina, kavum Douglas teraba menonjol dan nyeri
pada pergerakan (nyeri goyang porsio)
Dalam rumah sakit banyak sekali kuman-kuman patogen berasal dari penderita-
penderita di seluruh rumah sakit. Kuman-kuman ini terbawa oleh air, udara, alat-
alat dan benda-benda rumah sakit yang sering dipakai para penderita (handuk,
kain-kain lainnya).
4. Koitus pada akhir kehamilan sebenarnya tidak begitu berbahaya, kecuali bila
ketuban sudah pecah.
5. Infeksi intrapartum, sering dijumpai pada kasus lama, partus terlantar, ketuban
pecah lama, terlalu sering periksa dalam. Gejalanya adalah demam, dehidrasi,
lekositosis, takikardi, denyut jantung janin naik, dan air ketuban berbau serta
berwarna keruh kehijauan. Dapat terjadi amnionitis, korionitis dan bila berlanjut
dapat terjadi infeksi janin dan infeksi umum.
12. Sebutkan dan jelaskan DD yang mungkin pada skenario? (Definisi, etiologi,
patofisiologi, manifestasi, penegakan diagnosis, p.penunjang,
penatalaksanaan,komplikasi,prognosis)
Perdarahan post partum
1. Definisi
Perdarahan postpartum adalah perdarahan lebih dari 500-600 ml selama 24 jam
setelah anak lahir. Termasuk perdarahan karena retensio plasenta. Perdarahan
post partum adalah perdarahan dalam kala IV lebih dari 500-600 cc dalam 24
jam setelah anak dan plasenta lahir (Prof. Dr. Rustam Mochtar, MPH, 1998).
Haemoragic Post Partum (HPP) adalah hilangnya darah lebih dari 500 ml dalam 24
jam pertama setelah lahirnya bayi (Williams, 1998)
2. Etiologi
a. Atonia uteri
i. Faktor predisposisi terjadinya atonia uteri adalah:
1. Umur: umur yang terlalu muda atau tua
2. Paritas: sering dijumpai pada multipara dan grandemultipara
3. Partus lama dan partus terlantar
4. Obstetri operatif dan narkosa
5. Uterus terlalu regang dan besar, misalnya pada gemeli, hidramnion,
atau janin besar
6. Kelainan padauterus, seperti miornauteri, uterus couvelair pada
solusio plasenta
7. Faktor sosio ekonorni, yaitu malnutrisi
b. Sisa plasenta dan selaput ketuban
c. Jalan lahir; robekan perineum, vagina seviks, forniks, dan rahim.
d. Penyakit darah
e. Kelainan pembekuan darah misalnya a atau hipofibrinogenemia yang sering dijumpai
pada:
i. Perdarahan yang banyak
ii. Solusio plasenta
iii. Kematian janin yang lama dalam kandungan
iv. Pre- eklamsi dan eklamsi
v. Infeksi, hepatitis, dan septik syok.
3. Klasifikasi
Klasifikasi Klinis
Perdarahan pascapersalinan di bagi menjadi perdarahan pascapersalinan primer dan
sekunder.
1. Perdarahan pascapersalinan primer (Early Postpartum Haemorrhage, atau
perdarahan pascapersalinan segera).
Perdarahan pascapersalinan primer terjadi dalam 24 jam pertama. Penyebab utama
Perdarahan pascapersalinan primer adalah atonia uteri, retensio plasenta, sisa
plasenta, dan robekan jalan lahir. Terbanyak dalam 2 jam pertama.
2. Perdarahan pascapersalinan sekunder (Late Postpartum Haemorrhage, atau
perdarahan masa nifas, atau perdarahan pascapersalinan lambat, atau PPP kasep)
Perdarahan pascapersalinan sekunder terjadi setelah 24 jam pertama. Penyebab
utama Perdarahan pascapersalinan sekunder adalah robekan jalan lahir dan sisa
plasenta atau membran.
4. FAKTOR PREDISPOSISI
Sebagian besar kasus Perdarahan postpartum terjadi selama persalinan kala tiga.
Selama jangka waktu tersebut, otot-otot rahim berkontraksi dan plasenta mulai
memisahkan diri dari dinding rahim. Jumlah darah yang hilang tergantung pada
seberapa cepat hal ini terjadi. Persalinan kala tiga biasanya berlangsung antara 5
sampai 15 menit. Bila lewat dari 30 menit, maka persalinan kala tiga dianggap
panjang/lama yang berarti menunjukkan masalah potensial. Bilamana rahim lemah
dan tidak berkontraksi secara normal, maka pembuluh darah di daerah plasenta tidak
terjepit dengan cukup,hal ini akan mengakibatkan perdarahan yang berat
7. Diagnosis
Gejala dan tanda yang Gejala dan tanda yang Diagnosis kemungkinan
selalu ada kadang-kadang ada
Uterus tidak Syok Atonia uteri
berkontraksi dan
lembek
Perdarahan segera
setelah anak lahir
(Perdarahan
Pascapersalinan
Primer (P3))
Perdarahan segera Pucat Robekan jalan lahir
Darah segar yang Lemah
mengalir segera Menggigil
setelah bayi lahir
Uterus kontraksi baik
Pasenta lengkap
Plasenta belum lahir Tali pusat putus akibat Retensio plasenta
setelah 30 menit traksi berlebihan
Perdarahan segera Inversio uteri akibat
Uterus kontraksi baik tarikan
Perdarahan lanjutan
Plasenta atau sebagian Uterus berkontraksi Tertinggalnya sebagian
selaput (mengandung tetapi tinggi fundus plasenta
pembuluh darah) tidak uteri tidak berkurang
lengkap
Perdarahan segera
Uterus tidak teraba Syok neurogenik Inversio uteri
Lumen vagina terisi Pucat dan limbung
massa
Tampak tali pusat
(jika plasenta belum
lahir)
Perdarahan segera
Nyeri sedikit atau
berat
Sub involusi uterus Anemia Perdarahan terlambat
Nyeri tekan perut Demam Endometritis atau sisa
bawah plasenta (terinfeksi atau
Perdarahan > 24 jam tidak)
setelah persalinan.
Perdarahan sekunder
atau P2S. perdarahan
bervariasi (ringan atau
berat, terus-menerus
atau tidak teratur )
dan berbau (jika
disertai infeksi)
(Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirodhardjo)
8. Pemeriksaan Penunjang
a. Golongan darah : menentukan Rh, ABO dan percocokan silang
b. Jumlah darah lengkap : menunjukkan penurunan Hb/Ht dan peningkatan
jumlah sel darah putuih (SDP). (Hb saat tidak hamil:12-16gr/dl, saat
hamil: 10-14gr/dl. Ht saat tidak hamil:37%-47%, saat hamil:32%-42%.
Total SDP saat tidak hamil 4.500-10.000/mm3. saat hamil 5.000-15.000)
c. Kultur uterus dan vagina : mengesampingkan infeksi pasca partum
d. Urinalisis : memastikan kerusakan kandung kemih
e. Profil koagulasi : peningkatan degradasi, kadar produk fibrin/produk split
fibrin (FDP/FSP), penurunan kadar fibrinogen : masa tromboplastin partial
diaktivasi, masa tromboplastin partial (APT/PTT), masa protrombin
memanjang pada KID
f. Sonografi : menentukan adanya jaringan plasenta yang tertahan
(Williams, 1998)
9. PENATALAKSANAAN
o Tahap I : Perdarahan yang tidak begitu banyak dapat diatasi dengan cara
pemberian uterotonika, mengurut rahim (massage), dan memasang gurita
o Tahap II : Bila perdarahan belum berhenti dan bertambah banyak,
selanjutnya berikan infuse dan transfuse darah dan dapat dilakukan :
Manuver Zangemeister
Manuver Fritch
Kompresi bimanual
Kompresi aorta
Tamponade utero – vaginal
Jepitan arteri uterine dengan cara Henkel
o Tahap III : Bila semua upaya di atas tidak menolong juga, maka usaha
terakhir adalah menghilangkan sumber perdarahan, dapat ditempuh 2
cara, yaitu dengan meligasi a.hipogastrika/histerektomi.
Retensio Plasenta
Definisi
Retensio Plasenta adalah tidak lahirnya plasenta selama 30 menit setelah bayi
lahir.
1. Keadaan dimana plasenta belum lahir dalam waktu ½ jam setelah bayi lahir
(buku ilmu kebidanan penyakit kandungan dan keluarga berencana untuk
pendidikan bidan)
2. keadaan dimana plasenta belum lahir dalam waktu 1 jam setelah bayi lahir
(buku sinofsis Obsteri)
Etiologi
- Plasenta adhesiva : Implantasi yang kuat dari jonjot korion sampai kebagian
miometrium
- Plasenta akreta : Implantasi yang kuat dari jonjot korion sampai hampir ½
lapisan miometrium
- Plasenta inkreta : Implentasi yang kuat dari jonjot korion sampai seluruh
lapisan miometrium
- Plasenta inkarserata : Tertahannya plasenta didalam kavum uteri disebabkan
oleh kontriksi ostium uteri.
Sebab-sebab terjadinya :
a. Plasenta belum lepas dari dinding uterus, sebabnya :
Tidak adanya usaha untuk melahirkan, karena salah penanganan kala III
sehingga terjadi ring bandle pada bagian bawah uterus yang menghalangi
keluarnya plasenta.
penanganan
Lakukan manual Plasenta :
Satu tangan menahan fundus, tangan yang lain (dengan sikap obstetrik)
dimasukan ke dalam vakum uteri dengan menyusuri tali pusat.
Pinggir plasenta ( sisa ) dicari dan dilepaskan secara tumpul dengan sisi ulnar
tangan.
Setelah yakin semua plasenta lepas -> genggam dan keluarkan.
Pengeluaran ini dibarengi dengan massage uterus dari luar dan injeksi
ergometrin 0,152 mg / metergin 0,2 mg IV.
Apabila plasenta belum lahir ½ jam setelah janin lahir
Etiologi :
• Plasenta belum lepas dari dinding uterus
- Kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta
- Plasenta melekat erat pada dinding uterus (akreta – perkreta)
2. Plasenta sudah lepas tapi belum dilahirkan
Oleh karena tidak ada usaha melahirkan plasenta/salah penanganan kala III
lingkaran konstriksi inkarserasio plasenta
Penanganan :
• Perasat Crede inversio uteri
• Perasat Brandt
• Manual plasenta
• Histerektomi (plasenta inkreta)
• Pada inkarserasio plasenta dikeluarkan
STEP 7
1. Anatomi vaskularisasi uterus?
2. Fisiologi masa nifas? Jelaskan periode-periode masa nifas dan perawatan masa
nifas?
5. Mengapa pasien demam dan pendarahan semakin memberat sejak 5 hari yang
lalu?
9. Interpretasi dari nyeri goyang portio(+), mengapa bisa nyeri? Interpretasi dari
pemeriksaan VT ginekologis? Interpretasi pemeriksaan PPV berwarna merah,
bercampur cairan kuning keruh serta berbau?