PENDAHULUAN
yang terjadi setelah trauma kepala, yang dapat melibatkan setiap komponen, mulai
dari kulit kepala ,tulang dan jaringan otak atau kombinasinya. 1 Cedera kepala
merupakan salah satu kasus penyebab kecacatan dan kematian yang cukup tinggi
dalam neurologi.2 Menurut sebaran kelompok usia, cedera kepala lebih banyak terjadi
setiap tahunnya diperkirakan mencapai 500.000 kasus. Dari jumlah tersebut, 10%
penderita meninggal sebelum tiba di rumah sakit. Dari pasien yang sampai di rumah
darah yang cukup untuk perfusi otak dan menghindarkan terjadinya cedera otak
adalah identifikasi adanya lesi masa yang memerlukan tindakan pembedahan dengan
PEMBAHASAN
1. DEFINISI
Trauma kepala atau trauma kapitis adalah suatu ruda paksa (trauma) yang
cedera kepala adalah suatu kerusakan pada kepala, bukan bersifat kongenital
ataupun degeneratif, tetapi disebabkan oleh serangan atau benturan fisik dari luar,
2. KLASIFIKASI
motor
cedera tusukan
Fraktur kalvaria
o Lesi fokal
o Lesi difus
Komosio ringan
Komosio klasik
trauma kepala :
a. Getaran otak
b. Deformasi tengkorak
darah.8
c. Pergeseran otak
benturan. Gerakan geseran lurus disebut juga gerakan translasi. Geseran ini
segala akibatnya.8
d. Rotasi otak
Rotasi otak dapat terjadi pada bidang sagittal, horizontal, koronal dan
kerusakan otak yang terjadi sedikit atau tidak ada. Kerusakan terbesar
terjadi di daerah yang tidak dapat bergerak atau terbatas gerakannya, yaitu
daerah frontal di fossa cerebri anterior dan daerah temporal di fossa cerebri
serat saraf.8
b. Jatuh
4. PATOFISIOLOGI
Cedera otak primer adalah akibat cedera langsung dari kekuatan mekanik
yang merusak jaringan otak saat trauma terjadi (hancur, robek, memar, dan
seperti akselerasi rotasi, kompresi, dan distensi akibat dari akselerasi atau
deselerasi. Tekanan itu mengenai tulang tengkorak, yang dapat memberi efek
pada neuron, glia, dan pembuluh darah, dan dapat mengakibatkan kerusakan
3. Fase lanjut vasospastik (hari ke-4 – 15, dengan reduksi aliran darah)
oleh trauma tumpul maupun cedera akibat akselerasi dan deselerasi yang
serebral. Namun pada cedera berat, kontusio serebri sering disertai dengan
perdarahan subaraknoid.15
lintasan asendens retikularis difus. Akibat hambatan itu, otak tidak mendapat
berlangsung.3
atau cedera yang berdekatan. Misalnya, fraktur kontusio akibat dari cedera
dengan tidak adanya patah tulang, sedangkan contrecoup adalah sisi yang
melibatkan korteks dan white matter yang berdekatan dari margin superior
Herniasi dapat terjadi di daerah medial lobus temporal pada tepi tentorial
EDH adalah adanya darah di ruang epidural yaitu ruang potensial antara
- SDH akut
akut (0-2 hari). Perdarahan ini terjadi akibat robeknya vena-vena kecil
- SDH subakut
kesadaran.
- SDH kronis
beberapa bulan. Pada proses yang lama akan terjadi penurunan reaksi
kortikal baik arteri maupun vena dalam jumlah tertentu akibat trauma
Cedera otak difus merupakan efek yang paling sering dari cedera kepala dan
merupakan kelanjutan klinis cedera kepala, mulai dari gegar otak ringan sampai
koma menetap pasca cedera. Terjadinya cedera kepala difus disebabkan karena
gaya akselerasi dan deselerasi gaya rotasi dan translasi yang menyebabkan
dikelompokkan menjadi :
Benturan adalah bentuk paling ringan dari cedera difus dan dianggap
normal kewaspadaan. Meskipun, gegar otak ini tidak berbahaya seperti yang
bahwa pasien dengan benturan otak sering memiliki keterlibatan cedera otak
difus, dan lesi batang otak jauh lebih jarang. Cedera otak difus
Pada DAI ringan dan sedang umumnya tidak terdapat kelainan pada
dari otak saat akselerasi dan deselerasi. Hal ini diakibatkan oleh perbedaan
densitas dari jaringan otak yaitu jaringan white matter lebih berat
dibandingkan grey matter. Pada saat otak mengalami rotasi akibat kejadian
Terdapat dua fase dari cedera aksonal pada DAI yaitu fase pada cedera
primer dan cedera sekunder atau fase lambat. Pada cedera primer robekkan
akson terjadi akibat regangan saat kejadiaan. Sedangkan pada fase lambat
Setelah cedera primer dapat terjadi cedera sekunder pada otak, yaitu semua
kejadian atau perubahan yang merupakan beban metabolik baru pada jaringan
neuron melalui mekanisme secondary brain damage dan secondary brain insult.
kalsium, asam amino eksitatorik, asam arakhidonat, oksida nitrit, radikal bebas,
kerusakan neuron. Hal ini merupakan jalur akhir terjadinya proses iskemia otak.
infeksi.17,18
Gambar 3 : Patofisiologi Cedera Kepala Sekunderl19
5. GEJALA KLINIS
Pasien tertidur atau kesadaran menurun selama beberapa saat (beberapa detik
Letargik
Gangguan fungsi kognitif maupun perilaku dalam beberapa bulan bahkan dapat
permanen
Tanda tanda cardinal yang menunjukkan perubahan tekanan di otak baik itu
posisi ekstremitas
GCS <15 pada pemeriksaan awal. Jika diduga karena alkohol, observasi selama
Penurunan kesadaran
Mekanisme trauma yang beresiko besar, seperti kecelakaan lalu lintas, jatuh
dari ketinggian
Pasien anak-anak12
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan pada kasus cedera kepala antara lain :
a. Foto polos kepala. Foto polos kepala memiliki sensitivitas dan spesifisitas
kepala, foto polos kepala mulai ditinggalkan dan CT-scan kepala lebih
kepala12 :
Pasien dengan GCS 15, tanpa keluhan dan gejala tetapi mempunyai resiko :
benturan langsung atau jatuh pada permukaan keras, usia >50 tahun
Terdapat penurunan kesadaran (GCS ≤14) dan tidak membaik dalam 1 jam
Terdapat fraktur atau depresi pada dasar tengkorak atau trauma penetrasi
Kesadaran penuh (GCS>15), tanpa fraktur, tetapi nyeri kepala berat dan
neurologis
kejang12
scan.9
7. PENATALAKSANAAN
d. Rehabilitasi
SURVEY PRIMER
SURVEY SEKUNDER12
Keluhan utama
Mekanisme trauma
Keluhan lain : nyeri kepala seberapa berat, mual, muntah, kejang, penurnan
kesadaran, vertigo
Pemeriksaan kepala
Mencari tanda :
c. Pemeriksaan Neurologis
Saraf II-III yaitu pemeriksaan pupil : besar dan bentuk, reflek cahaya,
Funduskopi atau tanda edema pupil, perdarahan pre retina, dan retinal
detachment
Motorik dan sensorik bandingkan kanan dan kiri, atas dan bawah, cari
tanda-tanda lateralisasi
Profilaksis anti kejang efektif diberikan pada pasien dengan resiko tinggi terjadi
kejang pasca trauma di 1 minggu pertama pasca trauma dengan alternatif obat
efektif adalah fenitoin, carbamazepine (efektif pada fase dini pasca trauma) dan
epilepsi.
GCS ≤10
Immediate seizure
Kontusio kortikal
Fraktur linier
Fraktur depresi
Alkoholik kronis
Dosis :
Fenitoin
- Loading dose
maks. 50 mg/menit
loading dose
hiperosmolar
Ada dan tidaknya gangguan ginjal pada pasien serum osmolaritas harus <
320 mmol/l
Dosis :
darah rutin, fungsi ginjal, GDS, dan elektrolit darah. Perhitungan osmolaritas
ml/kgBB selama 15 menit setiap kali pemberian. Dapat diberikan pada kasus
c. Analgesik
meningkatkan TIK.
kepala ringan
sedasi pada pasien dengan peningkatan TIK. Dosis : loading dose 0.03-
mg/kgBB/jam
fungsi neurologis sejak awal. Dosis : loading dose 1-2 mg/kgBB, dosis
e. PPI (proton pump inhibitor) blockade jalur akhir produksi asam lambung
Ranitidin 150 mg/12 jam secara peroral atau personde, 50 mg/6-8 jam IV
hematoma dengan volume melebihi 25 cm3 pada hasil CT-Scan, ada tidaknya
perburukan klinis dan lokasi lesi.2 Semua luka penetrasi atau tembus merupakan
indikasi operatif.13
Hematoma Epidural2
Hematoma Subdural2
- GCS <9 perlu monitoring TIK secara hati-hati. Bila TIK >20 mmHg atau pupil
- GCS <9 dengan ketebalan hematoma <10 mm atau midline shifting <5 mm,
harus dilakukan evakuasi hematoma bila nilai GCS turun setidaknya 2 nilai dari
Hematoma Intracerebral2
- GCS 6-8 dengan kontusio >20 cm3 di daerah frontal atau temporal dengan
Hematoma Subarachnoid
dioperasi untuk mencegah infeksi.2 Fraktur kranial terdepresi terbuka masih dapat
diterapi tanpa operasi bila baik klinis maupun radiologi tidak menunjukkan adanya
8. KRITERIA PULANG
Kriteria pasien cedera kepala dapat dipulangkan dengan pesan, antara lain12 :
KESIMPULAN
Cedera kepala adalah suatu ruda paksa (trauma) yang menimpa struktur
terjadinya, tingkat keparahan, dan morfologi cedera kepala. Diagnosa cedera kepala
medikamentosa (pada beberapa kasus dengan tingkatkan yang masih ringan) dan juga
dengan menggunakan operasi (pada kasus yang sedang dan berat). Prognosis atau
ekstraneural yang menetap. Pada sebagian besar kasus, cedera kepala merupakan
adekuat dan mempertahankan tekanan darah yang cukup untuk perfusi otak dan
1. Nasution, SH. 2014. Mild Head Injury. Jurnal Kedokteran Medula, Vol. 2, No.
4, Juni 2014
2. Atmadja, AS. 2016. Indikasi Pembedahan pada Trauma Kapitis. Jurnal CDK-
Neurologi FK UI-RSCM
Utara
Spinal. 2006
11. Bullock RM, Chesnut R, Ghajar J, Gordon D, Harti R, Newell DW, et al. 2006.
12. Bajamal AH, Rahatta NM, Parenrengi MA, et al. 2014. Pedoman Tatalaksana
14. Aisiku IP, Silvestri DM, Robertson CS. 2017. Critical care management of
traumatic brain injury. Neurological Surgery. 7th Edisi tujuh. USA: Elsevier
Overview for The New Millennium. In: Rothwell N, Lodddick S, Immune and
106-126
19. Krismanto, M. 2013. Hubungan antara Kadar Protein s100b dengan Keluaran
Pasien Cedera Kepala Ringan dan Sedang. Tesis Program Pendidikan Dokter