A. TINJAUAN PUSTAKA
1. Progressive Muscle Relaxation
a. Definisi
Progressive Muscle Relaxation merupakan salah satu cara dalam
manajemen stres yang merupakan salah satu bentuk mind-body
therapy (terapi pikiran dan otot-otot tubuh) dalam terapi
komplementer. Progressive Muscle Relaxation ini mengarahkan
perhatian pasien untuk membedakan perasaan yang dialami saat
kelompok otot dilemaskan dan dibandingkan dengan ketika otot dalam
kondisi tegang, dengan demikian diharapkan klien mampu mengelola
kondisi tubuh terhadap stres. Kemampuan mengelola stres ini akan
berdampak pada kestabilan emosi pasien.
Progressive Muscle Relaxation melibatkan kontraksi dan relaksasi
berbagai kelompok otot. Selama melakukan latihan, pasien berfokus
pada ketegangan dan relaksasi kelompok otot pada wajah, leher, bahu,
dada, tangan, lengan, punggung, perut, dan kaki. Meregangkan otot
secara progesif dimulai dengan menegangkan dan meregangkan
kumpulan otot utama tubuh, dengan cara ini, maka akan disadari
dimana otot itu berada dan hal ini akan meningkatkan kesadaran
terhadap respon otot tubuh terhadap kecemasan dan ketegangan.
b. Langkah Terapi Progressive Muscle Relaxation
Sebelum memulai latihan Progressive Muscle Relaxation (PMR),
lakukanlah langkah pertama tension dan langkah kedua rileks.
Kemudian dilanjutkan dengan langkah-langkah berikutnya. Langkah
pertama adalah tension, lakukan deep breathing (bernapas dalam) dan
dengan sengaja menegangkan atau mengencangkan secara keras
bagian dari kelompok otot tertentu (tidak begitu keras). Tahan
ketegangan otot selama 5-10 detik. Langkah kedua yaitu rileks,
hembuskan napas secara lembut, lalu mulai melepaskan ketegangan.
Rasakan ketegangan yang hilang dari tubuh. Lakukan relaksasi selama
10-20 detik.
Prosedur PMR terdiri dari 15 gerakan berturut-turut. Setiap sesi
PMR berlangsung selama 8-10 menit. Berikut 15 gerakan yang
terdapat pada PMR, yaitu:
i. Melatih Otot Tangan
Peserta duduk dengan posisi rileks dan senyaman mungkin,
kemudian mengepalkan tangan. Peserta diminta membuat kepalan
semakin kuat sambil merasakan sensasi ketegangan yang terjadi,
tahan kepalan tangan selama 5 detik kemudian lepaskan kepalan
perlahan-lahan disertai menarik napas dalam dan merasakan rileks
selama 10 detik. Lakukan gerakan yang sama sebanyak 2 kali.
Agar dapat membedakan kondisi otot saat mengalami ketegangan
dan pada saat mengalami relaksasi yang dialami.
2. Hipotesis Penelitian
Terdapat pengaruh pemberian progressive muscle relaxation dan terapi
musik klasik terhadap tingkat gangguan kesehatan mental berupa stres,
depresi, kecemasan, dan burnout pada dokter dan residen anestesi di
RSUD dr. Moewardi.
3. Rancangan Penelitian
Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian quasy experimental
dengan pendekatan pretest & posttest control group design. Sebelum
diberi perlakuan, baik kelompok eksperimen akan diberikan pretest,
dengan maksud untuk mengetahui keadaan kelompok sebelum perlakuan.
Setelah diberikan perlakuan, kelompok eksperimen akan diberikan
posttest, untuk mengetahui keadaan kelompok setelah pemberian
perlakuan.
4. Subjek Penelitian
a. Populasi
Semua dokter spesialis anestesi dan residen anestesi semester 1-8 di
RSDM pada bulan Mei 2020 - Juli 2020
b. Sampel
Semua dokter spesialis anestesi dan residen anestesi semester 1-8 di
RSDM pada bulan Mei 2020 - Juli 2020
c. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel pada kedua kelompok dalam penelitian
ini menggunakan teknik total sampling. Total sampling adalah teknik
pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama dengan populasi.
d. Besar Sampel
Oleh karena jumlah populasi yang sedikit, maka peneliti memilih
penggunaan teknik pengambilan sampel total sampling, yaitu pada
penelitian ini sebesar 50 orang.
5. Kriteria Penelitian
a. Kriteria Inklusi
i. Dokter spesialis anestesi dan residen anestesi semester 1-8 yang
bertugas aktif di RSDM pada bulan Mei 2020 - Juli 2020.
ii. Dokter spesialis anestesi dan residen anestesi semester 1-8 yang
bersedia menjadi responden dan telah menyetujui informed
consent.
b. Kriteria Inklusi
i. Dokter spesialis anestesi dan residen anestesi semester 1-8 yang
bertugas di luar RSDM pada bulan Mei 2020 - Juli 2020.
ii. Dokter spesialis anestesi dan residen anestesi semester 1-8 yang
mengambil cuti pada bulan Mei 2020 – Juli 2020.
iii. Dokter spesialis anestesi dan residen anestesi semester 1-8 yang
memiliki durasi tidur > 8 jam
iv. Dokter spesialis anestesi dan residen anestesi semester 1-8 yang
memiliki riwayat penyakit diabetes, gagal jantung, kanker, SLE,
IBD, RA, asma dan TBC.
6. Variabel Penelitian
a. Variabel terikat:
i. Stres
ii. Depresi
iii. Kecemasan
iv. Burnout
v. Kortisol
vi. Sitokin IL-6
vii. Sitokin IL-10
b. Variabel bebas
i. Progressive Muscle Relaxation
ii. Terapi Musik
7. Definisi Operasional
a. Stres
i. Definisi
Stres merupakan respon atau reaksi tubuh terhadap stresor
psikososial berupa respon fisiologis, perilaku, dan emosional.
ii. Alat Ukur
Kuesioner DASS 42 yang terdiri atas 14 pertanyaan terkait tingkat
stres.
iii. Hasil Pengukuran
Tingkat stres normal, tingkat stres ringan, tingkat stres sedang,
tingkat stres berat, tingkat stres sangat berat
iv. Skala Pengukuran
Ordinal
b. Depresi
i. Definisi
Sindrom yang ditandai dengan perasaan tertekan atau hilangnya
ketertarikan atau perasaan senang dalam kebanyakan aktivitas dan
dapat disertai dengan gangguan konsentrasi, kesulitan berpikir,
kehilangan tenaga, perubahan berat badan dan gagasan bunuh
diri.
ii. Alat Ukur
Kuesioner DASS 42 yang terdiri atas 14 pertanyaan terkait
tingkat depresi.
iii. Hasil Pengukuran
Tingkat depresi normal, tingkat depresi ringan, tingkat depresi
sedang, tingkat depresi berat, tingkat depresi sangat berat
iv. Skala Pengukuran
Ordinal
c. Kecemasan
i. Definisi
Gangguan psikologis yang ditandai dengan perasaan takut yang
tidak terkontrol, tidak sesuai dengan bahaya aktual, serta
mengganggu kehidupan sehari-hari seseorang.
ii. Alat Ukur
Kuesioner DASS 42 yang terdiri atas 14 pertanyaan terkait
tingkat kecemasan.
iii. Hasil Pengukuran
Tingkat kecemasan normal, tingkat kecemasan ringan, tingkat
kecemasan sedang, tingkat kecemasan berat, tingkat kecemasan
sangat berat
iv. Skala Pengukuran
Ordinal
d. Burnout
i. Definisi
Suatu kondisi psikis negatif individu yang ditandai dengan tingkat
kelelahan yang ekstrim, kejenuhan dan penurunan pencapaian
prestasi diri, akibat tekanan-tekanan pekerjaan yang diterima
dalam waktu yang relatif lama.
ii. Alat Ukur
Maslach Burnout Inventory
iii. Hasil Pengukuran
Tingkat burnout rendah, tingkat burnout sedang, tingkat burnout
tinggi
iv. Skala Pengukuran
Ordinal
e. Kortisol
i. Definisi
Hormon steroid dari golongan glukokortikoid yang diproduksi
pada korteks adrenal
ii. Alat Ukur
Uji hormon kortisol pada darah dengan ELISAPRO kit
iii. Hasil Pengukuran
Kadar kortisol serum µg/ml
iv. Skala Pengukuran
Interval
f. Sitokin IL-6
i. Definisi
Sitokin IL-6 merupakan famili protein yang menggunakan GP130
sebagai transduser sinyal dan merupakan sitokin pro-inflamasi.
ii. Alat Ukur
Uji sitokin IL-6 pada darah dengan ELISAPRO kit
iii. Hasil Pengukuran
Kadar sitokin IL-6 serum pg/ml
iv. Skala Pengukuran
Interval
g. Sitokin IL-10
i. Definisi
Sitokin IL-10 adalah human cytokine synthesis inhibitory factor
(CSIF) yang merupakan sitokin anti-inflamasi.
ii. Alat Ukur
Uji sitokin IL-10 pada darah dengan ELISAPRO kit
iii. Hasil Pengukuran
Kadar sitokin IL-10 serum pg/ml
iv. Skala Pengukuran
Interval