Anda di halaman 1dari 3

Preoperative Preparation

A. Medical Optimization
- Tatalaksana atau optimalisasi komorbid seperti tatalaksana hipertensi, kontrol gula darah, koreksi
anemia preoperatif.
- Obesitas terutama pada wanita -> jaga berat badan untuk mencegah peningkatan berat badan
berlebihan saat sedang hamil.
- Smoking Cessation dan hentikan penggunaan obat narkotika

B. Preoperative nutrition and fasting period


- Heavy meal dapat dikonsumsi hingga 8 jam sebelum op. Light meal dapat dikonsumsi hingga 6 jam
sebelum op. Clear liquid boleh dikonsumsi hingga 2 jam sebelum op.
- Pemberian antacida atau Histamine reseptor blocker -> hanya untuk GA
- Pemberian minuman karbohidrat (45 gram) sebelum 2 jam sebelum op untuk pasien non-diabetic

C. Preoperative Hemoglobin Optimization


- Hati-hati adanya defisiensi besi (18.6%), tatalaksana dengan suplemen besi hanya pasien yang defisiensi.

Intraoperative Considerations
A. Surgical Site Infection Prophylaxis
- Antibiotik pro laksis wajib untuk mengurangi infeksi, diberikan sebelum insisi operasi atau sesegera
mungkin pada kasus emergensi
- First line antibiotik -> Cephalosporin (Cefazolin), pemilihan dapat berdasarkan ACOG Practice
- Gunakan Chlorhexidine + Alcohol

B. Maintenance of Euvolemia and Normothermia


- Limit cairan <3 L, jika terjadi hipotensi akibat spinal, utamakan vasopressor dibandingkan cairan
- Jika terjadi perdarahan -> uid minimization ditiadakan
- Hipotermia dicegah dengan pemberian penghangat selama operasi dan penghangat cairan. Ruangan
operasi suhu > 72°F / 22°C

C. Multimodal Analgesia
- Neuraxial anesthesia -> merupakan pilihan, bisa spinal atau combines spinal-epidural
- Neuraxial mengurangi stress operasi dan mengurangi resiko ileus postoperatif,
- Penambahan Opioid di intrathecal (Fentanyl untuk durante op dan Morfin untuk analgesia postop)
- Neuraxial morphine dan Analgesia Non-Opioid (IV Acetaminophen dan Ketorolac 15-30 mg IV setelah
penutupan peritoneum.

D. Intraoperative and Postoperative Nausea and Vomiting Prophylaxis


- Vasopresor profilaksis (phenylephrine) dan CoLoading cairan -> untuk mencegah hipotensi akibat spinal
anestesi
- Antiemetics seperti 5HT-3 reseptor blocker dan Kortikosteroid -> rutin diberikan.
- Kalau bisa hindari eksteriorisasi dan irigasi abdomen dari operator.
- Oksitosin dosis terendah dapat mengurangi resiko mual dan muntah

E. Surgical Approach
- Ekspansi secara tumpul pada transverse uterine hysterotomy, non-closure lapisan peritoneum dan jahit
kulit dengan subcuticular -> mengurangi blood loss dan komplikasi
- Breastfeeding segera dengan skin to skin contact

Postoperative Considerations
A. Early Oral Intake and Promotion of Bowel Function
- Mengurangi opioid post operatif -> mengurangi resiko ileus dan mengembalikan fungsi usus lebih
cepat
- Ice chips/water dalam 1 jam, reguler diet dalam 4 jam.

fi

fl

- IV Line dihentikan segera setelah infus oksitosin selesai dan cairan oral dapat ditoleransi pasien

B. Glycemic Control
- GDS <200 mg/dl dan control di 180-200 pada pasien diabetes, dan kalau bisa urutan pertama.

C. Early Ambulation
- Mengurangi atrofi otot, hipoksia, postoperatif VTE dan resistensi insulin
- Mobilisasi dan ambulasi harus segera dilakukan setelah kembalinya fungsi motorik (menggantungkan
kaki di pinggir tempat tidur, duduk di kursi dalam 8 jam postop, berjalan 1-2x 24 jam post op, berjalan
3-4x/hari pada H+1)

D. Pencegahan VTE dan skrining anemia


- VTE bisa diberikan pneumatic compression + pemberian chemoprophylaxis seperti heparin atau LMWH.
- Pemeriksaan Hb post op dapat dilakukan jika perdarahan yang banyak.

Daftar Pustaka
Habib, A. S. and Ituk, U. (2018) ‘Enhanced recovery after cesarean delivery [version 1; referees: 2
approved]’, F1000Research, 7(0), pp. 1–11. doi: 10.12688/f1000research.13895.1.
Suharwardy, S. and Carvalho, B. (2020) ‘Enhanced recovery after surgery for cesarean delivery’, Current
Opinion in Obstetrics and Gynecology, 32(2), pp. 113–120. doi: 10.1097/GCO.0000000000000616.

Anda mungkin juga menyukai