1
Studi kasus pada tugas akhir ini adalah pada gedung kuliah bersama
Universitas Negeri Malang. Gedung kuliah bersama Universitas Negeri Malang
merupakan gedung dengan struktur beton yang memiliki lantai berjumlah 9 dan
luas bangunan sebesar 22458.5 m2. Gedung ini difungsikan sebagai pusat kegiatan
mahasiswa. GKB UM terletak pada Kota Malang 7.962995◦ lintang selatan
112.618447◦ bujur timur. Berdasarkan data tanah, kelas situs pada titik yang di
tinjau sedalam 30 meter adalah SC karena memiliki nilai SPT N>75. ditinjau dari
peta gempa 2017 Kota Malang adalah wilayah yang memiliki nilai percepatan
batuan dasar pada periode pendek (Ss) sebesar 0.8g dan percepatan batuan dasar
pada periode 1 detik (S1) sebesar 0.5g. Sehingga kategori desain seismik dari
parameter tersebut adalah D, perencanaan struktur menggunakan SRPMK harus
dilakukan sesuai standar SNI 2847:2019 dan SNI 1726:2019 agar komponen-
komponen struktur dan join-joinnya mampu menahan gaya-gaya yang bekerja
melalui aksi lentur, geser, aksial dan torsi.
2
2. Mengetahui Kekuatan komponen struktur yakni balok, kolom,
pelat, dinding structural, dan diafragma sesuai dengan standar SNI
2847-2019 dan SNI 1726-2019.
3. Mengetahui dan menggambar penampang beton serta detailing
tulangan komponen struktural yang di desain menggunakan standar
SNI 2847-2019.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
2.3 Pembebanan Bangunan Gedung SNI 1727:2013
SNI 1727:2013 memuat ketentuan beban minimum untuk merancang
bangunan gedung dan struktur lain. Beban dan kombinasi pembebanan yang
sesuai, telah dikembangkan dan harus digunakan bersama, baik untuk
perancangan dengan metode kekuatan ataupun perancangan dengan metode
tegangan izin. Untuk kuat rancang dan batas tegangan izin, spesifikasi
perancangan bahan konvensional yang digunakan pada bangunan gedung dan
modifikasinya yang dimuat dalam standar ini harus diikuti. SNI 1727:2013
merupakan adopsi dari SEI/ASCE 7-10 (Minimum Design Loads for Building and
Others Structures) dengan mengadopsi isi pasal yang sesuai dengan yang
diperlukan untuk kondisi pembebanan bangunan gedung dan struktur lain di
Indonesia. Beberapa pasal dari SEI/ASCE 7-10 juga tidak dicantumkan dalam
SNI 1727:2013 seperti halnya mengenai beban gempa dan beban salju/es.
5
2.5 Desain Struktur Beton SNI 2847:2019
Pelat dua arah biasanya digunakan pada gedung dengan spasi antar kolom
yang seragam pada satu arahnya berada dalam factor 2 dari arah lainya. Dalam
perkembanyanya struktur beton pelat dua arah mempunyai banyak bentuk. Ide
utama dari bentuk ini adalah system pelat yang menyalurkan beban secara
langsung kepada kolom penopang melalui tahanan lentur dan geser internal. Sama
seperti halnya pelat satu arah SNI 2847-2019 memperbolehkan insinyur untuk
menggunakan prosedur analisis apapun selama kompabilitas ekuilibrium dan
geometric tercapai. Code sendiri juga menyediakan peraturan untuk metode
Desain Langsung (Direct Design Method) dan Rangka Ekuivalen (Equivalent
Frame Method).
Karena perhitungan ledutan dari pelat dua arah cukup rumit dan untuk
mencegah lendutan yang besar, maka ketebalan pelat dapat ditentukan
menggunakan rumus empiris sebagai berikut :
( )
………………………………… (2.1)
b. Untuk >2.0
( )
………………………………… (2.2)
6
c. Untuk <2.0
Ketebalan minimum pelat dapat dilihat dari table.
Dengan,
ln : Panjang bentang bersih dalam arah memanjang dari konstruksi
dua arah dari muka ke muka tumpuan pada pelat tanpa balok, dan
muka ke muka balok atau tumpuan lain pada kasus lainya (mm).
β : Rasio bentang bersih dalam arah panjang terhadap arah pendek
dari pelat dua arah.
αfm : Nilai rata – rata αf untuk semua balok pada tepi-tepi dari suatu
pelat.
αf : Rasio kekakuan lentur penampang balok (EcbIb) terhadap
kekakuan lentur pelat (EcsIs) yang dibatasi secara lateral oleh garis-
garis sumbu tengah dari pelat-pelat yang bersebelahan pada tiap sisi
balok.
Ib : Momen inersia bruto dari penampang balok terhadap sumbu berat,
penampang balok mencakup pula bagian pelat pada setiap sisi
sebesar proyeksi balok yang berada di atas atau dibawah pelat,
namun tidak lebih dari empat kali tebal pelat.
Is : Momen inersia bruto dari penampang pelat.
…………….………………………………… (2.3)
Dengan,
7
a : Tinggi blok tegangan tekan ekuivalen (mm)
As : Luas tulangan lentur pelat (mm2)
fy : Tegangan leleh baja (Mpa)
fc’ : Kuat tekan beton (Mpa)
b : lebar pelat per-meter (mm)
…………….………………………………… (2.3)
Dengan,
Mu : Momen ultimit (Nmm)
d : Tinggi dari permukaan tekan hingga pusat tulangan tarik (mm)
( ) …………………………….… (2.4)
Dengan,
: Faktor reduksi lentur (0.9)
: Rasio tulangan
Nilai kuat geser ØVc pelat dua arah dipilih nilai terkecil dari :
√ ………………………………...…….… (2.5)
( ) √ ………………………...…….… (2.6)
( ) √ ………………...…….… (2.7)
Dengan,
Ø : Adalah factor reduksi geser (=0.75)
( ( )) ………………...…….… (2.8)
Dengan,
Ø : Adalah factor reduksi lentur (=0.9)
8
2.5.2 Balok
Balok structural menahan beban gravitasi dan beban lateral, serta semua
kombinasi yang ada, dan memindahkan beban ini ke gelagar, kolom, atau dinding
dan memindahkan beban ini ke gelagar, kolom, atau dinding. Hal ini dapat berupa
prategang maupun tidak, cetak di tempat, pracetak maupun komposit. SNI 2847-
2019 memperbolehkan insinyur untuk menggunakan prosedur analisis apapun
selama kompabilitas ekuilibrium dan geometric tercapai. Momen balok, geser dan
defleksi disepanjang bentang, balok biasanya dihitung dari analisis truktur elastic
klasik.
Nilai rasio tulangan yang dihitung menggunakan persamaan (2.9) tidak boleh
kurang dari :
Untuk mutu beton ≤ 30Mpa
( ) ………………...…………….… (2.10)
Dengan,
( ) ………………...…………….… (2.11)
9
Nilai Ru pada persamaan (2.9) dapat dihitung menggunakan persamaan :
( ) ………………...…………….… (2.12)
………………...…………………………….… (2.13)
( ) ……...……………….… (2.15)
Dengan,
dihitung berdasarkan perbandingan antara tinggi sumbu netral (c) dan jarak dari
serat tekan beton terluar ke tulangan tarik terluar (dt). Dimana variasi nilai Ø
terhadap ɛt ditunjukan oleh grafik sebagai berikut :
Sebagai alternative nilai Ø pada daerah transisi dapat ditentukan sebagai rasio dari
nilai c/dt sebagai berikut :
( ⁄
) (Untuk tulangan spiral) (2.16)
( ⁄
) (Untuk tulangan spiral) (2.17)
10
2.5.2.2 Desain Kuat Geser Balok
Balok beton dirancang untuk menahan geser dan torsi dan untuk
memastikan perilaku daktail pada kondisi nominal. Kekuatan geser dilokasi
manapun di sepanjang balok dihitung sebagai kombinasi kekuatan geser beton
(Vc) dan kekuatan geser tulangan (Vs). Kekuatan geser beton nominal Vc dihitung
menggunakan persamaan :
( √ ) ……...……………………….… (2.18)
Atau,
( √ ) ( √ ) ... … (2.19)
Kuat geser balok beton bertulang akan bertambah apabila dipasang tulangan
geser. Hal ini dibutuhkan jika kekuatan nominal beton terhadap geser kurang dari
geser ultimitnya Vc<Vu. Dasar desain tulangan geser secara umum dituliskan pada
persamaan berikut :
……...……………………………………….… (2.20)
Namun untuk beberapa kasus harus diperhatikan pada kondisi berikut ini :
√ s"3h/4"600mm
√ √ s"d/4"300mm
Dengan s adalah
( )
.………………………………..……… (2.21)
11
2.5.2.3 Desain Kuat Torsi Balok
√ ( ) .………………………..……… (2.21)
Untuk balok yang memikul torsi dan geser batasan diberikan pada penampang
balok beton bertulang sebagai berikut :
√( ) ( ) [( ) √ ] …..… (2.22)
.…………………………...…..……… (2.23)
( ) ( ) .……………….…...…..……… (2.24)
√
( ) ( ) ( ) ………………… (2.25)
Dengan,
Tu : Torsi ultimit (Nmm)
Vu : Geser ultimit (N)
Acp : Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton (mm2)
Ao : Luas bruto yang dilingkupi oleh jalur alir geser (mm2)
Aoh : Luas yang dilingkupi oleh garis pusat tulangan torsi tranversal
(mm2)
Ph : Keliling garis pusat tulangan torsi tranversal tertutup terluar (mm)
12
2.5.3 Diafragma
Diafragma gedung biasanya berupa pelat bertulang horizontal dua-arah
atau satu-arah yang membentang diantara kolom atau dinding atau keduanya.
Diafragma mempertahankan kompabilitas deformasi antara dua system, sehingga
mengikat keseluruhan struktur. Diafragma juga menyediakan tumpuan lateral ke
dinding geser dan kolom. Pada umumnya 2 sampai 5 persen dari gaya aksial
momen harus ditahan oleh diafragma untuk menyediakan tumpuan lateral yang
cukup untuk kolom dan dinding.
2.5.3.1 Desain Diafragma
Diafragma didesain untuk menahan gaya gempa desain yang dihitung dari
analisis struktur (Fpx),
∑
………………………….……………… (2.26)
∑
Gaya desain pada tingkat xi adalah Fi, Wi adalah berat teributari diafragma pada
tingkat x. Gaya yang dihitung dari persamaan ini tidak boleh melebihi 0.45
SDS/Wpx, tetapi lebih dari 0.25 SDS/ Wpx. Sedangkan untuk kuat nominal geser dari
diafragma adalah :
( √ ) …………………….……… (2.27)
√
Tranversal Lebih besar dari
13
2.5.4 Kolom
Kolom adalah salah satu komponen struktur vertical yang secara khusus
difungsikan untuk memikul beban aksial tekan (dengan atau tanpa adanya momen
lentur). Kolom selalu menjadi bagian dari system penahan gaya gravitasi dan
system penahan gaya lateral. Gaya desain lateral paling umum adalah gempa dan
angin. Area kolom awal Ag dapat diperkirakan dengan membagi beban aksial
terfaktor maksimum dengan 0.4fc’ untuk kolom biasa dan 0.3fc’ untuk kolom pada
area rawan gempa. Kolom biasanya berpenampang persegi atau lingkaran. Untuk
iterasi pertama rasio tulangan 1%-8% didistribusikan merata pada parameter
kolom.
………………………………………… (2.29)
14
2.5.4.3 Kolom Dengan Keruntuhan Seimbang
reganganya mencapai ɛy =
( )
………………………………………………………………… (2.34)
Nilai eksentrisitas pada kondisi seimbang diperoleh dari :
………………………………………………… (2.35)
saat regangan tulangan baja melampaui ɛy = . Dalam kasus ini kuat tekan
nominal penampang, Pn, akan lebih kecil dari Pb, atau eksentrisitas e lebih besar
daripada eb, Pn dievaluasi dari kondisi kesetimbangan
, dengan
( )
T =
Mn = ( ) ………………………………… (2.36)
15
2.5.4.5 Kolom Dengan Keruntuhan Tekan
paja akan kurang dari ɛy = , beban tekan nominal Pn dapat dihitung melalui
( )
T =
Mn = ( ) ………………………………… (2.37)
………………………………………………… (2.38)
Kuat Lentur nominal dari suatu penampang kolom dengan lentur murni adalah :
( ) ………………………… (2.39)
berdasarkan rasio
16
2.6 Pembebanan Minimum Menggunakan SNI 1727:2013
2.6.1 Kombinasi Beban Terfaktor Untuk Metode Desain Kekuatan
Struktur, komponen, dan fondasi harus dirancang sedemikian rupa hingga
kekuatan desainya sama atau melebihi efek dari beban terdaktor dalam kombinasi
berikut :
1. 1.4 D
2. 1.2 D + 1.6 L + 0.5 (Lr atau S atau R)
3. 1.2 D + 1.6 (Lr atau S atau R) + (L atau 0.5 W)
4. 1.2 D + 1.0 W + L + 0.5 (Lr atau S atau R)
5. 1.2 D + 1.0 E + L + 0.2 S
6. 0.9 D + 1.0 W
7. 0.9 D + 1.0 E
2.6.2 Kombinasi Beban Terfaktor Untuk Metode Desain Tegangan Izin
Beban – beban di bawah ini harus ditinjau dengan kombinasi-kombinasi
berikut untuk perencanaan struktur, komponen elemen struktur dan elemen-
elemen fondasi berdasarkan metoda tegangan ijin :
1. D
2. D + L
3. D + (Lr atau R)
4. D + 0.75 L + 0.75 (Lr atau R)
5. D + (0.6 W atau 0.7 E)
6. D + 0.75 (0.6 W atau 0.7 E) + 0.75 L + 0.75 (Lr atau R)
7. 0.6 D + 0.6 W
8. 0.6 D +0.7 E
Dengan,
D : Beban mati
E : Beban gempa
L : Beban hidup
Lr : Beban hidup atap
S : Salju
R : Beban hujan
W : Beban angin
17
2.6.3 Beban Hidup Terdistribusi Merata Minimum, Lo dan Beban Hidup
Terpusat Minimum
18
2.6.4 Reduksi Beban Hidup
a. Reduksi beban hidup merata
Komponen struktur yang memiliki nilai KLL AT adalah 37.16 m2 atau lebih
diizinkan untuk dirancang dengan beban hidup tereduksi sesuai dengan
rumus :
19
2.7 Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Gedung Berdasarkan SNI
1726:2019
20
Akhirnya parameter percepatan spectral desain untuk periode pendek S DS, dan
untuk periode 1 detik, SD1 dapat dihitung sebagai berikut :
SDS = 2/3 SMS
SD1 = 2/3 SM1
21
2.7.3 Spektrum Respon Desain
Bila spectrum respons desain diperlukan oleh tata cara ini dan prosedur
gerak tanah dari spesifik situs tidak digunakan, maka kurva respons desain harus
dikembangkan dengan mengikuti ketentuan dibawah ini :
a. Untuk periode yang lebih kecil dari To, spectrum respons percepatan
desain, Sa harus diambil dari persamaan :
( ) ………………....……… (2.42)
b. Untuk periode lebih besar dari atau sama dengan To dan lebih kecil dari
atau sama dengan Ts, spectrum respons percepatan desain Sa sama dengan
SDS
c. Untuk periode lebih besar dari Ts tetapi lebih kecil dari atau sama dengan
TL, respons spectral percepatan desain Sa diambil berdasarkan persamaan :
………………………………....……… (2.43)
d. Untuk periode lebih besar dari TL, respons spectral percepatan desain Sa,
diambil berdasarkan persamaan :
………………………………....……… (2.44)
Keterangan :
SDS : Parameter respons spectral percepatan desain periode pendek
SD1 : Parameter respons spectral percepatan desain pada periode 1 detik
T : Periode getar fundamental struktur
To :
Ts :
TL : Periode panjang
22
2.7.4 Gaya Lateral Ekivalen
Gaya geser dasar seismic V, dalam arah yang ditetapkan harus ditentukan
sesuai dengan persamaan berikut :
………………………………………....……… (2.45)
Dengan,
: Koefisien respons seismic
W : Berat seismic efektif
………………………………………....……… (2.46)
( )
Dengan,
R : Koefisien modifikasi respon
Ie : Koefisien keutamaan gempa
Untuk, T ≤ TL
………………………………………....……… (2.47)
( )
Untuk, T ≤ TL
………………………………………....……… (2.48)
( )
………………………………………....……… (2.49)
( )
23
Periode fundamental struktur T, dalam arah yang ditinjau harus diperoleh
menggunakan sifat struktur dan karakteristik deformasi elemen pemikul dalam
analisis yang teruji. Sebagai alternative dalam melakukan analisis untuk
menentukan periode fundamental struktur, T diizinkan secara langsung
menggunakan periode bangunan pendekatan Ta
………………………………………....……… (2.50)
Dengan,
hn : ketinggian struktur (m)
Tabel 2.10 Koefisien Untuk Batas Atas Pada Periode Yang Dihitung
Parameter percepatan respons spectral
Koefisien
desain pada 1 detik,
≥ 0.4 1.4
0.3 1.4
0.2 1.5
0.15 1.6
≤0.1 1.7
Tipe Struktur x
Sistem rangka pemikul momen di mana rangka memikul
100 % gaya seismik yang disyaratkan dan tidak
dilingkupi atau dihubungkan dengan komponen yang
lebih kaku dan akan mencegah rangka dari defleksi jika
dikenai gaya seismik:
Rangka baja pemikul momen 0.0724 0.8
Rangka beton pemikul momen 0.0466 0.9
………………………………………....……… (2.51)
Dan
………………………………………… (2.52)
∑
24
2.8 Detailing Komponen Struktur Rangka Pemikul Momen Khusus Pada
SNI 2847:2019
Pasal 18.7.5.2 Untuk kolom pada rangka pemikul momen khusus dan kolom yang
tidak di desain untuk KDS D,E, atau F dengan beban aksial terfaktor melebihi
0.3AgFc’ atau Fc' lebih dari 70 Mpa.
Pasal 18.7.5.3 Jarak tulangan tranversal pada daerah sepanjang lo, harus diambil
tidak melebihi nilai terkecil dari :
1. Untuk komponen kolom dengan Pu≤ 0.3AgFc' dan Fc'≤ 70 Mpa, harus di
25
2. Untuk komponen kolom dengan Pu> 0.3AgFc' dan Fc'> 70 Mpa, harus di
Pasal 18.10.2.2 Paling sedikit dipasang dua lapis tulangan geser jika
atau jika hw/lw≥2
Pasal 18.10.6.2 Komponen batas pada dinding struktural harus disediakan jika:
Pasal 18.10.6.4 Tulangan tranversal dari komponen batas suatu dinding struktural
harus memenuhi :
Ash/Sbc ≥
Atau,
26
BAB III
METODOLOGI
3.1 Umum
27
3.4 Diagram Alir Pengerjaan Tugas Akhir
28
3.4.2 Preliminary design
Desain awal dalam merencanakan dimensi elemen-elemen struktur,
menentukan bahan, mutu dan material. Tahapan ini diperlukan dalam panduan
perhitungan struktur dan analisa pada perencanaan.
3.4.3 Perhitungan pembebanan
Perhitungan beban pada perencanaan gedung disesuiakan dengan SNI
1727:2013, Beban Minimum Untuk Perancangan Bangunan Gedung Dan Struktur
Lain, dan SNI 1726:2019, Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk
Struktur Gedung Dan Non Gedung.
3.4.4 Pemodelan struktur
Pemodelab struktur dilakukan pada program bantu ETABS, dengan urutan
sebagai berikut :
a. Menggambar komponen struktur berupa kolom, balok, pelat, dinding geser
b. Menginput property material dan penampang dari komponen struktur.
c. Input beban pada komponen struktur sesuai dengan SNI 1727:2013
d. Menginput data respons spectrum, dan parameter kegempaan lainya
berdasarkan SNI 1726:2019.
3.4.5 Run program bantu
Hasil dari run program bantu berupa analisis struktur dan parameter yang
dibutuhkan untuk analisis gempa. Dan validasi atas error yang terjadi ≤10%.
Hasil dari analisis struktur adalah :
a. Analisis gaya dalam momen, geser, aksial dan torsi.
Hasil dari analisis kegempaan adalah :
29
3.4.7 Penggambaran detailing struktur
Hasil dari cek design struktur harus memenuhi kriteria yang telah
ditentukan oleh standar terlebih dahulu. Struktur didetailkan berdasarkan standar
SNI 2847:2019.
30
DAFTAR PUSTAKA
Jakarta: ICS.
Fauzi, U. J., Fauzi, A., Isryam M., Toha, F.X., dan Hendryawan. 2011. Proposed
DEEPUBLISH.