Anda di halaman 1dari 16

Asuhan Keperawatan Dengan Trauma Pasca Melahirkan

DI SUSUN
OLEH
KELOMPOK 3:

1. MAYSARAH (180204034)
2. ALHAMDIKA ANSYAHRI LUBIS (180204036)
3. RISTINIARTI NAZARA (180204037)
4. REPIANUS GIAWA (180204038)
5. DEAN REX AZRIEL TELAUMBANUA (180204039)
6. WINA SINAGA (180204040)
7. AAN SANITA SINAGA (180204041)
8. ANGELYCA MAWANTI MANULLANG (180204042)
9. AYU ASHARI SARUKSUK (180204043)
10. NOVIA THRESIA SITOMPUL (180204045)
11. SRINOVA NINGSIH (180204046)
12. MELLY TRESIA BR BANGUN (180204047)
13. ALDRY ELIESER TARIGAN (180204049)
14. DIAN FREDERICA HALOHO (180204120)
15. SONYA DHARMA PUTRI WARUWU (180204121)
16. MAULAYANI (180204015)

PROGRAM STUDI NERS


FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa Karna Kasih-Nya, dan
Perlindungan-Nya kami bisa menyelasaikan makalah kami ini yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Dengan Trauma Pasca Melahirkan “, dimana untuk memenuhi tugas
Keperawatan Maternitas II, jurusan S1 Keperawatan. Dalam penulisan makalah ini kami
berterimakasih kepada dosen pembimbing mata kuliah, Ns.Lasmarina Sinurat,M. Kep yang
telah membimbing, memotivasi dan mendampingi kami dalam proses belajar. Meskipun
banyak hambatan yang kami laluidalam proses pembuatan makalah ini tentang Asuhan
Keperawatan Dengan Trauma Pasca Melahirkan Namun kami mampu menyelesaikan Asuhan
Keperawatan ini dengan tepat waktu.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan yang masih banyak
kekurangan dalam penulisan.Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik
yang dapat membangun dari teman - teman semua. Akhir kata kami mengucapkan
terimakasih dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Medan, 09 April 2020

Kelompok 3
DAFTAR ISI

Kata Pengantar......................................................................................................................i

Daftar Isi .............................................................................................................................ii

BAB I Pendahuluan ............................................................................................................1

A. Latar Belakang ..................................................................................................1


B. Tujuan ...............................................................................................................1

BAB II Tinjauan Teori ........................................................................................................3


A. Konsep Dasar Penyakit ..................................................................................3
1. Pengertian ................................................................................................3
2. Inside ........................................................................................................4
3. Etiologi .....................................................................................................7
4. Klasifikasi ................................................................................................8
5. Patofisiologi .............................................................................................9
6. Manifestasi klinis ...................................................................................10
7. Pemeriksaan Penunjang..........................................................................11
8. komplikasi...............................................................................................12
9. penataklasanaan.......................................................................................13
10. prognosa..................................................................................................13

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan ............................................................14


1. Pengkajian ..............................................................................................14
2. Diagnosa Keperawatan ..........................................................................15
3. Rencana Keperawatan ............................................................................15

BAB III Penutup................................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pasca melahirkan ibu akan mengalami beberapa perubahan, baik perubahan fisik
maupun perubahan psikologis, seorang ibu akan merasakan gejala gejala psikiatrik
setelah melahirkan, beberapa penyesuaian dibutuhkan oleh ibu. Sebagian ibu bisa
menyesuaikan diri dan sebagian tidak bisa menyesuaikan diri, bahkan bagi mereka
yang tidak bisa menyesuaikan diri mengalami gangguan gangguan psikologis dengan
berbagai macam sindrom atau gejala, oleh peneliti hal ini disebut postpartum blues
(Marshall, 2004). Angka kejadian postpartum blues cukup tinggi yakni 26,00% -
85,00%. Dari beberapa penelitian dijelaskan sebanyak 50,00% ibu setelah melahirkan
mengalami depresi setelah melahirkan dan hampir 80,00% ibu baru mengalami
perasaan sedih setelah melahirkan atau sering disebut Postpartum Blues ( Kasdu,
2003). Pieter & Lubis (dalam Kusumadewi, 2010) menyatakan 50 – 70 % dari seluruh
wanita pasca melahirkan akan mengalami sindrom ini. Sedangkan di Indonesia
menurut Hidayat yaitu 50 – 70 % dan
hal ini dapat berlanjut menjadi depresi postpartum dengan jumlah bervariasi dari 5%
hingga lebih dari 25% setelah ibu melahirkan (Daw dan Steiner dalam Bobak dkk.,
2005).

Faktor faktor yang mempengaruhi postpartum blues adalah yang faktor psikologis
yang meliputi dukungan keluarga khusunya suami. Faktor demografi yang meliputi
usia dan paritas, factor fisik yang disebabkan kelelahan fisik karena aktivitas
mengasuh bayi, menyusui, memandikan, mengganti popok, dan faktor sosial meliputi
sosial ekonomi, tingkat pendidikan, status perkawinan (Nirwana, 2011). Faktor-faktor
yang mempengaruhi postpartum blues biasanya tidak berdiri sendiri sehingga gejala
dan tanda postpartum blues sebenarnya adalah suatu mekanisme multifaktorial.
Kondisi sosio ekonomi seringkali membuat psikologi ibu terganggu. pada keluarga
yang mampu mengatasi pengeluaran untuk biaya perawatan ibu selama persalinan,
serta tambahan dengan hadirnya bayi baru ini mungkin hampir tidak merasakan beban
keuangan, akan tetapi keluarga yang menerima kelahiran seorang bayi dengan suatu
beban finansial dapat mengalami peningkatan stres, stres ini bisa mengganggu
perilaku orang tua sehingga membuat masa transisi untuk memasuki pada peran
menjadi orang tua akan menjadi ledih sulit (Bobak et all, 2005).

B. Tujuan
1. Menjelaskan konsep trauma pasca melahirkan
2. Menjelaskan askep trauma pasca melahirkan
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Defenisi Trauma Pasca Melahirkan

Trauma kelahiran adalah kelahiran pada bayi baru lahir yang terjadi karena trauma
kelainan akibat tindakan, cara persalinan / gangguan yangdiakibatkan oleh kelainan
fisiologik persalinan.(Sarwono Prawirohardjo, 2001 :229). Trauma lahir adalah kerusakan
dari struktur atau fungsi tubuh neonatus sebagai akibat komplikasi yang terjadi saat
lahir. .(Sarwono Prawirohardjo, 2001 :229). Trauma lahir adalah kelahiran bayi baru lahir
yang terjadi karena trauma lahir akibat tindakan, cara persalinan atau gangguan persalinan
yang diakibatkan kelainan fisiologis persalinan. (YPB, maternal neonatal. 2007). Trauma
lahir adalah trauma pada bayi yang diterima dalam atau karena proses kelahiran. Istilah
trauma lahir digunakan untuk menunjukkan trauma mekanik dan anoksik, baik yang dapat
dihindarkan maupun yang tidak dapat dihindarkan, yang didapat bayi pada masa
persalinan dan kelahiran. Trauma dapat terjadi sebagai akibat ketrampilan atau perhatian
medik yang tidak pantas atau yang tidak memadai sama sekali, atau dapat terjadi
meskipun telah mendapat perawatan kebidanan yang terampil dan kompeten dan sama
sekali tidak ada kaitannya dengan tindakan atau sikap orang tua yang acuh tak acuh.
Pembatasan trauma lahir tidak meliputi trauma akibat amniosentesis, tranfusi intrauteri,
pengambilan contoh darah vena kulit kepala atau resusitasi.

2. Insiden

Insidensi trauma lahir diperkirakan sebesar 2-7 per 1000 kelahiran hidup. Sebanyak 5-8
per 100.000 lahir meninggal akibat trauma mekanik dan 25 per 100.000 lahir meninggal
akibat trauma anoksik Walaupun insiden telah menurun pada tahun-tahun belakangan ini,
sebagian karena kemajuan di bidang teknik dan penilaian obstetrik, trauma lahir masih
merupakan permasalahan penting, karena walaupun hanya trauma yang bersifat
sementara sering tampak nyata oleh orang tua dan menimbulkan cemas serta keraguan
yang memerlukan pembicaraan bersifat suportif dan informatif. Beberapa trauma pada
awalnya dapat bersifat laten, tetapi kemudian akan menimbulkan penyakit atau akibat sisa
yang berat. Trauma lahir juga merupakan salah satu faktor penyebab utama dari kematian
perinatal. Di Indonesia angka kematian perinatal adalah 44 per 1000 krlahiran hidup, dan
9,7 % diantaranya sebagai akibat dari trauma lahir.
3. Etiologi

 Pendarahan intracranial
1. Hipoksia
2. Trauma Persalinan

 Kaput suksedanum
1. Partus lama/obstruksi
2. Persalinan dengan ekstraksi vakum
 Chepalohematoma
1. Tekanan jalan lahir terlalu lama pada kepala waktu persalinan.
2. Mullage terlalu keras sehingga selaput tengkorak robek.
3. Partus dengan tindakan.
 Cedera spinal
1. rotasi forceps
2. Vacum ekstraksi

Menurut A.H. Markum dkk (1991 : 266) penyebab terjadinya trauma persalinan yaitu
sebagai berikut:
1.      Makrosomia(Berat bayi baru lahir lebih dari 400 gram)
2.      Mal presentasi (bagian terendah janin yang tidak sesuai)
3.      Presentasi ganda (bagian terendah janin lebih dari 1 bagian)
4.      Disproporsi sephalo pelvik (ketidak sesuaian panggul dan kepala janin)
Kelahiran dan tindakan (proses persalinan yang tidak spontan tapi dengan
menggunakan alat)
5.      Persalinan lama (persalinan yang lebih dari 24 jam)
6.      Persalinan presipitatus (persalinan dimana gejala Kala I tidak dirasakan sakit
dan berakhir dengan lahirnya bayi)
7.      Bayi kurang bulan (bayi lahir dengan usia kehamilan 22 – 26 minggu)
8.      Distosia bahu (kemacetan bahu)

4. Klasifikasi
1. Pendarahan Intrakranial:
perdarahan dalam rongga kranium dan isinya pada bayi sejak
lahir sampai umur 4 minggu.
2. Kaput suksedanum:
Benjolan atau pembengkakan karena adanya timbunana getah bening dikepala (pada
presentasi kepala)yang terjadi pada bayi lahir.
3. Chepalohematoma:
Pembengkakan pada daerah kepala yang disebabkan karena adanya penumpukan
darah akibat perdarahan pada subperiostinum.
4. Cedera Spinalis:
Peregangan berlebihan medulla spinalis dan pendarahan yang menyertainya dapat
timbul setelah traksi berlebihan selama persalinan sungsang dan bahkan dapat terjadi
fraktur atau dilokasi vertebra.

5. Patofisiologi

Kelainan ini timbul karena tekanan yang keras pada kepala ketika memasuki jalan lahir
sehingga terjadi bendungan sirkulasi kapiler dan limfe disertai pengeluaran cairan tubuh
ke jaringan ekstra vaskuler. Benjolan caput ini berisi cairan serum dan sering bercampur
dengan sedikit darah. Benjolan dapat terjadi sebagai akibat bertumpang tindihnya tulang
kepala di daerah sutura pada suatu proses kelahiran sebagai salah satu upaya bayi untuk
mengecilkan lingkaran kepalanya agar dapat melalui jalan lahir. Umumnya moulage ini
ditemukan pada sutura sagitalis dan terlihat segera setelah bayi lahir. Moulage ini
umumnya jelas terlihat pada bayi premature dan akan hilang sendiri dalam satu sampai
dua hari.

Menurut Sarwono Prawiraharjo dalam Ilmu Kebidanan 2002, proses perjalanan penyakit
caput succedaneum adalah sebagi berikut :

1.      Pembengkakan yang terjadi pada kasus caput succadeneum merupakan


pembengkakan difus jaringan otak, yang dapat melampaui sutura garis tengah.
2.      Adanya edema dikepala terjadi akibat pembendungan sirkulasi kapiler dan
limfe disertai pengeluaran cairan tubuh. Benjolan biasanya ditemukan didaerah
presentasi lahir dan terletak periosteum hingga dapat melampaui sutura.

6. Manifestasi klinis
a. Pendarahan intracranial:
 Gejala neurologi yang timbul akan bervariasi, tergantung pada tempat dan
luasnya kerusakan jaringan otak yang diakibatkan oleh perdarahan tersebut.

 Gangguan kesadaran (apati, somnolen, sopor atau koma),


 Tidak mau minum,
 Menangis lemah,
 Nadi lambat/cepat.
 Kadang-kadang ada hipotermi yang menetap.

b. Kaput suksedanum:
 Edema di kepala
 Terasa lembut dan lunak pada perabaan
 Banjolan berisi serum dan kadang bercampur dengan darah
 Edema melampaui tulang tengkorak
 Batas yang tidak jelas
 Permukaan kulit pada benjolan berwarna ungu atau kemeraha
 Benjolan akan menghilang sekitar 2-3 minggu tanpa pengobatan.

c. Chepalohematoma:
 Kepala tampak bengkak dan berwarna merah
 Tampak benjolan dengan batas yang tegas dan tidak melampui tulang tengkorak
 Pada perabaan terasa mula-mula keras kemudian menjadi lunak.
 Benjolan tampak jelas +6 sampai 8 jam setelah lahir
 Benjolan membesar pada hari kedua atau ketiga
 Benjolan akan menghilang dalam beberapa minggu
d. Cedera Spinalis:
 gangguan pernafasan
 kelumpuhan kedua tungkai dan retensio urin.

7. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan radiografi
1. Pendarahan Intrakranial:
a. USG . menentukan derajat perdarahan intraventrikuler foto kepala.
b. Sinar X spiral .Menentukan lokasi dan jenis cedera tulang.
c. Pemeriksaan likuor terutama untuk perdarahan subaraknoid dan
intraventrikuler/periventrikuler
d. Elektrolit: untuk mengkoreksi keseimbangan elektrolit sebagai akibat peningkatan
tekanan intrakranial.
e. Lumbal pungsi:untuk mengetahui keadaan spinalnya
f. EKG:grafik yang dibuat oleh sebuah elektrokardiograf,yang merekam aktivitas
kelistrikan jantung dalam waktu tertentu.

2. Kaput suksedanum: Sinar X-ray . Menentukan lokasi dan jenis cedera tulang.

3. Cephalohematoma
a. Sinar X-ray. Menentukan lokasi dan jenis cedera tulang.
b. CT-SCAN. Menentukan tempat luka.
c. Cedera spinalis
d. Foto vetebra vertical untuk mengetahui apakah ada fraktur pada vertebra sertical
e. Foto bahu untuk mengetahui apakah ada fraktur tulang belakang.
f. Foto toraks gambaran atau pencitraan yang dihasilkan oleh Sinar X yang
ditembakkan ke tubuh pasien.
g. MRI berguna untuk membedakan perdarahan subgaleal dari kondisi patologik
kranial lainnya.Untuk mengidentifikasi kerusakan syaraf spiral.
h. CT-SCAN. Menentukan tempat luka.
i. Sinar X spiral. Menentukan lokasi dan jenis cedera tulang.

8. Komplikasi
1. Pendarahan Intrakranial:
 hilang kesadaran
 peningkatan tekanan cairan cerebrospinal

2. Kaput suksedanum:

 Kaput hemorargik
 Infeksi
 Ikhterus
 Anemia

3. Chepalohematoma:
 Ikterus
 Anemia
 Infeksi
 Kalasifikasi mungkin bertahan selama > 1 tahun

4. Cedera spinalis:
 Kerusakan medula spinalis dari komorsio
 serabut-serabut ernia nukleus pulposus melalui anulus,dan menekan radiks saraf
spinal.
 saraf mulai membengkak dan hancur
 Daerah lumbal mengalami herniasi nukleus pulposus.

9. Penatalaksanaan
a. Pendarahan intracranial
1. Farmakologi:
 Vitamin K injeksi 12 mg/im untuk bayi aterm dan 1 mg untuk bayi preterm

 valium/luminal bila ada kejang-kejang.

 kortikosteroid berupa deksametason 0,5–1 mg/kgBB/24 jam yang mempunyai


efek baik terhadap hipoksia dan edema otak

 antibiotika dapat diberikan untuk mencegah infeksi sekunder, terutama bila


ada manipulasi yang berlebihan.

2. Non farmakologi:
 Hindari manipulasi
 Rujuk ke rumah sakit

 Menjaga jalan napas tetap bebas, apalagi kalau penderita dalam koma
diberikan 02.

 Bayi letak dalam posisi miring untuk mencegah aspirasi serta


penyumbatan larings oleh lidah dan kepala agak ditinggikan untuk
mengurangi tekanan vena serebral.

b. Kaput suksedanum
1. Farmakologi:tidak ada
2. Non farmakologi:
 Perawatan bayi sama dengan perawatan bayi normal
 Pengawasan keadaan umum bayi
 Berikan lingkungan yang baik,adanya ventilasi dan sinar matahari yang
cukup.
 Pemberian ASI yang adekuat,bidan harus mengajarkan pada ibu teknik
menyusui dengan benar
 Pencegahan infeksi hasus dilakukan untuk menghindari adanya infeksi
pada benjolan.
 Berikan konseling pada orang tua,tentang:
o Keadaan trauma yang dialami oleh bayi
o Jelaskan bahwa benjolan akan menghilang dengan sendirinya
setelah 2 sampai 3 minggu tanpa pengobatan
o Perawatan bayi sehari-hari
o Manfaat dan teknik pemberian ASI
c. Chepalohematoma
1. Farmakologi:
Lakukan pemberian vitamin K jika perlu
2. Non farmakologi:
 Perawatan yang dilakukan hampir sama dengan kaput suksedaneum
 Jika ada luka agar tetap bersih dan kering.
 Apabila dicurigai terjadi fraktur tulang tengkorak,harus dilakukan
pemeriksaan lain seperti foto toraks.
 Lakukan pemeriksaan radiologic apabila dicurigai terdapat gangguan
susunan sarafpusat,seperti tampak benjolan yang sangat luas.

d. Cedera Spinalis
1. Pembedahan:

 Neurolysis : Melepaskan constrictive scar tissue disekitar saraf.


 Neuroma excision : Bila neuroma besar, harus dieksisi dan saraf dilekatkan
kembali

 Nerve grafting: Bila “gap” antara saraf terlalu besar, sehingga tidak mungkin
dilakukan tarikan

 Intraplexual neurotization
menggunakan bagian dari root yang masih melekat pada spinal cord sebagai
donor untuk saraf yang avulsi.

2. Pembedahan Sekunder
Tujuan untuk meningkatkan seluruh fungsi extremitas yang terkena. Ini
tergantung saraf yang terkena.

10. Prognosa:
 Pendarahan intracranial:
- Kira-kira 50 % pasien dengan ruotur aneurysma dapat sembuh dari episode
awal, tapi 50 % lagi akan terus mengalami perdarahn ulang bila tidak diobati.
Hemoragi ulangan akan terjadi dalam 2 minggu dan bahaya maut bias
mengancam setiap episode perdarahan.
- Ultrasonografi cranial (mayoritas IVH terjadi dalam 72 jam setelah
kelahiran);CT scan
1. Menentukan derajat dilakukan sesuai perluasan dan lokasi hemoragi:derajat
1 (hemoragi subependimal dalam matriks germinal periventrikuler);derajat
II(pendarahan kedalam ventrikulus lateralis tanpa dilatasi ventrikel);derajat
III (pendarahan kedalam ventrikel lateralis dengan dilatasi ventrikel);derajat
IV (pendarahan intraventrikuler meluas kejaringan parenkim).
 Katup seksudanum:
Akan hilang sendiri setelah 24-48 jam
 Sefalohematom:
Film radiografi tengkorak atau CT scan bila dicurigai ada fraktur tengkorak.
 Cedera spinal:
Kebanyakan patah tulang sembuh melalui osifikasi endo- kendral. Ketika tulang
mengalami cedera, fragmen tulang tidak hanya ditambal dengan jaringan parut.
Namun tulang mengalami regenerasi sendiri
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Biodata:Didapatkan pada bayi baru berumur beberapa hari.
b. Keluhan Utama:Adanya benjola di kepala
c. Riwayat Penyakit Sekarang:Oedema pada kepala terasa lembut dan lunak dengan
batas tidak jelas Organ tubuh yang lain relatif seperti bayi normal
d. Riwayat Penyakit Dahulu:Dalam proses persalinan bayi lahir dengan bantuan vacuum
ekstrasi,Proses persalinan bayi lama
e. ADL (Activity Daily Life)
 Pola Nutrisi:Pemberian ASI yang adekuat
 Pola Aktivitas: Tidak sering diangkat agar benjola tidak meluas
 Pola Istirahat : Biasanya bayi sering tidur
Pola Eliminasi
Jumlah output sesuai dengan intake yang dikeluarkan
Pola Personal Hygiene: Pasien diseka di tempat tidur
 Pemeriksaan keadaan umum : TTV
Nadi : 180 x/mnt, pada menit I, kemudian turun sampai 120-140x/mnt, RR :
80 x/mnt, pada menit (pertama), kemudian menurun setelah tenang 40x/mnt,
Suhu : 36,5oC – 37,4C
 Kesadaran Composmentis
 Pemeriksaan Fisik
Kepala : Terdapat benjolan di kepala berwarna kemerahan, teraba lembut,
lunak
Thorax : Lingkar dada 30 – 38 cm
Genetalia : - Sesuai umur kehamilan,Bila bayi kurang bulan,Pada bayi laki-
laki,testis belum turun, pada bayi wanita labia mayora belum menutupi labia
minora
Ekstrimitas : Aktif
Integumen : Kulit badan dan ekstremitas kemerah-merahan

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan cedera psikis,alat traksi
2. Pola pernafasan tidak efektif berhubungan dengan apnea
3. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan penghentian aliran
darah:Mis:hipovolemia
4. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring lama.
5. Resiko tinggi cedera janin yang berhubungan dengan tekanan daerah kepala
subperiostal, disporsisi cephalo pelvic.
3. INTERVENSI
1. Nyeri akut berhubungan dengan cedera psikis,alat traksi.
Tujuan:setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 jam nyeri berkurang.
Kriteria Hasil:
o nyeri berkurang
o skala nyeri 1-10
o posisi senyaman mungkin
Intervensi:
1. Kaji terhadap adanya bantuan pasien mengidentifikasi dan menghitung
nyeri
2. Menayakan pada orang tua bayi,untuk mengidentifikasi factor pencetus
3. Berikan tindakan kenyamanan pada bayi
Rasional:
1. Orang tua bayi melaporkan nyeri di atas tingkat
cedera.Mis:dada,punggung
2. Nyeri terbakar dan spasme otot dicetuskan diperoleh oleh banyak
factor.Mis:ansietas,tegangan
3. Tindakan anternatif mengontrol nyeri digunakan untuk keuntungan
emosional
2. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan penghentian aliran
darah:Mis:hipovolemia
Tujuan:setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2x24 jam tingkat
kesadaran biasa,dan fungsi motorik/sensorik
Kriteria Hasil: tanda-tanda vital stabil dan tidak ada tanda-tanda peningkatan
TIK
Intervensi:
1. Tentukan factor-faktor yang menentukan penurunan perfusi jaringan otak
dan potensial peningkatan TIK
2. Pantau/catat status neurologis secara teratur dan bandingkan dengan
standar GCS
3. Evaluasi keadaan pupil ukuran kesamaan antara kiri dan kanan reaksi
terhadap cahaya
4. Pantau tanda-tanda vital:nadi,nafas,suhu
5. Pantau intakedan out put turgor kulit dan membrane mukosa.

Rasional:
1. Penurunan tanda dangejala neurologis atau kegagalan dalam pemulihan
setelah serangan awal
2. Mengkaji tingkat kesadaran dan potensial peningkatan TIK
3. Reaksi pupil diatur oleh saraf cranial
4. Peningkatan TD sistemik yang di ikuti oleh penurunan TD diastole(nadi
yang membesar)
5. Bermanfaat sebagai indicator dari cairan total tubuh yang terintegrasi
dengan perfusi jaringan .
3. Pola pernafasan tidak efektif berhubungan dengan takipnea
Tujuan:Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2x24 jam pernafasan
kembali normal.
Kriteria Hasil:
o Nafas normal
o bebas sianosis
o GDA dalam batas norma
Intervensi:
1. Lakukan pengisapan bila perlu,catat jumlah jenis,dan karekteristik sekresi
2. Kaji fungsi pernafasan dengan menginstruksikan pasien untuk nafas
dalam
3. Auskultasi suara nafas
4. Observasi wana kulit,adanya sianosis,keabu-abuan
5. Berikan oksigen dengan cara yang tepat seperti dengan kanul
oksigen,masker,ingkubasi.
Rasional:
1. Jika batuk tidak efektif,penghisapan dibutuhkan untuk mengeluarkan
secret,meningkatkan secret,meningkatkan distribusi udara,mengurangi
resiko infeksi pernafasan.
2. Trauma pada C1-C2 menyebabkan hilangnya fungsi pernafasan secara
menyeluruh,trauma C4-C5 mengakibatkan hilangnya fungsi persarafan
yang bervariasi tergantung pada tekanan saraf frenikus dan fungsi
diagfragma
3. Hipoventilasi biasanya terjadi atau menyebabkan akumulasi atau atelektasi
atau pneumonia(komplikasi yang sering terjadi)
4. Menggambarkan akan terjadinya gagal nafas yang memerlukan evaluasi
dan intervensi medis dengan segera
5. Metode yang akan dipilih tergantung dari lokasi trauma
keadaaninsufisiensi pernafasan.
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Trauma kelahiran adalah kelahiran pada bayi baru lahir yang terjadi karena trauma kelainan
akibat tindakan, cara persalinan / gangguan yangdiakibatkan oleh kelainan fisiologik
persalinan.(Sarwono Prawirohardjo, 2001 :229) Trauma lahir adalah kerusakan dari struktur
atau fungsi tubuh neonatus sebagai akibat komplikasi yang terjadi saat lahir. .(Sarwono
Prawirohardjo, 2001 :229).Trauma lahir adalah kelahiran bayi baru lahir yang terjadi karena
trauma lahir akibat tindakan, cara persalinan atau gangguan persalinan yang diakibatkan
kelainan fisiologis persalinan. (YPB, maternal neonatal. 2007). .

Etiologi

 Pendarahan intracranial
3. Hipoksia
4. Trauma Persalinan

 Kaput suksedanum
3. Partus lama/obstruksi
4. Persalinan dengan ekstraksi vakum
 Chepalohematoma

11. Tekanan jalan lahir terlalu lama pada kepala waktu persalinan.
12. Mullage terlalu keras sehingga selaput tengkorak robek.
13. Partus dengan tindakan.

a. Forsep
b. Vacum ekstraksi

 Cedera spinal

1. rotasi forceps
2. Vacum ekstraksi

2. Saran
Demikianlah hasil makalah ini kami buat, semoga pembaca dapat mengetahui apa
konsep dan askep trauma pasca melahirkan. Akhir kata kami ucapakn terimakasih.

DAFTAR PUSTAKA

Alexander JM, Leveno KJ, Hauth J, et al. Fetal injury associated with caesarean
delivery. Obstet Gynecol 2006; 108:885.

Angsar MD, Setjalilakusuma L. Persalinan sungsang. Dalam: Winknjosastro H,


Saifudin Ab, Rachimhadhi T, editor. Ilmu bedah kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2007. hal. 104-22.

Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom Sl, Hauth JC, Gillstrap III L, Wenstrom KD.
Williams obstetrics. 23rd ed. New York: McGraw-Hill; 2010. p.527-34.

Kilani RA, Wetmore J. Neonatal subgaleal hematoma: presentation and outcome


radiological findings and factors associated with mortality. Amm J Perinatol 2006;
23:41.

Levene MI, Tudehope DI, Sinha SK. Essential neonatal medicine. 4 th ed.
Massachusetts: Blackwell publishing; 2008.

Rukmono S. Malpresentasi dan malposisi. Dalam: Trijatmo R, Gulardi HW, Abdul


BS, editor. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2008.
hal. 581-98.

Vivian Nanny Lia Dewi,S.ST.2011.Asuhan Neonatus Bayi Dan Anak


Balita.Jakarta:EGC

Anda mungkin juga menyukai