Anda di halaman 1dari 20

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

KONSEP PENYAKIT

A. Definisi

Cor pulmonale adalah hipertrofi atau dilatasi ventrikel kanan akibat hipertensi pulmonary yang
disebabkan penyakit parenkim paru dan atau pembuluh darah paru yang tidak berhubungan
dengan kelainan jantung kiri. (Setiati, 2014:1251) Cor pulmonal merupakan keadaan hipertrofi
ventrikel kanan akibat suatu penyakit yang mengenai fungsi atau struktur jaringan paru, tidak
termasuk didalamnya kelainan jantung kanan akibat kegagalan dari fungsi ventrikel kiri atau
akibat penyakit jantung bawaan. (Muttaqin, 2012:227) Kesimpulan dari cor pulmonal adalah
keadaan hipertrofi atau dilatasi dari struktur bilik jantung kanan yang mengakibatkan hipertensi
pulmonar sehingga terjadi penurunan fungsi paru atau pegurangan jaringan pembuluh darah
paru.

B. Etiologi

Penyebab penyakit cor pulmonale antara lain :

1. Penyakit menahun dengan hipoksia :


2. Penyakit paru obstruktif kronik
3. Fibrosis paru
4. Penyakit fibrositik
5. Crypogenik fibrosing alveolitis
6. Penyakit paru lain yang berhubungan dengan hipoksia
7. Kelainan dinding dada :
8. Kifoskoliosis, torakoplasti, fibrosis pleura
9. Penyakit neuromuscular
10. Gangguan mekanisme kontrol pernafasan :
11. Obesitas, hipoventilasi idiopatik
12. Penyakit serebrovasculer
13. Obstruksi saluran nafas atas pada anak :
14. Hipertrofi tonsil dan adenoid
15. Kelainan primer pembuluh darah
16. Hipertensi pulmonal primer, emboli paru berulang dan vaskulitis pembuluh darah paru.

C. Tanda dan gejala

1. Sianosis.
2. Lelah karena hipoksia dan gagal jantung.
3. Mendesis karena kondisi paru-paru yang buruk seperti PPOK atau emfisema.
4. Kesulitan bernapas (dispnea) pada saat berolahraga keras dan ketika berbaring
(orthopnea) karena naiknya kebutuhan oksigen dengan gerakan dan meningkatkan usaha
pernapasan dari diafragma ketika berbaring.
5. Batuk produktif karena kondisi pernapasan.
6. Edema karena gagal jantung kanan; cairan yang terbentuk akan bergantung pada area
yang terserang.
7. Berat badan naik karena retensi cairan.
8. Respirasi lebih dari 20 kali per menit (tachypnea); kecepatannya meningkat untuk
memenuhi kebutuhan tubuh akan oksigen.
9. Denyut jantung naik di atas 100 kali per menit (takikardia) karena tubuh berusaha
mengatasi hipoksia dan membawa lebih banyak oksigen.

D. Patofisiologi

Penyakit paru kronis akan mengakibatkan :

1. Berkurangnya “vascular bed” paru, dapat disebabkan oleh semakin terdesaknya


pembuluh darah oleh paru yang mengembang atau kerusakan paru
2. Asidosis dan hiperkapmia
3. Hipoksia alveolar, yang akan merangsang vasokonstriksi pembulu paru
4. Polistemia dan hiperviskositas darah. Kelainan ini akan menyebabkan timbulnya
hipertensi pulmonale (perjalanan lambat) dalam jangka panjang akan mengakibatkan
hipertrofi dan dilatasi ventrikel kanandan kemudian akan berlanjut menjadi gagal jantung
kanan. (Setiati, 2014:1251)

E. Klasifikasi
Secara umum cor pulmonale dibagi menjadi dua bentuk:
1. Cor Pulmonale Akut yaitu dilatasi mendadak dari ventrikel kanan dan
dekompensasi.
2. Cor Pulmonale Kronik Merupakan jenis cor pulmonale yang paling sering terjadi.
Dinyatakan sebagai hipertropi ventrikel kanan akibat penyakit paru atau pembuluh
darah atau adanya kelainan pada toraks, yang akan menyebabkan hipertensi dan
hipoksia sehingga terjadi hipertropi ventrikel kanan. (Somantri, 2012:131)

F. Komplikasi
1. Emfisema
2. Gagal jantung kanan
3. Gagal jantung kiri
4. Hipertensi pulmonal primer

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Identitas
Anamnesa pada pasien 50 tahun biasanya didapatkan adanya kebiasaan merokok.
(Wahid dan Suprapto, 2013:119)

1. Status kesehatan saat ini


 Keluhan utama
Sesak nafas tiba-tiba, kadang-kadang didapatkan batuk yang produktif dan
hemoptisis. (Wahid dan Suprapto, 2013:124)
 Alasan Masuk Rumah Sakit
Seringnya sesak nafas dan sering pingsan jika beraktifitas (exertional syncope).
(Wahid dan Suprapto, 2013:124)
 Riwayat Penyakit Sekarang
Keluhan sesak napas merupakan gejala tersering pada penyakit paru primer.
Gejala ini terjadi saat melakukan aktifitas atau bahkan saat istirahat dan
kadang-kadang diperberat dengan posisi tidur. (Muttaqin, 2012:228)

2. Riwayat kesehatan terdahulu

 Riwayat penyakit sebelumnya


Riwayat merokok merupakan penyebab timbulnya kelainan paru obstruktir
kronik, polusi udara (asap dari cerobong-cerobong pabrik didaerah industri dan
asap dari kendaraan bermotor). (Wahid dan Suprapto, 2013:125)
 Riwayat penyakit keluarga
Pada banyak kasus cor pulmonale ditemukan pada anggota keluarga tertentu
dan ternyata kekurangan alfa-antripsin memegang peranan dalam penentuan
predisposisi terjadinya penyakit paru obstruktif kronik. Riwayat penyakit paru
kronik (bronchitis kronik dan emfisema paru, diantaranya disebabkan
hemophilus influenza, pneumococcus,staphylococcus aureus, pseudomonas,
klebsiella. (Wahid dan Suprapto, 2013:125
 Riwayat pengobatan
Mengenai obat-obatan yang biasa diminum oleh klien pada masa lalu seperti,
pemberiaan diuretika seperti furosemid atau hidroklorotiazid diharapkan dapat
mengurangi kongesti edema dengan cara mengeluarkan natrium dan
menurunkan volume darah, sehingga pertukaran udara dalam paru dapat
diperbaiki dan hipoksia maupun beban jantung kanan dapat dikurangi. (Wahid
dan Suprapto, 2013:124)

3. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum
A. Kesadaran
Pada pasien cor pulmonale dengan kesadaran somnolenSakit kepala, confusion,
nampak sianotik, disertai sesak dan tanda-tanda emfisema yang lebih nyata.
(Somantri, 2012; 133, Wahid dan Suprapto, 2013:119)
B. Tanda-tanda vital
Berat badan naik karena retensi cairan, respirasi lebih dari 20 kali per menit
(tachypnea), denyut jantung naik di atas 100 kali per menit (takikardia) karena
tubuh berusaha mengatasi hipoksia dan membawa lebih banyak oksigen. (DiGiulio,
2014:107-108)

 Body Sistem
1. Sistem pernafasan
Pada klien cor pulmonale terjadi adanya bronkhokonstriksi, akumulasi
sekret jalan napas, dan menurunnya kemampuan batuk efektif. (Muttaqin,
2012:230)
2. Sistem kardiovaskuler
Terdengar graham steel murmur yang bersifat soft, blowing, hight pitch
diastolic murmur, akibat adanya insufisiensi relative katup pulmonale.
(Wahid dan Suprapto, 2013:126)
3. Sistem persarafan
Pada klien cor pulmonale merasa sakit kepala, bingung, dan somnolen.
(Somantri, 2012:133)
4. Sistem perkemihan
Pada klien cor pulmonale terjadi perubahan berat badan, sering penggunaan
diuretik. (Wahid dan Suprapto, 2013:127)
5. Sistem pencernaan
Pada klien cor pulmonale terjadi gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh yang berhubungan dengan penurunan nafsu makan. (Muttaqin,
2012:230)
6. Sistem integument
Pada klien cor pulmonale di dapatkan warna kulit yang pucat,sianosis pada
jari. (Wahid dan Suprapto, 2013:126)
7. Sistem musculoskelet
Pada klien cor pulmonale juga dapat terjadi karena kelainan neuromuskuler,
seperti poliomielitis, dan distrofi otot. (Somantri, 2012:130)
8. Sistem imun
Cor pulmonale juga bisa disebabkan infiltrasi limfatik. (Wahid dan
Suprapto, 2013:118)
9. Sistem penginderaan
Pada klien cor pulmonale terjadi gangguan penciuman, seperti : hiposmia
(penurunan sensitivitas penciuman) atau anosmia (kehilangan sensasai
penciuman bilateral dan komplet). (Black, 2014:231)
10. Sistem reproduksi
Pada klien cor pulmonale terjadi penurunan libido (penurunan gairah
seksualitas). (Somantri, 2012:133)
11. Sistem endokrin
Pada klien cor pulmonale terjadi peningkatan kadar sodium yang
mengakibatkan retensi cairan. (DiGiulio, 2014:109)

4. Pemeriksaan penunjang
 Pemeriksaan Radiologi
Batang pulmonal dan hilus membesar. Perluasaan hilus dapat dihitung dari
perbandingan jarak antara permulaan percabangan pertama arteri pulmonalis
utama dan kiri dibagi dengan diameter transversal torak. Perbandingan >0,36
menunjukan hipertensi pulmonal.
 Ekokardiografi
Ekokardiografi memungkinkan pengukuran ketebalan dinding ventrikel kanan.
Meskipun perubahan volume tidak didapat diukur, teknik ini dapat
memperlihatkan pembesaran kavitas ventrikel kanan dalam hubungannya
dengan pembesaran ventrikel kiri. Septum ventrikel dapat tergeser kekiri.
 Magnetic Resonance Imaging (MRI
Berguna untuk mengukur masa ventrikel kanan, ketebalan dinding, volume
cavitas, dan jumlah darah yang dipompa.
 Biopsi paru-paru
Dapat berguna untuk menunjukan vaskulitis pada beberapa tipe penyakit
vaskuler paru-paru seperti penyakit vaskuler kolagen, atritis rematoid, dan
granulo matosis wagener. (Somantri, 2012:133)

5. Penatalaksanaan

 Penatalaksanaan Keperawatan
Sasaran penatalaksanaan keperawatan adalah:
1. Melalui hidrasi yang adekuat membantu mengencerkan secret dan
mengefektifkan pembersihan jalan nafas.
2. Tinggalkan kepala tempat tidur dan bantu pasien memilih posisi yang mudah
untuk bernafas.
3. Tirah baring : bantu pasien dalam pemenuhan kebutuhan dasar.
4. Membersihkan penyuluhan agar pasien menghindari segala jenis polusi udara
dan berhenti merokok.
5. Latihan pernafasan dan bimbingan ahli fisoterapi.
6. Kolaborasi memperbaiki ventilasi dan oksigenasi jaringan melalui pemberian O

 Penatalaksanaan Medis
Pemberian Medikamentosa
1. Bronkodilato
Aminofilin : menghilangkan spasme saluran pernafasan Beta 2 adrenergik selektif
(Turbutalin atau salbutamol).
2. Mukolitik dan ekspektora
Mukolitik berguna untuk mencairkan dahak dengan memecah ikatan rantai kimia
nya, sedangkan ekspektoran untuk mengeluarkan dahak dari paru.
3. Antibiotik
Pemberian antibiotika diperlukan karena biasanya kelainan parenkim paru
disebabkan oleh mikroorganisme, diantaranya: Hemophylus influenza dan
Pneumococcus peka terhadap metisilin, kloksasilin, flukoksasilin, dan eritromisin.
Klebsiella peka terhadap gentamisin, steptomisin dan prolimiksin.
4. Oksigenasi
Peningkatan PaCO2 (tekanan CO2 arterial) dan asidosis pada penderita PPOM
disebabkan tidak sempurnanya pengeluaran CO2 sehingga menimbulkan
hipoksemia. Hal ini dapat diatasi dengan pemberian oksigen 20-30% melalui
masker venture dan secara intermiten 1-3 liter permenit. Jika terjadi gagal jantung
kanan, diberikan; digitalis, diuretik, dan diet yang rendah garam.pemberian digitalis
harus berhati-hati, karena dalam keadaan hipoksia, dan kalium yang rendah mudah
terjadi, sehingga mudah terjadi asidosis respiratorik dan alkalosis metabolic, dan
bahaya intoksikasi lebih besar. (Wahid dan Suprapto, 2013:122-124)
Diagnosa keperawatan
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
Definisi:
Ketidakmampuan membersihkan sekret atau obstruksi jalan napas untuk
mempertahankan jalan napas tetap paten.
Penyebab:
1. Fisiologis
1. Spasme jalan napas
2. Hipersekresi jalan napas
3. Disfungsi neuromuskuler
4. Benda asing dalam jalan napas
5. Adanya jalan napas buatan
6. Sekresi yang tertahan
7. Hiperplasia dinding jalan napas
8. Proses infeksi
9. Respon alergi
10. Efek agen farmakologis (mis.anastesi)
2. Situasional
1. Merokok aktif
2. Merokok pasif
3. Terpajan polutan

3. Gejala dan tanda mayor


 Subjektif
(tidak tersedia)
 Objektif
1. Batuk tidak efektif
2. Tidak mampu batuk
3. Sputum berlebihan
4. Mengi, wheezing dan atau ronkhi kering
5. Mekonium dijalan napas (pada neonatus)

4. Gejala dan tanda minor


 Subjektif
1. Dispnea
2. Sulit bicara
3. Ortopnea
 Objektif
1. Gelisah
2. Sianosis
3. Bunyi napas menurun
4. Frekuensi napas berubah
5. Pola napas berubah
Kondisi klinis terkait:

Gullian barre syndrome


Sklerosis multipel
Myasthenia gravis
Prosedur dignostik (mis. Bronkoskopi, transesophageal echocardiography

[TEE])

Depresi sistem saraf pusat


Cedera kepala
Stroke
Kuadriplegia
Sindrom aspirasi mekonium
Infeksi saluran napas.

(SDKI, 2017:18-19)

Gangguan pertukaran gas

Definisi

Kelebihan atau kekurangan oksigenasi dan/atau eleminasi karbondioksida pada membran


alveolus-kapiler.

Penyebab

Ketidakseimbangan ventilasi-perfusi
Perubahan membran alveolus-kapiler

Gejala dan tanda mayor

Subjektif

Dispnea
Objektif

1) PCO2 meningkatkan/menurun

2) PO2 menurun

3) Takikardia

4) Ph arteri meningkat/menurun

5) Bunyi napas tambahan

Gejala dan tanda minor

Subjektif

Pusing
Penglihatan kabur

Objektif

Sianosis
Diaforesis
Gelisah
Napas cuping hidung
Pola napas abnormal (cepat/lambat, reguler/ireguler, dalam/dangkal)
Warna kulit abnormal (mis.pucat, kebiruan)
Kesadaran menurun

Kondisi klinis terkait


Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK)
Gagal jantung kongestif
Asma
Pneumonia
Tuberkolosis paru
Penyakit membran hialin
Asfiksia
Persistent pulmonary hypertesion of newborn (PPHN)
Prematuritas
Infeksi saluran nafas

(SDKI, 2017:22)

Intoleran Aktivitas

Definisi

Ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari.

Penyebab

Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen


Tirah baring
Kelemahan
Imobilitas
Gaya hidup monoton

Gejala dan tanda mayor:

Subyektif
Mengeluh lelah

Objektif

Frekuensi jantung menigkat >20% dari kondisi istirahat

Gejala dan tanda minor

Subjektif

Dispnea saat/ setelah aktivitas


Merasa tidak nyaman setelah beraktivitas
Merasa lemah

Objektif

Tekanan darah berubah >20% dari kondisi istirahat


Gambaran EKG menunjukkan aritmia
Gambaran EKG menunjukkan iskemia
Sianosis

Kondisi klinis terkait:

Anemia
Gagal jantung kongestif
Penyakit jantung koroner
Penyakit katup jantung
Aritmia
Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK)
Gangguan metabolik
Gannguan muskuloskeletal
(SDKI, 2017:128)

Intervensi
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas

Tujuan

Menunjukan pembersihan jalan napas yang efektif, yang dibuktikan oleh pencegahan
aspiras; status pernapasan: kepatenan jalan napas; dan status pernapasan: ventilasi tidak
terganggu.

Kriteria hasil

Batuk efektif
Mengeluarkan sekret secara efektif
Mempunyai jalan napas yang paten
Pada pemeriksaan auskultasi, memiliki suara napas yang jernih
Mempunyai irama dan frekuensi pernapasan dalam rentang normal
Mempunyai fungsi paru dalam batas normal
Mampu mendeskripsikan rencana untuk perawatan dirumah.

Intervensi (NIC)

Aktivitas keperawatan

Kaji dan dokumentasikan hal-hal berikut ini:

Keefektifan pemberian oksigen dan terapi lain


Keefektifan obat resep

Kecenderungan pada gasdarah arteri, jika tersedia

Frekuensi, kedalaman dan upaya pernapasan

Faktor yang berhubungan, seperti nyeri, batuk tidak efektif, mucus kental, dan keletihan

Auskultasi bagian dada anterior dan posterior untuk mengetahui penurunan atau
ketiadaan ventilasi dan adanya suara napas tambahan.
Pengisapan jalan napas (NIC)

Tentukan kebeutuhan pengisapan oral atau trakea

Pantau status oksigen pasien (tingkat SaO2 dan SvO2) dan status hemodinamik (tingkat
MAP[mean arterial pressure] dan irama jantung)segera sebelum, selama, dan setelah
pengisapan

Catat jenis dan jumlah sekret yang dikumpulkan

Penyuluhan untuk pasien/keluarga

jelaskan penggunaan yang benar peralatan pendukung (misalnya, oksigen, mesin


pengisap, spirometer,inhaler, dan intermittent positive pressure breathing [IPPB])
Informasikan kepda pasien dan keluarga tentang larangan merokok didalam ruang
perawatan; beri penyuuhan tentang pentingnya berhenti merokok
Instruksikan kepada pasien tentang batuk dan teknik napas dalam untuk memudahkan
pengeluaran sekret
Ajarkan pasien untuk membebat/mengganjal luka insisi pada saat batuk.
Ajarkan pasien dan keluarga tentang makna perubahan pada sputum, seperti warna,
karakter, jumlah, dan bau
Pengisapan jalan napas (NIC): Instruksikan kepada pasien dan/atau keluarga tentang
cara pengisapan jalan napas, jika perlu

Aktivitas kolaboratif

Rundingkan dengan ahli terapi pernapasan, jika perlu


Konsultasikan dengan dokter tentang kebutuhan untuk perkusi atau peralatan
pendukung
Berikan udara atau oksigen yang telah dihumidifikasi (dilembabkan) sesuai dengan
kebijakan institusi
Lakukan atau bantu dalam terapi aerosol, nebulizer ultrasonic, dan peralatan paru
lainnya sesuai dengan kebijakan dan protokol institusi
Beritahu dokter tentang hasil gas darah yang abnormal.

(Wilkinson, 2015:39-41)

Gangguan pertukaran gas

Tujuan

Gangguan pertukaran gas akan berkurang, yang dibuktikan oleh terganggunya respon
alergi: sistemik, keseimbangan elektrolit dan asam-basa, respon ventilasi mekanis: orang
dewasa, status pernapasan: pertukaran gas, status pernapasan: ventilasi, perfusi jaringan
paru, dan tanda-tanda vital.

Kriteria hasil

Mempunyai fungsi paru dalam batas normal


Memiliki ekspansi paru yang simetris
Menjelaskan rencana perawatan dirumah
Tidak menggunakan pernapasan bibir mencucu
Tidak mengalami napas dangkal atau ortopnea
Tidak menggunakan otot aksesoris untuk bernapas

Intervensi NIC

Aktivitas keperawatan

Kaji suara paru; frekuensi napas, kedalaman, dan usaha napas; dan produksi sputum
sebagai indikator keefektifan penggunaan alat penunjang
Pantau saturasi O2 dengan oksimeter nadi
Pantau hasil gas darah (misalnya, kadar PaO2 yang rendah, dan PaCO2 yang tinggi
menunjukan perburukan pernapasan)
Pantau kadar elektrolit
Pantau status mental (misalnya, tingkat kesadaran, gelisah dan konfusi)
Peningkatan frekuensi pemantauan pada saat pasien tampak somnolen
Observasi terutama membran mukosa mulut

Penyuluhan untuk pasien/keluarga

Jelaskan penggunaan alat bantu yang diperlukan (oksigen, pengisap, spiro-meter, dan
IPPB)
Ajarkan kepada pasien teknik bernapas dan relaksasi
Jelaskan pada pasien dan keluarga alasan pemberian oksigen dan tindakan ainnya
Informasikan pada pasien dan keluarga bahwa merokok iti dilarang
Manajemen jalan napas (NIC):

Ajarkan tentang batuk efektif


Ajarkan pada pasien bagaimana menggunakan inhaler yang dianjurkan, sesuai dengan
kebutuhan

Aktivitas kolaboratif

Konsultasikan dengan dokter tentang pemeriksaan gas darah arteri (GDA) dan
penggunaan alat bantu yang dianjurkan yang sesuai dengan adanya perubahan kondisi
pasien
Laporkan perubahan pada data pengkajian terkait (misalnya, sensorium pasien suara
nafas, pola nafas, analisis gas darah arteri sputum, efek obat)
Berikan (misalnya, natrium bikarbonat) untuk mempertahankan keseimbangan asam
basa
Persiapan pasien untuk ventilasi mekanis, bila perlu
Manajemen jalan napas (NIC):

Berikan udara yang dilembapkan atau oksigen, jika perlu

Berikan bronkodilator, jika perlu

Berikan terapi aerosol, jika perlu

Berikan terapi nebulasi ultrasonik, jika perlu

Pengaturan hemodinamik (NIC): berikan obat anti aritmia,jika perlu

(Wilkinson, 2015:326-329)

Intoleran aktivitas

Tujuan
Menoleransi aktivitas yang bisa dilakukan, yang dibuktikan oleh toleransi aktivitas,
ketahanan, penghematan energi, kebugaran fisik, energi psikomotorik, dan perawatan-
diri; aktivitas kehidupan sehari-hari (dan AKSI)

Kriteria hasil

Mengidentifikasi aktivitas atau situasi yang menimbulkan kecemasan yang dapat


mengakibatkan intoleran aktivitas
Berpartisipasi dalam aktivitas yang dibutuhkan dengan peningkatan normal denyut
jantung, frekuensi pernapasan, dan tekanan darah serta memantau pola tersebut dalam
batas normal
Pada (tanggal target) akan mencapai tingkat aktivitas (uraikan tingkat yang diharapkan
dari daftar pada sasaran penggunaan)
Mengungkapkan secara verbal pemahaman tentang kebutuhan oksigen, obat, dan/atau
peralatan yang dapat meningkatkan toleransi terhadap aktivitas
Menampilkan aktivitas kehidupan sehari-hari dengan beberapa bantuan (misalnya,
eliminasi dengan bantuan ambulasi untuk ke kamar mandi)
Menampilkan manajemen pemeliharan rumah dengan beberapa bantuan (misalnya,
membutuhkan bantuan untuk kebersihan setiap minggu)

Intervensi NIC

Aktivitas Keperawatan

Kaji tingkat kemampuan pasien untuk berpindah dari tempat tidur, berdiri, ambulasi,
dan melakukan AKS dan AKSI
Kaji respon emosi, sosial, dan spiritual terhadap aktivitas
Evaluasi motivasi dan keinginan pasien untuk meningkatkan aktivitas

Penyuluhan untuk pasien/ keluarga


Instruksikan pada pasien dan keluarga dalam:

Penggunaan teknik napas terkontrol selama aktivitas, jika perlu


Mengenali tanda dan gejala intoleran aktivitas, termasuk kondisi yang perlu dilaporkan
kepada dokter
Pentingnya nutrisi yang baik
Pengguanaan peralatan, seperti oksigen, selama aktivitas
Pengguanaan teknik relaksasi (misalnya, distraksi, fisualisasi) selma aktivitas
Dampak intoleran aktivitas terhadap tanggung jawab peran dalam keluarga dan tempat
Tindakan untuk menghemat energi sebagai contoh : menyimpan alat atau benda yang
sering digunakan ditempat yang mudah dijangkau

Aktivitas Kolaboratif

Berikan pengobatan nyeri sebelum aktivitas, apabila nyeri merupakan salah satu faktor
penyebab
Kolaborasikan dengan ahli terapi okupasi, fisik, (misalnya, untuk latihan ketahan), atau
rekreasi untuk merencanakan dan memantau progran aktivitas, jika perlu
Untuk pasien yang mengalami sakit jiwa, rujuk kelayanan kesehatan jiwa dirumah
Rujuk pasien ke pelayanan kesehatan rumah untuk mendapatkan pelayanan bantuan
perawatan rumah, jika perlu
Rujuk pasien ke ahli gizi untuk perencanaan diet guna meningkatkan asupan makanan
yang kaya energi
Rujuk pasien ke pusat rehabilitasi jantung jika keletihan berhubungan dengan penyakit
jantung. (Wilkinson, 2015:26-29)

Anda mungkin juga menyukai