TINJAUAN PUSTAKA
KONSEP PENYAKIT
A. Definisi
Cor pulmonale adalah hipertrofi atau dilatasi ventrikel kanan akibat hipertensi pulmonary yang
disebabkan penyakit parenkim paru dan atau pembuluh darah paru yang tidak berhubungan
dengan kelainan jantung kiri. (Setiati, 2014:1251) Cor pulmonal merupakan keadaan hipertrofi
ventrikel kanan akibat suatu penyakit yang mengenai fungsi atau struktur jaringan paru, tidak
termasuk didalamnya kelainan jantung kanan akibat kegagalan dari fungsi ventrikel kiri atau
akibat penyakit jantung bawaan. (Muttaqin, 2012:227) Kesimpulan dari cor pulmonal adalah
keadaan hipertrofi atau dilatasi dari struktur bilik jantung kanan yang mengakibatkan hipertensi
pulmonar sehingga terjadi penurunan fungsi paru atau pegurangan jaringan pembuluh darah
paru.
B. Etiologi
1. Sianosis.
2. Lelah karena hipoksia dan gagal jantung.
3. Mendesis karena kondisi paru-paru yang buruk seperti PPOK atau emfisema.
4. Kesulitan bernapas (dispnea) pada saat berolahraga keras dan ketika berbaring
(orthopnea) karena naiknya kebutuhan oksigen dengan gerakan dan meningkatkan usaha
pernapasan dari diafragma ketika berbaring.
5. Batuk produktif karena kondisi pernapasan.
6. Edema karena gagal jantung kanan; cairan yang terbentuk akan bergantung pada area
yang terserang.
7. Berat badan naik karena retensi cairan.
8. Respirasi lebih dari 20 kali per menit (tachypnea); kecepatannya meningkat untuk
memenuhi kebutuhan tubuh akan oksigen.
9. Denyut jantung naik di atas 100 kali per menit (takikardia) karena tubuh berusaha
mengatasi hipoksia dan membawa lebih banyak oksigen.
D. Patofisiologi
E. Klasifikasi
Secara umum cor pulmonale dibagi menjadi dua bentuk:
1. Cor Pulmonale Akut yaitu dilatasi mendadak dari ventrikel kanan dan
dekompensasi.
2. Cor Pulmonale Kronik Merupakan jenis cor pulmonale yang paling sering terjadi.
Dinyatakan sebagai hipertropi ventrikel kanan akibat penyakit paru atau pembuluh
darah atau adanya kelainan pada toraks, yang akan menyebabkan hipertensi dan
hipoksia sehingga terjadi hipertropi ventrikel kanan. (Somantri, 2012:131)
F. Komplikasi
1. Emfisema
2. Gagal jantung kanan
3. Gagal jantung kiri
4. Hipertensi pulmonal primer
A. Pengkajian
Identitas
Anamnesa pada pasien 50 tahun biasanya didapatkan adanya kebiasaan merokok.
(Wahid dan Suprapto, 2013:119)
3. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum
A. Kesadaran
Pada pasien cor pulmonale dengan kesadaran somnolenSakit kepala, confusion,
nampak sianotik, disertai sesak dan tanda-tanda emfisema yang lebih nyata.
(Somantri, 2012; 133, Wahid dan Suprapto, 2013:119)
B. Tanda-tanda vital
Berat badan naik karena retensi cairan, respirasi lebih dari 20 kali per menit
(tachypnea), denyut jantung naik di atas 100 kali per menit (takikardia) karena
tubuh berusaha mengatasi hipoksia dan membawa lebih banyak oksigen. (DiGiulio,
2014:107-108)
Body Sistem
1. Sistem pernafasan
Pada klien cor pulmonale terjadi adanya bronkhokonstriksi, akumulasi
sekret jalan napas, dan menurunnya kemampuan batuk efektif. (Muttaqin,
2012:230)
2. Sistem kardiovaskuler
Terdengar graham steel murmur yang bersifat soft, blowing, hight pitch
diastolic murmur, akibat adanya insufisiensi relative katup pulmonale.
(Wahid dan Suprapto, 2013:126)
3. Sistem persarafan
Pada klien cor pulmonale merasa sakit kepala, bingung, dan somnolen.
(Somantri, 2012:133)
4. Sistem perkemihan
Pada klien cor pulmonale terjadi perubahan berat badan, sering penggunaan
diuretik. (Wahid dan Suprapto, 2013:127)
5. Sistem pencernaan
Pada klien cor pulmonale terjadi gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh yang berhubungan dengan penurunan nafsu makan. (Muttaqin,
2012:230)
6. Sistem integument
Pada klien cor pulmonale di dapatkan warna kulit yang pucat,sianosis pada
jari. (Wahid dan Suprapto, 2013:126)
7. Sistem musculoskelet
Pada klien cor pulmonale juga dapat terjadi karena kelainan neuromuskuler,
seperti poliomielitis, dan distrofi otot. (Somantri, 2012:130)
8. Sistem imun
Cor pulmonale juga bisa disebabkan infiltrasi limfatik. (Wahid dan
Suprapto, 2013:118)
9. Sistem penginderaan
Pada klien cor pulmonale terjadi gangguan penciuman, seperti : hiposmia
(penurunan sensitivitas penciuman) atau anosmia (kehilangan sensasai
penciuman bilateral dan komplet). (Black, 2014:231)
10. Sistem reproduksi
Pada klien cor pulmonale terjadi penurunan libido (penurunan gairah
seksualitas). (Somantri, 2012:133)
11. Sistem endokrin
Pada klien cor pulmonale terjadi peningkatan kadar sodium yang
mengakibatkan retensi cairan. (DiGiulio, 2014:109)
4. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Radiologi
Batang pulmonal dan hilus membesar. Perluasaan hilus dapat dihitung dari
perbandingan jarak antara permulaan percabangan pertama arteri pulmonalis
utama dan kiri dibagi dengan diameter transversal torak. Perbandingan >0,36
menunjukan hipertensi pulmonal.
Ekokardiografi
Ekokardiografi memungkinkan pengukuran ketebalan dinding ventrikel kanan.
Meskipun perubahan volume tidak didapat diukur, teknik ini dapat
memperlihatkan pembesaran kavitas ventrikel kanan dalam hubungannya
dengan pembesaran ventrikel kiri. Septum ventrikel dapat tergeser kekiri.
Magnetic Resonance Imaging (MRI
Berguna untuk mengukur masa ventrikel kanan, ketebalan dinding, volume
cavitas, dan jumlah darah yang dipompa.
Biopsi paru-paru
Dapat berguna untuk menunjukan vaskulitis pada beberapa tipe penyakit
vaskuler paru-paru seperti penyakit vaskuler kolagen, atritis rematoid, dan
granulo matosis wagener. (Somantri, 2012:133)
5. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Keperawatan
Sasaran penatalaksanaan keperawatan adalah:
1. Melalui hidrasi yang adekuat membantu mengencerkan secret dan
mengefektifkan pembersihan jalan nafas.
2. Tinggalkan kepala tempat tidur dan bantu pasien memilih posisi yang mudah
untuk bernafas.
3. Tirah baring : bantu pasien dalam pemenuhan kebutuhan dasar.
4. Membersihkan penyuluhan agar pasien menghindari segala jenis polusi udara
dan berhenti merokok.
5. Latihan pernafasan dan bimbingan ahli fisoterapi.
6. Kolaborasi memperbaiki ventilasi dan oksigenasi jaringan melalui pemberian O
Penatalaksanaan Medis
Pemberian Medikamentosa
1. Bronkodilato
Aminofilin : menghilangkan spasme saluran pernafasan Beta 2 adrenergik selektif
(Turbutalin atau salbutamol).
2. Mukolitik dan ekspektora
Mukolitik berguna untuk mencairkan dahak dengan memecah ikatan rantai kimia
nya, sedangkan ekspektoran untuk mengeluarkan dahak dari paru.
3. Antibiotik
Pemberian antibiotika diperlukan karena biasanya kelainan parenkim paru
disebabkan oleh mikroorganisme, diantaranya: Hemophylus influenza dan
Pneumococcus peka terhadap metisilin, kloksasilin, flukoksasilin, dan eritromisin.
Klebsiella peka terhadap gentamisin, steptomisin dan prolimiksin.
4. Oksigenasi
Peningkatan PaCO2 (tekanan CO2 arterial) dan asidosis pada penderita PPOM
disebabkan tidak sempurnanya pengeluaran CO2 sehingga menimbulkan
hipoksemia. Hal ini dapat diatasi dengan pemberian oksigen 20-30% melalui
masker venture dan secara intermiten 1-3 liter permenit. Jika terjadi gagal jantung
kanan, diberikan; digitalis, diuretik, dan diet yang rendah garam.pemberian digitalis
harus berhati-hati, karena dalam keadaan hipoksia, dan kalium yang rendah mudah
terjadi, sehingga mudah terjadi asidosis respiratorik dan alkalosis metabolic, dan
bahaya intoksikasi lebih besar. (Wahid dan Suprapto, 2013:122-124)
Diagnosa keperawatan
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
Definisi:
Ketidakmampuan membersihkan sekret atau obstruksi jalan napas untuk
mempertahankan jalan napas tetap paten.
Penyebab:
1. Fisiologis
1. Spasme jalan napas
2. Hipersekresi jalan napas
3. Disfungsi neuromuskuler
4. Benda asing dalam jalan napas
5. Adanya jalan napas buatan
6. Sekresi yang tertahan
7. Hiperplasia dinding jalan napas
8. Proses infeksi
9. Respon alergi
10. Efek agen farmakologis (mis.anastesi)
2. Situasional
1. Merokok aktif
2. Merokok pasif
3. Terpajan polutan
[TEE])
(SDKI, 2017:18-19)
Definisi
Penyebab
Ketidakseimbangan ventilasi-perfusi
Perubahan membran alveolus-kapiler
Subjektif
Dispnea
Objektif
1) PCO2 meningkatkan/menurun
2) PO2 menurun
3) Takikardia
4) Ph arteri meningkat/menurun
Subjektif
Pusing
Penglihatan kabur
Objektif
Sianosis
Diaforesis
Gelisah
Napas cuping hidung
Pola napas abnormal (cepat/lambat, reguler/ireguler, dalam/dangkal)
Warna kulit abnormal (mis.pucat, kebiruan)
Kesadaran menurun
(SDKI, 2017:22)
Intoleran Aktivitas
Definisi
Penyebab
Subyektif
Mengeluh lelah
Objektif
Subjektif
Objektif
Anemia
Gagal jantung kongestif
Penyakit jantung koroner
Penyakit katup jantung
Aritmia
Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK)
Gangguan metabolik
Gannguan muskuloskeletal
(SDKI, 2017:128)
Intervensi
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
Tujuan
Menunjukan pembersihan jalan napas yang efektif, yang dibuktikan oleh pencegahan
aspiras; status pernapasan: kepatenan jalan napas; dan status pernapasan: ventilasi tidak
terganggu.
Kriteria hasil
Batuk efektif
Mengeluarkan sekret secara efektif
Mempunyai jalan napas yang paten
Pada pemeriksaan auskultasi, memiliki suara napas yang jernih
Mempunyai irama dan frekuensi pernapasan dalam rentang normal
Mempunyai fungsi paru dalam batas normal
Mampu mendeskripsikan rencana untuk perawatan dirumah.
Intervensi (NIC)
Aktivitas keperawatan
Faktor yang berhubungan, seperti nyeri, batuk tidak efektif, mucus kental, dan keletihan
Auskultasi bagian dada anterior dan posterior untuk mengetahui penurunan atau
ketiadaan ventilasi dan adanya suara napas tambahan.
Pengisapan jalan napas (NIC)
Pantau status oksigen pasien (tingkat SaO2 dan SvO2) dan status hemodinamik (tingkat
MAP[mean arterial pressure] dan irama jantung)segera sebelum, selama, dan setelah
pengisapan
Aktivitas kolaboratif
(Wilkinson, 2015:39-41)
Tujuan
Gangguan pertukaran gas akan berkurang, yang dibuktikan oleh terganggunya respon
alergi: sistemik, keseimbangan elektrolit dan asam-basa, respon ventilasi mekanis: orang
dewasa, status pernapasan: pertukaran gas, status pernapasan: ventilasi, perfusi jaringan
paru, dan tanda-tanda vital.
Kriteria hasil
Intervensi NIC
Aktivitas keperawatan
Kaji suara paru; frekuensi napas, kedalaman, dan usaha napas; dan produksi sputum
sebagai indikator keefektifan penggunaan alat penunjang
Pantau saturasi O2 dengan oksimeter nadi
Pantau hasil gas darah (misalnya, kadar PaO2 yang rendah, dan PaCO2 yang tinggi
menunjukan perburukan pernapasan)
Pantau kadar elektrolit
Pantau status mental (misalnya, tingkat kesadaran, gelisah dan konfusi)
Peningkatan frekuensi pemantauan pada saat pasien tampak somnolen
Observasi terutama membran mukosa mulut
Jelaskan penggunaan alat bantu yang diperlukan (oksigen, pengisap, spiro-meter, dan
IPPB)
Ajarkan kepada pasien teknik bernapas dan relaksasi
Jelaskan pada pasien dan keluarga alasan pemberian oksigen dan tindakan ainnya
Informasikan pada pasien dan keluarga bahwa merokok iti dilarang
Manajemen jalan napas (NIC):
Aktivitas kolaboratif
Konsultasikan dengan dokter tentang pemeriksaan gas darah arteri (GDA) dan
penggunaan alat bantu yang dianjurkan yang sesuai dengan adanya perubahan kondisi
pasien
Laporkan perubahan pada data pengkajian terkait (misalnya, sensorium pasien suara
nafas, pola nafas, analisis gas darah arteri sputum, efek obat)
Berikan (misalnya, natrium bikarbonat) untuk mempertahankan keseimbangan asam
basa
Persiapan pasien untuk ventilasi mekanis, bila perlu
Manajemen jalan napas (NIC):
(Wilkinson, 2015:326-329)
Intoleran aktivitas
Tujuan
Menoleransi aktivitas yang bisa dilakukan, yang dibuktikan oleh toleransi aktivitas,
ketahanan, penghematan energi, kebugaran fisik, energi psikomotorik, dan perawatan-
diri; aktivitas kehidupan sehari-hari (dan AKSI)
Kriteria hasil
Intervensi NIC
Aktivitas Keperawatan
Kaji tingkat kemampuan pasien untuk berpindah dari tempat tidur, berdiri, ambulasi,
dan melakukan AKS dan AKSI
Kaji respon emosi, sosial, dan spiritual terhadap aktivitas
Evaluasi motivasi dan keinginan pasien untuk meningkatkan aktivitas
Aktivitas Kolaboratif
Berikan pengobatan nyeri sebelum aktivitas, apabila nyeri merupakan salah satu faktor
penyebab
Kolaborasikan dengan ahli terapi okupasi, fisik, (misalnya, untuk latihan ketahan), atau
rekreasi untuk merencanakan dan memantau progran aktivitas, jika perlu
Untuk pasien yang mengalami sakit jiwa, rujuk kelayanan kesehatan jiwa dirumah
Rujuk pasien ke pelayanan kesehatan rumah untuk mendapatkan pelayanan bantuan
perawatan rumah, jika perlu
Rujuk pasien ke ahli gizi untuk perencanaan diet guna meningkatkan asupan makanan
yang kaya energi
Rujuk pasien ke pusat rehabilitasi jantung jika keletihan berhubungan dengan penyakit
jantung. (Wilkinson, 2015:26-29)