Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Keseimbangan tubuh pada lansia tanpa disadari mulai menurun, hal ini sering

berakibat jatuh (Setiabudhi, 2013). Kemampuan keseimbangan tubuh baik saat diam

maupun bergerak akan mengalami penurunan seiring dengan terjadinya proses

penuaan. Dengan semakin meningkatnya usia pada seseorang terjadi penurunan

fungsi propioseptif, kekuatan otot, gangguan pada sistem vestibular dan visual.

Penurunan fungsi tersebut mengakibatkan kurang stabilnya tubuh pada lansia.

Berkurangnya kemampuan untuk mempertahankan stabilitas dan keseimbangan tubuh

(Howe, et al., 2008).

Latihan keseimbangan adalah serangkaian gerakan yang dilakukan dengan

tujuan untuk meningkatkan keseimbangan baik statis maupun dinamis melalui stretching

(Kloos & Heiss, 2007). Menurut Jowier, 2012 latihan keseimbangan adalah latihan

khusus untuk membantu meningkatkan kekuatan otot pada anggota gerak bawah dan

sistem vestibular atau keseimbangan tubuh.

Nyman (2007), menyatakan bahwa latihan keseimbangan merupakan suatu

aktifitas fisik yang dilakukan untuk meningkatkan kestabilan tubuh dengan cara

meningkatkan kekuatan otot anggota gerak bawah. Sedangkan Madureira (2006),

mengungkapkan bahwa latihan keseimbangan sangat efektif untuk meningkatkan

keseimbangan tubuh.

Latihan keseimbangan membantu mempertahankan tubuh agar stabil sehingga

mencegah terjadinya jatuh. Latihan keseimbangan ini juga sangat berguna untuk

memandirikan dan mengoptimalkan kemampuannya lansia sehingga menghindari dari

dampak yang terjadi yang disebabkan karena ketidakmampuannya (Jowir, 2009). Dalam
latihan keseimbangan ini, gerakan-gerakan yang dihasilkan terkoordinasi dari otot-otot

tubuh sehingga diperoleh stabilitas dan fleksibilitas tubuh yang baik dan dapat

membantu meningkatkan keseimbangan. Latihan keseimbangan juga baik dilakukan

untuk meningkatkan kesehatannya. Melalui latihan keseimbangan ini diharapkan dapat

mempertahankan kemampuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari dan meningkatkan

keseimbangan sehingga lansia tidak mudah jatuh dan dapat mengurangi risiko jatuh.

Kejadian jatuh yang dialami oleh lansia berdampak pada psikologis, sosiologis

serta emosional lansia itu sendiri.Menurut Stenley (2006), kejadian jatuh pada lansia

secara tidak langsung akan berdampak pada kemandirian lansia sehingga akan

bergantung pada orang lain dalam pemenuhan setiap aktivitasnya. Terdapat banyak

faktor yang berperan untuk terjadinya jatuh pada lansia. Beberapa faktor tersebut

diklasifikasikan menjadi 2, yaitu faktor intrinsik dan ekstrinsik. Faktor intrinsik terdiri dari

usia, perubahan fungsi kognitif dan riwayat penyakit. Faktor ekstrinsik yaitu faktor dari

lingkungan yang dapat menyebabkan risiko jatuh pada lansia.

Penurunan kapasitas dan fungsi jaringan tubuh terjadi karena proses

degenerasi yang lebih besar daripada proses regenerasi. Dampak yang dihasilkan oleh

proses ini akan mengenai seluruh jaringan tubuh sehingga lansia sangat rentan

menderita suatu penyakit. Proses menjadi tua menimbulkan perubahan struktur dan

fungsi, baik fisik maupun mental yang akan mempengaruhi kemampuan seseorang

untuk tetap berfungsi di usia lanjut (Suhartono, 2005).

Semakin meningkatnya lanjut usia akan menimbulkan permasalahan yang cukup

kompleks dari masalah fisik maupun psikososial. Salah satunya penurunan fisiologis

sistem muskuloskeletal, yaitu penurunan jumlah dan ukuran serabut otot (Pudjiastuti&

Utomo, 2003) sehingga menyebabkan menurunnya kekuatan otot ekstermitas bawah,

ketahanan, serta terbatasnya range of motion (ROM), akibat menurunnya kekuatan otot
tersebut menyebabkan terhambatnya masalah fisik sehari-hari pada lansia, salah

satunya yaitu risiko jatuh.

Jatuh merupakan salah satu penyebab utama dari kematian dan cedera pada

populasi lansia. World Health Organization (WHO) tahun 2016 ,mencatat 424.000 orang

meninggal karena jatuh dan 80% berumur 65 tahun keatas. Berdasarkan Riset

Kesehatan Dasar Tahun 2018, menunjukkan bahwa kecenderungan prevalensi jatuh di

Indonesia tahun 2013-2018 pada usia lebih sama dengan 45 tahun terdapat 28,4% pada

tahun 2013 dan mengalami penaikan pada tahun 2018 menjadi 32,1%. Sedangkan Di

NTB terdapat 8,8% pada tahun 2013 dan mengalami penurunan pada tahun 2018

menjadi 8,7%.

Berdasarkan laporan tahunan di Balai Sosial Lanjut Usia Mandalika NTB,

didapatkan jumlah lansia sebanyak 83 orang pada bulan Desember 2019. Data penyakit

yang didapatkan dari 83 lansia diketahui 36,1% berisiko jatuh.

Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang

“Asuhan Keperawatan Dengan Pemberian Latihan Keseimbangan Dalam Menurunkan

Risiko Jatuh Pada Lansia Di Balai Sosial Lanjut Usia Mandalika NTB“.
B. Rumusan Masalah

Bagaimanakah Asuhan Keperawatan Dengan Pemberian Latihan Keseimbangan Dalam

Menurunkan Risiko Jatuh Pada Lansia?

C. Tujuan Penelitian

Menggambarkan Asuhan Keperawatan Dengan Pemberian Latihan Keseimbangan

Dalam Menurunkan Risiko Jatuh Pada Lansia Di Balai Sosial Lanjut Usia Mandalika

NTB

D. Manfaat Penelitian

Hasil Penellitian diharapkan memberikan manfaat :

1. Pasien/Responden

Mendapatkan perawatan dan latihan yang optimal dalam menurunkan risiko jatuh

pada lansia

2. Bagi Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Keperawatan

Menambahkan keluasaan ilmu dan teknologi terapan keperawatan dalam pemberian

latihan keseimbangan dalam menurunkan risiko jatuh pada lansia

3. Bagi Peneliti Lainnya

Dapat dijadikan sebagai dasar (refrensi) dilakukannya penelitian selanjutnya yang

berkaitan dengan latihan keseimbangan dalam menurunkan risiko jatuh pada lansia

Anda mungkin juga menyukai